Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bunyi dalam bahasa Arab disebut aṣ–Ṣaut yang berarti “suara”. Menurut KBBI
bunyi adalah suatu yang kedengaran (didengar) atau ditangkap oleh telinga. Sedangkan dalam
kajian bahasa bunyi adalah materi atau bahan pengucapan. Selain itu bunyi merupakan dasar
perkataan, pokok dalam menentukan penyampaian serta mewarnainya. Bunyi ialah suara
yang keras untuk menambah kejelasan dan kebenaran ungkapan yang terkandung dalam
pikiran pembicara. Sehingga bisa mempengaruhi pendengar. Menurut Ahli Bahasa Klasik,
tingkatan bunyi dalam Bahasa Arab ada 29 bunyi. Bunyi tersebut tersusun berdasarkan
tempat keluarnya. Dimulai dari pangkal langit-langit sampai ujung lidah. Sedangkan menurut
ahli modern, jumlahnya ada 28 huruf. Mereka mengeluarkan alif yang lunak dan menghitung
yang berharkat saja. Karena harkat tidak bisa terlepas dari huruf sebagaimana lepasnya
kekekalan huruf itu sendiri.

Huruf-huruf yang diungkapkan oleh para ahli di atas memilik tempat keluar yang
berbeda-beda. Mulai dari ujung lidah sampai pangkal tenggorokan. Namun, dari tempat yang
berbeda-beda tersebut banyak yang berdekatan dan hampir sama dalam mengucapkannya.
Bahkan ada juga yang diganti dalam pengucapan – walaupun secara tertulis tidak diganti –
karena adanya pengaruh dari huruf lain dan sebab-sebab tertentu. Sebagaimana lebih jelasnya
akan dibahas dalam makalah ini dengan judul “ ‫ة‬3‫”والمخالفة المماثل‬. Asimilasi dan Disimilasi
yang pemakalah maksud di sini ialah adanya perubahan pengucapan huruf karena adanya
kesamaan dan perbedaan sifat, hukum, dan tempat keluarnya. Secara umum yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu, bagaimana perkembangan bunyi bahasa Arab dilihat dari
aspek Asimilasi dan Disimilasi.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah yang penulis ambil dari latar belakang di atas yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan Asimilasi?


2. Apa yang dimaksud dengan Asimilasi progresif dan regresif beserta contohnya?

1
3. Apa yang dimaksud dengan Asimilasi yang dilihat dari aspek tempat keluar huruf
beserta contohnya?
4. Apa yang dimaksud dengan Disimilasi?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu.

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Asimilasi


2. Untuk mengetahui penjelasan Asimilasi progresif dan regresif serta contohnya
3. Untuk mengetahui penjelasan Asimilasi yang dilihat dari aspek tempat keluarnya
huruf
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Disimilasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ASIMILASI DAN DISIMILASI (‫)المماثلة و المخالفة‬


1. ‫( المماثلة‬Asimilasi)

Menurut bahasa asimilasi ialah “persamaan” atau “kias” (analogi). 1 Asimilasi ialah
perubahan bunyi secara fonetik akibat pengaruh yang berada sebelum atau sesudahnya. Kalau
pengaruh itu ke depan disebut asimilasi progresif, sedangkan kalau arah pengaruh itu ke
belakang disebut asimilasi regresif.2 Sebagian ahli bahasa mendefinisikan asimilasi ialah
perubahan yang terhimpun dalam bunyi, karena adanya kedekatan bunyi yang disebabkan
oleh bunyi yang lain. Pendapat yang lain mendefinisikan bahwa asimilasi (‫ )المماثلة‬adalah
“memalingkan bunyi yang berbeda menjadi bunyi yang sama, baik sebagian atau
keseluruhan.3

Menurut Abercrombie (1974: 133-139) asimilasi dapat terjadi berdasarkan tiga faktor:
getaran pita suara, pergerakan velum, perpindahan daerah artikulasi.4 Asimilasi yang
berdasarkan getaran pita suara dapat mengakibatkan bunyi tak bersuara (mahmus) menjadi
bersuara (majhur) atau sebalikanya, seperti:

‫يا أيها الـمدثر‬

Dari contoh di atas terdapat asimilasi (‫ )ت‬dengan (‫)د‬, tapi selain perubahan (‫)ت‬
menjadi (‫ )د‬dalam proses tersebut juga terjadi pelepasan vocal. Jadi peroses asimilasi tersebut
sebagai berikut:

‫الـُم َتَد ِثر – الـُم ْتَد ِثر – الـُم َّد ِثر‬

1
A.W. Munawwir. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Cet. XIV. Surabaya: Pustaka Progressif.
1997. Hal 1310
2
Abdul Chaer, Fonologi Bahasa Indonesia (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h. 98
3
Ahmad Mukhtar Umar, Dirasatu ash-Shauti al-Lughawiy (Cairo: Alamul Kutub, 1985), h. 378
4
Schane,. 1992. Fonologi Generatif , terj. Kentjanawati Gunawan ( Jakarta: Summer Institute of Linguistics-
Indonesia 1992), h. 51-53.

3
Asimilasi yang melibatkan pergerakan velum akan mengakibatkan bunyi non-nasal
menjadi berciri nasal, contoh :

1. ‫ منبع‬.2 ‫من بعد‬

Pada kedua contoh di atas (‫ )ب‬yang asalnya berciri non-nasal menjadi berciri nasal
karena terpengaruh oleh (‫)ن‬.

a. Asimilasi Progressif dan Regresif

Berdasarkan urutan atau alur bunyi yang mempengaruhi asimilasi dalam bahasa Arab
dibagi menjadi dua, yaitu

1. Asimilasi progresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi


sesudahnya, seperti ‫ ازدهر‬berasal dari ‫ ازتهر‬, dimana bunyi tak bersuara (‫ )ت‬merubah
menjadi bersuara (‫ )د‬karena terpengaruh oleh sifat bunyi (‫ )ز‬yang bersuara.5
Umpamanya bunyi [t] adalah bunyi apikoalveolar atau apokodental; tetapi pada kata
<stasiun> bunyi [t] itu dilafalkan sebagai bunyi [t[ laminalveolar. Perubahan bunyi
hambat aplikoalveolar [t] menjadi bunyi hambat laminoalveolar yaitu karena
pengaruh secara progresif dari bunyi geseran laminopalatal [s]6
2. Asimilasi regresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi
sebelumnya, seperti ‫الم‬33‫س‬+‫ ال‬menjadi ‫ الّس الم‬dimana konsonan (‫ )ال‬dipengaruhi oleh
bunyi (‫ )س‬. dalam hal ini Syahin menegaskan bahwa asimilasi regresif dalam bahasa
Arab lebih produktif dari asimilasi progresif. 7 Umpamanya bunyi [p] adalah bunyi
hambat bilabial; tetapi bunyi [p] pada silabel pertama kata <pantun> dilafalkan secara
apikoalveolar. Perubahan bunyi hambat bilabial [p] menjadi bunyi hambat
apikoalveolar yaitu karena pengaruh nasal apikoalveolar [n]8

Aimilasi baik progresif maupun regresif lazim diartikan sebagai penyamaan dua buah
bunyi yang berbeda menjadi dua buah bunyi yang sama. Dalam kasus kedua contoh
tersebut yang disamakan adalah tempat artikulasinya. Bunyi [t] yang sebenarnya

5
ibid
6
Abdul Chaer. Loc.cit.
7
Schane. Loc. cit.
8
Abdul Chaer. Loc.cit.

4
vokal apikoalveolar dubah menjadi bunyi laminoalveolar disamakan dengan bunyi [s]
yang laminopalatal.9

b. Asimilasi Dilihat Dari Aspek Tempat Keluar Huruf

Apabila asimilasi itu sampai pada keberadaan dua bunyi dalam satu makhraj maka
persamaan tersebut adalah dari sisi tempat keluar hurufnya (makhrajnya). Misalnya, ‫انبعث أو‬
‫برى‬3‫ ان‬keduanya diucapkan ‫برى‬3‫ امبعث أو ام‬dengan menukar bunyi nun (‫ )ن‬dari makhrajnya
yang asli ke makhraj ba’(‫ )ب‬dipalingkan menjadi mim (‫ )م‬karena pengaruh ba’ (‫)ب‬. Seperti
itu juga dengan lam ta’rif (‫ )الم التعريف‬kepada ta’ (‫ )ت‬pada contoh ‫التعليم‬. Maka asimilasi ini
sampai kepada penukaran bunyi dari yang aslinya menjadi yang mempengaruhinya. Contoh
lainnya ialah: ‫الثوب و السالمة و الشجر وإلخ‬.

Adapun apabila bunyi tidak tertukar dari tempat keluarnya (makhraj) maka persamaan
ini ialah dari segi cara pengucapannya. Misalnya, ‫ سراط‬yang ditukar menjadi ‫ صراط‬. atau
‫ ادتخر‬ditukar menjadi ‫ادخر‬.

Demikian juga ketika bunyi letupan (infijar) mengikuti bunyi hidung (dengung), maka
bunyi letupan tersebut diambil cara pengucapannya dari hidung. Misalnya pada kata ‫لكنة و‬
‫ا‬3‫يضنى و بتن‬. Seiringan dengan contoh tersebut juga bunyi pantulan (Qalqalah) yaitu ‫د‬3‫قطبج‬,
Apabila pembicara belum mengkaji yang diikutinya dengan bunyi pantulan.

Apabila bunyi letupan mengikuti bunyi yang lunak, maka bunyi letupan ini terlepas
dari hal tersebut. Misalnya ‫يتلو و يكلح‬.

Apabila sampai pengaruh asimilasi itu pada penukaran bunyi dari fonemnya yang
muncul pada bunyi tersebut menjadi fonem yang lain, maka perubahan ini menjadi bagian
yang tertukar. Misalnya, apabila bunyi nun (‫ )ن‬ditukar menjadi mim (‫ )م‬karena pengaruh ba’ (
‫ )ب‬pada kata ‫برى‬33‫ ان‬. Ini adalah bunyi yang terjadi pada tempat yang lain dari nun (‫)ن‬.
Misalnya: ‫ مال و نال‬.10

9
Ibid, h. 99
10
Ahmad Mukhtar Umar. Op. Cit. hal 381

5
2. ‫( المخالفة‬Disimilasi)

Disimilasi merupakan lawan/kebalikan dari Asimilasi, karena perubahan bunyi yang


ada dalam urutan perkataan disebabkan adanya pengaruh bunyi yang berdekatan. Akan tetapi,
perubahan yang berlawanan ini menjadi bertambah ketika ada perbedaan antara dua bunyi.
Disimilasi adalah fenomena yang lebih sedikit terjadi pada bunyi daripada asimilasi. 11
Kalau asimilasi dua buah bunyi yang tidak sama diubah menjadi sama, maka dalam kasus
disimilasi dua buah bunyi yang sama diubah menjadi dua buah bunhyi yang berbeda atau
tidak sama. Misalnya, dalam bahasa indonesia ada kata belajar, yang berasal dari
pembentukan ber + ajar, yang seharusnya menjadi berajar. Namun, di sini bunyi [r] pertama
didisimilasikan dengan bunyi [l], sehingga menjadi belajar.12

Disimilasi merupakan fenomena yang ada pada setiap bahasa. Misalnya dalam bahasa
Inggris, kata “Marble” dan “Pilgrim”. Kedua kata tersebut asalnya adalah “Malble” dan
“Pilglim”, yakni (l) yang diganti dengan (r). Hurwitz mengansumsikan bahwa kata-kata
bahasa Arab sebagian besar yang terdiri dari “ra”, “lam”, “nun”, atau “mim” telah
menghasilkan pengaruh disimilasi antara dua bunyi yang sama. Sebagaimana dapat kita lihat
pada contoh: – ‫ و فلطح‬،)‫ط – (قّم ط‬33‫ قرم‬،)‫رقب – (عّقب‬33‫ ع‬،‫ عنكب – (كّعب‬،)‫د – (جّم د‬33‫ جلم‬،)‫ل – (حّج ل‬33‫حرج‬
)‫(فّطح‬.

1. Menukar fathah menjadi kasrah ketika berdekatan dengan alif. Tujuannya ialah
menghindari pengucapan dari harkat-harkat tertentu. Penjelasan ini menjelaskan
kenapa jama’ mu’annats salim itu di-nashab-kan dengan kasrah dan nun mutsanna
itu di-kasrah-kan yang berlawanan dengan jama’ mudzakkar salim yang di-fathah-
kan.
2. Menukar kasrah dengan fathah apabila berdekatan dengan ya’ mad. Sebagaimana
kebanyakan terdapat dalam bahasa Arab Amiyah yang mana bentuk ‫ ِفِّعْي ل‬diganti
menjadi ‫ َعِّو ْيم و َأِّك ْيل وَح ِّبْيب و َس ِّهْير‬: ‫َفِّعْيل‬
3. Mengganti dhammah yang berurutan dengan dhammah + fathah. Sebagaimana
dikatakan: ‫ ُس ُرٌر – ُس َر ٌر و ُذُل ل – ُذ َل ل‬karena berat apabila dua dhammah di-mudha’af-
kan.13

BAB III
11
Ibid, hal. 385
12
Abdul Chaer. Loc.cit.
13
Ahmad Mukhtar Umar. Loc.cit.

6
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan dari uraian yang telah pemakalah paparkan di atas adalah sebagai

berikut:

1. Perkembangan atau evolusi bunyi bahasa Arab dengan munculnya perubahan-


perubahan bunyi bahasa yang disebabkan karena adanya hukum bunyi.
2. Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang
sama atau yang hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan
secara berurutan sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi atau
dipengaruhi. Bunyi pertama terpengaruh oleh bunyi kedua.
3. Asimilasi progresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi
sesudahnya. Asimilasi regresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada
bunyi sebelumnya.
4. Disimilasi adalah perubahan bunyi yang ada dalam urutan perkataan disebabkan
adanya pengaruh bunyi yang berdekatan. Akan tetapi, perubahan yang berlawanan ini
menjadi bertambah ketika ada perbedaan antara dua bunyi.

B. KRITIK DAN SARAN


1. Semoga dengan makalah ini, pembaca dapat memahami mengenai Asimilasi dan
Disimilasi
2. Masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, kami pemakalah berharap
agar pembaca memperbanyak bacaannya dari sumber lain sehingga ilmu yang
diperoleh lebih banyak lagi.

7
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta

Munawwir, A.W. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Cet. XIV.


Surabaya: Pustaka Progressif

Schane,. 1992. Fonologi Generatif , terj. Kentjanawati Gunawan. Jakarta: Summer Institute
of Linguistics-Indonesia

Umar, Ahmad Mukhtar. 1985. Dirasatu ash-Shauti al-Lughawiy. Cairo: Alamul Kutub

Anda mungkin juga menyukai