Anggota Kelompok : 1. Melvin Lumban Raja (20197470016) 2. Mega Sartika Rahayu (20197470022) 3. Safitri (20197470054) 4. Anggia Pitaloka (20197470108) Apakah bahasa itu?
Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
bahasa artinya system lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, Bahasa dan Pikiran beriteraksi dan mengidentifikasi diri. Apakah pikiran itu?
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pikir
artinya akal budi, ingatan, angan-angan, kata dalam hati, kemudian mendapat tambahan --an menjadi kata pikiran yang artinya hasil berpikir/pikir.
Muhadjir mengatakan bahwa berfikir
adalah menyusun konsep-konsep. Konsep merupakan bagian dari konstituen proporsi atau bagian dari penalaran. Hubungan Bahasa dan Pikiran
Dikonsentrasikan pada tiga hal:
a. Apakah manusia menggunakan bahasa
untuk berpikir? b. Bila demikian, apakah berpikir ditentukan oleh bahasa penuturnya? c. Apakah hubungan antara konsep dengan kata ? Dua perdebatan hubungan berpikir dan bahasa:
a. Berpikir tidak bergantung kepada bahasa;
b. Berpikir mempersyaratkan bahasa, jadi tidak ada pikiran tanpa bahasa. Kalau bahasa penting untuk berpikir maka • Apakah binatang bisa berpikir ? • Apakah computer menggunakan bahasa ? Bagaimanakah hipotesis hubungan bahasa dan berpikir?
Sebagian besar linguis dan peneliti menolak adanya
hubungan antara bahasa dan berpikir didasari dengan bukti yang menunjukkan bahwa:
1. Orang bisa berpikir tanpa bahasa;
2. Anak-anak yang belum bisa berbahasa sering dapat melakukan perintah bahasa tertentu. Contohnya jika ortu berkata “ambil mainan itu!”, mereka bisa melakukannya dengan benar; 3. Binatang tidak memiliki kehidupan mental yang canggih, namun dapat mengekspresikan semacam proses mental. Misalnya lebah, mempunyai cara berkomunikasi dengan menari-nari memberitahukan kelompoknya tentang adanya sumber makanan. Makin dekat sumber makanan, makin cepat menarinya. Relativitas Bahasa
• Bahasa cermin budaya.
• Tiap bahasa memiliki cara sendiri dalam melakukan kategorisasi alam sekitarnya, misalnya tentang warna, makanan, dsb. • Perbedaan itu membuat orang sulit menterjemahkan secara tepat konsep dari satu bahasa ke bahasa lain. Misal: Bahasa Inggris hanya mengenal satu kata untuk makanan pokok yang berasal dari padi; sementara Bahasa Indonesia mengenal lebih dari tiga kata untuk makna yang sama: padi, gabah, beras, dan nasi.
- Whilhelm Van Humboldt mengatakan bahwa pandangan hidup
dan budaya suatu masyarakat ditentukan oleh masyarakat itu sendiri. - Sapir-Whorf berpendapat bahwa tidak ada dua bahasa yang sama, sehingga dapat dianggap mewakili masyarakat yang sama. Hipotesis Hubungan Bahasa Dengan Berpikir
Hipotesis tentang linguistic relativity ditolak oleh banyak
linguistikawan dan peneliti dalam pengetahuan kognitif, yakni telaah linguistic interdisiplin, yang menggunakan psikologi kognitif, ilmu computer, dan linguistic. Respon yang sangat khas adalah untuk memberi ketegasan tentang kesalahan dalam menghadapi identifikasi pikiran dan bahasa (Saeed 2003:43). Dua argumen yang penting yang dapat mendukung penolakan tersebut : 1) Ada bukti bahwa orang bisa berpikir tanpa bahasa; 2) Bahasa punya kekurangan dalam melakukan spesifikasi makna. Bukti Berpikir Tanpa Bahasa
Argumen pertama bahwa orang berpikir tanpa menggunakan
bahasa diberikan contoh – contoh oleh Pinker, seperti dikutip oleh Saeed (2003:43) sebagai berikut : a. Para seniman dan ilmuwan menyatakan bahwa kadang kala karyanya muncul dari ide, dari bayangan nonlinguistic. b. Anak balita yang belum mengenal bahasa, dapat melaksanakan perintah bahasa seperti, “Ambil mainan itu!”
Bukti – bukti proses mental yang tidak melibatkan bahasa itu
dapat dipakai sebagai bantahan bahwa proses kognitif tidak menggunakan bahasa lisan seperti bahasa Arab atau Inggris, melainkan memanfaatkan sistem komputasi dalam pikiran, menggunakan bahasa pikiran. • Keterbatasan bahasa melakukan spesifikasi makna, secara tidak langsung, muncul dari pandangan karakteristik makna komunikasi yang ditumbuhkan oleh hasil penelitian dalam semantic dan pragmatic. Keterbat • Makna lebih kaya dari pada tujuan akhir dalam proses asan komunikasi. Bahasa • Penutur sering memadatkan maksudnya dan kadang Melakuk menyiratkannya dari pada melahirkan apa yang an menjadi tujuannya. Spesifika • Sementara lawan tuturnya mengisi bagian yang si disiratkan dengan pikiran sendiri menyatakan dengan ucapan, yakni menerjemahkannya dalam bahasa lisan. • Meskipun perbedaan kedua argumen itu sering diambil khususnya dalam ilmu kognitif untuk mendukung pandangan bahwa kita berpikir dengan bahasa pikiran, Mentalese. • Kalau kita mau berbicara maka kita menterjemahkannya dari bahasa berpikir ke dalam bahasa lisan. Jaszczolt mengatakan bahwa Bahasa berfikir atau language of thought merupakan hipotesis yang terus – menerus disempurnakan. Bahas ide bahwa bahasa membentuk persepsi a tentang realitas atau bahasa menentukan Berfik fikiran sangat besar maknanya. ir Apabila struktur dan cara operasi otak menentukan bahasa, kita dapat pembenaran bahasa memegang pandangan bahwa ada kesamaan antara bahasa dengan sistem computer yang digunakan oleh semua orang untuk berfikir Memahami kalimat adalah bagaimana menangkap pikiran yaitu ujaran – ujaran yang secara standar disampaikan, sehingga tidak mungkin setiap orang yang memahami sebuah kalimat ‘Jony mencintai Mery’ juga memahami bahwa ‘Mery mencintai Jony’.
Kalau seandainya tidak setiap orang berfikir bahwa
Jony mencintai Mery juga berfikir Mery mencintai Jony.
Kita tidak bisa berfikir seperti itu, kalau tidak
berfikir bahwa bahasa mengekspresikan pikiran dan bahwa bahasa itu bersifat sistematik, kalau demikian pikiran juga sistematik seperti bahasa. Persis seperti tata bahasa yang memiliki peran yang penting dalam memproduksi dan memahami kalimat, sama pentingnya dalam proses berfikir.
Keadaan mental kita berbentuk dari unit –
unit yang lebih kecil, yang memiliki sebuah struktur.
Sama seperti tata kalimat bagi sebuah
bahasa, dimana kita dapat menghasilkan sejumlah kalimat dengan jumlah yang hampir tak terbatas banyaknya. Keterkaitan Bahasa dan Berpikir
Muller (1887) menegaskan bahwa bahasa dan pikiran
selalu terkait, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap dikendalikan oleh pikiran, dan sebaliknya hasil pikiran memunculkan kategori atau konsep untuk sebuah benda atau objek. Ada saling ketergantungan antara bahasa dan pikiran atau sebaliknya. Piaget juga mengemukakan pandangan yang serupa, ada keterkaitan pikiran dan bahasa. Apa yang diungkapkan seseorang melalui ujarannya tidak lain dari hasil proses berpikir, terlepas dari kebenaran atau kesalahan hasil pikiran tersebut. Bahasa mempengaruhi pikiran
Whorf (Chaer, 2002: 53) mengatakan bahwa
keterkaitan antara bahasa dengan pikiran terletak pada asumsi bahwa bahasa mempengaruhi cara pandang manusia terhadap dunia, serta mempengaruhi pemikiran individu pemakai bahasa itu. Pikiran mempengaruhi bahasa
Dua hal penting berhubungan bahasa dan pikiran
menurut Piaget yaitu : a) Sumber kegiatan intelek tidak terdapat pada pikiran, tetapi dalam periode sensomotorik. b) Pembentukan pikiran yang tepat dikemukakan dan berbentuk, terjadi pada waktu yang bersamaan dengan pemerolehan Bahasa.
Jadi, perkembangan aspek kognitif anak akan
mempengaruhi bahasa yang digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang digunakannya. Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
Vigotsky berpendapat bahwa adanya satu tahap
perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran sebelum adanya bahasa. Kemudian, kedua garis bertemu, maka terjadilah secara serentak pikiran berbahasa dan bahasa berpikir. KESIMPULAN
1. Bahasa adalah alat untuk
mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran. 2. Bahasa adalah cerminan isi pikiran kita. 3. Kita harus mampu menggunakan pikiran dalam berbahasa, karena intelektual seseorang dapat dilihat dari kemampuannya dalam berbahasa. 4. Kita harus mampu berpikir secara logis dan sistematis agar tercipta komunikasi yang tepat dan tidak salah interpretasi. THE END THANK YOU