Anda di halaman 1dari 9

Teknik penanganan dan cemaran mikroba, Lokollo et al.

JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1


Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

TEKNIK PENANGANAN DAN CEMARAN MIKROBA PADA IKAN


LAYANG SEGAR DI PASAR TRADISIONAL KOTA AMBON

Edir Lokollo*dan Meigy Nelce Mailoa


Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Pattimura, Kampus Unpatti-Poka
Jalan Mr. Chr. Soplanit Poka 97233 Ambon Maluku
Telepon. (0911) 3825060, faks. (0911) 3825061
*Korespondensi : edir.lokollo@ymail.com
Diterima 13 Maret 2019/ 30 April 2020

Cara sitasi: Lokollo E, Mailoa MN. 2020. Teknik penanganan dan cemaran mikroba pada ikan
layang segar di pasar tradisional Kota Ambon. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
21(3): 103-111.

Abstrak
Hasil perikanan merupakan produk yang mudah mengalami kebusukan, sehingga diperlukan teknik
penanganan yang cermat dan tepat untuk mempertahankan mutunya. Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan dampak penanganan ikan layang yang dijual di pasar. Ikan layang diambil secara acak di
Pasar Arumbae dan Pasar Batu Merah Kota Ambon dua kali dalam sehari yakni pada waktu pagi dan waktu
sore hari. Teknik penanganan ikan diamati pada saat distribusi dan penanganan di pasar yang meliputi
pembersihan, penyimpanan, peletakan ikan serta pemberian es. Jumlah cemaran mikroba pada sampel
dihitung menggunakan metode total plate count (TPC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
cemaran mikroba pada ikan yang diambil pada pagi hari lebih rendah dibandingkan pada ikan yang diambil
pada sore hari. Teknik penanganan dan penjajakan ikan layang yang diterapkan oleh para pedagang di Pasar
Arumbae dan Batu Merah belum diterapkan dengan baik dan belum memperhatikan sistem rantai dingin,
sanitasi air, dan tempat penyimpanan ikan selama penjualan. Jumlah cemaran mikroba pada ikan layang
segar di Pasar Arumbae dan Pasar Batu Merah pada pagi hari yakni 1,2x10⁴-2,6x104 CFU/g dan 1,5x104-
2,6x104 CFU/g sedangkan pada sore hari yaitu 2,4x10⁴-5,0x105 CFU/g dan 4,9x104-4,6x105 CFU/g. Jumlah
mikroba pada ikan layang segar di pasar tradisional Kota Ambon masih sesuai standar mutu mikrobiologi
ikan segar yaitu maksimal 5x10⁵ CFU/g.

Kata kunci : pencucian, pendinginan, penyimpanan ikan, total plate count

Handling techniques and Microbial Contamination on Fresh Scads Fish


(Decapterus sp) in Traditional Markets, Ambon City
Abstract
Fishery products is a highly perishable product experiencing rapid quality deterioration. Proper handling
techniques are needed to maintain the quality of fisheries products. This study was aimed to assess the
handling technique of scad fish in markets of Ambon City. The Scad fish were randomly obtained from
Arumbae and Batu Merah Market, Ambon City twice a day, morning and evening. Fish handling techniques
were observed during distribution and handling in the market which included cleaning, storing, laying fish
and giving ice. Microbial contamination was determined using the total plate count (TPC) method. The study
found that the levels of microbial contamination in fish taken in the morning were lower than in the fish taken
in the afternoon. The handling and assessment techniques of flying fish which are applied by traders in the
Arumbae and Batu Merah Markets have not been implemented well and not yet paying attention to the cold
chain system, water sanitation, fish storage during sales The number of microbial contamination in fresh scads
fish in the Arumbae and Batu Merah market in the morning was 1.2x10⁴-2.6x104 CFU/g and 1.5x104-2.6x104
CFU/g while in the afternoon it is 2.4x10⁴-5.0x105 CFU/g and 4.9x104-4.6x105 CFU/g. These numbers are
still below the maximum allowed level, i.e 5x105 CFU/g, suggesting that the fish are safe for consumption.

Keywords: chilling, fish storage, total plate count, washing

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 103


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1 Teknik penanganan dan cemaran mikroba, Lokollo et al.

PENDAHULUAN aspek mikrobiologis dan sensoris ikan tongkol


Ikan pelagis kecil di antaranya layang yang dijual di tempat pemasaran tradisional,
(Decapterus sp), selar (Selaroides spp), modern serta serta gudang pelelangan ikan di
kembung (Rastrellinger spp), tongkol (Auxis Kota Bandar Lampung; Apriani et al. (2017)
thazard) merupakan sumberdaya perikanan melaporkan keberadaan mikroba dan nilai
yang sangat potensi di Kota Ambon. Alat sensoris ikan tongkol yang diambil dari pasar
tangkap yang biasa digunakan oleh nelayan Peunoyang dan TPI Lampulo Kota Aceh;
untuk menangkap ikan tersebut yaitu “jaring Pattipeilohy dan Moniharapon (2016) juga
bobo” (Apituley et al. 2017). Ikan bila tidak telah melaporkan kemunduran mutu sensoris
ditangani dengan baik maka akan mengalami ikan layang pasca penangkapan.
pembusukan sehingga menurunkan Mutu ikan segar sebagai bahan baku
kualitasnya. Penurunan mutu ikan terjadi makanan sangat dipengaruhi oleh teknik
setelah ikan mati dan yang paling dominan penanganannya (Afrianto dan Liviawaty 1989).
dan berperan dalam kerusakan ataupun Pattipeilohy et al. (2010) menjelaskan bahwa
pembusukan ikan adalah bakteri. Menurut penanganan ikan segar (pelagis kecil sampai
Sembayang (2002); Susanto dan Sopiah (2003) sedang) pasca tangkap oleh para nelayan
pembusukan yang terjadi pada bagian-bagian purse seine (giob) sampai ke pusat pendaratan
tubuh ikan akan mengakibatkan perubahan yang ada di kota Ambon (Seri/Eri, Waai dan
bau (odor), rupa (appearance) dan tekstur Hitu) selama ini hanya menggunakan es batu
(texture) disebabkan oleh aktivitas mikroba. sebagai pengawet, bahkan tanpa pengawetan
Penurunan mutu ikan dapat diketahui karena ketidaktersediaan es sehingga dapat
melalui perubahan secara organoleptik menurunkan mutu kesegaran ikan, selain
yang berasal dari produk tersebut (Winarni itu waktu pembongkaran ikan bila sampai di
et al. 2003). Sistem pertahanan tubuh ikan pasar juga tidak menentu. Kajian terkait efek
ketika hidup dapat menekan keberadaan cara menangani ikan segar oleh pedagang
bakteri pada daging ikan, namun setelah ikan di tempat pemasaran tradisional hingga
mekanisme di dalam tubuh ikan terhenti saat ini masih jarang dilakukan dan yang
bakteri berkembangbiak dan berpenetrasi merujuk khusus penangananan ikan layang
ke dalam daging ikan. Penanganan yang selama penjajakan/penjualan di pasar yang
terlambat membuat pertumbuhan bakteri berdampak pada jumlah kontaminasi
semakin pesat sehingga ikan menjadi mikroba belum menjadi perhatian yang
busuk yang ditandai dengan permukaan serius oleh para peneliti, sehingga penelitian
tubuh berlendir, daging menjadi lembek, ini dilakukan untuk membuktikan dampak
dan berbau busuk dari senyawa antara lain: teknik penanganan ikan layang terhadap
indol,skatol,merkaptan,ammonia,asam tingkat cemaran mikroba selama penjualan
sulfida, dan lain-lain. Hadiwiyoto (1993) di pasar kota Ambon, agar dapat diambil
menjelaskan golongan bakteri psikrofilik langkah lebih lanjut untuk perbaikan teknik
dapat mengkontaminasi produk perikanan penanganan.
yang disimpan pada suhu rendah sekitar
15-20oC dan mampu bertahan hidup pada BAHAN DAN METODE
suhu -10°C hingga 40°C. Tapotubun et al. Bahan dan Alat
(2016) menyatakan bahwa ikan segar dapat Bahan utama pada penelitian ini adalah
terkontaminasi bakteri patogen penyebab ikan layang yang dibeli dari pasar Arumbae
penyakit segera setelah ikan ditangkap sampai dan pasar Batu Merah, NaCl 0,9%, Plate Count
menjelang konsumsi. Agar (PCA) (Merck), akuades dan alkohol.
Beberapa kajian tentang cemaran Alat yang digunakan yaitu gelas
bakteri pada ikan dan hasil laut telah banyak Erlenmeyer (Duran-Normax, Jerman), gelas
dilakukan dan dilaporkan, Violentina et al. beker (Duran-Normax, Jerman), autoklaf
(2015) telah berhasil mengidentifikasi bakteri (Autoklaf All American 75X), label, timbangan
pada ikan tongkol yang dijual di pasar ikan analitik (Top Balance SI 6002), tabung reaksi
Kedonganan Bali; Puri (2016) menganalisis (Duran-Normax, Jerman), dan rak tabung

104 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Teknik penanganan dan cemaran mikroba, Lokollo et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1

stainless, cawan petri (Duran-Normax, Penanganan ikan selama distribusi


Jerman), inkubator (Isuzu Incubator; Hasil tangkapan dari nelayan di bawah
SSJ-115), oven (Memmert), mikropipet ke pasar Arumbae dan pasar Batu Merah
(Mikropipet Scilogex 1000-5000 uL / 1-5 menggunakan mobil pick up yang dilengkapi
mL), spiritus, pisau kecil, tisu, talenan, spatula dengan kotak pendingin dan loyang untuk
stainless dan cool box (stirofoam) dan plastik penampung ikan dan tiba di pasar pada pukul
steril (PP) untuk mengambil sampel. 06:00 WIT. Berdasarkan hasil pengamatan
di lapangan diketahui bahwa penanganan
Metode Penelitian ikan masih kurang baik, karena masih
Metode pengumpulan data dilakukan ditemui pedagang meletakan ikan pada bak
dengan metode survei di lapangan untuk mobil pick up yang kotor dan pemberian
mengamati secara langsung teknik penanganan es tidak memperhitungkan volume ikan.
ikan oleh pedagang di pasar yaitu sumber air Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya
yang digunakan, es, tempat penyimpanan kontaminasi oleh mikroorganisme patogen.
ikan selama penjualan dan metode eksploratif Menurut Metusalach et al. (2012) untuk
untuk mengetahui cemaran bakteri pada ikan mempertahankan kesegaran ikan maka rasio
yang ditumbuhkan pada media agar. es dan ikan yang digunakan oleh pedagang
selama proses pemasaran yaitu 1:1. Menurut
Prosedur Penelitian Dwiyitno (2010) ikan dapat terkontaminasi
Pengambilan sampel ikan dari pedagang bakteri patogen pada saat penyimpanan
di Pasar Arumbae dan Pasar Batu Merah maupun selama distribusi dan menyebabkan
dilakukan dua kali dalam sehari, yakni pada penyakit bagi yang mengkonsumsinya.
pagi hari (pukul 07.00-08.00 WIT) dan Jenis bakteri patogen yaitu Escherichia coli,
sore hari (pukul 15.00-16.00 WIT), setiap Salmonella sp. dan Vibrio cholerae ditetapkan
pengambilan sampel dilakukan pada hari yang sebagai syarat keamanan pangan ikan segar
sama. Ikan disimpan dalam coolbox kemudian (BSN 2006).
dibawa ke Laboratorium BARISTAN Ambon,
untuk selanjutnya dilakukan pengamatan Penanganan ikan oleh para penjual
jumlah cemaran mikroba menggunakan di pasar Arumbae dan pasar Batu
metode angka lempeng total. Merah
Penanganan ikan segar yang
Total Plate Count (TPC) memengaruhi kualitas merupakan bagian
Penghitungan Total Plate Count (TPC) penting pada rantai industri perikanan.
pada ikan layang segar menggunakan metode Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara
hitung cawan merujuk pada SNI 01.2332.3- penanganan ikan yang dipraktikan di tempat
2006 (BSN 2006). pemasaran oleh para pedagang ikan meliputi :

Analisis Data Pembersihan ikan


Metode analisis yang digunakan dalam Tahap awal yang dilakukan oleh
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, data para pedagang sebelum ikan dijual yaitu
yang dihasilkan dianalisis secara deskriptif membersihkan ikan menggunakan air laut dari
serta hasilnya ditampilkan dalam bentuk perairan sekitar pasar. Tempat pengambilan
gambar dan tabel. air laut dapat dilihat pada Figure 1.
Penjual ikan melakukan proses
HASIL DAN PEMBAHASAN pembersihan ikan dengan memasukkan
Penanganan Ikan di Pasar Arumbae ikan ke dalam ember atau loyang berisi air
dan Pasar Batu Merah kemudian dibilas ulang hingga bersih. Praktek
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanganan buruk yang biasa dilakukan oleh
cara penanganan ikan yang dilakukan oleh para penjual ikan pada proses pencucian
pedagang di pasar antara lain : ikan, yaitu air sisa cucian ikan dibuang
begitu saja pada lantai gedung pasar sehingga

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 105


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1 Teknik penanganan dan cemaran mikroba, Lokollo et al.

mengakibatkan timbulnya bau busuk dan memengaruhi keberadaan bakteri ikan


lantai yang kotor. Menurut Buton et al. selama penjualan di pasar.
(2017) ikan yang dicuci dengan air laut tidak
cepat busuk bila dibandingkan dengan ikan Proses penyimpanan ikan
yang dicuci dengan air tawar, tetapi air laut Prosedur penyimpanan ikan dilakukan
yang digunakan harus bersih dan sebelum dengan cara ikan dicuci bersih selanjutnya
dipakai sebaiknya ditampung terlebih dahulu disimpan dalam peti pendingin berisi es
untuk mengeluarkan partikel-partikel yang supaya ikan menjadi awet, namun kondisi
ada pada air laut tersebut. Kapisa et al. (2014) tempat penyimpanan ikan masih belum
menegaskan bahwa air yang digunakan sesuai dengan praktek penanganan yang baik
untuk mencuci ikan harus memenuhi syarat misalnya dengan penggunaan kulkas rusak
mikrobiologis yaitu bebas bakteri patogen sebagai kotak pendingin untuk menyimpan
dan untuk mencegah penurunan mutu ikan yang masih dalam keadaan kotor (Figure 2).
maka air yang digunakan sebaiknya sudah Litaay et al. (2017) menyatakan teknik
mengalami proses klorinasi. Laksmi (1988) penanganan ikan yang baik dengan
menyatakan bahwa bakteri Salmonella, memperhatikan penerapan sistem rantai
Shigella, Vibrio cholera, dan Escherichia coli dingin serta mengutamakan aspek sanitasi dan
merupakan bakteri patogen yang berasal dari higiene, penanganan ikan segar diupayakan
air. Potensi bakteri patogen yang bersumber dengan menjaga temperatur dingin sekitar
dari air dapat menjadi sumber kontaminan 0oC dan selalu mempertahankan jumlah es
pada ikan, oleh sebab itu para pedagang dan tidak terkena sinar matahari. Apabila
ikan di pasar harus memperhatikan ikan yang dibiarkan terbuka pada tempat
kualitas air pencucian yang digunakan. penjualan maka dapat memicu kontaminasi
Apelabi et al. (2014) melaporkan temuan mikroba pada ikan melalui kontak dengan
bakteri Salmonella pada air pencucian ikan udara dan kontaminan lainnya yang berasal
di pasar di tempat pelelangan ikan kota dari asal lingkungan pasar ikan. Kondisi
Kupang. Kapisa et al. (2014) melaporkan suhu penyimpanan ikan juga merupakan
terdapat bakteri E. coli pada air pencucian faktor penentu untuk menekan pertumbuhan
ikan di pasar bahu Kota Manado. Hal ini mikroba sehingga nilai total mikroba pada
menunjukkan bahwa kualitas air yang ikan layang tidak melebihi batas maksimum
digunakan untuk penanganan pencucian nilai TPC pada ikan segar.
ikan maupun hasil laut juga dapat

(a) The pit for taking sea water (b) Washing fish with seawater

Figure 1. A place for seawater collection to wash fish.


(a) The pit for taking sea water (b) Washing fish with seawater

Figure 1. A place for seawater collection to wash fish.

Figure 22Fish
Figure Fishstorage boxplace.
storage

106
Figure 2 Fish storage place.
Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia
Teknik penanganan dan cemaran mikroba, Lokollo et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1

Peletakan ikan di meja/loyang penjualan di coolbox hanya diberikan seadanya, tidak


Proses pemajangan ikan diatas meja memperhitungkan banyaknya ikan yang ada.
penjualan masih juga di temui hal yang Panai et al. (2013) menyatakan
tidak sesuai misalnya menggunakan bahwa penerapan rantai dingin dapat
coolbox kotor, meja kayu untuk tatakan ikan membantu mempertahankan kesegaran ikan.
(Figure 3). Andiny (2017) menegaskan meja Sitakar et al. (2016) menjelaskan bahwa
yang digunakan oleh pedagang sebaiknya pendinginan merupakan proses pengawetan
memperhatikan tingkat kemiringan meja (3o) dengan suhu rendah yang dapat
dan bahan meja seperti porselin atau kayu yang memperpanjang masa simpan ikan.
dilapisi alumunium sehingga mudah untuk Teknik penanganan berperan penting
dibersihkan. Prihatminingtyas dan Setyowati, dalam mempertahankan tingkat kesegaran
(2018) menyatakan bahwa biasanya tidak ikan sehingga dapat meminimalisasi adanya
semua ikan yang dipasarkan dipajang sehingga perbedaan kualitas ikan dari pemasok
dibutuhkan kotak pendingin berbentuk yang sama, oleh karena itu dalam proses
sterofoam box atau fiberglass container, untuk pemasaran/penjajakan ikan di pasar maka es
menyimpan sisa ikan bila tidak terjual. merupakan komponen penting yang harus
terpenuhi. Syafitri et al. (2016) menyatakan
Pemberian es bahwa teknik penanganan ikan dengan
Ikan harus terus diberi es untuk menjaga cara pendinginan dengan perbandingan
rantai dinginnya sehingga memperlambat es dan ikan yaitu 1:1 sangat efektif untuk
kemunduran mutunya. Berdasarkan hasil mempertahankan suhu 0oC sehingga mutu
survei para penjual ikan memberikan es ikan dapat dipertahankan selama penjualan.
tidak memperhatikan jumlah ikan yang
ada sehingga kesegaran ikan kurang begitu Total Cemaran Mikroba
terjaga. Metusalach et al. (2012) menyatakan Total cemaran mikroba pada ikan layang
bahwa sebaiknya rasio dari ikan dan es yang (Decapterus sp) yang diambil dari pasar
digunakan selama proses pemasaran yaitu tradisional di kota Ambon dapat dilihat pada
1:1 dan mempertahankan temperatur 0oC. Table 1. Kuantitas cemaran mikroba pada
Berdasarkan hasil pengamatan langsung sampel ikan yang diambil dari pasar Arumbae
terhadap cara penanganan ikan yang pada pagi hari yakni 1,2x10⁴-2,6x104 CFU/g
dilakukan selama penjualan baik dari proses dan sampel ikan yang diambil sore hari yaitu
pembersihan ikan, penyimpanan ikan dan 2,4x10⁴-5,0x105 CFU/g. Total mikroba pada
penjajaan ikan, maupun proses pemberian es, contoh ikan yang diamati dari pasar Batu
sehingga dapat dilihat bahwa cara penanganan merah pada pagi hari yakni 1,5x104 -2,6x104
ikan oleh pedagang di pasar belum diterapkan CFU/g sedangkan pada sampel yang diambil
dengan baik. Hal ini terbukti lewat praktik sore hari yaitu 4,9x104-4,6x105 CFU/g.
yang kurang baik yaitu 1) air pencucian ikan Total cemaran mikroba pada ikan yang
yang dibuang saja ke lantai gedung pasar dipasarkan pada pagi hari jumlahnya masih
sehingga menimbulkan bau busuk dan kotor; kecil dibandingkan sampel ikan yang diambil
2) coolbox dari kulkas bekas digunakan sebagai pada sore hari, karena kondisinya yang masih
tempat penyimpanan ikan; 3) Pemberian es segar, hal ini disebabkan adanya kemunduran

Figure 3 Placing fish for sales

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 107


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1 Teknik penanganan dan cemaran mikroba, Lokollo et al.

Table 1 Total plate count of scads fish from traditional markets in Ambon City
Total Microbes
Sampling Place Sample Sampling time
(CFU/g)
AR1 2.6x104
AR2 Morning 1.6x104
Arumbae AR3 1.2x104
Market (AR) AR4 5.0x105
AR5 Afternoon 2.4x104
AR6 3.9x104
BM1 2.5x104
BM2 Morning 1.5x104
Batu Merah BM3 2.6x104
Market (BM) BM4 4.6x105
BM5 Afternoon 5.4x104
BM6 4.9x104

mutu ikan selama proses penjualan. peningkatan jumlah bakteri E. coli pada ikan
Ikan mudah rusak sehingga diperlukan layang.
penanganan yang memadai agar mutu dan Angka cemaran mikroba yang ditemukan
kualitasnya tetap terjaga. Penurunan kualitas pada ikan layang segar belum melampaui
ikan dapat dipicu oleh faktor internal standar mutu mikrobiologi ikan segar yaitu
misalnya reaksi enzimatis dan faktor eksternal 5x10⁵ CFU/g (BSN 2006). Penelitian ini
disebabkan oleh parasit atau bakteri. sejalan dengan hasil penelitian Puri (2016)
Penurunan mutu ikan dapat terjadi akibat bahwa ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar
beberapa mekanisme yakni autolisis, aktivitas di Kota Bandar Lampung yang menemukan
bakteriologi dan reaksi oksidasi. Husni dan total bakteri juga dibawah batas SNI (6,5x10⁴
Putra (2015) menegaskan bahwa kerusakan CFU/g). Total bakteri (TPC) pada ikan layang
ikan oleh aktivitas bakteri karena jumlah yang diambil dari pasar Arumbae dan Batu
bakteri meningkat karena terus berkembang Merah masih memenuhi standar mutu
sehingga menyebabkan pembusukan yang sehingga masih layak untuk dikonsumsi.
ditandai dengan timbulnya bau busuk Tetapi apabila penanganan ikan tidak
dan tekstur daging tidak kompak lagi. dilakukan dengan baik maka kemungkinan
Kurniawan et al. (2012) melaporkan bahwa ikan layang tersebut tidak dapat bertahan
ikan cepat mengalami proses pembusukan lama, karena sampai pada saat penjualan
jika dibiarkan pada suhu kamar karena ikan di pasar jumlah mikroba sudah pada
komponen air yang besar pada daging ikan batas maksimum mikroba pada ikan segar
sehingga merupakan tempat yang baik yaitu 5x10⁵ CFU/g. Umumnya pedagang
bagi perkembangan mikroba pembusuk. menyimpan ikan yang diambil pada pagi hari
Penanganan ikan berfungsi baik untuk di dalam coolbox berinsulasi plastik dan tidak
mempertahankan kualitas produk dan nilai tembus dengan perbandingan es dan ikan
ekonomi yang dimilikinya (Junianto 2002). (1:1), kemudian akan dijual kembali pada sore
Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi hari. Proses penanganan ikan segar dilakukan
oleh suhu penyimpanan pasca tangkap dengan cara pendinginan. Perbandingan ikan
maupun selama penjajakan di pasar yang dan es sangat mempengaruhi keberadaan
tidak memperhatikan sanitasi dan higiene. mikroba selama penyimpanan. Hal ini sesuai
Mitchell (2013) dalam penelitiannya dengan hasil penelitian yang dilaporkan Mile
melaporkan bahwa temperatur dan lama (2013) ikan layang yang diberi pengesan
waktu penyimpanan dapat memengaruhi dengan perbandingan ikan dan es, 1:2 selama

108 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Teknik penanganan dan cemaran mikroba, Lokollo et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1

penyimpanan hari ke-0 sampai hari ke-6 DAFTAR PUSTAKA


mempunyai kisaran TPC 2,4x104-7,4x105 Affandi RP, Ferasyi TR, Karina S, 2016. Uji
CFU/g, sedangkan total bakteri psikrofilik mikrobiologi ikan tongkol (Euthynnus
yaitu 8,2x103-3,9x105 CFU/g. Salah satu cara affinis) yang didistribusikan di tempat
untuk meminimalisasi tingkat kontaminasi pelelangan ikan (TPI) lampulo dan oleh
bakteri pada ikan yaitu dengan menjaga pedagang ikan keliling (PIK) di kota
kebersihan tempat penyimpanan ikan dan banda aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
penggunaan es yang cukup. Affandi et al. Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1(3):
(2016) menjelaskan bahwa jumlah mikroba 318-324
pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang Afrianto E, Liviawaty E. 2010. Penanganan
dijual di TPI Lampulo yaitu (8,8x103 CFU/g) Ikan Segar. Bandung (ID) : Widya
lebih kecil dari ikan yang dipasarkan oleh Padjadjaran.
penjual ikan keliling di Kota Banda Aceh Andiny P. 2017. Analisis tingkat keuntungan
(1,1x107CFU/g). Rivai (2014) menjelaskan pedagang ikan di kecamatan peureulak
bahwa contoh ikan tongkol yang dipasarkan kabupaten aceh timur. Jurnal Samudra
oleh pedagang keliling di Kota Makassar Ekonomika. 1(1): 22-32
menunjukkan angka lempeng total tidak Apelabi PC, Wuri DA, Sanam MUE, 2014.
melebihi dari 5×105 CFU/g. Adanya Perbandingan nilai total plate count
perbedaan angka cemaran mikroba ini (TPC) dan cemaran Salmonella sp. Pada
dimungkinkan oleh manajemen sanitasi dan ikan tongkol (Eutynnus sp.) yang dijual
penyimpanan selama penjajakan ikan yang di tempat pelelangan ikan (TPI), pasar
tidak antara pedagang tersebut. tradisional dan pedagang ikan eceran
Berhimpon (1993) menjelaskan bakteri di kota kupang. Jurnal Kajian Veteriner.
proteolitik Gram negatif yang menyebabkan 3(2): 121-137
kebusukan ikan biasanya tumbuh pada Apituley YMTN, Bawole D, Savitri IKE,
suhu rendah, di antaranya Pseudomonas spp, Tuapettel F. 2017. Pemetaan rantai nilai
Acinetobacter, Moraxella, Flavobacterium, ikan pelagis kecil di kota ambon. Jurnal
Vibrio dan Coliform. Selain itu tingginya PAPALELE . 1(1): 15-21
jumlah mikroba yang terdapat pada ikan Apriani R, Ferasyi R, Razali R. 2017. Jumlah
layang juga dipengaruhi oleh kondisi daging cemaran mikroba dan nilai organoleptik
ikan yang banyak mengandung nutrien, suhu ikan tongkol (Euthynnus affinis). Jurnal
dan pH sehingga cocok sebagai media yang Ilmiah Veteriner. 1(3): 598-603
baik untuk pertumbuhan bakteri (Mile 2013). [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006.
Ikan Segar-Bagian 1. SNI 01- 2729-1-
KESIMPULAN 2006. Jakarta (ID) : Badan Standardisasi
Teknik penanganan dan penjajakan Nasional.
ikan layang yang diterapkan oleh para [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006.
pedagang di Pasar Arumbae dan Batu Cara Uji Mikrobiologi. Penentuan Angka
Merah belum diterapkan dengan baik dan Lempeng Total (ALT) pada Produk
belum memperhatikan sistem rantai dingin, Perikanan. SNI 01.2332.3-2006. Jakarta
sanitasi air, tempat penyimpanan ikan selama (ID) : Badan Standardisasi Nasional.
penjualan. Jumlah cemaran mikroba pada Berhimpon S. 1993. Mikrobiologi Perikanan
ikan layang yang dijual di pasar tradisonal Ikani. Bagian 1. Manado (ID) : Universitas
Kota Ambon masih memenuhi Standar Sam Ratulangi
Nasional Indonesia dengan maksimum Dwiyitno. 2010. Identifikasi bakteri patogen
cemaran bakteri pada ikan segar pada produk perikanan dengan teknik
molekuler. Jurnal Squalen. 5(2):67-78.
Hadiwiyoto S. 1993. Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan Jilid I. Yogyakarta (ID) :
Liberty

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 109


JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1 Teknik penanganan dan cemaran mikroba, Lokollo et al.

Husni A, Putra MP. 2015. Pengendalian Mutu YMTN. 2010. Penggunaan atung
Hasil Perikanan. Yogyakarta (ID) : Gadjah (Parinarium glaberimum, HASSK) pada
Mada University Press. penanganan ikan segar. Ambon (ID) :
Junianto. 2002. Teknik Penanganan Ikan. Universitas Pattimura.
Bandung (ID) : Penerbit Swadaya Pattipeilohy F, Moniharapon T. 2016. Kualitas
Kapisa NE, Timbowo SM, Mewengkang sensoris ikan layang (Decapterus
HW, 2014. Bakteri Escherichia coli pada macrosoma) segar pascatangkap dengan
air pencuci ikan di pasar bahu manado. penggunaan ekstrak rumput laut jenis
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan. sayur karang (Gymnogongrus sp.).
2(2) : 68-70 Majalah Biam. 12 (2): 20-26
Kurniawan R, Dessy Y, Syahril N. 2012. Prihatminingtyas B, Setyowati PB 2018.
Analisis Bakteri Pembentuk Histamin Pengembangan pasar tradisional di kota
pada Ikan Tongkol di Perairan Pasie Nan malang. Conference on innovation and
Tigo Koto Tangah Padang Sumatra Barat. application of science and technology
Riau (ID) : Universitas Riau. (CIASTECH 2018) Malang (ID) :
Laksmi BJ. 1988. Sanitasi Dalam Industri Universitas Widyagama Malang.
Pangan. Bogor (ID) : Penerbit Kanisius Puri AA. 2016. Uji bakteriologis dan
bekerjasama dengan Pusat Antar organoleptik ikan tongkol di pasar
Universitas Pangan dan Gizi, IPB Bogor. tradisional, modern dan gudang lelang
Litaay C, Wisudo SH, John Haluan J, Harianto Kota Bandar Lampung. [Skripsi].
B. 2017. Pengaruh perbedaan metode Lampung (ID) : Universitas Lampung.
pendinginan dan waktu penyimpanan Rivai AA. 2014. Karakteristik mutu ikan tngkol
terhadap mutu organoleptik Ikan (Auxis thazard) segar yang dipasarkan
cakalang segar. Jurnal Ilmu dan Teknologi eceran keliling. [Skripsi]. Makassar (ID)
Kelautan Tropis. 9 ( 2):717-726 : Universitas Hasanuddin
Metusalach, Kasmiati, Fahrul, Jaya I. Sebayang N. 2002. Penerapan teknologi
2012. Analisis hubungan antara cara pengasapan ikan bagi masyarakat nelayan.
penangkapan dan cara penanganan Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.
dengan kualitas ikan yang dihasilkan. 8(28) : 25–34
[Laporan hasil penelitian]. Makassar Sitakar NM, Nurliana, Jamin F, Abrar M,
(ID): LP2M. Universitas Hasanuddin. Manaf ZH, Sugito. 2016. Pengaruh suhu
Mile L. 2013. Analisis TPC dan total bakteri pemeliharaan dan masa simpan daging
psikrofilik pada ikan layang (Decapterus ikan nila (Oreochromis niloticus) pada
macrosoma) selama penyimpanan suhu penyimpanan suhu -20°C terhadap
rendah. Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan jumlah total bakteri. Jurnal Medika
dan Kelautan. 1(2): 103-106. Veterinaria. 10(2) : 162-165.
Mitchell LS 2013. Pengaruh suhu dan waktu Susanto JP, Sopiah N. 2003. Pengaruh logam
penyimpanan terhadap peningkatan dan konsentrasi substrat terhadap
kadar histamin pada ikan tongkol. pertumbuhan dan aktivitas bakteri
[Skripsi]. Gorontalo (ID) : Universitas proteolitik pada proses deproteinasi
Negeri Gorontalo. cangkang rajungan. Jurnal Teknologi
Panai AS, Sulistijowati R, Dali FA. 2013. Lingkungan. 4(1) : 40–45
Penentuan perbandingan es curah dan Syafitri, Metusalach, Fahrul. 2016. Studi
ikan nike (Awaous melanocephalus) segar kualitas ikan segar secara organoleptik
dalam coolbox berinsulasi terhadap mutu yang dipasarkan di kabupaten jeneponto.
organoleptik dan mikrobiologis selama Jurnal Ipteks PSP. 3 (6): 544 – 552
pemasaran. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Tapotubun AM, Savitri IKE, Matrutty TEAA.
Kelautan. 1(2) : 59-64. 2016. Penghambatan bakteri patogen
Pattipeilohy F, Moniharapon T, Apituley pada ikan segar yang diaplikasi Caulerpa

110 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Teknik penanganan dan cemaran mikroba, Lokollo et al. JPHPI 2020, Volume 23 Nomor 1

lentillifera. Jurnal Pengolahan Hasil Winarni T, Swastawati F, Darmanto YS,


Perikanan Indonesia. 19(3): 299-308 Dewi EN. 2003. Uji mutu terpadu pada
Violentina GAD, Ramona Y, Mahardika beberapa spesies ikan dan produk
IGNK. 2015. Identifikasi bakteri dari perikanan di Indonesia. [Laporan Akhir
ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang Hibah Bersaing XI Perguruan Tinggi].
diperdagangkan di pasar ikan kedonganan Semarang (ID) : Universitas Diponegoro
bali. Jurnal Biologi . 19 (2) : 58-62.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 111

Anda mungkin juga menyukai