PENDAHULUAN
1
PER-22/BC/2016/ diterbitkan dengan tujuan diantaranya adalah untuk
memberikan pedoman bagi petugas dalam melakukan pengambilan contoh
barang, menjamin keseragaman hasil pengujian laboratories.”
Sementara itu beberapa hal teknis yang diatur dalam peraturan ini
diantaranya adalah tata cara permohonan pengajuan pengujian laboratories dan
identifikasi contoh barang, petunjuk teknis pengambilan barang untuk pengujian,
serta hal hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan barang contoh.
2
1.5 Visi Dan Misi
1. Visi
Sejajar dengan institusi kepabeanan dan cukai dunia dalam kinerja dan citra
2. Misi
Memberikan pelayanan yang terbaik kepada industri, perdagangan, dan
masyarakat
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
peningkatan produksi pangan akan dilakukan melalui peningkatan hasil yang
dimungkinkan oleh perbaikan di bidang nutrisi tanaman.
Pupuk juga merupakam suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat
fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman. Dalam pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang
mengandung satu atau lebih hara tanaman. Berbicara tentang tanaman tidak akan
lepas dari masalah pupuk. Dalam pertanian modern, penggunaan materi yang
berupa pupuk adalah mutlak untuk memacu tingkat produksi tanaman yang
diharapkan. Seperti telah diketahui bersama bahwa pupuk yang diproduksi dan
beredar dipasaran sangatlah beragam, baik dalam hal jenis, bentuk, ukuran,
maupun kemasannya. Pupuk–pupuk tersebut hampir 90% sudah mampu
memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman, dari unsur makro hingga unsur
yang berbentuk mikro. Kalau tindakan pemupukan untuk menambah bahan-bahan
yang kurang tidak segera dilakukan tanaman akan tumbuh kurang sempurna,
misalnya menguning, tergantung pada jenis zat yang kurang (Rinsema, 1983).
5
Tidak heran kalau tanah yang selalu ditanami terus-menerus, akan
memundurkan kesuburan tanah. Hal ini disebabkan oleh unsur hara terserap
tanaman dan tidak dikembalikan karena hasil panennya dibawa ke tempat lain:
perubahan unsur hara dalam tanah karena persenyawaan dengan zat lain sehingga
sukar untuk diserap tanaman, misalnya zat fosfat dan kalsium. Begitu juga dengan
unsur hara dalam tanah yang tersangkut dan larut oleh air hujan atau aliran air
irigasi, termasuk unsur hara terlarut air dan masuk pada tanah lapisan yang lebih
bawah ( Isnaini, 2006).
Saat ini dikenal 16 macam unsur yang diserap oleh tanaman untuk
menunjang kehidupannya. Tiga diantaranya diserap udara, yakni karbon (C),
oksigen (O2), dan hidrogen (H). Sementara itu, tiga belas unsur mineral lainnya
diserap tanaman di dalam tanah, yakni nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K),
kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur (S), besi (Fe), mangan (Mn), boron, (B),
seng (Zn), tembaga (Cu), molibdedenum (Mo), dan khlor (Cl). Ketiga belas unsur
mineral tersebut sering disebut dengan unsur hara. Saat ini unsur hara dapat
disediakan oleh berbagai macam pupuk yang tersedia di pasaran (Novizan, 2002).
6
disebabkan oleh tekanan osmotis. Selain itu ion kalium mempunyai fungsi
fisiologis yang khusus pada asimilasi zat arang,yang berarti apabila tanaman sama
sekali tidak diberi kalium, maka asimilasi akan terhenti. Tentang sumber-sumber
kalium ialah:
Yang terdapat pada abu tanaman, misalnya pada abu daun teh yang muda
mengandung sekitar 50% K2O, sedang pada pucuk tebu yang muda mengandung
sekitar 60-70% K2O. Zat kalium mempunyai sifat mudah larut dan hanyut , selain
itu mudah difikasi dalam tanah.
2 . 2 Klasifikasi Pupuk
7
B. Pupuk Buatan
Pupuk yang dibuat oleh pabrik misalnya : Pupuk urea, Rustika dan
Nitrophoska (Rosmarkam, 2002)
B. Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika,
kimia, atau biologis. Pada umumnya pupuk anorganik dibuat oleh pabrik. Bahan
8
bahan dalam pembuatan pupuk anorgank berbeda beda, tergantung kandungan
yang diinginkan. Misalnya unsur hara fosfor terbuat dari batu fosfor, unsur hara
nitrogen terbuat dari urea. Pupuk anorganik sebagian besar bersifat higroskopis.
Higroskopis adalah kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin tinggi
higroskopis semakin cepat pupuk mencair (Musnamar, 2003).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk
dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya
urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen)
(Lingga, 2000).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk
tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya
mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan
sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu
unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya
(Hardjowigeno, 2004).
9
2.2.5 Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya
A. Pupuk yang mengandung hanya satu hara tanaman. Misalnya, Pupuk urea
yang mengandung hara nitrogen, dan pupuk TSP yang hanya mementingkan
hara P saja
B. Pupuk majemuk
Pupuk yang mengandung dua atau lebih hara tanaman. Misalnya, pupuk NPK
dan rustika
10
Gambar 2.1 Diagram Skematis Spektrofotometer FT-IR (Watson, 2005)
11
radiasi inframerah dengan bilangan gelombang antara 1200 dan 4000 cm-1.
Bagian tersebut dari spektrum inframerah khususnya berguna untuk mendeteksi
adanya gugus fungsi dalam senyawa organik. Memang daerah ini sering
dinyatakan sebagai daerah gugus fungsi karena kebanyakan gugus fungsi yang
dianggap penting oleh para kimiawan organik mempunyai serapan khas dan nisbi
tetap pada panjang gelombang tersebut (Pine, 1988).
Identifikasi pita absorpsi khas yang disebabkan oleh berbagai gugus fungsi
merupakan dasar penafsiran spektrum inframerah (Creswell, 1972).Hadirnya
sebuah puncak serapan dalam daerah gugus fungsi dalam sebuah spektrum
inframerah hampir selalu merupakan petunjuk pasti bahwa beberapa gugus fungsi
tertentu terdapat dalam senyawa cuplikan. Demikian pula, tidak adanya puncak
dalam bagian tertentu dari daerah gugus fungsi sebuah spektrum inframerah
biasnya berarti bahwa gugus tersebut yang menyerap pada daerah itu tidak ada
(Pine, 1980).
Asam karboksilat mempunyai dua karakteristik absorbsi IR yang
membuat senyawa -CO2H dapat diidentifikasi sengan mudah. Ikatan O-H dari
golongan karboksil diabsorbsi pada daerah 2500 sampai3300 cm-1, dan ikatan
C=O yang ditunjukkan diabsorbsi di antara 1710 cm-1sampai 1750 cm-1
(McMurry, 2007).
Daerah spektrum FT-IR dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Daerah gugus fungsi (4000 – 1300 cm-1)
2. Daerah sidik jari (1300 – 910 cm-1)
3. Daerah aromatik (910–650cm-1) (Cooper, 1980 )
Untuk identifikasi, pada spektrum bahan yang diuji dibandingkan dengan
spektrum yang diperoleh dari bahan pembanding yang dilakukan secara
bersamaan, atau dengan spektrum pembanding. Spektrometer inframerah
konvensional mendispersi radiasi inframerah melalui kisi atau prisma.
Pengembangan peralatan laboratorium dengan sistem komputerisasi memberikan
pilihan tambahan yaitu dengan menggunakan interferometer yang dipasangkan
dengan komputer untuk pengurangan data dengan membuat transformasi Fourier
pada interferogram untuk memperoleh spektrum inframerah. Instrumen ini dikenal
dengan Fourier Transform Infrared Spectrometers (FTIR). Terlepas dari
12
perbedaan kecil pada frekuensi rendah, semua jenis instrumen inframerah yang
disebutkan di atas menghasilkan data yang sebanding dan umumnya dapat saling
menggantikan untuk analisis kualitatif. Akan tetapi, setiap instrumen memiliki
karakteristik sinyal terhadap detau (signal-to-noise) dan resolusi spesifik.
Spektrofotometer yang sesuai untuk uji identifikasi biasanya berkerja
pada daerah 4000 – 600 cm-1 (2,5 – 16,7 μm) atau dalam beberapa kasus sampai
250 cm-1 (40 μm). Jika harus digunakan teknik pemantulan total terlemahkan,
instrumen harus dilengkapi dengan tambahan elemen pemantul tunggal atau ganda
yang sesuai. Setiap elemen tambahan harus sesuai dengan spektrofotometer
sehingga diperoleh transmisi maksimum (Syahputri, 2007).
13
pada penggunaannya, XRF dapat dihasilkan tidak hanya oleh sinar-X tetapi juga
sumber eksitasi primer yang lain seperti partikel alfa, proton atau sumber elektron
dengan energi yang tinggi (Viklund, 2008).
Ketika sebuah unsur ditembakkan oleh sinar X, karakteristik
radiasi akan dikeluarkan sebagai bentuk energi yang akan dipergunakan elektron
dalam perpindahan dari satu orbital ke orbital lainnya. Sinar primer dari tabung
(tube) sinar X menyebabkan perpendaran karakteristik berupa garis lurus dari
unsur yang terdapat dalam suatu sampel (Sheralyn M. Hume, 1990).
Kadar pengotor (impurities) dalam pupuk dapat ditentukan dengan
menggunakan X- Ray Fluorescence dengan pellet yang ditekan (pressed) dengan
diameter 40 mm. Analisis X-ray fluorescence merupakan metode penentuan
elemen dalam padatan atau cairan yang cepat, tidak merusak, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Dengan peralatan konvensional, hal ini berdasarkan pada
pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar X yang diemisikan oleh
sampel, ketika tereksitasi oleh sinar dari tabung X -ray primer. Pada dasarnya ini
merupakan sebuah teknik permukaan, karena sinar primer tidak masuk terlalu jauh
kedalam zat tersebut. Biasanya hanya beberapa micrometer untuk unsur-unsur
yang cukup berat seperti emas dan sekitar setengah millimeter untuk unsur - unsur
yang lebih ringan seperti aluminium.
Energi yang tinggi yang terkandung di dalam sebuah sinar X
menyebabkan sebuah sampel mengeluarkan karakteristik sinar X dari atom-atom
di dalam sample tersebut. Elemen diidentifikasi dari panjang gelombang atau
energi dari karakteristik radiasi ini, dan konsentrasi dihitung dari pengukuran
intensitas (Clive Whiston, 1987).
Penembakan suatu bahan atau logam tertentu oleh sejumlah elektron,
yang memiliki energi yang cukup besar dapat menghasilkan sinar-X. Hampir
semua energi kinetik darielektron ini berubah menjadi panas, tapi sebagian dari
padanya berubah menjadi sinar X.
14
E = 1,1 X 10-9 Z . V
Keterangan : E : Efisiensi pembentukan sinar X
Z : Nomor atom
V : Tegangan listrik dari sinar X
Sinar X
Filamen Target
Elektron
+ -
Listrik bertegangan Tinggi
X-ray tube adalah sumber sinar X yang paling banyak dipergunakan dalam
peralatan diffraksi sinar-X, X-ray tube ini mempunyai berbagai bentuk untuk
berbagai kegunaan. Efisiensi kerja dari alat X-ray tube ini, sangat dipengaruhi
oleh titik lebur dan daya hantar panas dari target. Pengukuran panjang gelombang
dari sinar X adalah melalui pengukuran sudut difraksi dengan menggunakan
kristal. Hubungan antara panjang gelombang ( λ ), ketebalan kristal dan sudut
difraksi ( θ ) dinyatakan dengan persamaan Braggs :
2 d sin θ = n λ
15
θ θ
d
16
Gambar 2.4 Pembagian panjang gelombang
17
2.4.3 Prinsip kerja XRF
Apabila terjadi eksitasi sinar-X primer yang berasal dari tabung X ray atau
sumber radioaktif mengenai sampel, sinar-X dapat diabsorpsi atau dihamburkan
oleh material. Proses dimana sinar-X diabsorpsi oleh atom dengan mentransfer
energinya pada elektron yang terdapat pada kulit yang lebih dalam disebut efek
fotolistrik. Selama proses ini, bila sinar-X primer memiliki cukup energi, elektron
pindah dari kulit yang di dalam menimbulkan kekosongan. Kekosongan ini
menghasilkan keadaan atom yang tidak stabil. Apabila atom kembali pada
keadaan stabil, elektron dari kulit luar pindah ke kulit yang lebih dalam dan proses
ini menghasilkan energi sinar-X yang tertentu dan berbeda antara dua energi
ikatan pada kulit tersebut. Emisi sinar-X dihasilkan dari proses yang disebut X
Ray Fluorescence (XRF). Proses deteksi dan analisa emisi sinar-X disebut analisa
XRF. Pada umumnya kulit K dan L terlibat pada deteksi XRF. Sehingga sering
terdapat istilah Kα dan Kβ serta Lα dan Lβ pada XRF. Jenis spektrum X ray dari
sampel yang diradiasi akan menggambarkan puncak-puncak pada intensitas yang
berbeda (Viklund, 2008).
Jenis XRF yang kedua adalah EDXRF. EDXRF (Energy-dispersive X-ray
Fluorescence) spektrometri bekerja tanpa menggunakan kristal, namun
menggunakan software yang mengatur seluruh radiasi dari sampel kedetektor
(PANalytical, 2009).
Radiasi Emisi dari sample yang dikenai sinar-X akan langsung ditangkap
oleh detektor. Detektor menangkap foton – foton tersebut dan dikonversikan
menjadi impuls elektrik. Amplitudo dari impuls elektrik tersebut bersesuaian
dengan energi dari foton – foton yang diterima detektor. Impuls kemudian menuju
sebuah perangkat yang dinamakan MCA (Multi-Channel Analyzer) yang akan
memproses impuls tersebut. Sehingga akan terbaca dalam memori komputer
sebagai channel. Channel tersebut yang akan memberikan nilai spesifik terhadap
sampel yang dianalisa. Pada XRF jenis ini, membutuhkan biaya yang relatif
rendah, namun keakuratan berkurang (Gosseau, 2009).
18
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
3.2 Bahan
- Pupuk NP 16-20-0-125
- Aseton
- Aquadest
- Amonium hepta molibdat
- HNO3
- Perklorat
19
- Dicari titik puncak sampel dengan klik “ find peak”
- Dicetak analisa
20
3.3.3.2 Analisa dengan menggunakan instrument X-Ray Fluorescence (XRF)
- Dinyalakan XRF dengan menakan tombol power dan kemudian
- Ditentukan metode yang akan digunakan untuk menganalisa pupuk dengan
menyentuh “sampel type” pada layar XRF
- Disentuh “ data entry” untuk memberi nama sampel pupuk
- Diarahkan instrumen XRF ke pupuk yang telah disiapkan di dalam sampel
cup
- Ditekan dan tahan “trigger” selama tiga puluh detik hingga terdengar bunyi
- Dicetak hasil analisa
21
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Berdasarkan FT-IR
Untuk menunjukkan adanya vibrasi stretching N-H pada bilangan
gelombang 2806.94 cm-1 didukung oleh vibrasi bending 1440.14 cm-1. S-H
menunjukkan vibrasi stretching pada bilangan gelombang 2415.00 cm-1
sedangkan S=O menunjukkan vibrasi stretching pada bilangan gelombang
1042.29 cm-1.
23
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil analisa kandungan yang terdapat dalam pupuk NP 16-20-0-125
dengan menggunakan alat Fourier Transform Infrared (FTIR) menunjukkan
N-H stretching pada bilangan gelombang 2806.94 cm-1 dan bending pada
bilangan gelombang 1440.14 cm-1. Ikatan S-H stretching pada bilangan
gelombang 2415.00 cm-1, sedangkan S=O stretching pada bilangan gelombang
1042.29 cm-1
2. Dari hasil analisa pupuk NP 16-20-0-125 dengan menggunakan metode kimia
basah dimana hasil uji Nitrogen menunjukkan hasil positif, hasil uji Phospat
menunjukkan hasil postif, hasil uji Nirogen menunjukkan hasil uji negatif.
3. Dari hasil analisa pupuk NP 16-20-0-125 dengan menggunakan alat X-Ray
Flourescence (XRF) menunjukkan kandungan Phospat dalam bentuk P2O5
dengan konsentrasi 8,39 % dan Kalium dalam bentuk K2O dengan
konsentrasi 4,49%
5.2 Saran
Selama melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di BPIB Medan maka
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mahasiswa/I yang selanjutnya
akan melakukan PKL di BPIB Medan yaitu :
1. Meningkatkan jadwal waktu PKL sehingga ilmu yang didapat lebih banyak
2. Mematuhi peraturan yang diterapkan di BPIB Medan
3. Meningkatkan keingintahuan selama masa PKL untuk menambah
pengetahuan
4. Menggunakan peralatan safety yang lengkap saat menganalisa sampel
5. Menjaga privasi karyawan dan BPIB Medan
6. Berhati – hati saat menganalisa sampel
7. Menganalisa sampel sesuai dengan Instruktur Kerja (IK) di BPIB Medan
24
DAFTAR PUSTAKA
Engelstad, O.P. 1997. Teknologi dan penggunaan pupuk. (Edisi ketiga). Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Jakarta: Erlangga.
Wacana.
Marsono, dan Paulus, S., 2001. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasi. Penebar
Swadaya. Jakarta
McMurry, J. 2007. Organic Chemistry. International Student Edition.
China:Thomson
Musnamar. 2003. Pupuk Organik (Cair dan Padat, Pembuatan Aplikasi). Penebar
Swadaya. Jakarta..
25
Viklund, A.,2008, Teknik Pemeriksaan Material Menggunakan XRF, XRD dan
SEM-EDS,
Whiston,Clive.1987.“X-RayMethods”.JohnWiley&Sons.United Kindom
26
LAMPIRAN
27
Hasil analisis pupuk NP 16-20-0-125 dengan menggunakan X-Ray Fluoroscence (XRF)
28