Anda di halaman 1dari 6

Valuasi ekonomi (biaya-manfaat) restorasi

Konsep yang mendasari


Penyusunan valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan ini
bertujuan untuk dapat memberikan data dan informasi dari aspek ekonomi dalam
pengambilan keputusan terhadap opportunity cost dari upaya pemanfaatan suatu
kawasan secara benar dalam prespektif nilai ekonomi lingkungan. Nilai ekonomi
(economic value) dari suatu barang atau jasa diukur dengan menjumlahkan
kehendak untuk membayar (willingness to pay) dari banyak individu terhadap
barang atau jasa yang dimaksud. Pada prinsipnya valuasi ekonomi bertujuan
untuk memberikan nilai ekonomi kepada sumberdaya yang digunakan sesuai
dengan nilai riil dari sudut pandang masyarakat.
Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu kabupaten diprovinsi
Gorontalo yang telah lama terbentuk, yang menyebabkan kegiatan pembangunan
berkembang pesat yang dimana hal tersebut dapat memberikan pengaruh nyata
terhadap kondisi sumber daya alam dan lingkungan. Dampak tersebut
memberikan pengaruh yang signifikan pada aspek ekonomi, sehingga adanya
valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi sebuah bentuk
kegiatan yang penting untuk dilakukan.
Pantai Ratu memiliki daya tarik yang belum dikembangkan secara
maksimal. Daya tarik tersebut antara lain adalah faktor alam seperti udara yang
masih rendah polusi, pantai dengan pasir putih, terdapatnya penginapan, wisata
kuliner, dan lain-lain. Kegiatan penilaian (valuasi) yang dilakukan di Pantai Ratu
bisa memberikan manfaat dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur di
wilayah jalur selatan, di antaranya jalan jalur lintas Selatan yang di dalamnya
termasuk wilayah sekitar Pantai Ratu. Hal ini sepatutnya diberikan perhatian yang
lebih karena proyek pembangunan jalan jalur lintas Selatan yang tengah berjalan
ini kemungkinan akan memberikan nilai tambah bagi pengembangan Pantai Ratu,
karena pembangunan infrastruktur ini sedikit banyak ke depannya akan
meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke Pantai Ratu, yang kemudian nilai
tambah tersebut dapat tergambar dalam surplus komsumen.
Sebagai salah satu objek wisata, Pantai Ratu memberikan manfaat dalam
bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, antara lain peningkatan cadangan
devisa negara dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Di samping manfaat dalam
bidang ekonomi, terdapat permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Pantai
Ratu, antara lain permasalahan akses jalan, dan pembabatan pohon yang ada di
gunung sekitar pantai Ratu yang akan berpengaruh pada lingkungan dan keidahan
dari Pantai Ratu. Oleh karena itu, perlu dilakukan optimalisasi pengelolaan aset
Pantai Ratu , yang salah satunya dari optimalisasi aset yang belum diketahui, yaitu
estimasi nilai ekonomi Pantai Ratu. Mengingat perannya yang penting maka
eksistensi wisata Pantai Ratu harus ditingkatkan dan dikembangkan agar
mendatangkan keuntungan ekonomi yang besar di masa depan.
Pantai Ratu termasuk tempat umum yang tentunya merupakan fasilitas
publik, akan menjadi penting untuk dilaksanakannya valuasi ekonomi. Keindahan
landskap wilayah pantai Ratu yang dimanfaatkan sebagai objek wisata merupakan
salah satu jenis jasa lingkungan yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi
masyarakat sekitar. Nilai ekonomi diperoleh melalui skema pembayaran jasa
lingkungan oleh siapa saja yang mendapatkan manfaat dari jasa lingkungan
tersebut. Menurut Pagiola (2005), dasar teori ekonomi dari pembayaran jasa
lingkungan secara konseptual sebenarnya sederhana yaitu beneficiary pays atau
penerima manfaat yang membayar. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan di
Indonesia telah diatur dalam UU No. 32 tahun 2009 mengenai Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup. Pada dasarnya pembayaran jasa lingkungan
merupakan skema yang bertujuan merestorasi dan melindungi ketersediaan barang
dan jasa lingkungan yang berkelanjutan serta biaya yang lebih efisien dalam
jangka waktu yang lama.
Nilai ekonomi sumber daya alam yang menawarkan keindahan alam atau
lanskap, pada umumnya bersifat non-market atau tidak dapat diperdagangkan
(Jala, 2015; Godari dan Ghiyasi, 2014; Jaafar dan Maideen, 2012). Untuk
mengestimasi nilai ekonomi dari jasa lingkungan tersebut harus menggunakan
teknik penilaian (valuation) tertentu.
Melakukan estimasi biaya dan manfaat
1) Manfaat Langsung (Direct Use Value)
Manfaat langsung dari ekosistem pantai Ratu di Desa Tenilo
meliputi pemanfaatan hutan terestrial oleh masyarakat setempat
sebagai lahan pertanian dan perkebunan, pemanfaatan ikan dan
kepiting, serta kegiatan ekowisata, seperti yang disajikan pada tabel 1
berikut ini:
Tabel 1. Nilai ekonomi manfaat langsung
Uraian Harga Volume Nilai per Ha
pasar produksi (Rp)
Rp/satuan per tahun
Jagung 8.000/kg 97.900 kg 783.200.000
Ubi kayu 5.750/kg 65.000 Kg 373.750.000
Ikan 10.000/kg 1200 Kg 12.000.000
Kepiting 20.000/kg 900 kg 18.000.000
Ekowisata 3.485.000
Jumlah 854.420.000
Berdasarkan hasil perhitungan nilai manfaat langsung dari
pantai ratu yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan
pertanian, pemanfaatan ikan, dan ekowisata diperoleh nilai manfaat
sebesar Rp. 854.420.000.
2) Manfaat tidak langsung (Indirect Use Value)
Manfaat langsung terdiri dari manfaat fisik dan manfaat biologi.
Manfaat tidak langsung berupa fisik adalah sebagai pemecah
gelombang (breakwater). Adapun perhitungan berdasarkan pengganti
dari pembangunan sabuk pantai (green belt) diacu dari estimasi yang
dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup, yaitu bahwa pembuatan
pemecah ombak ukuran panjang 150 m, lebar 20 m, dan tinggi 5 m dibutuhkan
biaya sebesar Rp.2.921.147.000,00, sehingga untuk pembangunan pemecah
gelombang sepanjang garis pantai Di Desa Tenilo yaitu 2000 m dengan daya
tahan 20 tahun maka diperoleh nilai sebesar Rp.7.789.725.333,00 per 20 tahun
dan jika dirubah dalam satuan ha/tahun menjadi Rp.14.122.055,00/ha/tahun.
Nilai manfaat biologis sebagai tempat pembesaran ikan (nursery ground)
melalui pendekatan produktivitas (productivity approach). Total produksi
perikanan laut oleh nelayan di Desa Tenilo pada tahun 2019 sebesar 1.400 kg
dengan nilai produksi sebesar Rp. 17.000.000, sehingga nilai manfaat biologinya
sebesar Rp. 2. 394.366/ha/tahun.
Total nilai manfaat tidak langsung sumberdaya yang ada di pantai Ratu
adalah Rp. 16.516.421
3) Manfaat Pilihan (Option Value)
Nilai manfaat pilihan didapatkan dengan mengalikan nilai biodiversity
dengan nilai kurs Rupiah terhadap Dollar pada saat penelitian sebesar Rp
13.123,00. Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh hasil bahwa nilai manfaat
pilihan di pantai Ratu adalah sebesar Rp 3. 734.734,00 /ha/tahun. Luas pantai
Ratu 27,58, sehingga nilai manfaat pilihan (option value) secara keseluruhan.
Total manfaat pilihan di pantai Ratu sebesar Rp 3. 734.734,00 /tahun.
4) Manfaat Keberadaan (Existence Value)
Valuasi ekonomi nilai manfaat keberadaan ekosistem mangrove dilihat
berdasarkan kesediaan membayar seseorang (willingness to pay) sebagai bukti
kepedulian seseorang untuk menjaga kualitas lingkungan ekosistem pantai Ratu.
Berdasarkan hasil penelitian nilai manfaat keberadaan dari ekosistem Pantai Ratu
di Desa Tenilo dari 146 responden sebesar Rp.36.647,00/ha/tahun. nilai WTP
maksimal Rp.60.000.000,00/tahun, minimal Rp.24.000,00/tahun dan nilai modus
atau yang sering muncul dan sering dibayarkan sebesar Rp.120.000,00/tahun.
5) Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value)
Pendugaan Total Nilai Ekonomi (TEV) Sumberdaya Mangrove Nilai ini
didasarkan pada hasil identifikasi seluruh jenis manfaat dari sumberdaya Pantai
Ratu di Desa Tenilo, kemudian dilakukan perhitungan terhadap seluruh nilai
manfaat tersebut. Rekapitulasi hasil estimasi seluruh manfaat sumberdaya di
Pantai Ratu Desa Tenilo disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Ekonomi Total (NET)
Tipologi Nilai NET
(Rp/Ha/Tahun)
Manfaat 854.420.000.
Langsung
Manfaat Tidak 16.516.421
Langsung
Manfaat 3. 734.734
Pilihan
Manfaat 120.000
Keberadaan
NET 21.225.575

Berdasarkan NET di atas mengindikasikan bahwa ekosistem pantai di


lokasi kajian memiliki nilai sosial ekonomi lebih besar kemudian dikuti oleh nilai
manfaat ekologis, hal serupa juga ditemukan pada penelitian Osmaleli (2013),
sedangkan penelitian Ariftia dkk (2014) dan Indrayanti dkk (2015) memperoleh
hasil yang sebaliknya yaitu nilai ekonomi dari fungsi ekologis lebih besar
dibandingkan dengan fungsi sosial ekonominya.
Nilai ekonomi total tersebut mengindikasikan bahwa sumberdaya alam
dan lingkungan memerlukan penghargaan yang lebih tinggi dan memang menjadi
dasar informasi secara kuantitatif untuk menentukan berbagai pilihan kebijakan,
baik kebijakan fiskal maupun moneter, penyesuaian struktural dan upaya
stabilisasi, karena mempunyai dampak terhadap sektor yang bergantung pada
sumberdaya alam.
Adanya perbedaan nilai ekonomi yang terjadi,antara lain disebabkan
karena perubahan nilai tukar rupiah terhadap US$. Berdasarkan nilai manfaat
yang diperoleh pada kajian ini dapat saja berubah pada masa yang akan datang,
karena adanya perubahan jenis pemanfaatan, terutama nilai manfaat langsung
yang perhitungannya atas dasar pemanfaatan ekstraktif sumberdaya hayati yang
berlangsung di lokasi penelitian sampai saat ini.
Referensi:
Ariftia, R. I., Qurniati, R., dan Hernawati, S. (2014). Nilai Ekonomi Total Hutan
Mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten
Lampung Timur. Jurnal Sylva Lestari, 2 (3), 19-28.

Godari, A., & Ghiyasi, S. (2014). Economic Evaluation of Delfard Region by


Travel Cost Method. J. Appl. Environ. Biol. Sci., 4 (3), 273-277.

Indriyanti, M.D., Fahrudin, A., dan Setiobudiandi, I. 2015. Penilaian Jasa


Ekosistem Mangrove di Teluk Blanakan, Kabupaten Subang. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). 20 (2), 91-96.

Jaafar, M., & Maideen, S. A. (2012). Ecotourism Related Products and Activities,
and the Economic Sustainability of Small and Medium Island Chalets.
Tourism Management, 33, 683-691.

Jala & Nandagiri, L. (2015). Evaluation of Economic Value of Pilikula Lake


Using Travel Cost and Contingent Valuation Methods. Aquatic
Procedia, 4, 1315-1321.

Osmaleli. (2013). Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Ekosistem


Mangrove Berkelanjutan di Desa Pabean Udik, Kabupaten Indramayu.
Tesis. Bogor: IPB.

Pagiola, S. (2005). Assessing the efficiency of payments for environmental


services programs: A framework for analysis. Washington: World
Bank.

Anda mungkin juga menyukai