Anda di halaman 1dari 9

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Modul 3 :Konsep Dasar kewarganegaraan


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep dasar, prinsip, prosedur
pembelajaran PPKN
2. Struktur, Metode, dan spirit keilmuan
kewarganegaraan
3. Konsep kajian keilmuan
kewarganegaraan berlandaskan
pancasila dan UUD 1945

4. Isu – isu kewarganegaran


No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang KB Konsep dasar, prinsip, prosedur
dipelajari pembelajaran PPKN

1. Pendidikan budi pekerti sebagai


prakonsepsi menurut ki hajar
dewantara Dengan menggagas
PPKn sebagai pendidikan morality
menunjukkan bahwa Indonesia
punya konsep khusus dalam
mengusung pendidikan
kewarganegaraan yang berfokus
pada pengembangan aspek moral
seorang warganegara.
1. Pendidikan kewarganegaraan dalam
wujudnya yang sekarang yaitu mata
pelajaran PKn bertujuan terbentuknya
warga negara yang cerdas, berkarakter
dan terampil sesuai yang diamanatkan
Pancasila dan UUD Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945 yang termaktub
dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah
2. Sejarah Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia
dimulai pada tahun 1957 saat
pemerintahan Sukarno atau yang
lebih dikenal dengan istilah civics.
Penerapan Civics sebagai pelajaran
di sekolah-sekolah dimulai pada
tahun 1961 dan kemudian berganti
menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan pada tahun 1968.
3. Pendidikan berbasis nilai mencakup
keseluruhan aspek sebagai alternatif
pengajaran atau bimbingan kepada
peserta didik, agar menyadari nilai
kebenaran, kebaikan, dan keindahan,
melalui proses pertimbangan nilai yang
tepat dan pembiasaan bertindak yang
konsisten. Mari PKn dengan model
pendidikan berbasis nilai yang sistemik,
merupakan upaya alternatif yang
diperlukan peserta didik dalam rangka
menghadapi tantangan globalisasi serta
dinamika kehidupan kini dan pada masa
yang akan dating
4. Peran PPKn, kesadaran berkonstitusi
adalah bagian dari kesadaran hukum
yang bersama isi/substansi hukum
(konstitusi) dan pemegang peran
(struktur) yaitu aparat negara atau
penyelenggara Negara merupakan
komponenkomponen utama dalam sistem
hukum. Efektif atau tidaknya hukum
(konstitusi) dalam suatu masyarakat atau
negara akan sangat ditentukan oleh
ketiga komponen tersebut (Sukriono,
2016)
5. Selain itu, PPKn sebagai pendidikan
politik juga merupakan strategi untuk
mewujudkan masyarakat kewargaan atau
civil society. Konsep ini sebagai upaya
PPKn dalam menumbuhkan atribut
aspirasi aktif dan partisipasi aktif warga
negara yang memiliki ciri karakter
demokratis

KB Struktur, Metode, dan spirit keilmuan


kewarganegaraan

1. PKn sebagai pendidikan politik berupaya


untuk membangun dan membentuk
warganegara yang berperan aktif di dalam
politik atau politik kewarganegaraan.
Peran warga negara baik di bidang politik,
hukum, ekonomi dan sosial-budaya
merupakan substansi hubungan warga
negara dengan negara.

2. Komponen Keilmuan
Civics
3. Komponen Pertama Civic Knowledge,
“berkaitan dengan kandungan atau nilai
apa yang seharusnya diketahui oleh
warganegara” Branson (Setiawan dan
Yunita, 2017) . Aspek ini menyangkut
kemampuan akademik keilmuan yang
dikembangkan dan berbagai teori atau
konsep politik, hukum dan moral.
Dengan demikian, mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan bidang kajian
multidisipliner.
4. Komponen Kedua, Civic Skill meliputi
keterampilan intelektual (intellectual
skills) dan keterampilan berpartisipasi
(participator), dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Contoh
keterampilan intelektual adalah
keterampilan dalam merespon berbagai
persoalan politik, misalnya merancang
dialog dengan DPRD. Dalam contoh
tersebut, keterampilan berpartisipasi
adalah keterampilan menggunakan hak
dan kewajiban di bidang hukum,
misalnya segera melapor kepada polisi
atas terjadinya kejahatan yang diketahui.
5. Komponen Ketiga, civic disposition
(watak-watak kewarganegaraan)
merupakan dimensi yang paling
substantif dan esensial dalam mata
pelajaran PKn. Dimensi watak
kewarganegaraan dapat dipandang
sebagai “muara” dari pengembangan
kedua dimensi sebelumnya. Dengan
memperhatikan visi, misi, dan tujuan
mata pelajaran PKn, karakteristik mata
pelajaran ini ditandai dengan penekanan
pada dimensi watak, karakter, sikap dan
potensi lain yang bersifat afektif.
6. Secara konseptual, PKn memiliki objek
kajian pokok ilmu politik, demokrasi
politik (political democracy) untuk aspek
hak dan kewajiban (duties and rights of
citizen). Dari objek kajian pokok inilah
berkembang yang secara harfiah diambil
dari bahasa latin civicus, yang artinya
warga negara pada zaman Yunani kuno.
Secara praksis, fokus kajian/bidang
telaah PKn adalah perilaku warga
negara. Perilaku warga negara sebagai
pribadi maupun anggota masyarakat
berada dalam lingkup sebuah organisasi,
sebagai pengikat dan sekaligus yang
memberi ruang untuk melakukan
perbuatan.

Sumber Filosofis Tradisi


Struktur Keilmuan PPKn
 Tradisi Perenialisme
 Tradisi Esensialisme
 Tradisi Progresivisme
 Tradisi Rekonstruksionisme
7. Strategi dan metode belajar inkuiri
dianggap paling cocok untuk
memfasilitasi keperluan strategi dan
metode belajar PKn. Dalam hal
menerapkan metode inkuiri, maka
langkah-langkah metode inkuiri adalah
sebagai berikut (Wahab dan Spariya,
2011):

 Perumusan masalah
 Perumusan hipotesis
 Konseptualisasi
 Pengumpulan data
 Pengujian dan analisis data
 Menguji hipotesis
 Memulai inkuiri lagi.

8. Pembelajaran PPKn berbasis portofolio


merupakan metode pembelajaran
untuk pembentukan warga negara
demokratis, yakni cara
membelajarkan anak didik dengan
mengembangkan kecerdasan warga
negara (civic intelligence) dalam
dimensi spiritual, rasional, emosional
dan sosial, mengembangkan tanggung
jawab warga negara (civic
responsibility), dan mengembangkan
anak didik berpartisipasi sebagai
warga negara (civic participation) guna
menopang tumbuh dan
berkembangnya warga negara yang
baik.
9. Dengan pola aktualisasi
kewarganegaraan yang demikian, bagi
bangsa Indonesia sendiri spirit
kewarganegaraan dapat muncul
dengan adanya perasaan patriotisme
yang tinggi dan kedudukan bahasa punya
efek yang baik bagi seluruh warga negara
Indonesia yang majemuk untuk
membentuk rasa persatuan kebangsaan.
Paradigma ini sebagai cikal bakal lahirnya
semangat kewarganegaraan Indonesia
yang menginginkan adanya rasa patriotik
dan rasa persatuan dalam bingkai
kehidupan berbangsa dan bernegara.
10. Dalam konteks itu pancasila sebagai
dasar Negara, ideologi nasional, dan
pandangan hidup bangsa dikonsepsikan,
dimaknai, dan difungsikan sebagai entitas
inti (core/central values) yang menjadi
sumber rujukan dan kriteria keberhasilan
pencapaian tingkat kompetensi dan
pengorganisasian dari keseluruhan ruang
lingkup mata pelajaran pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan.
Substansi dan jiwa UUD Negara Republik
Indonesia 1945, nilai dan semangat
Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen
Negara Kesatuan Republik Indonesia
ditempatkan sebagai bagian integral dari
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, yang menjadi wahana
psikologis-pedagogis pembangunan warga
negara Indonesia yang berkarakter
Pancasila.

KB Konsep kajian keilmuan


kewarganegaraan berlandaskan pancasila
dan UUD 1945
1.Kausalitas konsepsi norma-norma UUD
1945 dalam pembelajaran PPKn
sebagaimana dijelaskan sebelumnya
merupakan bagian dari perwujudan
kesaktian prinsip Rule of Law. MPR sendiri
dalam bukunya “materi sosialisasi empat
pilar MPR RI” dijelaskan di dalamnya
bahwa supremasi hukum ditegaskan
dengan menyatakan bahwa Indonesia
adalah negara hukum, bukan sekedar
negara berdasarkan hukum. Prinsip itu
menegaskan bahwa tidak ada pihak,
termasuk pemerintah, yang tidak dapat
dituntut berdasarkan hukum. Kekuasaan
kehakiman ditegaskan merupakan
kekuasaan merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan
(Pimpinan MPR & Tim Kerja Sosialisasi
MPR RI 2009-2014, 2015).
2.Berdasarkan kerangka konseptual
kompetensi PPKn, maka inti dari dimensi
kepribadian seorang warga negara adalah
civic virtue (kebajikan warga negara).
Kebajikan kewarganegaraan sangat terkait
pada dasar filsafat negara, dan ide dasar
yang diyakini, dijunjung tinggi, dan
diwujudkan sebagai kepribadian, yang
tentunya berbeda dari negara satu ke
negara yang lainnya, karena memang
setiap negara-bangsa memiliki sejarah,
geopolitik, ideologi negara, konstitusi, dan
konteks kehidupannya masing-masing,
karena itu bersifat unik/khas. Untuk
mewujudkan keutuhan pribadi warga
negara diperlukan proses pendidikan yang
secara koheren dan utuh mengembangkan
keenam dimensi psikologis tersebut
melalui Kompetensi Inti yang berfungsi
sebagai elemen pengorganisasi (organizing
element).
3.Secara konseptual tampaknya dinamika
pemikiran tentang multikulturalisme
tersebut merupakan pergumulan antara
pilihan menjadi monocultural nation-state
yang didasarkan pada prinsip each nation
is entitled to its own sovereign state and to
engender, pro-tect and preserve its own
unique culture and history, atau menjadi
multi-lingual and multi-ethnic empires
yang dianggap sangat opresif (menindas),
seperti Austro-Hungarian Empire dan
Ottoman Empires.
4.Masyarakat madani Pancasila yang
multikultural merupakan “civic
community” atau “civil society” yang
ditandai oleh berkembangnya peran
organisasi kewarganegaraan di luar
organisasi kenegaraan dalam mencapai
keadilan dan kesejahteraan sosial sesuai
Pancasila

KB ISU – ISU Kewarganegaraan

1. Isu kewarganegaraan dalam konteks


lokal berorientasi pada isu-isu
kewarganegaraan pada teritori lokal atau
wilayah bagian suatu Negara seperti
provinsi atau kabupaten kota. Indonesia
sendiri adalah Negara yang multikultural
dan majemuk. Keduanya menjadi
identitas khas bangsa Indonesia yang
dapat memperkaya sekaligus menjadi
faktor trigger (pemicu) lahirnya
perpecahan. Dilematik paradigma ini
yang dapat menjadi alasan munculnya
berbagai isu kebangsaan dalam teritori
lokal yang dapat melunturkan nilai
kebhinekaan serta rasa kebangsaan
seperti cinta tanah air, patriotik, dan
bela negara.
2. kewarganegaraan adalah perihal
kebangsaan atau berkenaan dengan
bangsa sendiri yang meliputi
unsurunsur seperti kesatuan bahasa,
kesatuan daerah, kesatuan ekonomi,
kesatuan hubungan ekonomi, dan
kesatuan budaya. Isu kewarganegaraan
dalam konteks nasional secara garis
besar akan meliputi isu-isu yang
berkaitan dengan bidang ideologi, politik,
hukum, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan keamanan dan agama dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
3. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
program pendidikan yang juga berfokus
pada penanaman nilai-nilai Pancasila,
secara esensial juga turut
bertanggungjawab untuk membentuk
karakter Pancasilais. Konsepsi ini tentu
dapat menjadi solusi alternatif
menyelesaikan persoalan isu
pembentukan Negara khilafah. Hal ini
didukung oleh paradigma substantif-
pedagogis PPKn yaitu pendidikan
kewarganegaraan tidak hanya
dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air,
melainkan juga untuk mengembangkan
semua potensi peserta didik yang
menunjukkan karakter yang
memancarkan nilai-nilai Pancasila
(Winataputra, 2015).
4. Radikalisme adalah suatu paham yang
dibuat buat oleh sekelompok orang
yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik secara
drastis dengan menggunakan cara-cara
kekerasan. Namun bila dilihat dari
sudut pandang keagamaan dapat
diartikan sebagai paham keagamaan
yang mengacu pada pondasi agama
yang sangat mendasar dengan
fanatisme keagamaan yang sangat
tinggi, sehingga tidak jarang penganut
dari paham/aliran tersebut
menggunakan kekerasan kepada orang
yang berbeda paham/aliran untuk
mengaktualisasikan paham keagamaan
yang dianut dan dipercayainya untuk
diterima secara paksa (Asrori, 2015).
5. isu kewarganegaraan yang juga krusial
dalam konteks global adalah isu ideologi
ekstrimisme atau sering dilabelkan
dengan istilah teroris karena sifat
ekstrimnya atau menggunakan
kekerasan dan menghalalkan cara-cara
kotor serta tidak manusiawi

2 Daftar materi yang sulit 1. Tradisi Pembelajaran


dipahami di modul ini

3 Daftar materi yang sering 1. Sikap kewarganegaraan


mengalami miskonsepsi 2. Keterampilan kewarganegaraan

Anda mungkin juga menyukai