ASIMILASI
A. Pengertian Asimilasi
Dalam kajian ilmu ashwat (fonologi) istilah asimilasi biasa disebut mumastalah. Berikut akan dipaparkan
beberapa definisi asimilasi yang dikemukakan oleh para ahli:
1. Menurut Laver (1994), asimilasi adalah saling berpengaruhnya antar bunyi mengakibatkan ciri-ciri
bunyi yang dipengaruhi menjadi berubah untuk menyesuaikan dengan bunyi yang mempengaruhi, dan
pengaruh itu dapat trerjadi antar segmen dalam suatu kata antar komponen akhir syatu kata dan
komponen awal yang mengikutinya.
“Asimilasi adalah perubahan bunyi bahasa karena bersanding dengan bunyi lainnya (adaptasi bunyi
terhadap lingkungannya).”
“Peristiwa saling mempengaruhi antara bunyi satu dan lainnya yang berdampingan.”
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para linguis, dapat disimpulkan bahwa asimilasi adalah proses
suatu bunyi mempengaruhi bunyi lain yang berdampingan sehingga bunyi yang dipengaruhi menjadi
sama atau hamper sama dengan bunyi yang mempengaruhi.
Asimilasi sebagai salah satu proses morfonemis merupakan gejala umum yang terjadi pada bahasa-
bahasa. Dalam bahasa Arab, asimilasi merupakan salah satu peristiwa bahasa yang dapat ditinjau secara
morfologis dan fonologis. Oleh sebab itu, asimilasi dalam bahasa arab lebih tepat menjadi bahasan
morfofonemik.
Menurut Abercrombie (1974: 133-139) asimilasi dapat terjadi berdasarkan tiga factor: getaran fita suara,
pergerakan velum, perpindahan dairah artikulasi. Asimilasi yang berdasarkan getaran pita suara dapat
mengakibatkan bunyi tak bersuara (mahmus) menjadi bersuara (majhur) atau sebalikanya, seperti:
Dari contoh di atas terdapat asimilasi /t/ dengan /d/, tapi selain perubahan /t/ menjadi /d/ dalam proses
tersebut juga terjadi pelesapan vocal. Jadi peroses asimilasi tersebut sebagai berikut: [al-
mutadaθθir]→[al-mutdaθθir]→[al-muddadaθθir].
Asimilasi yang melibatkan pergerakan velum akan mengakibatkan bunyi non-nasal menjadi berciri nasal,
contoh
1) من بعد
2) منبع
Pada kedua contoh di atas /b/ yang asalnya berciri non-nasal menjadi berciri nasal karena terpengaruh
oleh /n/.
Asimilasi yang berdasarkan artikulator atau dairah artikulasi akan mengakibatkan suatu bunyi berubah
menjadi bunyi lain yang berdekatan dairah artikulasinya. Dari segi bentuknya, Schane (1992)
mengemukakan bahwa proses asimilasi dapat terjadi dalam empat kemungkinan yaitu
Bentuk asimilasi yang kedua yaitu vokal berasimilasi dengan ciri-ciri konsonan banyak terdapat dalam
bahasa Arab. Coba bandingkan fonem /a/ pada kata-kata yang berpasangan minimal berikut.
Sebagai gejala fonolologis, asimilasi bisa bersifat fonetis dan fonemis. Verhaar (1996: 78-83)
mengatakan bahwa asimilasi fonetis tidak mengubah status fonem bunyi yang dipengaruhi, sedang
asimilasi fonemis mengubah fonem tertentu menjadi fonem lain. Contoh, dalam bahsa belanda
kata zakdoek ‘sapu tangan’ kata majmuk yang terdiri atas zak ‘kantong’ dan doek ‘kain’, [k] yang tak
bersuara berubah menjadi [g] bersuara karena pengaruh bunyi [d] pada kata doek. Dan asimilasi ini
merupakan asimilasi fonetis, karena tidak ada perubahan fonem.
Verhaar (1996:79) menekankan bahwa asimilasi fonemis hanya berlaku untuk bahasa tertentu saja.
Untuk menjelaskan hal itu ia membedakan asimilasi fonemis menjadi tiga jenis: asimilasi progresif,
regresif, dan timbal balik.
Anis (1979: 178-190) mengemukakan bahwa bahasa arab dalam perkembangannya menjadi berbagai
dialek mempunyai kecendrungan yang cukup besar terhadap peristiwa asimilasi.
Berdasarkan urutan atau alur bunyi yang mempengaruhi asimilasi dalam bahasa Arab dibagi menjadi
dua, yaitu
a. Asimilasi progresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi sesudahnya,
seperti ازدهر berasal dari ازتهر , dimana bunyi tak bersuara /t/ merubah menjadi bersuara /d/ karena
terpengaruh oleh sifat bunyi /z/ yang bersuara.
b. Asimilasi regresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi sebelumnya,
seperti سالم+ال menjadi السّالم dimana konsonan alveolar lateral /l/ dipengruhi oleh bunyi alveolar
frikatif /s/. dalam hal ini syahin (1982) menegaskan bahwa asimilasi regresif dalam bahasa Arab lebih
produktif dari asimilasi progresif.
Berdasarkan kualitas pengaruh suatu bunyi pada bunyi lain yang dipengaruhi asimilasi dalam bahasa
arab dibagi menjadi dua, yaitu
Umar (1985) mengemukakan bahwa asimilasi dalam bahasa Arab dapat ditinjau dari lima aspek, yaitu
b. Asimilasi lansung atau tidaknya bunyi yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.
3. Asimilasi pada al-ta’rif ()ال
para pakar fonologi bahasa Arab telah membagi al menjadi dua katagori, yakni ال الشمسية dan ال .ال القمرية
الشمسية berlaku ketika bertemu dengan 13 fonem berikut yaitu: / ,/ش/ ,/س/ ,/ز/ ,/ر/ ,/ذ/ ,/د/ ,/ ث/ ,/ت
ن/ ,/ظ/ ,/ط/ ,/ض/ ,/ص//. Dan ال القمرية belaku ketika bertemu 15 fonem berikut: / ,/خ/ ,/ح/ ,/ج/ ,/ب/ ,/ء
ي/ ,/و/ ,/هـ/ ,/م/ ,/ل/ ,/ك/ ,/ق/ ,/ف/ ,/غ/ ,/ع//. contoh ال الشمسيةـyaitu: الزيت، السّور، الدّار، الثواب،ال ّتين dan contoh ال
القمرية yaitu: القلم, الخير،الجار.
Abduttawwab (1982) mengatakan bahwa antara asimilasi dan adγam di samping ada beberapa
kesamaan juga ada perbedaan. Persamaan dan perbedaan dapat dilihat pada contoh di bawah ini.
1. نا+آمن ← آم ّنا
2. ادتعى←ادّعى
3. اضتجع←اضطجع
Pada contoh kata آم ّنا termasuk asimilasi, dan pada kata ادّعىmenurut Abduttawwab termasuk asimilasi
dan adγam, sedangkan pada contoh nomor tiga termasuk asimilasi.
RUJUKAN