Anda di halaman 1dari 4

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 1 dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM

Hari/Tanggal : Selasa / 6 Oktober 2020


Materi : 4
Nama : Yenti Budiarti
NPM : 200110180188

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Eulis Tanti Marlina, S.Pt., MP., IPM

1. Judul Praktikum
Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC).
2. Tujuan Praktikum
Praktikan mengerti dan mampu membuat pupuk organik cair dari limbah peternakan.
3. Kajian Pustaka
Industri peternakan yang efisien menjadi sebuah tujuan untuk meningkatkan kualitas
serta kuantitas produksi yang salah satunya, yaitu sistem peternakan terintegrasi. Sistem
peternakan terintegrasi merupakan sistem peternakan yang mengintegrasikan kegiatan
sektor peternakan beserta pendukungnya. Limbah merupakan bahan atau sisa material yang
sudah tidak memiliki nilai guna lagi yang dihasilkan oleh suatu proses dan memiliki nilai
ekonomi yang sangat rendah. Nilai ekonomis rendah pada limbah akan menjadi tinggi nilai
ekonomisnya apabila dilakukan pengolahan secara tepat. Limbah ternak berupa feses yang
bercampur dengan urin tidak dapat langsung diaplikasikan ke tanaman sebagai pupuk
organik karena bahan dalam feses belum terurai menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh
tanaman (Marlina, dkk., 2019).
Pupuk organik mempunyai banyak kelebihan, apabila dibandingkan dengan pupuk
anorganik yaitu pupuk yang memiliki unsur hara yang lebih lengkap, baik unsur hara makro
maupun unsur hara mikro dan pupuk organik mengandung asam-asam organik, enzim dan
hormon yang tidak terdapat dalam pupuk buatan (Rohani, dkk., 2016).
Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal
pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya
penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Penggunaan pupuk organik
dapat memberikan kesuburan dan kegemburan pada tanah sehingga dapat memperbaiki
produktivitas tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi tanah. Secara fisik, kompos
bisa menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan pengikatan
antarpartikel dan kapasitas mengikat air sehingga dapat mencegah erosi dan longsor,
mengurangi tercucinya nitrogen terlarut serta memperbaiki daya olah tanah. Secara kimia,
kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), ketersediaan unsur hara dan
ketersediaan asam humat. Asam humat akan membantu meningkatkan proses pelapukan
bahan mineral. Secara biologi, kompos yang tidak lain bahan organik ini merupakan sumber
makanan bagi miroorganisme tanah. Dengan adanya kompos, fungi, bakteri serta
mikroorganime menguntungkan lainnya akan berkembang lebih cepat. Banyaknya
mikroorganisme tanah yang menguntungkan akan menambah kesuburan tanah (Jasmidi,
dkk., 2018).
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 2 dari 4

4. Hasil Pengamatan

Persiapan filter Persiapan alat penyaringan

Penimbangan dekomposan kering Ekstraksi dekomposan dengan air panas

Hasil ekstraksi kemudian di filtrasi Filtrat

Filtrat dimasukan ke dalam wadah Proses aerasi

Substrat POC dan Filtrat Dekomposan


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 3 dari 4

5. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tayangan video yang telah dipaparkan
mengenai proses pembuatan pupuk organik cair (POC), dalam video tersebut ditayangkan
cara-cara pembuatan pupuk organik cair dari dekomposan yang merupakan hasil dari proses
dekomposisi awal yang terbuat dari limbah feses sapi yang dicampurkan dengan jerami padi.
Dalam pembuatan pupuk organik cair (POC) dibutuhkan ekstraksi dari dekomposan.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dari dekomposan dilakukan dengan cara menambahkan
air panas sampai dengan dekomposan tersebut tenggelam dan proses ekstraksi ini dilakukan
selama 1-2 jam. Proses selanjutnya, yaitu proses filtrasi. Proses filtrasi merupakan suatu
metode pemisahan partikel padatan tersuspensi dalam sebuah campuran tertentu dengan
melewatkan campuran tersebut pada suatu medium filter yang memiliki pori-pori dengan
ukuran tertentu. Dalam proses filtrasi, hasil dari ekstraksi dimasukan kedalam tempat
penyaringan bertingkat dengan tujuan mendapatkan hasil berupa filtrat dan substrat. Filtrat
merupakan suspensi mikroorganisme dan bahan organic dalam bentuk cair. Filtrat dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair (POC) melalui proses
pengomposan cair dan pembuatan feed additive melalui proses fermentasi. Sedangkan
substrat merupakan bagian dari padatan yang terpisah dari filtrat pada proses filtrasi.
Substrat dapat digunakan sebagai bahan baku vermikompos dan biogas. Tahap terakhir
dalam pembuatan pupuk organik cair adalah menginkubasi hasil dari filtrasi yang berupa
filtrat kedalam wadah plastik dan melakukan aerasi selama 15 menit setiap hari.
Pupuk organik cair (POC) merupakan salah satu pupuk yang berwujud cair yang
memiliki kandungan unsur hara organic seperti unsur N, P, K dan unsur hara lain yang
berperan dalam penyediaan hara tanaman. Selain unsur hara, dalam pupuk organik cair juga
mengandung mikroba yang mempunyai sifat fiksasi nitrogen dan pelarut phosfat.
Kunggulan penggunaan pupuk organik cair yaitu volume penggunaan lebih hemat
dibandingkan pupuk organik padat serta aplikasinya lebih mudah karena dapat diberikan
dengan penyemprotan atau penyiraman. Proses pembuatan pupuk organic cair (POC)
dikatakan selesai apabila telah memiliki ciri-ciri diantaranya, yaitu pH POC netral, POC
tidak berbau, POC tidak membentuk endapan (larut sempurna) bila ditambahkan dengan air,
tidak keruh apabila dilarutkan dengan air dan tekturnya seperti air (tidak kesat ataupun licin
di tangan) (Rohani, dkk., 2016).
Metode pemberian pupuk organik cair (POC) kepada tanaman yang paling efektif,
yaitu dengan cara penerapan langsung pada daun. Pemberian pupuk organik cair (POC)
melalui daun memberikan respon yang cepat terhadap tanaman karena dapat digunakan
langsung oleh tanaman, sehingga proses penyerapan unsur hara oleh tanaman menjadi lebih
mudah. Unsur hara dalam bentuk larutan yang diberikan melalui daun akan masuk ke dalam
tanaman melalui stomata (Indah, 2006)
Pertumbuhan tanaman sangat erat kaitannya dengan unsur hara dalam tanah, dengan
diberikan pupuk organik cair (POC) kepada tanaman maka pertumbuhan tanaman lebih
berkualitas. Salah satu contoh unsur hara yang dimaksud adalah N, P dan K. Dimana unsur
hara N memiliki peran dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
khususnya batang dan cabang, sehingga tinggi tanaman dan jumlah cabang tanaman
bertambah. Kemudian unsur hara P memiliki peran dalam merangsang pertumbuhan akar,
khususnya pertumbuhan akar benih dan tanaman muda. Selanjutnya yang terakhir, yaitu
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 9-9-2019 5 4 dari 4

unsur hara K yang memiliki peran dalam menguatkan dan memperkokoh tumbuh tanaman,
serta merangsang pertumbuhan batang (Safitri, dkk., 2017)

6. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa dalam
dunia peternakan perlu adanya upaya dalam menanggulangi limbah. Salah satu upaya dalam
menanggulangi limbah cair peternakan, yaitu dengan membuat pupuk organic cair (POC).
Pupuk organik cair (POC) yang terbuat dari bahan baku hasil dekomposisi awal berupa
dekomposan yang kemudian diproses dengan metode ekstraksi, filtrasi dan aerasi
merupakan salah satu pupuk yang berwujud cair yang memiliki kandungan unsur hara
organic seperti unsur N, P, K dan unsur hara lain yang berperan dalam penyediaan hara
tanaman. Proses pembuatan pupuk organik cair (POC) dikatakan selesai apabila telah
memiliki ciri-ciri diantaranya, yaitu pH POC netral, POC tidak berbau, POC tidak
membentuk endapan (larut sempurna) bila ditambahkan dengan air, tidak keruh apabila
dilarutkan dengan air dan tekturnya seperti air (tidak kesat ataupun licin di tangan).

7. Daftar Pustaka
Indah, KT. 2006. Pengaruh Waktu Aplikasi Pupuk Kandang Ayam dan Konsentrasi Pupuk
Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
frutescens Linn.) Program Studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Skripsi
(Jurnal) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Jasmidi, Zainuddin M dan Puji Prastowo. 2018. Pemanfaatan Urin Sapi Menjadi Pupuk
Organik Cair Kelompok Tani Desa Sukadamai Timur. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat 24 (1) : 570-575.

Marlina, Eulis Tanti., Yuli Astuti Hidayati dan D. Zamzam Badruzzaman. 2019. Pengolahan
Terpadu Limbah Ternak di Kelompok Tani Rancamulya Sumedang. Media Kontak
Tani Ternak 1 (1): 5-10.

Rohani, St., Sitti Nurani Sirajuddin., Muhammad Irfan Said., Muhammad Zain Mide.,
Nurhapsa. 2016. Model Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai Pupuk Organik Cair
Kecamatan Liburen Kabupaten Bone. Jurnal Panrita Abdi 1(1) : 11-15

Safitri, Adhis Dian., Riza Linda dan Rahmawati. 2017. Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC)
Kotoran Kambing Difermentasikan Dengan EM4 Terhadap Pertumbuhan Dan
Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescents L.) Var. Bara. Jurnal
Protobiont 6 (3) : 182-187.

Anda mungkin juga menyukai