Anda di halaman 1dari 7

REVIEW JURNAL PRAKTIK KIMIA ANALISIS KUALITATIF

TENTANG MAKANAN

YANG MENGANDUNG FORMALIN

Dosen pengampu : apt.Dwi Susiloningrum, M.Farm.

Disusun oleh
Nama : Bagus Linangku K.J
Nim : 201905013
Kelas/Prodi : 4A S1 Farmasi

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS
2020/2021
1.Judul Jurnal
Uji Formalin Pada Ikan Asin Gurami Di Pasar Tradisional Pekanbaru
2.Jurnal
Indonesia
3.Volume,Tahun,Halaman
Vol 1,Hal-2,2014
4.Penulis
Nadya Yulisa,Enikarmila Asni,Miftah Azrin
5.Reviewer
Bagus Linangku K.J
6.Tanggal
24 Juni 2021
7.Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan formalin pada ikan
asin gurami yang dijual di pasar tradisional yang dikelola Dinas Pasar Kota Pekanbaru.
8.Latar Belakang

Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Formalin


akan banyak kita rasakan manfaatnya apabila digunakan secara benar. Formalin
merupakan bahan kimia yang biasa dipakai untuk membasmi bakteri atau berfungsi
sebagai disinfektan. Zat ini termasuk dalam golongan kelompok desinfektan kuat karena
dapat membasmi berbagai jenis bakteri pembusuk, penyakit, cendawan atau kapang.
Formalin juga dapat mengeraskan jaringan tubuh setiap hari. Kita menghirup formalin dari
lingkungan sekitar.

Formaldehida adalah sebutan lain untuk formalin skala kecil yang secara alami terdapat di
alam. Contohnya gas penyebab bau kentut atau telur busuk. Formalin di udara terbentuk
dari pembakaran gas metana dan oksigen yang ada di atmosfer, dengan bantuan sinar
matahari. Formalin mudah larut dalam air sampai kadar 55 %, sangat reaktif dalam
suasana alkalis, serta bersifat sebagai zat pereduksi yang kuat, mudah menguap karena
titik didihnya rendah yaitu -210C (Winarno, 2004).
Formalin juga dapat digunakan untuk keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal,
gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Formalin di dalam
dunia fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin
juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuat produk parfum,
pengawet bahan kosmetik dan pengeras kuku. Formalin dapat dipakai sebagai bahan
pencegah korosi untuk sumur minyak. Formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk
produk kayu lapis (polywood) di bidang industri kayu. Formalin dalam kosentrasi yang
sangat kecil (<1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti
pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampo mobil,
lilin dan karpet.

Sebagian produsen melakukan upaya untuk menjaga daya tahan suatu bahan sehingga banyak
muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan suatu
bahan pangan. Pada praktinya, masyarakat masih banyak yang belum memahami perbedaan
penggunaan bahan pengawet untuk bahan-bahan pangan dan yang non pangan. Penggunaan
bahan kimia berbahaya dalam penanganan dan pengolahan ikan, seperti formalin, boraks, zat
pewarna, CO, antiseptik, antibiotik (kloramfenikol, Niiro furans, OTC), semakin marak. Hal
ini disebabkan oleh bahan pengganti pengawet tersebut kurang tersedia dan peredaran bahan
kimia berbahaya tidak terkontrol dengan baik, dapat diperoleh dengan harga murah dan sangat
mudah diperoleh.

Adanya campuran pengawet serta proses pengolahan yang tidak higienis mengakibatkan
makanan, jajanan bisa berbahaya untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini akan sangat buruk
bagi kesehatan apabila dalam makanan tersebut mengandung pengawet, pewarna, dan pemanis
yang tidak sesuai. Penggunaan Bahan Makanan Tambahan sudah diatur oleh pemerintah
melalui Peraturan Menteri Kesehatan dengan acuan UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
Ketentuan tentang Pangan dalam UU No. 18 Tahun 2012, selain mengatur aspek keamanan,
mutu dan gizi, juga mendorong terciptanya pedagang yang jujur dan bertanggung jawab.

Produsen sering kali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan
tidak tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi konsumen yang
memakannya. Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing menunjukkan bahwa pemberian
formalin dalam dosis tertentu pada jangka panjang bisa mengakibatkan kanker saluran cerna.
Penelitian lainnya menyebutkan peningkatan risiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan
cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan.

Formalin sebagai bahan iritan akan menyebabkan iritasi dan rasa terbakar pada mukosa
kavum nasi, mulut dan saluran nafas bagian atas jika masuk secara inhalasi. Pada konsentrasi
lebih tinggi mampu mencapai bronkiolus dan alveoli lalu menginduksi edema parudan
pneumonia. Apabila formalin tertelan dalam konsentrasi tinggi menimbulkan gejala akut
berupa iritasi di mulut, kerongkongan, ulkus disaluran pencernaan, nyeri dada dan perut,
mual, muntah, diare, perdarahan gas trointestinal, asidosis metabolik, gagal ginjal bahkan
kematian. Formalin juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Menurut American Conference
of Govermental andIndustrial Hygienist (ACGIH), ambang batas formalin adalah 0,4 ppm.
Menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS) adalah 0,1 mg/liter atau
0,2mg/hr dalam air minum dan 1,5 mg-14 mg/haridalam makanan (Cikmaz, 2010). Peraturan
Menteri Kesehatan sudah menyatakan bahwa formalin merupakan bahan tambahan makanan
yang dilarang. Pada kenyataannya masih banyak para produsen makanan yang yang
menyalahgunakan dengan tetap menggunakan zat berbahaya ini. Formalin digunakan sebagai
pengawet makanan, meningkatkan tekstur kekenyalan produk pangan sehingga tampilannya
lebih menarik meskipun kadang bau khas makanan itu sendiri menjadi berubah karena
formalin. Makanan yang rawan dicampur bahan berbahaya ini biasanya seperti bahan
makanan basah seperti ikan, mie, tahu hingga jajanan anak di sekolah (Afrianto, 2008).

Adanya formalin atau tidak dalam makanan bisa dengan tes kalium permanganat. Uji ini
cukup sederhana, dengan melarutkan serbuk kalium permanganat di air hingga berwarna pink
(merah jambu). Perubahan warna pada larutan dari warna merah jambu pudar, maka
menunjukan sampel tersebut mengandung formalin. Uji kualitatif formalin dalam makanan
dapat dilakukan dengan KMnO4, sedangkan analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan
metode spektrofotometri meggunakan larutan Nash , 2,4- dinitrofenilhidrazin dan alkanon
dalam media garam asetat. Formalin dapat juga dianalisa dengan asam kromotropat yang
dilarutkan dalam asam sulfat (BPPOM, Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional No.
3.2000). Sesuai dengan permasalahan masih adanya penggunaan bahan makanan mengandung
formalin ini perlu diketahui lebih lanjut mengenai Uji Kualitatif Kandungan Formalin Pada
Ikan Asin Gurami Di Pasar Tradisional Pekanbaru.
9.Subjek Penelitian

Ikan Asin Gurami

10.Metode Analisis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel total sampel sebanyak 20 sampel. Variabel pada
penelitian ini adalah uji formalin secara kualitatif dan uji formalin secara semi kuantitatif.

11.Hasil

 Hasil uji formalin pada ikan asin gurami di pasar H. Agussalim


didapatkan bahwa 3 sampel ikan asin gurami dari pasar H. Agussalim positif
mengandung formalin dengan konsentrasi sebesar 6,61%, 6,84% dan 1,89%.
 Hasil uji formalin pada ikan asin gurami di Pasar Cik Puan
didapatkan bahwa 3 sampel ikan asin gurami dari pasar Cik Puan positif mengandung
formalin dengan konsentrasi formalin sebesar 4,38%, 6,33% dan 4,91%.
 Hasil uji formalin pada ikan asin gurami di Pasar Labuh Baru
didapatkan bahwa 3 sampel ikan asin gurami dari pasar Labuh Baru positif
mengandung formalin dengan konsentrasi sebesar 7,49%, 7,43% dan 7,61%.
 Hasil uji formalin pada ikan asin gurami di Pasar Rumbai
didapatkan bahwa 4 sampel ikan asin gurami dari pasar Rumbai positif mengandung
formalin dengan konsentrasi sebesar 7,42%, 7,51%, 7,66% dan 7,16%.
 Hasil uji formalin pada ikan asin gurami di Pasar Simpang Baru
didapatkan bahwa 3 sampel ikan asin gurami dari pasar Simpang Baru positif
mengandung formalin dengan konsentrasi sebesar 7,37%, 7,11%, dan 7,47%.
 Hasil uji formalin pada ikan asin gurami di Pasar Lima Puluh
didapatkan bahwa 4 sampel ikan asin gurami dari pasar Lima Puluh positif
mengandung formalin dengan konsentrasi sebesar 5,75%, 4,55%, 6,29 dan 4,63%.
12.Pembahasan

Uji formalin pada ikan asin gurami di pasar tradisional di Pekanbaru pada penelitian ini
dilakukan dalam 2 tahapan, pertama uji formalin secara kualitatif dan kedua uji formalin
secara semi kuantitatif. Sampel yang dinyatakan positif mengandung formalin melalui uji
formalin secara kualitatif akan dilanjutkan dengan uji formalin secara semi kuantitatif untuk
menentukan konsentrasi kandungan formalin berdasarkan formalin cair 37%. Dari penelitian
ini didapatkan bahwa 20 sampel ikan asin gurami dari 6 pasar tradisional yang dikelola
Dinas Pasar Kota Pekanbaru positif mengandung formalin dengan konsentrasi berkisar
antara 1,86% - 7,66%. Perbedaan konsentrasi formalin pada sampel dapat dikarenakan
perbedaan jumlah dan konsentrasi formalin yang digunakan pada saat proses pembuatan
ikan asin serta tergantung pada proses penghalusan sampel dan penambahan aquades panas
untuk memecah ikatan antara formalin dengan daging ikan. Hasil penelitian ini di dukung
oleh penelitian yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kota
Pekanbaru pada tahun 2006, 15 dari 30 sampel makanan positif mengandung formalin, salah
satunya ikan asin.10 Pada penelitian lain terhadap bahan makanan dari dua pasar tradisional
di Pekanbaru menunjukkan hasil 28 sampel positif mengandung formalin dan empat
diantaranya adalah ikan asin.11 Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh BPOM dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada penelitian yang dilakukan oleh BPOM
tidak berdasarkan jenis ikan asin. Selain itu, konsentrasi formalin pada sampel yang didapat
melalui uji semi kuantitatif belum tentu menunjukkan konsentrasi formalin yang
sebenarnya, hal ini dikarenakan proses penghalusan sampel dan penambahan aquades panas
belum bisa menyebabkan lepasnya ikatan formalin dengan daging ikan secara keseluruhan.

13.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian uji formalin pada ikan asin gurami di pasar tradisional
Pekanbaru dengan jumlah sampel sebanyak 20 sampel, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut yaitu uji formalin pada sampel ikan asin gurami dari pasar H. Agussalim
didapatkan hasil bahwa ketiga sampel positif mengandung formalin dengan konsentrasi
6,61%, 6,84% dan 1,89%. Uji formalin pada sampel ikan asin gurami dari pasar Cik Puan
didapatkan hasil bahwa ketiga sampel positif mengandung formalin dengan konsentrasi
4,38%, 6,33% dan 4,91%. Uji formalin pada sampel ikan asin gurami dari pasar Labuh Baru
didapatkan hasil bahwa ketiga sampel positif mengandung formalin dengan konsentrasi
7,49%, 7,43% dan 7,61%. Uji formalin pada sampel ikan asin gurami dari pasar Rumbai
didapatkan hasil bahwa keempat sampel positif mengandung formalin dengan konsentrasi
7,42%, 7,51%, 7,66% dan 7,16%. Uji formalin pada sampel ikan asin gurami dari pasar
Simpang Baru didapatkan hasil bahwa ketiga sampel positif mengandung formalin dengan
konsentrasi 7,37%, 7,11%, dan 7,47%. Uji formalin pada sampel ikan asin gurami dari pasar
Lima Puluh didapatkan hasil bahwa keempat sampel positif mengandung formalin dengan
konsentrasi 5,75%, 4,55%, 6,29% dan 4,63%.

Anda mungkin juga menyukai