Anda di halaman 1dari 37

LK 9 LAPORAN BEST PRACTICE

PROGRAM PENINGKATAN
KOMPETENSI PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH
ANDRI MURFIN

PEMERINTAH KOTA PALU


DINAS PENDIDIKAN
SMP LABSCHOOL PALU
2019
DAFTAR ISI

JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

BIODATA PENULIS

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


B. Jenis kegiatan
C. Manfaat kegiatan

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan dan sasaran


B. Bahan/materi kegiatan
C. Metode/ cara melaksanakan kegiatan
D. Alat/instrumen
E. Waktu dan tempat kegiatan

BAB III HASIL KEGIATAN

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN
B. Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIR
HALAMAN PENGESAHAN

Pengembangan dalam bentuk Best Practice berjudul Pembelajaran Teks report melalui
Pendekatan Saintifik dengan Model Discoveri Learning di SMP Labschool Palu
Sulawesi Tengah..

Nama : Andri Murfin

Asal Sekolah : SMP Labschool Palu

Telah disetujui dan disahkan pada / oleh

Hari : Jumat

Tanggal : 8 November 2019

Mengetahui,
Kepala SMP Labschool Palu

H. I Nyoman Muliasa S, Pd., M.Pd


NIP. 19651231 198803 1 072
BIODATA PENULIS

1 Nama Andri Murfin

2 NIP -

3 NUPTK 0448769670130033

4 Jabatan Guru Labschool Palu

5 Pangkat / Gol.Ruang -

6 Tempat / Tanggal Lahir Kalukubula-16-11-1991

7 Jenis Kelamin Laki-laki

8 Agama islam

9 Pendidikan Terakhir S-2

10 Unit Kerja SMP Labschool

11 Alamat Jl Guru Tua Kalukubula

Palu , 8 November 2019


Penulis

Kalsum Jotolembah
NIP. 19680301 200604 200 6
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum. Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan 8 November 2019.

Dalam penyusunan Best Practice penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat.

1. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu


2. Kepala SMP Labschool Palu yang telah memberi izin, kesempatan dan
kepercayaan kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini seluas – luasnya
3. Semua rekan guru di SMP Labschool Palu yang telah memberi bantuan selama
proses penelitian sampai dengan terwujud dalam bentuk Best Practice ini.
4. Suami dan anak - anak tercinta yang selalu memberi dukungan doa dan
memberikan kekuatan dalam setiap langkah.
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan berupa apapun dalam menyelesaikan best practice ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan karya ini.

Waalaikumsalam Wr.Wb

Palu, 8 November 2019

Penulis

Andri Murfin
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kompetensi guru dalam menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran yang diampu, tercermin pada kepribadian guru. Sebagai guru memiliki
tugas dan tanggung jawab bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta
didik, melainkan dituntut pula agar pelajaran yang diterapkan oleh guru dapat dipahami
oleh siswa sehingga siswa dapat menyerap ilmu pengetahuan, iman, ketakwaan, ibadah,
amal shaleh, dan ahlak mulia dari pelajaran yang diajarkan oleh guru. Pengertian
kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri
guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Namun, jika
pengertian kompetensi guru tersebut dikaitkan dengan PPKn yakni pendidikan yang
sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama dalam mencapai ketentraman bathin
dan kesehatan mental pada umumnya. Maka kompetensi guru PPKn adalah kewenangan
untuk menentukan PPKn yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat
guru itu mengajar.
Kompetensi guru tersebut meliputi: kompetensi intelektual, kompetensi fisik,
kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi spiritual. Berdasarkan UU
Sisdiknas No.14 tentang guru dan dosen pasal, menentukan bahwa
“kompetensi guru meliputi kompetensi padagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial.
Kompetensi yang dimilki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas
guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam
kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian,
dan kompetensi profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai
guru. Artinya guru bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai
mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Kemampuan seperti ini
tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi juga menyangkut
aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual dan
system nilai peserta didik”

Berkaitan dengan pemikiran tersebut, tampak bahwa pendidikan yang bermutu di


Sekolah adalah pendidikan yang mengantarkan peserta didik pada pencapaian standar
akademis yang diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan optimal.
Perilaku seharian anak didik khususnya di sekolah akan terkait erat dengan lingkungan.
Hal itu tidak akan terwujud apabila anak dituntut untuk berperilaku terpuji, sementara
kehidupan sekolah terlalu banyak elemen yang tidak baik dan tercela. Anak akan
menertawakan ketika dituntut berdisiplin, jika para guru dan karyawan menunjukkan
perilaku tidak disiplin. Mereka akan menganggap aneh ketika disuruh masuk kelas
sebelum jam pelajaran, sementara mereka sering menyaksikan keterlambatan guru dan
karyawan. Apabila ingin menjadikan anak didik berkarakter yang kuat, maka sekolah
atau lembaga itu sendiri harus menjadi lembaga berkarakter. Lembaga yang berkarakter
yaitu suatu lembaga yang mempunyai visi, misi dan tujuan yang jelas mampu
mengaplikasikannya.
Sekolah menengah pertama merupakan pendidikan untuk remaja menengah awal,
hal-hal yang menjadi permasalahan pembelajaran di SMP Labschool Palu dalam proses
pembelajaran adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis HOTS belum
maksimal diterapkan, karena pembelajaran ini belum terbiasa dilakukan ditambah
peserta didik yang biasanya hanya menerima materi melalui metode ceramah, di ubah
menjadi kegiatan pembelajaran berbasis HOTS di Kelas. Maka dari itu, bertolak dari
uraian di atas, penulis bermaksud melaporkan hasil pembelajaran dalam laporan bets
practice, penggunaan media–media pembelajaran diharapkan berhasil meningkatkan
minat dan hasil belajar siswa secara signifikan. Bahkan, penulis berkeyakinan
pembelajaran yang dilakukan merupakan pembelajaran terbaik yang pernah penulis
lakukan baik dari segi proses dan hasil belajar. Oleh karena itu penulis melaporkan
perbaikan pembelajaran tersebut sebagai kegiatan best practice berjudul “Penggunaan
model discovery learning dengan mengkaji dokumen historis dalam Pembelajaran
PPKn .”

B. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaporkan dalam best pracitice ini adalah kegiatan pembelajaran
PPKn dengan menggunakan model Discovery learning yang telah terbukti membuat
proses dan hasil belajar PPKn di kelas VII menjadi baik. Pembelajaran seperti ini
telah dilakukan penulis selama ± Satu Tahun pada beberapa kelas.

C. Manfaat Kegiatan
1. Bagi guru, dapat menjadi bahan evaluasi dalam meningkatkan kualitas diri
terutama dalam masalah penggunaan model-model pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
2. Bagi sekolah, dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan pembinaan
pada guru-gurunya terutama dalam masalah penggunaan model-model
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan dan Sasaran


Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mendeskripsikan Penggunaan model
Discovery learning dengan mengkaji dokumen historis dalam Pembelajaran PPKn
dalam menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS).
Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas VII di SMP Labschool
Palusebanyak 25 Peserta didik.

B. Bahan/Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah materi kelas VII dengan
materi pokok membahas perumusan Dasar Negara.. Pembelajaran menggunakan
Discovery learning, dengan metode diskusi. Kegiatan pembelajaran sesuai pendekatan
saintifik mulai dari mengamati, menanya, mencari informasi, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan adapun KD dan IPK adalah :
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI
1.1. Mensyukuri proses perumusan dan 1.1.1 Bersyukur atas perumusan Pancasila
Proses Pembentukan BPUPKI sebagai Dasar Negara.
2.1. Menghargai proses perumusan dan 2.1.1 Berperilaku peduli sebagai wujud
Proses Pembentukan BPUPKI pelaksanaan semangat dan komitmen
para pendiri negara.
3.1. Memahami proses perumusan dan 3.1.1 Mendeskripsikan proses perumusan
Proses Pembentukan BPUPKI Pancasila sebagai dasar negara dalam
Sidang BPUPKI.
3.1.2 Menganalisis proses perumusan
Pancasila sebagai dasar negara dalam
Sidang BPUPKI.
4.1. Menyaji hasil analisis proses 4.1.1 Menyaji hasil analisis proses
perumusan dan Proses Pembentukan perumusan Pancasila sebagai dasar
BPUPKI negara

C. Cara Melaksanakan Kegiatan


Cara yang digunakan dalam pelaksanaan best practice ini adalah menerapkan
Penggunaan model Discovery learning dengan mengkaji dokumen historis dalam
Pembelajaran PPKn.
Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan best practice yang telah dilakukan
penulis.
1. Pemetaan KD
Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan pasangan KD yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS).
Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas VII, penulis memilih tema
Penggunaan model Discovery learning dengan mengkaji dokumen historis dalam
Pembelajaran PPKn pada Kelas VII SMP Labschool Palu.
2. Analisis Target Kompetensi
Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut.
1.1 Mensyukuri proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara
2.1 Menghargai proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara
3.1 Memahami proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara
4.1 Melaksanakan tanggung jawab atas keputusan bersama dengan semangat konsensus
tokoh pendiri negara dalam perumusan Pancasila
3. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1.1.1 Bersyukur atas perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
2.1.1 Berperilaku peduli sebagai wujud pelaksanaan semangat dan komitmen para
pendiri negara.
3.1.1 Mendeskripsikan proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara dalam
Sidang BPUPKI.
3.1.2 Menganalisis proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara dalam Sidang
BPUPKI.
4.1.1 Menyusun laporan hasil telaah perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara

4. Pemilihan Model Pembelajaran


Model pembelajaran yang dipilih adalah model Discovery learning.
5. Pengembangan Desain Pembelajaran
Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak model Discovery learning .

6. Penyusunan Perangkat Pembelajaran


Berdasarkan hasil kerja 1 higga 5 di atas kemudian disusun perangkat
pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, LKS, dan instrumen penilaian.
D. Media dan Instrumen
Media pembelajaran yang digunakan dalam laporan ini adalah (a) materi mengenai
Proses Pembentukan BPUPKI.”, (b) video “pembelajaran mengenai Proses
Pembentukan BPUPKI”
Instrumen yang digunakan dalam best practice ini ada 2 macam yaitu (a) instrumen
untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi dan (b) instrumen
untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan uraian singkat.

E. Waktu dan Tempat Kegiatan


Best Practice ini dilaksanakan pada tanggal 4 sampai 8 November tahun 2019
bertempat di kelas VII SMP Labschool Palu.
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Hasil
Hasil yang dapat diilaporkan dari Best Practice ini diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS) yang
dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Discovery learning
berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru,
termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas
pembelajaran yang dirancang sesuai sintak Discovery learning mengharuskan
siswa aktif selama proses pembelajaran.
2. Pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS) yang dilakukan
dengan menerapkan model pembelajaran Discovery learning meningkatkan
kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge.
Setelah membaca, meringkas, dan mendiskusikan Proses Pembentukan BPUPKI,
siswa tidak hanya memahami konsep teks eksplanasi (pengetahuan konseptual)
dan bagaimana membuat ringkasan yang benar (pengetahuan prosedural), tetapi
juga memahami konsep modernisasi. Pemahaman ini menjadi dasar siswa dalam
mempelajari materi PPKn tentang Proses Pembentukan BPUPKI. Pemahaman
tentang konsep tersebut membantu siswa dalam Menelaah Proses Pembentukan
BPUPKI.
3. Penerapan model pembelajaran Discovery learning meningkatkan kemampuan
siswa untuk berpikir kritis.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa untuk bertanya dan menanggapi
topik yang dibahas dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi
HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Siswa cenderung bekerja sendiri-
sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus guru
adalah bagaimana siswa dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli
pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini
selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang
materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasa), membuat siswa
cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh siswa adalah apa
yang diajarkan oleh guru.
Berbeda kondisinya dengan Best Practice pembelajaran berorientasi HOTS
dengan menerapkan Discovery learning ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman
siswa tentang konsep Proses Pembentukan BPUPKI benar-benar dibangun oleh
siswa melalui pengamatan dan diskusi yang meuntut kemampuan siswa untuk
berpikir kritis.
4. Penerapan model pembelajaran Discovery learning juga meningkatkan
kemampuan siswa dalam menemukan serta memecahkan masalah. Discovery
learning yang diterapkan dengan menyajikan teks tulis dan video berisi
permasalahan kontekstual mampu mendorong siswa menemukan serta
merumuskan pemecahan masalah.
Sebelum menerapkan Discovery learning, penulis melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan buku guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang disajikan
dalam buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa,
tetap saja penulis gunakan. Jenis teks yang digunakan juga hanya pada teks tulis
dari buku teks.
Dengan menerapkan Discovery learning, siswa tak hanya belajar dari teks tulis,
tetapi juga dari video serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data, materi
dari sumber lainnya.
B. Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi terutama adalah belum terbiasanya siswa belajar dengan
model Discovery learning. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik
guru selalu mengguakan metode ceramah, siswa pun merasa lebih percaya diri
menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui
ceramah.

C. Cara Mengatasi Masalah


Agar siswa yakin bahwa pembelajaran dengan Discovery learning dapat membuat
mereka lebih meguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas
tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS).
Bab IV
Simpulan dan Rekomendasi
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembelajaran tematik dengan model pembelajaran Discovery learning layak
dijadikan best practice pembelajaran berorientasi HOTS karena dapat
meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir
kritis, dan pemecahan masalah.
2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis
dan cermat, pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery learning yang
dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan
PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil best practice pembelajaran tematik dengan model pembelajaran
Discovery learning, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan
buku guru yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran
yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi dan kondisi
sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna.
2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam
belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini
akan membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan
lama (tidak mudah lupa).
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut
melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah,
seperti penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan kesempatan bagi
penulis utuk mendesiminasikan best practice ini akan menambah wawasan guru
lain tentang pembelajaran HOTS.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan


Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Kompleks Kemdikbud,
Gedung E, Lantai 15, 16, 17 Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, 12070
Telepon/Faksimile: 021-5725707, 5725681 http://ditpsmp.kemdikbud.go.id

http://eprints.ums.ac.id/50015/5/BAB%20I.pdf
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto-foto kegiatan


Lampiran 2 : RPP
Lampiran 3 : Bahan Ajar
Lampiran 4 : LKS
Lampiran 5 : Kisi-kisi soal piliha ganda dan uraia
Lampiran 6 : Soal, kunci, dan pedoman penyekoran
Lampiran 7 : Lembar observasi proses pembelajaran
Lampiran 8 : Kuesioner motivasi belajar siswa
LAMPIRAN I

DOKUMENTASI ON 2

1. pendahuluan

Menayakan kabar, berdoa Memeriksa kesiapan Memeriksa


absen dll buku kebersihan

Menyanyikan lagu Apresepsi Menjabarkan KD Menjabarkan


wajib pengetahuan awal Tujuan

Mepenjelasan
materi

2. Kegiatan inti

Mengamati vidio Penjelasan sinkat


Membimbing Peserta didik merumuskan
vidio merumuskan pertanyaan pertanyaan
Mencari informasi Mencari informasi Asosiasi/diskusi Penjelasan Menyusun
baca tulis digital kelompok laporan/bahan tayang

Menyusun laporan/bahan hasil laporan/bahan Menjelaskan tata tertib


Presentasi Kelompok
tayang tayang diskusi

Pertanyaan dari diskusi


Konfirmasi jawaban
kelompok

3. Penutup

Menjelaskan materi yang


Menyimpulkan dan
akan dpelajari
mejelaskan manfaat
selanjutnya
LAMPIRAN II

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I

Sekolah : SMP LABSCHOOL UNTAD PALU


Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : VII / Ganjil
Materi : Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara
Alokasi waktu : 3 Jam Pembelajaran

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


(IPK)

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN


KOMPETENSI
1.1. Mensyukuri proses perumusan dan 1.1.1 Bersyukur atas perumusan Pancasila
penetapan Pancasila sebagai Dasar sebagai Dasar Negara.
Negara
2.1. Menghargai proses perumusan dan 2.1.1 Berperilaku peduli sebagai wujud
penetapan Pancasila sebagai Dasar pelaksanaan semangat dan komitmen para
Negara pendiri negara.
3.1. Memahami proses perumusan dan 3.1.1 Mendeskripsikan proses perumusan
penetapan Pancasila sebagai Dasar Pancasila sebagai dasar negara dalam
Negara Sidang BPUPKI.  IPK Penunjang
3.1.2 Menganalisis proses perumusan Pancasila
sebagai dasar negara dalam Sidang
BPUPKI.  IPK Kunci

4.1. Menyaji hasil analisis proses perumusan 4.1.1 Menyaji hasil analisis proses perumusan
dan penetapan Pancasila sebagai dasar Pancasila sebagai dasar negara IPK
negara Kunci

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. SIKAP SPIRITUAL
1.1.1 Melalui Proses pembelajaran  condition siswa  Audiens Bersyukur 
Degree atas perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.  Behavior
1. SIKAP SOSIAL
2.1.1 Melalui Proses pembelajaran  condition siswa  Audiens Berperilaku
peduli  Degree sebagai wujud pelaksanaan semangat dan komitmen para
pendiri negara.  Behavior

2. PENGETAHUAN
3.1.1 Melalui Proses pembelajaran  condition siswa  Audiens dapat proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara dalam Sidang BPUPKI.  Behavior
Dengan Baik dan benar  Degree
3.1.2 Melalui Proses pembelajaran  condition siswa  Audiens dapat menganalisis
proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara dalam Sidang BPUPKI. 
Behavior Dengan Baik dan benar  Degree

3. KETERAMPILAN
4.1.1 Melalui Proses pembelajaran  condition siswa  Audiens dapat Menyusun
laporan hasil telaah perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara UUD  Behavior
Dengan Baik dan benar  Degree

D. Nilai Karakter
1) Religius
2) Mandiri
3) Gotong Royong
4) Kejujuran
5) Kerja keras
6) Percaya diri
7) Kerjasama

E. Materi Pembelajaran

Materi Reguler

1). Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara


a. Pembentukan BPUPKI BPUPKI dilantik oleh Jepang, beranggotakan enam puluh dua
(62) orang yang terdiri atas tokoh-tokoh bangsa Indonesia dan tujuh (7) orang anggota
perwakilan dari Jepang. Ketua BPUPKI adalah dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat,
dengan dua wakil ketua, yaitu Ichibangase Yosio (Jepang) dan R.P Soeroso. BPUPKI
mengadakan sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali sidang tidak resmi.
Sidang resmi pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945,
membahas tentang Dasar Negara. Sidang kedua berlangsung tanggal 10 sampai dengan
17 Juli 1945 dengan membahas rancangan UndangUndang Dasar.
b. Perumusan Dasar Negara Usulan mengenai rumusan dasar Indonesia merdeka dalam
sidang pertama BPUPKI secara berurutan dikemukakan oleh Ir. Soekarno, Mr.
Soepomo, dan Mr. Muhammad Yamin. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan
menyepakati kesepakatan dalam satu rancangan pembukaan hukum dasar (undang-
undang dasar). Persetujuan Panitia Sembilan ini termaktub di dalam satu rancangan
pembukaan hukum dasar (undang-undang dasar). Oleh Ir. Soekarno rancangan
pembukaan hukkum dasar ini diberikan nama ”Mukadimah”, oleh Mr. Muhammad
Yamin dinamakan ”Piagam Jakarta”, dan oleh Sukiman Wirjosandjojo disebut
”Gentlemen’s Agreement”. Naskah mukadimah ”Piagam Jakarta” memiliki banyak
persamaan dengan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI
melaksanakan sidang, salah satu keputusan sidang PPKI adalah mengesahkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada alinea keempat Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tercantum rumusan sila-sila Pancasila
sebagai Dasar Negara.

3. Semangat Pendiri Negara dalam Merumuskan dan Menetapkan Pancasila sebagai Dasar
Negara Semangat kebangsaan disebut juga sebagai nasionalisme dan patriotisme.
Nasionalisme adalah suatu paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap
pribadi harus diserahkan kepada negara kebangsaan atau nation state. Patriotisme berasal
dari kata patria, yang artinya tanah air. Patriotisme berarti semangat cinta tanah air atau
sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk mempertahankan
bangsanya.

Materi Pengayaan
1). Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
a. Pembentukan BPUPKI BPUPKI dilantik oleh Jepang, beranggotakan enam puluh dua
(62) orang yang terdiri atas tokoh-tokoh bangsa Indonesia dan tujuh (7) orang anggota
perwakilan dari Jepang. Ketua BPUPKI adalah dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat,
dengan dua wakil ketua, yaitu Ichibangase Yosio (Jepang) dan R.P Soeroso. BPUPKI
mengadakan sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali sidang tidak resmi.
Sidang resmi pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945,
membahas tentang Dasar Negara. Sidang kedua berlangsung tanggal 10 sampai dengan
17 Juli 1945 dengan membahas rancangan UndangUndang Dasar.
b. Perumusan Dasar Negara Usulan mengenai rumusan dasar Indonesia merdeka dalam
sidang pertama BPUPKI secara berurutan dikemukakan oleh Ir. Soekarno, Mr. Soepomo,
dan Mr. Muhammad Yamin. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menyepakati
kesepakatan dalam satu rancangan pembukaan hukum dasar (undang-undang dasar).
Persetujuan Panitia Sembilan ini termaktub di dalam satu rancangan pembukaan hukum
dasar (undang-undang dasar). Oleh Ir. Soekarno rancangan pembukaan hukkum dasar ini
diberikan nama ”Mukadimah”, oleh Mr. Muhammad Yamin dinamakan ”Piagam
Jakarta”, dan oleh Sukiman Wirjosandjojo disebut ”Gentlemen’s Agreement”. Naskah
mukadimah ”Piagam Jakarta” memiliki banyak persamaan dengan Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Materi Ramedial
Perumusan Dasar Negara Usulan mengenai rumusan dasar Indonesia merdeka dalam
sidang pertama BPUPKI secara berurutan dikemukakan oleh Ir. Soekarno, Mr. Soepomo,
dan Mr. Muhammad Yamin. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menyepakati
kesepakatan dalam satu rancangan pembukaan hukum dasar (undang-undang dasar).
Persetujuan Panitia Sembilan ini termaktub di dalam satu rancangan pembukaan hukum
dasar (undang-undang dasar). Oleh Ir. Soekarno rancangan pembukaan hukkum dasar ini
diberikan nama ”Mukadimah”, oleh Mr. Muhammad Yamin dinamakan ”Piagam
Jakarta”, dan oleh Sukiman Wirjosandjojo disebut ”Gentlemen’s Agreement”. Naskah
mukadimah ”Piagam Jakarta” memiliki banyak persamaan dengan Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. banyak persamaan dengan Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

E. Metode pembelajaran

discovery learning, metode diskusi dengan model pembelajaran kajian dokumen historis.

F. Media dan bahan


a) Laptop
b) Infokus
c) Power point
d) Speaker
G. Sumber belajar

 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016 Buku Guru


Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan kebudayaan Republik Indonesia.
 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016 Buku Siswa
Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan kebudayaan Republik Indonesia.
 Internet
 Media Cetak

H. Proses Pembelajaran
Pembelajaran Pertemuan Kesatu
Materi pokok pertemuan pertama membahas perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Materi pokok ini memiliki alokasi waktu 1 × 120 menit atau satu kali pertemuan. Model
pembelajaran menggunakan discovery learning, metode diskusi dengan model
pembelajaran kajian dokumen historis. Prinsip dari model pembelajaran kajian dokumen
historis, yaitu peserta didik difasilitasi pengetahuan, untuk mencari/ menggunakan
dokumen historis sebagai wahana pemahaman konteks lahirnya suatu
gagasan/ketentuan/peristiwa sejarah, dan sebagainya menumbuhkan kesadaran akan masa
lalu terkait masa kini

Langkah-Langkah Pembelajaran
TAHAP ALOKASI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN WAKTU

A. Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta
(persiapan/orientasi) didik untuk mengikuti pembelajaran dengan 4
melakukan berdoa,  (PPK Religius) menanyakan
kehadiran peserta didik, kebersihan dan kerapian
kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar.
Apersepsi  Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab 8
mengenai materi pembentukan BPUPKI dan
 Guru menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator pencapaian kompetensi yang akan
dicapai.
 Guru membimbing peserta didik melalui tanya
jawab tentang manfaat proses pembelajaran 
Tranfer Knowledge
 Guru menjelaskan materi dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan peserta didik
 Tranfer Knowledge
Motivasi Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta 3
didik menyanyikan lagu wajib nasional Garuda
Pancasila  (PPK Nasionalisme) dilanjutkan
melakukan tanya jawab tentang Lagu Garuda
Pancasila.
B. Kegiatan Inti

Sintak 1  Guru membagi peserta didik dalam menjadi 6 10


Stimulation (memberi kelompok.
stimulus/ rangsangan)  Guru meminta peserta didik mengamati dan
mengamati Vidio Pembelajaran  (GLN
Digital) dan peserta mencatat hal-hal yang
penting atau yang ingin diketahui dalam gambar
tersebut.
 Guru dapat memberi penjelasan singkat tentang
Vidio, sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu
peserta didik berkaitan dengan pembentukan
BPUPKI.  Tranfer Knowledge
Sintak 2 Problem  Peserta didik secara kelompok menyusun 15
Statement (pernyataan/ pertanyaan dari wacana yang berkaitan dengan
identifikasi masalah) pembentukan BPUPKI. Guru dapat membimbing
peserta didik menyusun pertanyaan seperti : 
Problem Solving  Critical Thingking
a. Kapan BPUPKI dibentuk?
b. Mengapa Jepang membentuk BPUPKI?
c. Siapa saja anggota BPUPKI?
d. Apa tujuan pembentukan BPUPKI?
 Guru memberi motivasi dan penghargaan bagi
kelompok yang menyusun pertanyaan terbanyak
dan sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi.
 Guru mengamati keterampilan peserta didik
secara perorangan dan kelompok dalam
menyusun pertanyaan.
Sintak 3 Data Collecting Guru membimbing peserta didik untuk mencari 15
(mengumpulk an data) informasi dengan melakukan kajian dokumen historis
 (GLN Budaya Kewarganegaraan) dan
mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah
disusun, juga mencari melalui sumber belajar lain
seperti buku referensi lain atau internet.  (GLN
Baca Tulis dan Teknologi)  Collaborative
Sintak 4 Data Processing  Guru membimbing peserta didik untuk 15
(mengolah Data) mendiskusikan hubungan atas berbagai informasi
yang sudah diperoleh sebelumnya, seperti : 
Problem Solving  Collaborative
a. Mengapa ada orang Jepang menjadi
anggota BPUPKI?
b. Apa hubungan kekalahan Jepang dengan
pembentukan BPUPKI?
c. Apa hubungan asal daerah anggota
BPUPKI dengan keterwakilan rakyat
Indonesia?
Sintak 5 Verification  Guru membimbing kelompok untuk menyusun 30
(pembuktian) laporan hasil telaah tentang pembentukan
BPUPKI. Laporan dapat berupa display, bahan
tayang, maupun dalam bentuk kertas lembaran.
Manfaatkan sumber daya alam atau bahan bekas
yang ada di lingkungan peserta didik untuk
membuat bahan tayang yang akan
didiskusikan.Creativity  Critical Thingking
Creativity
 Guru mendiskusikan dan membuat kesepakatan
tentang tata tertib selama penyajian materi oleh
kelompok, seperti berikut ini.  Critical
Thingking Creativity.Cominication
b. Setiap peserta didik saling menghormati
pendapat orang lain.
c. Mengangkat tangan sebelum memberikan
pertanyaan atau menyampaikan pendapat.
d. Menyampaikan pertanyaan atau pendapat
setelah dipersilahkan oleh guru (moderator).
e. Menggunakan bahasa yang sopan saat
menyampaikan pertanyaan atau pendapat.
f. Berbicara secara bergantian dan tidak
memotong pembicaraan orang lain.
Sintak 6 Generalization Guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban 10
(menyimpulkan) peserta didik dalam diskusi, dengan meluruskan
jawaban yang kurang tepat dan memberikan
penghargaan bila jawaban benar dengan pujian atau
tepuk tangan bersama. Cominication  Tranfer
Knowledge
C. Kegiatan Penutup

10
1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran
melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Guru melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan tindakan yang akan
dilakukan berkaitan pembentukan BPUPKI, dengan meminta peserta didik
menjawab pertanyaan berikut.
a. Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari sejarah pembentukan
BPUPKI bagi kalian?
b. Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran yang telah
dilakukan?
c. Apa manfaat yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang telah
dilakukan?
d. Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
e. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3. Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan hasil telaah
kelompok.
4. Guru melakukan tes tertulis dengan menggunakan Uji Kompetensi 1.1 atau
soal yang disusun guru sesuai indikator pencapaian kompetensi.
5. Guru menjelaskan rencana pembelajaran selanjutnya dan menugaskan peserta
dididk membaca materi pertemuan berikutnya, yaitu perumusan Dasar Negara.
120

I. Penilaian

1. Penilaian Kompetensi Sikap


Teknik penilaian kompetensi sikap untuk pertemuan pertama menggunakan teknik penilaian
pengamatan sikap. Pedoman pengamatan sikap dapat menggunakan format :
Pedoman Pengamatan Sikap
Kelas : .............................
Hari, Tanggal : .............................
Pertemuan Ke-: .............................
Materi Pokok : .............................
Aspek Penilaian
No Nama Peserta Mensyukuri Menghargai Jasa Peduli Tanggung
Kerjasama
Didik Pancasila Pahlawan Jawab
1 4 4 3 3 4
2
3
Dst ……
Skor penilaian menggunakan skala 1-4, yaitu :
Skor 1 apabila peserta didik tidak pernah sesuai aspek sikap yang dinilai.
Skor 2 apabila peserta didik kadang-kadang sesuai aspek sikap yang dinilai.
Skor 3 apabila peserta didik sering sesuai aspek sikap yang dinilai.
Skor 4 apabila peserta didik selalu sesuai dengan aspek sikap yang dinilai.

Jika contoh penilaian terjadi seperti yang ditampilkan di atas, nilai untuk Ani adalah
berdasarkan modus (skor yang paling banyak muncul), yakni 4 atau Sangat Baik.

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Teknik penilaian kompetensi pengetahuan pada pertemuan pertama dengan mengobservasi
jawaban dan diskusi yang berkembang dari diskusi dan tanya jawab yang dilakukan oleh
guru.

No Pertanyaan Skor Kunci


1 Pada saat penjajahan 18 Karena jepang pada saat itu memiliki banyak musuh,
jepang, bangsa indonesia salah satunya ialah negara sekutu seperti, amerika,
merasakan Penderitaan inggris dll, sehingga jepang ingi menarik simpati
selama ± 3,5 Tahun. masyarakat indonesia agar membatnya berperang
Namun dengan seiringnya melawan negara sekutu.
waktu, jepang
menjanjikan suatu
kemerdekaan. Salah
satunya ialah dengan
membentuk suatu
lembaga, yang dikenal
BPUPKI.

Mengapa Jepang
membentuk BPUPKI?
2 Kapan BPUPKI dibentuk? 6 1 Maret 1945
3 Sebutkan 10 anggota dari 10 Ketua (Kaicoo) : Dr. K. R. T. Rajiman Wediodiningrat
BPUPKI? Ketua Muda (Fuku Kaicoo) : Ichibangase
Ketua Muda (Fuku Kaicoo) : R. P. Soeroso
(1) Ir. Soekarno,
(2) Moh. Yamin,
(3) Dr. R. Kusumah Atmaja,
(4) R. Abdulrahim Pratalykrama,
(5) R. Aris,
(6) K.H. Dewantara,
(7) K. Bagus H. Hadikusuma,
(8) M. P. H. Bintoro,
(9) A.K. Moezakkir,
(10) B. P. H. P. Poeroebojo,
(11)R.A.A. Wiranatakoesoema,
(12) Ir. R. Asharsoetdjo,
(13) Oeji Tjiang Tjoei,
(14) Drs. Moh. Hatta,
(15) Oei Tjong Hauw,
(16) H. Agoes Salim,
(17) M.Soerarjo Kartohadikusumo,
(18) R.M. Margono Djojohadikusumo
(19) K. H. Abdul Halim,
(20) K. H. Masjkoer,
(21)R. Soedirman,
(22) Prof. Dr. P. A. H. Djajadiningrat,
(23) Prof. Dr. Soepomo,
(24) Prof. Ir. Roesono,
(25) Mr. R. P. Saragih,
(26) Ny. Maria Ulfah Santosa,
(27) RMT. A Soerjo,
(28) R. Ruslan Wongsokusumo,
(29) R. Soesanto Tirtoprodjo,
(30) Ny. R. S. S. Soenarjo Mangunpoespito,
(31) Dr. R. Boentaran Martoatmodjo,
(32) Liem koen Hian,
(33) Mr. J. Latuharhary,
(34) Mr. R. Hindromartono,
(35) R. Soekardjo,
(36) Hadji Ah. Sanoesi,
(37) A. M. Dasaad,
(38) Mr. Tan Eng Hoa,
(39) Ir. R. M. P. Soerachaman Tjokroadisoeryo
(40) R. A. A. Soemitro Kolopaking Poerbonegoro,
(41) K. R. M. T. H. Wongsonegoro,
(42) Mr. A. Soebardjo,
(43) Prof. Dr. R. Djenal Asiki Widjajakoesoemo,
(44) Abikoesno Tjokroseojoso,
(45) Parada Harahap,
(46) Mr. R. M. Sartono,
(47) K. H. M. Mansoer,
(48) K. R. M. A. Sosrodiningrat,
(49) Mr. R. Soewarndi,
(50) K. H. A. Wachid Hasjim,
(51) P. F. Dahler,
(52) Dr. Soekiman,
(53) Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro,
(54) R. Otto Iskandar Dinata,
(55) A. Baswedan,
(56) Abdul Kadir,
(57) Dr. Samsi,
(58) Mr. A. A. Maramis,
(59) Mr. Samsoedin,
(60) Mr. R. Sastromoeljono
4 Rakyat indonesia sangat 16 Bagi bangsa Indonesia tujuan dibentuk BPUPKI adalah
menginginkan untuk mempelajari dan menyelidiki hal penting
kemerdekaan, sehingga berhubungan dengan pembentukan negara Indonesia
dibentuklah BPUPKI. merdeka atau mempersiapkan hal-hal penting mengenai
tata pemerintahan Indonesia merdeka.
Apa tujuan pembentukan
BPUPKI?

Skor Perolehan
Nilai = × 100
Skor Maksimal

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan


Penilaian keterampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik dalam
presentasi, kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan atau mempertahankan
argumentasi kelompok, kemampuan dalam memberikan masukan/ saran, serta mengapresiasi
pada saat menyampaikan hasil telaah tentang Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Lembar penilaian penyajian dan laporan hasil telaah dapat menggunakan format di bawah
ini, dengan ketentuan aspek penilaian dan rubriknya dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi serta keperluan guru.

Penilaian Kompetensi Keterampilan


Kemampuan Kemampuan Memberi
No Nama Bertanya Menjawab/ Masukan/Saran Mengapresiasi
Berargumentasi
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

Keterangan : Diisi dengan tanda ceklist (V)


Kategori Penilaian : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang

Nilai = Skor Perolehan × 100


Skor Maksimal

Pedoman Penskoran (Rubrik)


No Aspek Penskoran
Skor 4 apabila selalu bertanya
1 Kemampuan Skor 3 apabila sering bertanya
Bertanya Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan jelas
Menjawab/ Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional dan tidak jelas
Argumentasi Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional, dan tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional dan tidak
jelas
3 Kemampuan Skor 4 apabila selalu memberi masukan
Memberi Skor 3 apabila sering memberi masukan
Masukan Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
Skor 4 apabila selalu memberi pujian
4 Mengapresiasi Skor 3 apabila sering memberi pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberi pujian

Pengayaan
Kegiatan pembelajaran pengayaan diberikan kepada siswa yang telah menguasai materi dan
secara pribadi sudah mampu memahami perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Dasar
Negara. Bentuk pengayaan dapat dilakukan dengan antara lain sebagai berikut.
1. Guru memberikan tugas untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi pokok dari berbagai
sumber dan mencatat hal-hal penting. Selanjutnya menyajikan dalam bentuk laporan tertulis
atau membacakan di depan kelas.
2. Peserta didik membantu peserta didik lain yang belum tuntas dengan pembelajaran tutor
sebaya.

Remedial
Remedial dilaksanakan untuk siswa yang belum menguasai materi dan belum mampu
memahami perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara. Kegiatan remedial
dilakukan dengan mengulang materi pembelajaran apabila peserta didik yang sudah tuntas di
bawah 75%. Sedangkan apabila peserta didik yang sudah tuntas lebih dari 75% maka kegiatan
remedial dapat dilakukan dengan : (1) Mengulang materi pokok di luar jam tatap muka bagi
peserta didik yang belum tuntas, (2) Memberikan penugasan kepada peserta didik yang belum
tuntas, (3) Memberikan kesempatan untuk tes perbaikan.
Perlu diperhatikan bahwa materi yang diulang atau dites kembali adalah materi pokok atau
keterampilan yang berdasarkan analisis belum dikuasai oleh peserta didik. Kegiatan remedial
bagi kompetensi sikap dilakukan dalam bentuk pembinaan secara holistis, yang melibatkan guru
bimbingan konseling dan orang tua.

Interaksi Guru dan Orang Tua


Interakasi guru dengan orang tua dapat dilakukan melalui beberapa langkah antara lain sebagai
berikut.
1. Guru meminta kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi peserta didik
mempersiapkan sosiodrama.
2. Guru meminta peserta didik memperlihatkan hasil pekerjaan yang telah dinilai/
dikomentari guru kepada orang tuanya. Kemudian orang tua mengomentari hasil pekerjaan
siswa. Orang tua dapat menuliskan apresiasi kepada anak sebagai bukti perhatian mereka
agar anak senantiasa meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hasil penilaian
yang telah diparaf guru dan orang tua kemudian disimpan dan menjadi portofolio siswa.

Mengetahui, Palu , Juli 20 …….


Kepala SMP Labschool Palu Guru Mapel PPKn

H. I Nyoman Muliasa S, Pd., M.Pd Andri Murfin, M.Pd


NIP. 19651231 198803 1 072
Nip. -
Lampiran 3:

Bahan Ajar

Proses Perumusan Pancasila

Gambar 1. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam


Pancasila bersumber pada kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karena itu, nilai-nilai
Pancasila sudah sangat sesuai dengan bangsa Indonesia.

A. Nilai-Nilai Juang dalam Proses Perumusan Pancasila

Sejak akhir tahun 1944, Jepang mulai banyak mengalami kekalahan di


manamana dari Sekutu dalam Perang Dunia II. Banyak wilayah yang diduduki Jepang
jatuh ke tangan Sekutu. Jepang merasa pasukannya sudah tidak dapat mengimbangi
serangan Sekutu. Untuk itu, Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia
agar tidak melawan dan bersedia membantunya melawan Sekutu.

1. Pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia
Jepang meyakinkan bangsa Indonesia tentang kemerdekaan yang dijanjikan
dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Badan itu dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Jenderal
Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang untuk Jawa pada tanggal 1 Maret 1945
mengumumkan pembentukan BPUPKI. Pada tanggal 28 April 1945 diumumkan
pengangkatan anggota BPUPKI.
Ketua BPUPKI ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat, wakilnya adalah
Icibangase (Jepang), dan sebagai sekretarisnya adalah R.P. Soeroso. Jumlah anggota
BPUPKI adalah 63 orang yang mewakili hampir seluruh wilayah Indonesia
ditambah 7 orang tanpa hak suara.

a. Masa Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei–1 Juni 1945)

BPUPKI setelah terbentuk segera mengadakan persidangan. Masa persidangan


pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945. Pada
masa persidangan ini, BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia
merdeka. Pada persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara yang
akan dipakai Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad
Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno.

1) Mr. Mohammad Yamin


Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar Negara
Indonesia merdeka dihadapan sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945. Pemikirannya
diberi judul ”Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”. Mr. Mohammad
Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka yang intinya sebagai berikut:
a) peri kebangsaan;
b) peri kemanusiaan;
c) peri ketuhanan;
d) peri kerakyatan;
e) kesejahteraan rakyat.

Gambar 2. Suasana siding BPUPKI

2) Mr. Supomo
Mr. Supomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di hadapan sidang
BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya berupa penjelasan tentang masalah-
masalah yang berhubungan dengan dasar negara Indonesia merdeka. Negara yang akan
dibentuk hendaklah negara integralistik yang berdasarkan pada hal-hal berikut ini:
a) persatuan;
b) kekeluargaan;
c) keseimbangan lahir dan batin;
d) musyawarah;
e) keadilan sosial.

3) Ir. Sukarno
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sukarno mengemukakan dasar negara Indonesia
merdeka. Pemikirannya terdiri atas lima asas berikut ini:
a) kebangsaan Indonesia;
b) internasionalisme atau peri kemanusiaan;
c) mufakat atau demokrasi;
d) kesejahteraan sosial;
e) Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang
ahli bahasa. Untuk selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari Lahir Istilah
Pancasila.

b. Masa Persidangan Kedua (10–16 Juli 1945)

Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir, tetapi rumusan dasar negara untuk
Indonesia merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan reses (istirahat) satu bulan
penuh. Untuk itu, BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara yang
beranggotakan sembilan orang sehingga disebut Panitia Sembilan. Tugas Panitia
Sembilan adalah menampung berbagai aspirasi tentang pembentukan dasar negara
Indonesia merdeka. Anggota Panitia Sembilan terdiri atas Ir. Sukarno (ketua),
Abdulkahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Mr. Moh. Yamin,
H. Agus Salim, Ahmad Subarjo, Abikusno Cokrosuryo, dan A. A. Maramis. Panitia
Sembilan bekerja cerdas sehingga pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil merumuskan
dasar negara untuk Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin diberi nama
Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Naskah Piagam Jakarta berbunyi, seperti berikut:

Piagam Jakarta

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh
sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan
pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur. Atas berkat Rahmat Allah Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia dengan menyatakan kemerdekaanya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara Indonesia
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang
kedua. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rancangan undang-undang
dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang Undang- Undang Dasar yang diketuai Ir.
Sukarno. Panitia tersebut juga membentuk kelompok kecil yang beranggotakan tujuh
orang yang khusus merumuskan rancangan UUD. Kelompok kecil ini diketuai Mr.
Supomo dengan anggota Wongsonegoro, Ahmad Subarjo, Singgih, H. Agus Salim, dan
Sukiman. Hasil kerjanya kemudian disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia
Penghalus Bahasa yang terdiri atas Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr.
Supomo.
Ir. Sukarno melaporkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang pada
sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945. Pada laporannya disebutkan tiga hal pokok, yaitu
pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan undang-undang dasar, dan undang-undang
dasar (batang tubuh). Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk
menyusun UUD berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Pada
tanggal 17 Juli 1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD. Laporan diterima sidang
pleno BPUPKI.

2. Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Untuk


menindaklanjuti hasil kerja BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lembaga tersebut dalam bahasa Jepang disebut
Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. Mereka terdiri atas 12 orang wakil dari Jawa, 3 orang wakil dari
Sumatera, 2 orang wakil dari Sulawesi, dan seorang wakil dari Sunda Kecil, Maluku
serta penduduk Cina. Ketua PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, menambah anggota
PPKI enam orang lagi sehingga semua anggota PPKI berjumlah 27 orang.
Gambar 3. Ketua dan wakil ketua PPKI

PPKI dipimpin oleh Ir. Sukarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan penasihatnya
Ahmad Subarjo. Adapun anggotanya adalah Mr. Supomo, Dr.Rajiman Wedyodiningrat,
R.P. Suroso, Sutardjo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto
Iskandardinata, Suryohamijoyo, Abdul Kadir, Puruboyo, Yap Tjwan Bing, Latuharhary,
Dr. Amir, Abdul Abbas, Teuku Moh. Hasan, Hamdani, Sam Ratulangi, Andi Pangeran,
I Gusti Ktut Pudja, Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo,
Sayuti Melik, dan Iwa Kusumasumantri.

a. Proses Penetapan Dasar Negara dan Konstitusi Negara

Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama.


Pada sidang ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil
Presiden Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI
membahas konstitusi negara Indonesia dengan menggunakan naskah Piagam Jakarta
yang telah disahkan BPUPKI. Namun, sebelum siding dimulai, Bung Hatta dan
beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian
masalah kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah Ki Bagus
Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, dan Teuku Moh.
Hassan. Mereka perlu membahas hal tersebut karena pesan dari pemeluk agama lain dan
terutama tokoh-tokoh dari Indonesia bagian timur yang merasa keberatan dengan
kalimat tersebut. Mereka mengancam akan mendirikan negara sendiri apabila kalimat
tersebut tidak diubah. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk
menghilangkan kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”. Hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Kita harus menghargai nilai juang para tokoh-tokoh yang sepakat
menghilangkan kalimat ”.... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.” Para tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki rasa nasionalisme yang
tinggi. Mereka juga mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan. Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak pada forum
sidang agar permasalahan cepat selesai. Dengan disetujuinya perubahan itu maka segera
saja sidang pertama PPKI dibuka.

c. Perbedaan dan Kesepakatan yang Muncul dalam Sidang PPKI

Pada sidang pertama PPKI rancangan UUD hasil kerja BPUPKI dibahas
kembali. Pada pembahasannya terdapat usul perubahan yang dilontarkan kelompok
Hatta. Mereka mengusulkan dua perubahan. Pertama, berkaitan dengan sila pertama
yang semula berbunyi ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi ”Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kedua, Bab II
UUD Pasal 6 yang semula berbunyi ”Presiden ialah orang Indonesia yang beragama
Islam” diubah menjadi ”Presiden ialah orang Indonesia asli”. Semua usulan itu diterima
peserta sidang. Hal itu menunjukkan mereka sangat memperhatikan persatuan dan
kesatuan bangsa. Rancangan hukum dasar yang diterima BPUPKI pada tanggal 17 Juli
1945 setelah disempurnakan oleh PPKI disahkan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia. UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945. Keberadaan UUD
1945 diumumkan dalam berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No. 7 Tahun 1946 pada
halaman 45–48. Sistematika UUD 1945 itu terdiri atas hal sebagai berikut.

1) Pembukaan (mukadimah) UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Pada Alenia ke-4
UUD 1945 tercantum Pancasila sebagai dasar negara yang
berbunyi sebagai berikut.
a) Ketuhanan Yang Maha Esa.
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c) Persatuan Indonesia.
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2) Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal


aturan peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan.

3) Penjelasan UUD 1945 terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal
demi pasal.

Susunan dan rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945
merupakan perjanjian seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, mulai saat itu bangsa
Indonesia membulatkan tekad menjadikan Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia
LAMPIRAN 4

LKPD

No Pertanyaan Kunci
1 Pada saat penjajahan jepang, bangsa indonesia

merasakan Penderitaan selama ± 3,5 Tahun.

Namun dengan seiringnya waktu, jepang

menjanjikan suatu kemerdekaan. Salah satunya

ialah dengan membentuk suatu lembaga, yang

dikenal BPUPKI.

Mengapa Jepang membentuk BPUPKI?

2 Kapan BPUPKI dibentuk?

3 Sebutkan 10 anggota dari BPUPKI?

4 Rakyat indonesia sangat menginginkan

kemerdekaan, sehingga dibentuklah BPUPKI.

Apa tujuan pembentukan BPUPKI?

LAMPIRAN 5 DAN LAMPIRAN 6 ADA DI LK 4

R-9 Rubrik Laporan Best Practise


Rubrik ini digunakan fasilitator untuk menilai hasil refleksi dari peserta.

A. Langkah-langkah penilaian hasil kajian:

1. Cermati tugas yang diberikan kepada peserta pembekalan pada LK-9!


2. Berikan nilai pada hasil kajian berdasarkan penilaian anda terhadap hasil kerja peserta
sesuai rubrik berikut!

B. Kegiatan Praktik

1. Memuat Lembar Judul


2. Memuat Halaman Pengesahan yang ditanda tangani Kepala Sekolah
3. Memuat Biodata Penulis dengan lengkap
4. Memuat Kata Pengantar, Daftar Isi dan Daftar Lampiran
5. Menguraikan Latar Belakang Masalah dari kesenjangan harapan dengan kenyataan yang ada
dengan jelas
6. Menguraikan jenis dan manfaat kegiatan dengan jelas
7. Memuat tujuan dan sasaran, Bahan/Materi Kegiatan, Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan,
Alat/Instrumen, Waktu dan Tenpat Kegiatan dengan jelas
8. Menguraikan hasil kegiatan dengan penjelasan hasil yang diperoleh, masalah yang dihadapi
dan cara mengatasi masalah tersebut dengan jelas
9. Memuat simpulan dan rekomendasi yang relevan
10. Memuat daftar pustaka sesuai materi yang dituangkan
11. Memuat lampiran yang dilengkapi dokumentasi, instrumen dan hasil pembelajaran
Rubrik Penilaian:
Nilai Rubrik

90  nilai  100 Sebelas aspek sesuai dengan kriteria

80  nilai  90 Sembilan aspek sesuai dengan kriteria, dua aspek kurang sesuai

70  nilai  80 Tujuh sesuai dengan kriteria, empat aspek kurang sesuai

60  nilai  70 Lima sesuai dengan kriteria, enam aspek kurang sesuai

<60 Empat aspek sesuai dengan kriteria, tujuh aspek kurang sesuai

Anda mungkin juga menyukai