OLEH
ILHAM PRAMANA
Oleh:
Ilham Pramana , Tjipto Leksono2), N. Ira Sari2)
1)
Email: ilhampramana19@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontaminasi mikroba halofilik dan terdapatnya
formalin pada ikan asin kering yang beredar di pasar tradisional Kota Pekanbaru. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang dilakukan langsung ke pasar
tradisional Kota Pekanbaru dengan pengujian di laboratorium uji mikroba halofilik dan
pengujian formalin serta analisis organoleptik. Ikan asin diperoleh dari 3 pasar tradisional
terpilih yang ada di Kota Pekanbaru. Sebanyak 36 sampel dianalisis mikroba halofilik,
kandungan formalin dan organoleptik. Hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat 3 sampel
ikan asin yang terkontaminasi mikroba halofilik dan 9 sampel ikan asin yang mengandung
formalin. Terdapat 6 dari 36 sampel (16,7%) ikan asin yang mengandung formalin berasal
dari Sumatera Utara dan 3 dari 36 sampel (8,3%) ikan asin berasal dari Sumatera Barat. Pada
analisis organoleptik terdapat perbedaan antara ikan asin berformalin dengan yang tidak
mengandung formalin baik dari segi kenampakan, bau, rasa dan tekstur ikan asin.
By:
Ilham Pramana1), Tjipto Leksono2), N. Ira Sari2)
Email: ilhampramana19@gmail.com
ABSTRACT
.
This study was aimed to determine halophilic microbial contamination and the
presence of formalin in dried salted fish sold at 3 traditional markets selected in Pekanbaru
City. The method used in this study was a survey method conducted directly to the retailing
traditional markets by using purposive sampling method. There were 36 samples of dried
salted fish collected from the varied sellers and markets analyzed in the laboratories for the
existence of halophilic bacteria, the content of formaldehyde, and the sensory evaluation. The
results showed that there were 3 samples of salted fish contaminated by halophilic bacteria
and 9 samples of salted fish containing formalin. There were 6 of 36 samples (16.7%) dried
salted fish originated from North Sumatra and 3 of 36 samples (8.3%) dried salted fish
originated from West Sumatra containing formalin. Based on the sensory evaluation, there
were some differences indicated between the dried salted fish containing formalin and those
were not contain formalin, in terms of their appearance, smell, taste and texture.
1
dengan kriteria pasar yang dipilih Pasar yang dijadikan lokasi
adalah terdapat minimal 6 pedagang penelitian seperti yang dapat dilihat pada
ikan asin, terdapat beberapa jenis ikan Tabel 1 yaitu pasar simpang baru, pasar
asin kering yang dijual dan jenis ikan pagi arengka dan pasar dupa karena ketiga
tersebut berasal dari daerah yang pasar tersebut terdapat minimal 6
berbeda. pedagang ikan asin. Tujuan dari jumlah
2. Tahap kedua memilih pedagang ikan minimal pedagang ikan asin yang terdapat
asin dari 3 pasar tradisional yang di pasar tradisional yaitu untuk
terpilih dengan kriteria bentuk fisik ikan mendapatkan lebih banyak pilihan untuk
asin, waktu distribusi ikan asin (1-7 pengambilan sampel dan mendapatkan
hari) sumber atau daerah asal produksi sampel sesuai dengan 2 asal daerah yang
ikan asin tersebut. Kemudian dilakukan berbeda. Selanjutnya pasar tradisional
wawancara kepada pedagang ikan asin. yang terpilih akan diberi kode sebagai
3. Tahap ketiga yaitu pengambilan sampel berikut pasar dupa (D), pasar pagi arengka
yang dilakukan sebanyak 1 kali pada (P) dan pasar simpang baru (S).
masing-masing pasar, selanjutnya
dilakukan analisis mikroba halofilik, Pemilihan sampel
formalin dan organoleptik pada sampel Sampel yang digunakan dalam
ikan asin. penelitian ini adalah ikan asin yang
diambil dari pasar tradisional Kota
Pekanbaru dengan asal daerah dari
HASIL DAN PEMBAHASAN sumatera utara dan sumatera barat. Pasar
Pemilihan lokasi penelitian tradisional yang terpilih dari hasil survei
Penelitian ini dilakukan di pasar yang telah dilakukan yaitu pasar simpang
tradisional yang ada di kota Pekanbaru. baru, pasar pagi arengka dan pasar dupa.
Penelitian ini memilih 3 pasar tradisional Proses pemilihan sampel
yang ada di kota Pekanbaru untuk menggunakan teknik purposive sampling
dilakukan pengambilan sampel ikan asin dengan memilih sampel dengan kriteria-
yang akan dianalisis di Laboratorium kriteria yang telah dirumuskan oleh
Mikrobiologi dan Bioteknologi Hasil peneliti sesuai dengan tujuan penelitian.
Perikanan Fakultas Perikanan dan Sampel purposive merupakan sampel yang
Kelautan Universitas Riau. diambil didasarkan pada pertimbangan
Pemilihan lokasi pasar tradisional tertentu dari peneliti. Seusai dengan
yang akan dijadikan tempat penelitian namanya pemilihan sampel didasarkan
berdasarkan survei yang telah dilakukan pada alasan atau tujuan tertentu (Eriyanto,
dapat dilihat pada Tabel 1. 2007).
Tabel 1. Pemilihan lokasi penelitian Pemilihan sampel ikan asin
didasarkan pada kriteria bentuk fisik ikan
No Nama Pasar Jumlah pedagang asin yaitu bersih dan mengkilap, tekstur
ikan asin daging kenyal atau agak keras, tidak ada
1 Pasar Dupa* 8 atau sedikit aroma ikan asin dan tidak ada
2 Pasar Kodim 4 jamur. Kriteria tersebut berdasarkan ciri-
3 Pasar Pagi 7 ciri ikan asin yang berformalin yaitu
Arengka* tampak bersih dan cerah, tidak berbau khas
4 Pasar Simpang 6 ikan asin, tidak dikerubungi lalat dan
Baru* baunya hampir netral (hampir tidak lagi
5 Pasar Rumbai 4 berbau amis) (Nelly, 2011).
6 Pasar Sail 2 Total sampel dari hasil sampling
7 Pasar Pusat - yang telah dilakukan, diperoleh sebanyak
Ket: (*) merupakan pasar yang terpilih
2
36 sampel dari 3 pasar tradisional yang tradisional Kota Pekanbaru di
dijadikan objek sampling penelitian. Laboratorium , maka didapatkan hasil total
bakteri halofilik yang dapat dilihat pada
Analisis total bakteri halofilik Tabel 2.
Analisis bakteri halofilik yang
telah dilakukan pada ikan asin dari pasar
Tabel 2. Hasil analisis total bakteri halofilik pada ikan asin di pasar tradisional Kota
Pekanbaru
Pasar S Pasar P Pasar D
Sampel Jumlah CFU/g Sampel Jumlah CFU/g Sampel Jumlah CFU/g
S1 5.3 x 104 P1 1.5 x 104 D1 2.2 x 104
S2 8.3 x 104 P2 4.1 x 104 D2 7.7 x 104
S3 1.8 x 104 P3 2.4 x 104 D3 2.6 x 104
4 3
S4 1.1 x 10 P4 9.9 x 10 D4 4.7 x 104
S5 2.0 x 104 P5 2.4 x 104 D5 1.6 x 104
4 4
S6 2.9 x 10 P6 5.4 x 10 D6 4.2 x 104
4 4
S7 1.2 x 10 P7 6.4 x 10 D7 2.8 x 104
S8 3.5 x 104 P8 4.2 x 104 D8 3.6 x 104
4 5
S9 2.6 x 10 P9 1.5 x 10 D9 3.3 x 104
S10 1.7 x 105 P10 3.2 x 104 D10 5.4 x 104
3 4
S11 5.4 x 10 P11 5.4 x 10 D11 2.5 x 104
S12 1.4 x 104 P12 2.8 x 104 D12 1.4 x 105
3
Analisis kualitatif formalin rapid test kit formalin. Sampel yang positif
Analisis kualitatif merupakan mengandung formalin akan berubah
analisis untuk mengetahui keberadaan menjadi warna ungu setelah ekstrak
suatu senyawa tanpa mengetahui kadar sampel ditetesi reagen formalin. Data
atau jumlahnya.Pengujian kandungan keseluruhan pengujian formalin dapat
formalin dilakukan dengan menggunakan dilihat pada Tabel 3.
4
Dari hasil uji kualitatif sampel ikan kadar 30-40%. Di pasaran, formalin dapat
asin sesuai tabel diatas dapat diketahui diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan,
bahwa dari total 36 jumlah sampel yang di yaitu dengan kadar formaldehidnya 40%,
analisis ada sebanyak 9 sampel positif 30%, 20% dan 10%, serta dalam bentuk
mengandung formalin sedangkan 27 tablet yang beratnya masing-masing
sampel lainnya negatif. Ikan asin yang sekitar 5 gram. Formalin ini biasanya
mengandung formalin terdapat 9 sampel digunakan sebagai bahan baku industri-
diantaranya 6 sampel dari Sumatera Utara industri makanan, serta larutan dari
(16,7%) dan 3 sampel dari Sumatera Barat formaldehida sering dipakai
(8,3%). mematikan bakteri serta mengawetkan
Penggunaan formalin pada ikan bangkai, dan lain-lainnya (Putri, 2010).
asin dari pasar tradisional diduga berasal Terdapat perbedaan antara ciri ikan
dari distributor atau pengolah ikan asin asin yang tidak berformalin dan ikan asin
tersebut, hal itu karena pada saat berformalin. Ikan asin yang tidak
wawancara kepada pedagang hampir berformalin memiliki ciri warnanya agak
keseluruhan pedagang menjawab tidak kusam/pucat, tekstur dagingnya keras dan
tahu bahwasannya terdapat formalin pada dikerubungi lalat. Sedangkan ikan asin
ikan asin. Pedagang juga berharap tidak yang berformalin memilki ciri warnanya
terdapat formalin pada ikan asin yang di cerah, bersih, tekstur dagingnya
jual dan antisipasi dari para pedagang lentur/kenyal, dan tidak dikerubungi lalat.
untuk menghindari hal tersebut yaitu Formalin sangat mempengaruhi
dengan memilih ikan asin yang dihinggapi sifat sensori suatu bahan pangan
lalat, karena menurut pedagang lalat dapat khususnya ikan asin. Ikan asin yang
menjadi indikator ikan asin tersebut tidak mengandung formalin memiliki ciri-ciri
mengandung formalin. antara lain tampak lebih bersih dan cerah,
Penggunaan formalin dalam bahan tekstur ikan keras dan lentur, bagian luar
pangan telah dilarang oleh pemerintah kering tapi bagian dalamnya masih agak
sebagaimana Peraturan Menteri Kesehatan basah, tidak dikerubungi lalat. Pernyataan
No. 1168/ Menkes/ PER/ X/ 1999. ini sesuai dengan penelitian Hastuti
Serendah apapun konsentrasi formalin (2010), yang menyatakan daging ikan asin
dalam bahan pangan akan menimbulkan kenyal, utuh, lebih putih dan bersih
masalah, akumulasi formalin yang tinggi dibandingkan ikan asin tanpa formalin
di dalam tubuh akan menyebabkan yang warnanya agak coklat. Tampak
berbagai keluhan, misalnya iritasi lambung bersih dan cerah, tidak berbau khas ikan
dan kulit, muntah, diare, serta alergi, asin, tidak dikerubungi lalat dan baunya
bahkan bisa menyebabkan kanker. hampir netral (hampir tidak lagi berbau
Menurut Peraturan Menteri amis) (Nelly, 2011).
Kesehatan (MenKes) Nomor Analisis organoleptik
1168/MenKes/PER/X/1999, formalin Nilai kenampakan
merupakan bahan kimia yang Hasil analisis terhadap nilai
penggunaannya dilarang untuk produk kenampakan ikan asin yang dijual di pasar
makanan. Formalin adalah nama dagang tradisional Kota Pekanbaru dapat dilihat
larutan formaldehid dalam air dengan pada Tabel 4.
5
Tabel 4. Nilai organoleptik kenampakan ikan asin di pasar tradisional Kota Pekanbaru
Pasar S Pasar P Pasar D
Sampel Nilai Sampel Nilai Sampel Nilai
S1 7,4 P1 8,2 D 1 7,3
S2 7,6 P2 7,6 D2 7,8
S3 6,8 P3 7,5 D3 7,3
S4 7,2 P4 7,9 D4 7,9
S5 6,8 P5 7,7 D5 8,0
S6 7,9 P6 7,8 D6 7,6
S7 8,1 P7 7,8 D7 8,1
S8 7,6 P8 7,7 D8 7,6
S9 7,8 P9 7,6 D9 8,0
S10 8,2 P10 7,3 D10 8,5
S11 8,4 P11 7,6 D11 8,0
S12 7,8 P12 7,6 D12 7,7
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa Nilai kenampakan ikan asin pada
nilai kenampakan ikan asin sebagian besar pasar S yaitu nilai tertinggi 8,4 (S11), pasar
diatas standard SNI 01-2721-2009 yaitu P yaitu nilai tetinggi 8,24 (P1) dan pada
minimal 7. Sampel yang tidak memenuhi pasar D yaitu nilai tertinggi 8,48 (D10).
standard mutu ikan asin yaitu S3 dan S5. Dengan kriteria pada masing-masing nilai
Penurunan kualitas kenampakan ikan asin yang didapat yaitu utuh, bersih dan kurang
dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek rapih. Sampel dengan nilai kenampakan
diantaranya pendistribusian yang kurang tertinggi tersebut merupakan sampel yang
baik sehingga menyebabkan ikan asin positif mengandung formalin sehingga dari
cacat, tempat penyimpanan yang kurang nilai kenampakan terlihat baik.
baik yang menyebabkan ikan asin
mengalami kemunduran mutu, penjualan Nilai bau
ikan asin yang dipajangkan secara terbuka Penilaian pada bau ikan asin
sehingga mudah terkontaminasi oleh didasarkan pada kekhasan bau dari ikan
lingkungan sekitar sehingga terlihat kurang asin tersebut. Nilai bau ikan asin di pasar
bersih. tradisional kota Pekanbaru dapat di lihat
pada Tabel 5.
6
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat pedagang di pasar tradisional. Penurunan
bahwa sebagian besar ikan asin memiliki mutu ikan asin dapat ditandai dengan bau
nilai diatas 7 yang merupakan standard tengik atupun busuk yang dapat
mutu dari ikan asin kering yang mengacu disebabkan karena lama penyimpanan ikan
pada SNI 01-2721-2009. Dengan kriteria asin sehingga menyebabkan penurunan
pada masing-masing nilai yaitu kurang bau mutu ikan asin tersebut (Ichya’uddin,
ikan asin dan tanpa bau tambahan. Hanya 2014).
terdapat beberapa sampel yang memiliki
nilai organoleptik dibawah standard Nilai rasa
diantaranya adalah S3, D1 dan D3. Dari Penilaian rasa pada ikan asin yaitu
ketiga sampel yang tidak memenuhi dengan cara memotong sebagian tubuh
standard tersebut negatif mengandung ikan asin kemudian dicuci dengan air
formalin. bersih dan selanjutnya dikukus selama 30
Penurunan mutu bau ikan asin menit, hal ini dilakukan agar para panelis
tersebut dapat disebabkan oleh lama mau mencoba rasa pada ikan asin karena
penyimpanan yang dilakukan oleh agen telah dilakukan pemasakan terlebih
(distributor) sebelum di distribusikan ke dahulu.
Tabel 6. Nilai rasa ikan asin di pasar tradisional Kota Pekanbaru
Pasar S Pasar P Pasar D
Sampel Nilai Sampel Nilai Sampel Nilai
S1 7 P1 7,6 D1 6,8
S2 7,0 P2 7,4 D2 7,0
S3 6,7 P3 7,5 D3 6,6
S4 7,0 P4 7,5 D4 6,9
S5 7,3 P5 7,5 D5 7,2
S6 7,7 P6 7,6 D6 7,2
S7 7,6 P7 7,2 D7 7,2
S8 7,4 P8 7,6 D8 7,3
S9 7,3 P9 7,4 D9 7,2
S10 7,3 P10 7,2 D10 7,7
S11 7,2 P11 7,3 D11 7,5
S12 7,2 P12 7,4 D12 7,3
7
Nilai Tekstur cenderung mengkerut hal ini dikarenakan
Tekstur merupakan suatu pada ikan asin telah mengalami proses
parameter yang berhubungan dengan pengawetan dengan menghilangkan kadar
kondisi fisik yang dapat dirasakan dengan air dalam tubuh ikan dengan menggunakan
indra peraba dari suatu produk makanan. garam sehingga ikan akan terlihat kaku.
Tekstur ikan asin sangat dipengaruhi oleh Penilaian terhadap tekstur ikan asin dapat
jaringan-jaringan otot yang ada dalam dilihat pada Tabel 7.
daging ikan asin. Pada ikan asin otot ikan
Penilain tekstur pada ikan asin Sampel ikan asin yang terindikasi
berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa berformalin memiliki nilai organoleptik
semua sampel ikan asin memiliki tekstur (kenampakan, bau, rasa dan tekstur)
yang baik dan diatas standard minimal sebagai berikut S11 (8,4, 8,0, 7,2 dan 8,0),
yaitu 7 mengacu pada SNI 01-2721-2009. P1 (8,2 ,7,7, 7,6 dan 8,3), P4 (7,9, 7,6, 7,5,
Dengan kriteria yaitu terlalu keras, tidak dan 8,0), D2 (7,8, 7,3, 7,0, dan 8,0), D5
rapuh dan padat, kompak, lentur, kurang (8,0, 7,2, 7,2, dan 7,9), D7 (8,1, 7,5, 7,2
kering. dan 8,1), D9 (8,0, 7,2, 7,2 dan 7,7), D10
Pada Tabel 7 penilaian tekstur (8,5, 7,9, 7,7 dan 8,1) dan D11 (8,0, 7,8, 7,5
didapatkan nilai tertinggi pada masing- dan 8,1).
masing pasar yaitu sampel S11, P1 dan D10. Sampel ikan asin yang terindikasi
Nilai tertinggi tekstur pada sampel ikan berformalin memiliki total mikroba
asin tersebut positif mengandung formalin. halofilik yaitu S11 (5.4 x 103 CFU/g), P1
Tekstur ikan asin yang mengandung (1.5 x 104 CFU/g), P4 (9.9 x 103 CFU/g),
formalin yaitu lentur, kompak dan tidak D2 (7.7 x 104 CFU/g), D5 (1.6 x 104
mudah hancur. Ciri ikan asin berformalin CFU/g), D7 (2.8 x 104 CFU/g), D9 (3.3 x
dagingnya kenyal,utuh, lebih putih dan 104 CFU/g), D10 (5.4 x 104 CFU/g) dan D11
bersih dibandingkan ikan asin tanpa (2.5 x 104 CFU/g).
formalin agak berwarna coklat dan lebih Dari 36 sampel ikan asin yang di
tahan lama (Widyaningsih, 2006). uji terdapat 9 sampel ikan asin yang positif
mengandung formalin yaitu 3 sampel ikan
KESIMPULAN DAN SARAN kepala batu, 3 sampel ikan gabus laut, 2
Kesimpulan sampel ikan kembung dan 1 sampel ikan
8
pandan. Terdapat 6 dari 36 sampel (16,7%) [Skripsi]. UIN Maulana Malik
ikan asin yang mengandung formalin Ibrahim: Malang.
berasal dari Sumatera Utara dan 3 dari 36 Kementerian Kesehatan Republik
sampel (8,3%) ikan asin berasal dari Indonesia. 1988. Bahan Tambahan
Sumatera Barat. Ikan asin di pasar Makanan Nomor.
tradisional yang berasal dari 2 daerah yang 722/Menkes/Per/IX/88. Kemenkes
berbeda menunjukkan bahwa tidak selalu RI. Jakarta.
dijumpai ikan asin yang berformalin, baik ..1999. Bahan Tambahan
ikan asin dari Sumatera Utara maupun Makanan Nomor.
Sumatera Barat. 1168/Menkes/Per/X/99. Kemenkes
RI. Jakarta.
Saran Kurniawati, E.A. 2017. Uji Mutu Dan
Berdasarkan hasil penelitian yang Keamanan Ikan Asin Kering (Teri
telah dilakukan disarankan untuk Dan Sepat) Di Pasar Kota Bandar
melakukan penelitian lanjutan tentang Lampung. [Skripsi]. Universitas
mereduksi kandungan formalin pada ikan Lampung: Bandar Lampung
asin. Madigan, M.T., Martinko, M.J., dan
Parker, J. 2000. Brock Biology of
DAFTAR PUSTAKA Microorganism. New Jersey:
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. Prentice Hall Inc.
Syarat Mutu Ikan Asin Kering. Nelly. 2011. Analisis Kualitatif
(SNI 2721-1-2009). Jakarta: Badan Kandungan Formalin Dalam Tahu
Standarisasi Nasional. Yang Dijual Di Pasar-Pasar
Andriyani, D. 2005. Isolasi dan Tradisional Di Kecamatan Medan
Identifikasi Bakteri Halofilik dari Area dan Kecamatan Medan
Ikan Asin. [Skripsi]. Universitas Tembung Tahun 2011. [Skripsi].
Sebelas Maret, Surakarta. Universitas Sumatera Utara.
Antoni, S. 2010. Analisa Kandungan Medan.
Formalin Pada Ikan Asin Dengan Putri, T. 2010. Identifikasi Penggunaan
Metoda Spektrofotometri Di Formalin pada Ikan Asin dan
Kecamatan Tampan Pekanbaru. Faktor Perilaku Penjual di Pasar
[Skripsi]. UIN Sultan Syarif Tradisional Kota Semarang. Jurnal
Kasim: Pekanbaru Kesehatan Masyarakat. Universitas
Eriyanto. 2007. Teknik Sampling : Semarang. 2(3).
Analisis Opini Publik. Yogyakarta. Rinto., Arafah, E., Utama, S.B. 2009.
LkiS Pelangi Aksara. Kajian keamanan pangan
Habibah, T.P.Z. 2013. Identifikasi (formalin, garam dan mikrobia)
Penggunaan Formalin Pada Ikan pada ikan sepat asin produksi
Asin dan Faktor Perilaku Penjual Indralaya. Jurnal Pembangunan
Di Pasar Tradisional Kota Manusia, 8 (2): 20-25.
Semarang. Unnes Journal of Public Siregar, D. 2004. Ikan Asin. Kanisius,
Health 2 (3). Yogyakarta.
Hastuti, S. 2010. Analisis Kualitatif dan Widyaningsih, D.T., dan Erni, S.M. 2006 .
Kuantitatif Formaldehid Pada Ikan Formalin. Surabaya : Penerbit
Asin Di Madura. Universitas Trubus Agrisarana.
Trunojoyo. Agrointek 4(2).
Ichya’uddin, M. 2014. Analisis Kadar
Formalin dan Uji Organoleptik
Ikan Asin Dibeberapa Pasar
Tradisional Di Kabupaten Tuban.