DISUSUN OLEH:
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Bodeh Penulis,
ii
PERNYATAAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah
kepada kita semua sehingga penyusunan dan pelaksanaan Best Practice ini dapat
terselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Best Practice merupakan
laporan uraian hasil pengalaman nyata seorang guru dalam memecahkan masalah
yang dijumpai sesuai dengan tujuan pembelajaran dan memiliki nilai bermanfaatan
baik secara langsung untuk guru itu sendiri atau tidak langsung meliputi (peserta
didik, masyarakat, Rekan sejawat lain nya). Best practice juga berisi cara
pembaharuan atau berinovasi untuk meningkatkan sebuah pembelajaran di
lingkungan sekolah bagi guru itu sendiri.
Penyusunan Best Practice ini dapat terselesaikan tentunya tidak terlepas
adanya bantuan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Best Practice ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kelemahan di dalamnya. Sehingga, saran, dan kritikan dapat
menjadikan penulis untuk lebih baik, demi kesempurnaan penyusunan Best Practice
selanjutnya. Terima kasih.
iv
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL....................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN.........................................................................
iii
KATA PENGANTAR.................................................................................
iv
DAFTAR ISI................................................................................................
v
DAFTAR TABEL........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ........................................................................
1
1.2 Strategi Pemecahan Masalah...................................................
4
1.3 Tujuan......................................................................................
5
1.3 Manfaat....................................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORITIS................................................................
7
v
2.1 Unggah-ungguh Bahasa Jawa..................................................
7
2.2 Metode Pembelajaran..............................................................
7
2.3 Metode Immersion Learning...................................................
7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................
9
3.1 Waktu Pelaksanaan..................................................................
9
3.2 Tempat Pelaksanaan................................................................
9
3.3 Hasil yang Diperoleh...............................................................
9
3.3.1 Pelaksanaan Kegiatan Immersion Learning.........................
9
3.3.2 Kondisi Awal dan Akhir.......................................................
18
3.4 Hambatan yang Dihadapi.........................................................
24
3.5 Faktor-faktor Pendukung.........................................................
25
3.6 Alternatif Pengembangan........................................................
25
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN...........................................................
27
4.1 Simpulan..................................................................................
27
vi
4.2 Saran........................................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA....................................................................
31
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Hasil awal (pretest) dan hasil akhir (posttest)................................
19
Tabel 2. Hasil Prosentasi Kegiatan Refleksi................................................
23
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
10
berbicara dengan orang yang sepadan maupun lebih muda dari usia kita. Hal itulah
yang sering membuat orang masa kini untuk lebih memilih bahasa Indonesia sebagai
bahasa sehari-hari, dengan tujuan untuk menghindari kesalahan dalam berbahasa. Hal
inilah yang sering membuat siswa-siswi di SMPN 1 Bodeh berbicara kurang tepat
ketika menggunakan bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh bahasa Jawa.
Pada akhirnya hal tersebut berdampak pada siswa dalam proses
pembelajaran bahasa Jawa di SMPN 1 Bodeh. Pada kenyataannya, mereka tidak
tertarik dalam pembelajaran bahasa Jawa. Secara global, hal ini dikarenakan
kurangnya penguasaan siswa dalam berbicara menggunakan unggah-ungguh Bahasa
Jawa yang benar dan tepat. Apabila diperinci kembali, ada beberapa faktor maupun
alasan yang membuat siswa-siswi kesulitan dalam proses pembelajaran Bahasa Jawa
di sekolah, terlebih dalam penggunaan unggah-ungguh Bahasa Jawa yang tepat.
Pertama, kurangnya pemahaman siswa dalam menggunakan kata-kata pada
unggah-ungguh Bahasa Jawa yang tepat. Mereka tidak paham, bahwa unggah-ungguh
Bahasa Jawa memiliki beberapa tingkatan. Mereka tidak peduli bahasa ketika
berbicara dengan guru harus menggunakan bahasa Krama inggil, pada kenyataannya,
terkadang mereka lebih sering menggunakan bahasa ngoko. Sebagai contoh, kalimat
pertama kula badhe kesah ‘saya mau pergi’ sama artinya dengan kalimat kula badhe
tindak ‘saya mau pergi’. Tetapi dalam penggunaan kalimat bahasa Jawa sesuai
unggah-ungguh bahasa Jawa, maka lebih tepat pada kalimat kedua. Karena, ketika
kata tindak ‘pergi’ ditujukan untuk orang yang lebih tua atau orang yang
dihormati/dituakan.
Kedua, seringnya terjadi kesalahan dalam pengucapan/pelafalan fonem atau
pengucapan kata dan penulisan kata-kata bahasa Jawa (fonologi). Sebagai contoh,
dalam bahasa Jawa dijumpai kata manthuk ‘mengangguk’ dan mantuk ‘pulang’ kedua
kata tersebut merupakan kata yang mempunyai makna yang berbeda. Contoh lain,
dalam pengucapan wedi ‘takut’ menjadi wedhi ‘pasir’, kedua kata ini pun memiliki
arti yang sangat jauh.
11
Ketiga, kurangnya pengenalan kata-kata sesuai unggah-ungguh bahasa Jawa.
Hal ini terjadi karena siswa tidak terbiasa menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan
unggah-ungguh Bahasa Jawa yang tepat.
Keempat, perlunya penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif.
Penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif akan membuat siswa lebih
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jawa. Berbeda jika metode yang
digunakan monoton. Akibatnya siswa ramai sendiri, mengantuk, bahkan membaca
mata pelajaran lain yang mereka sukai. Serta, perlunya media yang bervariatif.
Penggunaan media yang bervariatif akan mempermudah pemahaman siswa.
Penggunaan media yang bervariatif akan menumbuhkan antusias siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, maka isu atau permasalahan yang didapatkan
dalam kondisi ini adalah kurangnya penggunaan bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh
yang tepat. Kondisi ini menjadi salah satu kondisi yang perlu dibenahi dan dicari
bagaimana gagasan pemecahan isunya di SMPN 1 Bodeh
Permasalahan itulah yang menjadikan dasar penulis melakukan kegiatan
habituasi di SMPN 1 Bodeh dengan harapan dapat mengaktualisasikan kegiatan
sesuai dengan gagasan pemecah isunya yaitu dengan menggunakan metode
immersion learning. Metode immersion learning merupakan metode pembelajaran
dengan mencelupkan siswa secara langsung sesuai dengan kondisi lingkungan,
dimaksudkan agar siswa mampu menguasai bahasa tersebut. Pada proses
pembelajaran bahasa Jawa ini, diharapkan agar siswa mampu menggunakan bahasa
Jawa yang tepat ketika berhadapan secara langsung dengan orang yang diajak
berbicara dan memiliki tata krama yang baik.
Berdasarkan hal tersebut, penulis memiliki gagasan pemecahan isu dan
sebagai judul penulisan aktualisasi dalam kegiatan habituasi di SMPN 1 Bodeh, yaitu
UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN UNGGAH-UNGGUH BASA SISWA
KELAS VIII E MELALUI METODE IMMERSION LEARNING DI SMPN 1
BODEH KECAMATAN BODEH KABUPATEN PEMALANG
12
1.2 Strategi Pemecahan Masalah
Berdasarkan uraian gagasan pemecahan isu atau permasalahan yang telah
dikemukakan tersebut, maka gagasan pemecahan isu pada kegiatan ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam menggunakan kata-kata pada
unggah-ungguh Bahasa Jawa yang tepat di kelas VIII E SMPN 1 Bodeh
dilakukan dengan menggunakan metode immersion learning.
2. Untuk mengurangi kesalahan dalam pengucapan/pelafalan fonem atau
pengucapan kata bahasa Jawa (fonologi) dan penulisan kata-kata bahasa Jawa
pada siswa kelas VIII E SMPN 1 Bodeh dilakukan dengan menggunakan
metode immersion learning dan bermain peran.
3. Untuk memberikan pengenalan kata-kata sesuai unggah-ungguh bahasa Jawa
yang benar di kelas VIII E SMPN 1 Bodeh dilakukan dengan menggunakan
metode immersion learning dan bermain peran.
4. Untuk menambah penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif dalam
proses pembelajaran di kelas VIII E SMPN 1 Bodeh, maka pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan metode immersion learning dan bermain
peran.
5. Untuk menambah penggunaan media pembelajaran yang lebih bervariatif dalam
proses pembelajaran di kelas VIII E SMPN 1 Bodeh, maka pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunaklan media pembelajaran wayang karakter dan
media powerpoint.
Maka, untuk memecahkan isu atau permasalahan pada siswa tentang
kurangnya penguasaan penggunaan unggah-ungguh basa Jawa pada siswa kelas VIII
E di SMPN 1 Bodeh menggunakan gagasan pemecahan isu yaitu dengan
menggunakan metode immersion learning.
13
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian gagasan pemecahan isu atau permasalahan yang telah
dikemukakan tersebut, maka tujuan dan manfaat yang diperoleh dalam gagasan
pemecahan isu pada Best practice ini adalah :
1. Meningkatkan pemahaman siswa dalam menggunakan kata-kata pada
unggah-ungguh Bahasa Jawa yang tepat di kelas VIII E SMPN 1 Bodeh
dengan menggunakan metode immersion learning.
2. Mengurangi kesalahan dalam pengucapan/pelafalan fonem atau pengucapan
kata bahasa Jawa (fonologi) dan penulisan kata-kata bahasa Jawa pada siswa
kelas VIII E SMPN 1 Bodeh dengan menggunakan metode immersion
learning dan bermain peran.
3. Memberikan pengenalan kata-kata sesuai unggah-ungguh bahasa Jawa yang
benar di kelas VIII E SMPN 1 Bodeh dengan menggunakan metode
immersion learning dan bermain peran.
4. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif dalam proses
pembelajaran di kelas VIII E SMPN 1 Bodeh dengan menggunakan metode
immersion learning dan bermain peran.
5. Menggunakan media pembelajaran yang lebih bervariatif dalam proses
pembelajaran di kelas VIII E SMPN 1 Bodeh dengan wayang karakter dan
media powerpoint.
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari penerapan Metode Immersion Learning adalah:
a. Bagi Siswa
1. Siswa lebih memahami dalam berbicara menggunakan bahasa Jawa sesuai
unggah-ungguh bahasa Jawa yang benar.
2. Berkurangnya kesalahan dalam berbahasa Jawa.
3. Siswa lebih tertarik dalam pelajaran bahasa Jawa.
14
4. Meningkatkan rasa percaya diri siswa, sehingga menjadi lebih berani untuk
berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa yang benar.
b. Bagi Guru
1. Guru menjadi lebih kreatif dalam menciptakan metode maupun teknik yang
inovatif dalam menyelesaikan masalah pembelajaran.
2. Guru menjadi lebih berinovatif menggunakan media pembelajaran dalam
proses pembelajaran di kelas.
3. Meningkatkan kompetensi guru profesional.
4. Memperoleh Pengalaman yang berarti.
c. Bagi Sekolah
1. Dapat digunakan sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran.
2. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
3. Dapat meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan prestasi belajar
siswa dan kinerja guru.
4. Dapat dijadikan sebagai referensi
2.
15
BAB II
LANDASAN TEORITIS
16
pembenaman. Para siswa menyaring sendiri seluruh konsep yang dipelajarinya
menurut sudut pandang mereka sendiri dan meleburkan atau membenamkan diri
mereka dalam pengalaman melalui kegiatan yang dijalaninya.
Pembelajaran metode immersion learning ini kaitannya dengan pembelajaran
unggah-ungguh basa Jawa, maka dapat mengajarkan siswa untuk menyesuaikan diri
dengan kondisi yang sebenarnya. Misalnya, ketika pemebalajaran itu berlangsung di
Perpustakaan, maka siswa akan bertemu dengan petugas perpustakaan yang tentunya
menuntut siswa agar bisa berbicara dengan Bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh yang
benar yaitu Krama inggil. Di sini, siswa harus bisa berbicara dengan Bahasa Jawa
sesuai dengan unggah-ungguh yang benar dan tepat.
Untuk bisa melakukan pembelajaran dengan metode Immersion Learning,
penulis terlebih dahulu menggunakan metode bermain peran pada pembelajaran
sebelumnya. Alasannya, pembelajaran bermain peran ini digunakan sebagai evaluasi
awal atau training awal sebelum siswa benar-benar dicelupkan atau diterjunkan di
lapangan dengan pembelajaran metode immersion learning. Harapannya, ketika siswa
melakukan pembelajaran immersion Learning di lapangan, hasilnya bisa lebih baik
dibandingkan ketika pembelajaran bermain peran. Artinya, pembelajaran dengan
metode bermain peran dapat membangun mental siswa ketika harus berbicara dengan
unggah-ungguh Bahasa Jawa yang benar dan tepat.
17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
yang akan dilakukan. Kemudian mencatat hasil konsultasi dan diskusi
dengan kepala sekolah.
19
dapat menarik perhatian peserta didik. Kegiatan ini dilakukan sebagai
wujud kreativitas pendidik.
20
Gambar 4. Alat dan bahan pembuatan wayang karakter
5. Pelaksanaan pembelajaran KD menyampaikan pesan secara lisan atau atur-
atur dan unggah-ungguh basa dengan metode bermain peran.
Kegiatan pembelajaran bermain peran dilaksanakan sesuai dengan
rencana pembelajaran. Pembelajaran atur-atur dan unggah ungguh bahasa
Jawa dengan metode bermain peran digunakan sebagai metode
pembelajaran yang inovatif yang digunakan sebagai langkah untuk
meningkatkan penguasaan unggah-ungguh basa pada siswa.
Pada pembelajaran dengan bermain peran ini, siswa diberi soal
pretest sebagai evaluasi awal. Evaluasi awal ini digunakan untuk
membandingkan hasil belajar siswa dengan hasil evaluasi akhir dengan
memberikan post test pada pertemuan berikutnya. Guru memberikan
materi pengantar tentang unggah-ungguh Bahasa Jawa serta
mendemonstrasikan media pembelajaran wayang karakter di depan siswa.
Kemudian, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok
mendapat tugas untuk membuat pacelathon atur-atur sesuai unggah-
ungguh Bahasa Jawa dengan tema yang berbeda-beda. Setelah itu, mereka
mempraktikkan pacelathon tersebut dengan metode bermain peran.
Setelah selesai, guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran tersebut, dan
memberikan tugas selanjutnya yaitu membuat rancangan pacelathon
sesuai tema kemudian dipraktikkan kembali dengan metode immersion
learning pada pertemuan selanjutnya
Dari pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
siswa dalam menggunakan kata-kata pada unggah-ungguh Bahasa Jawa
yang tepat. Dapat mengurangi kesalahan dalam pengucapan/pelafalan
fonem atau pengucapan kata bahasa Jawa (fonologi). Dapat memberikan
pengenalan kata-kata sesuai unggah-ungguh bahasa Jawa yang benar.
Dengan metode pembelajaran bermain peran ini, seorang pendidik dapat
mengoreksi kesalahan pada siswa, yang kemudian disampaikan kembali
21
kepada siswa. Agar siswa dapat memahami kesalahannya, dan tidak lagi
mengulangi kesalahan yang sama. Sehingga penguasaan penggunaan
unggah-ungguh basa Jawa pada siswa ada peningkatan.
22
Gambar 7. Kegiatan siswa ketia diskusi kelompok(collaboration)
23
saat pembelajaran, siswa sudah terlebih dahulu mempersiapkan dan
berlatih untuk berbicara secara langsung di lapangan. Sebelum siswa
praktik, guru juga memberikan materi pengantar tentang unggah-ungguh
basa Jawa dulu. Selain itu, guru menayangkan kembali video rekaman
siswa ketika pembelajaran bermain peran sehingga di sana siswa
dievaluasi kembali agar tidak lagi terjadi kesalahan dalam unggah-ungguh
Bahasa Jawa.
Setelah itu, siswa secara berkelompok mempraktikkan pembelajaran
dengan metode immersion learning sesuai dengan tema dan konteksnya di
lapangan. Guru mendampingi setiap kelompok ketika praktik dengan
metode immersion learning. Kegiatan ini mendapat tanggapan yang positif
dari guru dan karyawan, karena dapat melatih siswa agar terbiasa
menggunakan bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh bahasa Jawa. Selain itu,
agar siswa memiliki tata krama yang baik pula.
Setelah selesai semua, siswa mengerjakan soal post test sebagai
evaluasi akhir. Kegiatan ini dilakukan sebagai hasil penguasaan tentang
unggah-ungguh bahasa Jawa pada siswa. Untuk kegiatan penutup, guru
merefleksi kegiatan pembelajaran pada hari itu dengan membagikan smile
emoji dan sad emoji kepada siswa. Siswa memasukkan salah satu emoji
tersebut ke dalam suatu tempat. Kegiatan ini dilakukan sebagai ungkapan
bahwa mereka senang dengan pembelajaran menggunakan dua metode
yang bervariatif dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
24
Gambar 9. Foto kegiatan mengevaluasi pengalaman belajar siswa dengan bermain
peran
25
Gambar 11. Kegiatan immersion learning di perpustakaan
26
Gambar 13. Kegiatan immersion Learning dengan wali kelas.
7. Kegiatan evaluasi hasil belajar siswa
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan mengoreksi hasil kerja
siswa, menilai, dan memasukkan nilai siswa pada daftar nilai.
Kegiatan mengolah data ini, juga dapat menghasilkan presentase
kenaikan nilai awal (pre test) dan nilai akhir (post test).
27
maka dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran dengan metode immersion
learning dapat meningkatkan penguasaan penggunaan unggha-ungguh basa
Jawa pada siswa kelas VIII E di SMPN 1 Bodeh.
Untuk lebih jelasnya hasil yang diperoleh dari belajar siswa kelas VIII E
pada evaluasi awal/pre test dan evaluasi akhir/post test dapat digambarkan
dalam bentuk tabel berikut ini.
PENGETAHUAN KETERAMPILAN
No Nama
PRAKTIK 2
PRAKTIK 1
PRE POST
TEST TEST
ABIANSYACH FAHRI
1 90 25 38%
NADIF 65 74 95 21 29%
28
AZIZ 53 80 95 15
18 LAELATUL Z. 83 23 38%
60 83 96 14 17%
25 RINDIASARI 95 60 171%
35 83 94 11 14%
26 RINI PUSPITASARI 85 28 48% 12%
29
58 83 93 10
31 WIDIANTORO 95 60 171%
35 74 90 16 22%
41 76%
RATA-RATA 53 94 80 94 14 18%
NILAI TERTINGGI 65 100 60 84 96 21
NILAI TERENDAH 35 75 23 74 90 10
Bodeh, September 2019
Guru Mata Pelajaran
30
DIAGRAM KENAIKAN HASIL PRE TEST & POST TEST
DAN
KENAIKAN NILAI PRAKTIK DENGAN METODE BERMAIN PERAN &
IMMERSSION LEARNING
120
100
80
60
40
20
0
F S I Z . H H I A H I I A . . A A A I I I . A A
A DI AN KA DAF AZI A P IZA ONO EAN IF A YAT TR ANG G SI YAN IS Q AN L Z R ON S W R ID RIZ ND DAR S AR S AR RIYO A P TYO AN ORO LIN
N A W G A R DE Z Y R N A U N N I R V I T U F U U IB A N IA A T DE S E RI T E
P R
I I N K U A A ET D A M A A I G H O A U G T L M A D IT A I A T AN NG
HR RN MU AL N EL IQ AS AN KH CH S L O N NG IS A YN AEL G H BA S YA TU RI A UL RIN US P DI S ELF PR I
ID IA A
F A KU I PA KM AR NG AN PR VA AR RA NDA E TY A N E L U L R AI A T W
N M A I I P A N S US W K
H E J A W A I O IN A A A L W
AC AD A ID AD A N D EV L N T I S IT ERU NDI N AI TEG ILA HO MA REV R IN S
B AG Z AS
Y S S W I . B K H
NS E UR DE ZA HE JU KH IA
O S
M AD N A S A R A ET
B IA A NA AT F AI N M L IS A M
C
A
KU
R AM NA
I SL
UH
M
31
HASIL PROSENTASE KEGIATAN REFLEKSI PEMBELAJARAN
DENGAN MEDIA SMILE AND SAD EMOJI
Jumlah
Mata
Pelajaran : Bahasa Jawa Siswa :32
Kelas : VIII E
Kompetensi
Dasar : Menyampaikan pesan (Atur-atur dan
unggah-ungguh basa
Pilihan
% Hasil
Emoji HASIL
SMILE 28 88%
SAD 4 13%
Jumlah 32 100%
Smile
Emoji
87%
32
Adapun kendala-kendala yang dihadapi saat melaksanakan program
ini adalah sebagai berikut.
1. Pada saat pembuatan perangkat pembelajaran, silabus kelas VIII untuk tahun
ajaran 2019/2020 belum tersusun sesuai dengan kurikulum 13, sehingga
membuat silabus terlebih dahulu sebagai pedoman penyusunan RPP. Maka
solusinya, Menyusun silabus terlebih dahulu sebagai pedoman dalam
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Adanya perubahan jadwal mengajar, sehingga rencana aktualisasi yang dibuat
dengan menyesuaikan dengan jadwal mengajar lama harus disesuaikan
kembali dengan jadwal mengajar yang baru. Solisinya, menyesuaikan
kegiatan aktualisasi dengan jadwal mengajar yang baru, sehingga semua
kegiatan tetap terlaksana dengan baik tanpa mengganggu kegiatan yang lain.
3. Pembuatan media powerpoint dengan menggunakan aplikasi online Powtoon
merupakan hal baru bagi peserta latsar. Butuh pengetahuan lebih dalam
memahami cara membuat dan mempublish hasilnya dalam bentuk video yang
menarik. Sehingga harus dilakukan dengan ketelitian dan kecermatan, agar
hasilnya dapat maksimal. Solusinya, dengan cara lebih mempelajari lagi
tentang aplikasi ini, sehingga kendala yang dihadapi dapat terpecahkan. Dan
hasilnya, selain dapat dipublish untuk kepentingan pribadi juga dapat
dipublish pada media sosial Youtube yang dapat bermanfaat pula untuk orang
lain.
4. Kegiatan pembuatan wayang karakter merupakan kegiatan keempat, sehingga
jika dilaksanakan sesuai jadwal, maka akan kekurangan waktu dalam
pembuatannya. Solusinya, pembuatan wayang karakter dibuat lebih awal dari
jadwal yang sudah ditentukan, tanpa mengganggu kegiatan yang lain.
Kurang terbiasanya siswa-siswi dalam menggunakan Bahasa Jawa
sesuai unggah-ungguh Bahasa Jawa yang tepat membuat siswa menjadi
canggung. Solusinya, guru memberikan motivasi kepada siswa agar dapat
melakukannya dengan baik sesuai dengan unggah-ungguh Bahasa Jawa
dengan tepat.
3.4 Faktor-faktor Pendukung
33
Adapun factor pendukung dalam menerapkan program ini adalah
sebagai berikut.
Adanya dukungan yang kuat dari kepala sekolah dan bapak ibu guru
tentang adanya ide penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif dan
media pembelajaran yang bervaiatif. Dengan menggunakan metode
pembelajaran immersion learning, tidak hanya dapat mengajarkan bagaimana
cara berbicara sesuai dengan unggah-ungguh yang benar bagi siswa, tetapi
juga dapat memperbaiki tata krama pada siswa terhadap orang lain.
Adanya sarana prasarana yang memadai, misalnya tersedianya LCD
Proyektor di sekolah, sehingga memudahkan dalam penyampaian materi
pembelajaran bagi guru.
Adanya lingkungan sekolah yang nyaman dengan fasilitas-fasilitas
yang memadai, seperti tersedianya peroustakaan, kantin maupun koperasi
sekolah, sehingga dapat digunakan sebagai tempat praktik pembelajaran
dengan metode immersion learning pada siswa.
Dengan adanya factor-faktor pendukung tersebut, maka dapat
dimanfaatkan oleh penulis untuk memberikan pembelajaran yang inovatif
terhadap siswa dalam proses pembelajaran unggah-ungguh basa Jawa di
sekolah.
34
Pembelajaran dengan metode immersion learning membutuhkan
kemampuan berpikir peserta didik, sejauh mana kemampuan berbicara siswa
ketika dihadapkan dalam kondisi sebenarnya. Metode pembelajaran ini butuh
proses adaptasi, dengan cara melalui pembelajaran dengan metode bermain
peran terlebih dahulu, dengan harapan hasilnya jauh lebih baik. Pada akhirnya
dengan pembelajaran immersion learning, lama-kelamaan siswa akan terbiasa
berbicara Bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh yang tepat.
Jadi alternative pengembangan “Peningkatan Penguasaan Unggah-
Ungguh Basa Siswa Kelas Viii E Melalui Metode Immersion Learning Di
Smpn 1 Bodeh Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang” terletak pada
kemampuan berpikir peserta didik merupaka unsur utama yang harus ada
pada semua peserta didik. Pengembangan metode immersion learning dalam
pembelajaran penggunaan unggah-ungguh basa Jawa terletak pada bagaimana
guru dapat mengarahkan dan memberi motivasi terhadap siswa ketika
terjunlangsung di lapangan. Selain itu juga dengan mengkombinasikan
dengan media pembelajaran powerpoint powtoon dan wayang karakter sesuai
dengan karakteristik peserta didik, kondisi ruang belajar dan karakteristim
materi ajar. Karena model, metode, Teknik, dan media pembelajaran tidak
selalu tepat untuk materi yang berbeda. Selain itu, di akhir pembelajaran guru
memberikan kegiatan refleksi dengan memberikan penghargaan atau reward
sebagai bentuk penghargaan dan penguatan terhadap peserta didik.
35
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Laporan Best Practice ini merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
pembelajaran Bahasa Jawa di kelas VIII E SMPN 1 Bodeh. Bahasa Jawa
merupakan pelajaran yang mudah, dan bahasanya biasa digunakan untuk sehari-
hari. Namun, meski demikian siswa-siswi tetap merasa kesulitan dengan
pembelajaran bahasa Jawa di sekolah. Terlebih ketika berbicara namun belum
menggunakan unggah-ungguh Bahasa Jawa yang tepat.
Hal ini dikarenakan adanya isu atau permasalahan pada siswa yaitu
kurangnya pengenalan kata-kata sesuai unggah-ungguh bahasa Jawa yang benar
pada siswa. Akibatnya membuat siswa tidak terbiasa menggunakan unggah-
ungguh Bahasa Jawa yang benar. Siswa tidak memahami unggah-ungguh Bahasa
Jawa yang benar sehingga sering terjadi kesalahan dalam pengucapan maupun
penulisan kata-kata dalam Bahasa Jawa. Untuk memecahkan permasalahan
tersebut, maka dibutuhkan gagasan pemecahan isu untuk meningkatkan
penguasaan penggunaan Ungguh-ungguh pada siswa dengan cara menggunakan
metode pembelajaran Immerssion Learning pada pembelajaran Bahasa Jawa di
sekolah.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui 7 (tujuh) tahap atau kegiatan, yaitu
Konsultasi dan koordinasi dengan mentor, kegiatan pembuatan RPP dan Modul,
pembuatan media Pembelajaran Powerpoint, pembuatan media pembelajaran
wayang karakter, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain
peran dan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan immersion learning. Ke-
tujuh tahapan kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik, meskipun ada
sedikit kendala terkait dengan perubahan jadwal mengajar. Namun, secara
keseluruhan kegiatan dapat terlaksana dengan baik tanpa mengganggu kegiatan
lainnya.
Dari hasil gagasan pemecahan isu tersebut, maka kesimpulan yang dapat
diambil selama aktualisasi, antara lain :
36
Pertama, bahwa untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam
menggunakan kata-kata pada unggah-ungguh Bahasa Jawa yang tepat dapat
dilakukan dengan cara menggunakan metode bermain peran dan immersion
learning. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil pretest dengan
posttest. Terbukti dengan adanya peningkatan hasil pre test dan post test
sebanyak 76% dengan nilai rata-rata pre test 53 kemudian meningkat dengan nilai
rata-rata post test 94.
Kedua, dengan metode pembelajaran bermain peran dan immersion
learning dapat mengurangi kesalahan dalam pengucapan/pelafalan fonem atau
pengucapan kata bahasa Jawa (fonologi) pada siswa kelas VIII E SMPN 1 Bodeh.
Setelah aktualisasi, sedikit berkurangnya kesalahan dalam penulisan kata-kata
Bahasa Jawa.
Ketiga, dengan menggunakan media pembelajaran wayang karakter dan
menggunakan metode pembelajaran bermain peran dan immersion learning
dapat memberikan pengenalan kata-kata sesuai unggah-ungguh bahasa Jawa yang
benar di kelas VIII E SMPN 1 Bodeh. Siswa yang tadinya menggunakan bahasa
Indonesia kemudian menjadi terbiasa menggunakan bahasa Jawa. Dari hasil post
test dapat terlihat adanya peningkatan penggunaan bahasa krama alus yang tepat
pada siswa kelas VIII E.
Keempat, dengan menggunakan metode immersion learning dan
metode bermain peran, penulis dapat melaksanakan tugas seorang guru untuk
lebih menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif dalam proses
pembelajaran di kelas VIII E SMPN 1 Bodeh, Dengan metode yang digunakan
ini, siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dan tidak merasakan
pembelajaran yang monoton lagi di kelas.
Kelima, dengan menggunakan media pembelajaran wayang karakter dan
media pembelajaran powerpoint, penulis dapat melaksanakan tugas guru untuk
lebih menggunakan media pembelajaran yang bervariatif pada kegiatan
pembelajaran di kelas VIII E SMPN 1 Bodeh. Dengan media yang digunakan
ini, siswa lebih termotivasi dan senang untuk mengikuti pembelajaran Bahasa
Jawa di sekolah.
37
Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran dengan
metode immersion learning dapat meningkatkan penguasaan penggunaan unggha-
ungguh basa Jawa pada siswa kelas VIII E di SMPN 1 Bodeh.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil best practice yang telah dilaksanakan di kelas VIII E
SMPN 1 Bodeh Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang, saran yang dapat
diberikan penulis adalah sebagai berikut.
Bagi Sekolah
a. Sekolah hendaknya memotivasi bapak ibu guru untuk dapat
menggunakan metode pembelajaran yang lebih inovatif, dan media
pembelajaran yang lebih bervariatif. Sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa-siswi SMPN 1 Bodeh.
b. Sekolah hendaknya untuk dapat mendukung dan memberikan
kesempatan kepada kami mengembangkan potensi yang dimiliki
dalam berinovasi agar dapat mengembangkan kinerja yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman serta memberikan arahan
dan motivasi kepada kami agar selalu meningkatkan kedisiplinan
dalam bekerja.
c. Sekolah hendaknya mengaktifkan kembali hari berbahasa Jawa yang
dilaksanakan setiap minggunya pada hari Kamis. kegiatan yang
dilaksanakan oleh semua warga sekolah ini dapat memberikan
pembiasaan dalam menggunakan Bahasa Jawa. Pun demikian agar
siswa semakin terbiasa menggunakan bahasa krama dalam
berkomunikasi dengan orang yang lebih tua.
Bagi Guru
a. Hendaknya penggunaan metode pembelajaran immersion learning
ini dapat digunakan juga pada kelas-kelas yang lain.
38
b. Guru hendaknya lebih kreatif untuk menggunakan metode
pembelajaran yang bervariatif, sehingga pembelajaran yang
berlangsung tidak terkesan monoton. Akhirnya siswa termotivasi
dalam belajar dan senang selama proses pembelajaran.
c. Guru hendaknya dapat menggunakan media pembelajaran yang lebih
kreatif dan bervariatif. Karena dapat menjadikan proses
pembelajaran lebih efektif dan efisien. Selain itu dapat pula
memanfaatkan sarana prasarana yang ada.
d. Sebagai seorang CPNS Guru Bahasa Jawa, saya memberikan
rekomendasi kepada rekan–rekan guru untuk selalu memberikan
nasihat, motivasi, berbagi ilmu, dan pengalaman, serta memberikan
nasihat dan saran kepada kami agar kami selalu siap, ikhlas, dan
waspada dalam menjalankan tugas sehingga dalam pelaksanaan
tugas dapat terjalin komunikasi dan kerja sama yang baik.
Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya memiliki tata krama yang baik sehingga dapat
menunjukkan siswa yang baik.
b. Siswa hendaknya dapat mengikuti pelajaran dan memperhatikan
pelajaran yang disampaikan oleh guru di kelas.
c. Siswa hendaknya memiliki motivasi belajar yang tinggi dan lebih
bersemangat lagi dalam menerima semua pelajaran sebagai bekal
sebagai generasi penerus bangsa.
d. Siswa hendaknya dapat mematuhi tata tertib sekolah dengan baik
39
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro, Burhan. 2001 (ed. Ke-3). Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Dan
Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Sasangka, Satriya Tjatur Wisnu . 2004. Unggah-ungguh Bahasa Jawa. Jakarta: Yayasan
Paramalingua
Suprayekti, dkk. 2003. Pembaharuan Pembelajaran di SD, Universitas Terbuka,
Jakarta
Wordpress.Pembelajaran Terpadu Model Immersed Pembenaman.
Journal424.wordpress.com Diunduh pada 30 September 2019 pukul 22.57
40