Dosen Pengampu :
Apt. Rakhmi Hidayati, M.Farm
Disusun oleh :
Nama : Aizatul Aliyah
NIM : 201905002
Prodi : S1 farmasi 5A
1
BAB III
METODE PENELITIAN
Variabel terkontrol
2
3.3.2 Rancangan penelitian
Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah pre test and post test
only control group design.
Q O1 X1 O6
Aloksan
O2 X2 O7
Q R
Mencit
O3 X3 O8
O4 X4 O9
O5 X5 O10
3
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi STIKES
Cendekia Utama Kudus.
3.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April
2021.
(k-1) (n-1) ≥ 15
4
Keterangan :
k = Jumlah sampel
n = Jumlah sampel tiap kelompok
Dalam percobaan ini sampel dibagi menjadi 5 kelompok sehingga
: (k-1) (n-1) ≥ 15
(5-1) (n-1) ≥ 15
4 (n-1) ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 4,75 = 5
Tiap kelompok terdiri dari 5 mencit total mencit galur swiss webster
yang dibutuhkan 5 x 5 = 25.
Hasil
No Variabel Definisi Operasional Instrumen Skala
Ukur
1 Karakteristik Ekstrak daun jambu - Flavonoid -
Ekstrak Daun biji yang diperoleh saponin
Jambu Biji dari produksi PT. tanin
Industri Jamu
Borobudur Semarang
BPOM TR
062357001 dengan
skrining fitokimia
berupa flavonoid,
saponin dan tanin
2 Glibenklamid Obat diabetik - - -
golongan sulfonilurea
generasi kedua
sebagai agen
pelepasan insulin dari
sel ß pankreas. Tablet
Glibenklamid dosis
5mg/ tablet
diproduksi oleh
PT.Kimia Farma.
5
Lanjutan tabel 3.1 Definisi Operasional
Hasil
No Variabel Definisi Operasional Instrumen Skala
Ukur
3 Kadar gula Kadar gula darah -glukometer - GDS Rasio
darah yang diukur setelah merk Easy normal :
diinduksi aloksan dan Touch <200
sesudah pemberian - strip cek mg/dL
ekstrak daun jambu gula darah -GDP
biji dan glibenklamid -jarum spuit normal :
≥126
mg/dL
6
ekstrak daun jambu biji. Tabung reaksi tersebut dikocok dengan
kuat selama 60 detik. Hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil (buih tidak menghilang).
2) Uji Tanin
Sampel ekstrak daun jambu biji yang telah diencerkan
diambil sebanyak 1 mL, kemudian dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Larutan FeCl₃ 10% ditambahkan sebanyak 2-3 tetes. Hasil
positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kebiruan
atau hijau.
3) Uji Flavonoid
Sampel ekstrak daun jambu biji yang telah diencerkan
diambil sebanyak 1 mL, kemudian dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Serbuk Mg ditambahkan sebanyak 0,5 gram ke dalam
tabung reaksi dan ditunggu hingga serbuk Mg tercampur secara
sempurna dengan ekstrak yang telah diencerkan. HCl pekat
dimasukkan sebanyak 2-3 tetes secara perlahan. Hasil positif
ditunjukkan dengan timbulnya warna merah atau kuning dalam
kurun waktu 3 menit.
3.7.3 Pembuatan Suspensi CMC-Na 0,5%
Sebanyak 0,5% gram Na-CMC dimasukkan ke dalam mortir
yang berisi 10 ml aquadest yang telah dipanaskan, didiamkan selama 15
menit hingga diperoleh massa yang transparan ad homogen. Larutan
Na-CMC dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL, aquadest hingga
100 mL.
3.7.4 Dosis Aloksan
Dosis aloksan untuk membuat mencit diabetes yaitu 150
mg/kgBB (Mustafa et al., 2019).
3.7.5 Dosis Glibenklamid
Dosis Glibenklamid untuk manusia adalah 5 mg, maka konversi
dosis untuk mencit adalah 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg/kgBB.
7
3.7.6 Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Jambu Biji
Dosis ekstrak daun jambu biji untuk manusia adalah 550 mg
maka konversi ekstrak daun jambu biji untuk mencit adalah 0,0026.
Maka dosis ekstrak daun jambu biji untuk mencit adalah 550 mg x
0,0026 = 1,43 mg/hari.
3.7.7 Prosedur Penelitian
1) Sebanyak 25 ekor mencit jantan galur swiss webster diadaptasi
selama 7 hari. Kemudian setiap mencit ditimbang satu persatu untuk
melihat berat badan masing-masing sebelum perlakuan.
2) Pada hari ke-8 dipuasakan selama 12 jam (tetap diberi minum) agar
gula darah mencit yang akan diambil tetap stabil dan tidak ada
perubahan kadar gula darah karena asupan makanan.
3) Setelah dipuasakan, mencit diambil darahnya menggunakan alat
glukometer merk Easy Touch untuk menentukan kadar gula darah
awal (t₀) sebelum dilakukan perlakuan pre test. Mencit dibagi
menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor
mencit. Tiap kelompok ditempatkan suatu kandang.
4) Pada hari ke 9, 10, 11 semua mencit diinduksi aloksan dengan dosis
150 mg/kgBB secara intraperitonial dengan volume 1 mL untuk
membuat diabetes pada mencit.
5) Pada hari ke-12 setelah penginduksian aloksan, masing-masing
mencit diperiksa kembali kadar gula darah dengan cara dipuasakan
kembali selama 12 jam, kemudian diambil sampel darah dari ekor
mencit sebelum diberikan sediaan uji. Apabila kadar gula darah
mencit ≥ 126 mg/dL maka mencit dinyatakan hiperglikemik.
6) Setelah dinyatakan hiperglikemik, masing-masing kelompok mencit
diberikan perlakuan, kecuali kelompok 1 (kontrol normal :
Kelompok 1 : tidak diberi perlakuan (kontrol normal)
Kelompok II : diberi CMC-Na 0,5% (kontrol negatif)
Kelompok III : diberi glibenklamid (kontrol positif)
8
Kelompok IV : diberi ekstrak daun jambu biji 550
mg/kgBB.
Kelompok V : diberi kombinasi ekstrak daun jambu biji
dan glibenklamid.
Perlakuan tersebut dilakukan selama 14 hari.
7) Hari ke-20, semua kelompok diperiksa kembali kadar gula darah
untuk dibandingkan dengan kadar gula darah sebelum perlakuan.
9
3.8 Alur Penelitian
Mencit jantan
Gambar 3.3 Alur Penelitian
Adaptasi 7 hari
Pengukuran kadar gula darah (Pre Test) Untuk memastikan keaadaan hiperglikemik (GDP≥126mg/dL)
Randomisasi
X1 X2 X3 X4 X5
ri ke 11-20 diberiHari
CMC ke Na 0,5%
11-20 diberiHari
CMC-ke 11-20
Na 0,5% Hari ke 11-20
diberi Glibenklamid Hari keEkstrak
11-20 Kombinasi
Daun JambuEkstrak
Biji Daun Jambu Biji
+ glibenklamid
Pengolahan data
10
3.9 Teknik Euthanasia
Teknik ini bertujuan untuk mengurangi penderitaan pada hewan
uji serta mencegah perluasan penyakit pada hewan lain dan pada
manusia.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam euthanasia yakni dengan membius
hewan uji dengan injeksi ketamin, kemudian akan dilakukan dislokasi pada
leher hewan uji. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan ini adalah
:
1. Hewan tidak boleh merasakan sakit
2. Menghindari terjadinya perdarahan dan pengeluaran kotoran hewan uji
3. Menghindari luka yang tidak diinginkan pada hewan uji
3.10 Analisi Data
Parameter yang digunakan adalah kadar gula darah yang diuji
normalitasnya dengan metode Saphiro-Wilk, karena mencit yang digunakan
kurang dari 50 ekor. Data dikatakan terdistribusi normal apabila p>0,05,
kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas (uji Lavena), nilai p>0,05
berarti data yang didapatkan homogen. Selanjutnya dilakukan uji statistik
parametrik yaitu One Way ANOVA yang dilanjutkan dengan post hoc test
LSD (Least Square Difference), untuk data tidak terdistribusi normal dan
tidak homogen, maka data dianalisis dengan uji statistik non parametrik
Kruskall-Wallis yang dilanjutkan dengan uji beda antar 2 rerata dengan uji
Mann-Whitney.
11
12