Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada bagian ke-9 ini, membahas mengenai perubahan-perubahan bunyi.


Dalam premis telah disebutkan bahwa bunyi-bunyi lingual condong berubah
karena lingkungannya. Dengan demikian perubahan bunyi tersebut bias
berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai
membedakan makna atau mengubah identetitas fonem , maka bunyi-bunyi
tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama.
Dengan kata lain, perubahan itu masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi,
apabila perubahan bunyi itu sudah sampai berdampak pada pembedaan makna
atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon
dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai
perubahan fonemis.

Jenis-jenis perubahan bunyi tersebut berupa metatesis, disimilasi,


asimilasi, adaptasi. Sebagaimana uraian berikut.

1
2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk member pengetahuan
kepada para pembaca tentang bahasa indonesia terutama dalam ilmu fonologi
dalam cabang ilmunya yaitu perubahan – perubahan bunyi. Diharapkan juga
untuk para pembaca apabila sudah megerti dan paham, diharapkan mampu
memberikan atau membagi ilmunya kepada masyarakat luas.

3. Rumusan masalah
A. Untuk menambah ilmu fonologi kali ini kami akanmenjelaskan
perubahan – perubahan bunyi besrta contohnya ?
B. Apa itu gejala perubahan bunyi ?
C. Bagaimana bunyi perubahanhukum van der tuk dan perubahannya ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam-macam Perubahan Bunyi

1. METATESIS
Metatesis adala perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga
menjadi dua bentuk kata yan0g bersaing. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata
yang mengalami metatesis ini tidak banyak. Metatesis dapat terjadi secara
sinkronik dan dapat terjadi secara diakronik. Misalnya :
1. Metatesis Sinkronis (terjadi padamasa tertentu)
Kelikir → kerikil
Lajur → jalur
Bantras → brantas
2. Metatesis Diakronis (melalui proses sejarah)
Almari (Portugis) → lemari
Arba (Arab) → rabu
Arbab (arab) → rebab

2. DISIMILASI

Disimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau mirip
menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda. Contohnya sebagai berikut.
1. Secara sinkronis, Kata “belajar” berasal dari penggabungan prefiks ber
dan bentuk dasar ajar. Mestinya, kalau tidak ada perubahan menjadi
berajar. Tetapi, karena ada dua buny [r], maka [r] yang pertama
disimilasikan menjadi [l] sehingga menjadi [belajar]. Karena perubahan
tersebut sudah menembus batas fonem, yaitu [r] merupakan alofon dari

3
fonem /r/ dan [l] merupakan alofon dari fonem /l/, maka disebut disimilasi
fonemis.
2. Secara diakronis, kata sarjana berasal dari bahasa Sanskerta sajjana.
Perubahan itu terjadi karena adanya bunyi [j] ganda. Bunyi [j] yang
pertama diubah menjadi bunyi [r] : [sajjana] > [sarjana]. Karena
perubahan itu sudah menembus batas fonem, yaitu [j] merupakan alofon
dari fonem /j/ dan [r] merupakan alofon dari fonem /r/, maka perubahan
itu disebut disimilasi fonemis.

3. ASIMILASI
Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi
bunyi yang sama atau yang hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi-bunyi
bahasa itu diucapkan secara berurutan sehingga berpotensi untuk saling
mempengaruhi dan dipengaruhi.
1. Asimilasi Progresif, artinya penyelarasan maju, yakni perubahan bunyi
yang di belakang karena bunyi di depannya. Contoh :
/meN- + /tendang/ → /menendang/
2. Asimilasi Regresif, yaitu bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi
yang mengasimilasikannya. Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi
regresif apabila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang
mengasimilasikan. Dengan kata lain, bunyi yang diubah itu terletak
dimuka bunyi yang mempengaruhinya.
Misalnya, berubahnya bunyi /p/ menjadi bunyi /b/ pada pada kata
Belanda op de weg yang dilafalkan /obdeweg/, dimana bunyi /p/ dilafalkan
menjadi bunyi /b/ sebagai akibat pengaruh bunyi /d/ pada kata de.
Contoh :
peN- + bela → pembela
in- + possible → impossible
en- + power → empower
4. ADAPTASI

4
Adaptasi artinya penyesuaian. Dalam hubungannya dengan perubahan bunyi,
perubahan itu terjadi karena ada upaya untuk menyesuaikan system fonemis
bahasa tertentu dengan system fonemis bahasa sendiri, atau sebaliknya.
Penyesuaian itu dilakukan karena terpungutnya kata-kata bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia. Contoh :
/fadlu/ (Arab) → /perlu/
/koetsir/ (Prancis) → /kusir/

Sistem fonemis bahasa asing maupun bahasa sistem fonemis bahasa


daerah belum tentu sama dengan sistem fonemis bahasa Indonesia. Oleh
karena itu perlu disediakan pedoman penyesuaian unsure-unsur serapan
tersebut. Contoh-contoh adaptasi fonemis yang telah diatur dan dan harus
dipatuhi dalam pedoan itu dikemukakan berikut ini.

aa (Belanda) menjadi a

paal pal
baal bal
octaaf oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e

aerobe aerob
aerodinamics aerodinamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e

haemoglobin hemoglobin
haematite hematit

ai tetap ai

trailer trailer

5
caisson kaison

au tetap au

audiogram audiogram
autotroph autotrof
tautomer tautomer
hydraulic hidraulik
caustic kaustik

c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k

calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal Kristal

c di muka e, i, oe, dan y menjadi s

central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
coelom selom

cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k

accomodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclimatization aklimatisasi
accumulation akumulasi
acclamation aklamasi

6
cc di muka e dan i menjadi ks

accent aksen
accessory aksesori
vaccine vaksin

cch dan ch di muka a, o, dan konsonan


menjadi k

saccharin sakarin
charisma karisma
cholera kolera
chromosome kromosom
technique teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s

echelon eselon
machine mesin

ch yang lafalnya c menjadi c

check cek
China Cina

ç (Sanskerta) menjadi s

çabda sabda
çastra sastra

e tetap e

effect efek
description deskripsi
synthesis sintesis

ea tetap ea

7
idealist idealis
habeas habeas

ee (Belanda) menjadi e

stratosfeer stratosfer
system sistem

ei tetap ei

eicosane eikosan
eidetic eidetik
einsteinium einsteinium

eo tetap eo

stereo stereo
geometry geometri
zeolite zeolit

eu tetap eu

neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium

f tetap f

fanatic fanatik
factor faktor
fossil fosil

gh menjadi g

Sorghum sorgum

gue menjadi ge

igue ige

8
gigue gige

i pada awal suku kata di muka vokal tetap i

iambus iambus
ion ion
iota iota

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i

politiek politik
riem rim

ie tetap ie jika lafalnya bukan i

variety varietas
patient pasien
efficient efisien

kh (Arab) tetap kh

khusus khusus
akhir akhir

ng tetap ng

contingent kontingen
congress kongres
linguistics linguistik

oe (oi Yunani) menjadi e

oestrogen estrogen
oenology enologi
foetus fetus

oo (Belanda) menjadi u

cartoon kartun

9
proof pruf
pool pul

oo (vokal ganda) tetap oo

zoology zoologi
coordination koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya u

gouverneur gubernur
coupon kupon
contour kontur

ph menjadi f

phase fase
physiology fisiologi
spectrograph spektograf

ps tetap ps

pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
psychosomatic psikosomatik

pt tetap pt

pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptialin

q menjadi k

aquarium akuarium
frequency frekuensi
equator ekuator

10
rh menjadi r

rhapsody rapsodi
rhombus rombus
rhythm ritme
rhetoric retorika

sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk

scandium skandium
scotapia skotapia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi

sc di muka e, i, dan y menjadi s

scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma

sch di muka vokal menjadi sk

schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism skolastisisme

t di muka i menjadi s jika lafalnya s

ratio rasio
action aksi
patient pasien

th menjadi t

theocracy teokrasi
orthography ortografi

11
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
method metode

u tetap u

unit unit
nucleolus nukleolus
structure struktur
institute institut

ua tetap ua

dualisme dualisme
aquarium akuarium

ue tetap ue

suede sued
duet duet

ui tetap ui

equinox ekuinoks
conduite konduite

uo tetap uo

fluorescein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota

uu menjadi u

prematuur prematur
vacuum vakum

v tetap v

12
vitamin vitamin
television televisi
cavalry kavaleri

x pada awal kata tetap x

xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon

x pada posisi lain menjadi ks

executive eksekutif
taxi taksi
exudation eksudasi
latex lateks

xc di muka e dan i menjadi ks

exception eksepsi
excess ekses
excision eksisi
excitation eksitasi

xc di muka a, o, u, dan konsonan


menjadi ksk

excavation ekskavasi
excommunication ekskomunikasi
excursive ekskursif
exclusive eksklusif

y tetap y jika lafalnya y

yakitori yakitori
yangonin yangonin

13
yen yen
yuan yuan

y menjadi i jika lafalnya i

yttrium itrium
dynamo dinamo
propyl propil
psychology psikologi

z tetap z

zenith zenith
zirconium zirkonium
zodiac zodiak
zygote zigot

B. Gejala Perubahan Bunyi Lainnya

Perubahan bunyi yang alamiah bias terjadi dengan penambahan atau penyisipan
segmen, pengurangan atau pelepasan segmen. Penambahan dan pengurangan segmen
dapat terjadi pada awal, tengah, atau akhir kata. Dengan menggunakan kombinasi istilah
penambahan, pengurahan, awal, tengah, dan akhir; maka gejala perubahan bunyi itu
dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Protesis, adalah penambahan satu fonem pada awal kata. Contoh
/mpu/ menjadi /empu/
/mas/ menjadi /emas/
2. Epentesis, adalah penambahan fonem atau bunyi pada tengah kata. Contoh
/kapak/ menjadi /kampak/
/upama/ menjadi /umpama/
/sajak/ menjadi /sanjak/
3. Paragoge, adalah penambahan fonem atau bunyi pada akhir kata. Contoh
/lamp/ menjadi /lampu/

14
/ina/ menjadi /inang/
/das/ menjadi /dasi/
4. Aferesis adalah penghilangan atau pelepasan satu fonem pada awal kata.
Contohnya
/tetapi/ menjadi /tapi/
/peperment/ menjadi /permen/
5. Sinkop penghilangan atau pelepasan fonem pada tengah kata. Contohnya
/dahulu/ menjadi /dulu/
/baharu/ menjadi /baru/
6. Apakop adalah penghilangan atau pelepasan satu fonem atau lebih di akhir kata.
Contohnya
/president/ menjadi /presiden/
/pelangit/ menjadi /pelangi/
/silah + -kan/ menjadi /sila + -kan/

Gejala perubahan bunyi ini sering disebut dengan gejala bahasa. Jenis yang lain lagi
tentang gejala perubahan bunyi adalah diftongisasi, monoftongisasi, dan perubahan-
perubahan bunyi karena kasus morfofonemik. Kita mulai pembahasan dari,
a. Diftongisai adalah perubahan bunyi vocal tunggal (monoftong) menjadi dua
bunyi vocal atau vocal rangkap (diftong) secara berurutan. Contohnya
[senatosa] menjadi [sentausa]
[teladan] menjadi [tauladan]
[topan] menjadi [taufan]
b. Monoftongisasi adalah kebalikan dari diftongisasi, yaitu perubahan dua bunyi
vocal atau vocal rangkap (diftong) menjadi vocal tunggal (monoftong).
Contohnya
[kalau] menjadi [kalo]
[danau] menjadi [dano]
[satai] menjadi [sate]
[petai] menjadi [petai]

15
Perubahan-perubahan bunyi karena kasus morfofonemik dapat dipelajari dalam
morfologi.

C. Hukum Van der Tuuk dan Perubahan Bunyi

Salah satu warisan berharga yang ditorehkan oleh Van der Tuuk adalah hukum
tentang peralihan konsonan dalam bahasa austronesia. Pertama, hukum pergeseran antara
bunyi konsonan /r/, /g/ dan /h/. Kedua, hukum pergeseran bunyi konsonan /r/, /d/ dan /l/.
Bahasa-bahasa yang menjadi data dalam penelitiannya adalah bahasa Austronesia. Van
der Tuuk meneliti bahasa Melayu, Bali, Jawa, Sunda, Lampung dan Batak.

Dalam melakukan penelitian, Van der Tuuk membandingkan bunyi-bunyi bahasa yang
ditelitinya. Dalam memperoleh data, Van der Tuuk mencatat dari seorang informan.
Seorang penutur asli bahasa yang ditelitinya.

Dalam salah satu penelitiannya pada bahasa Batak di daerah Sumatera Utara. Van der
Tuuk berpendapat bahwa perkembangan aksara Batak terjadi dari selatan ke utara.
Dengan kata lain, bahasa-bahasa berkembang dari satu tempat ke tempat lainnya,
sehingga memungkinkan terjadinya ‘sedikit’ kesamaan bunyi. Misalnya; kata sayur
(Batak Mandailing) dan saur (Batak Toba), manyurat dan manurat. Pari (jawa) dan Padi
(Melayu).

Keragaman satu bahasa dengan bahasa yang lain memupnyai pertalian. Di mana dalam
satu tempat tertentu, di tempat lain juga memiliki bunyi yang hampir sama. Perbedaan
bunyi-bunyi tertentu diakibatkan pada salah satu bahasa tertentu tidak memilikinya,
misalnya: dalam bahasa Indonesia tidak ada bunyi aspirasi /th/ dan /ph/, sedangkan di
dalam bahasa Inggris stone [sthoun].

A. Hukum Van der Tuuk I, yakni perubahan /R/-/G/-/H/

Bahasa Melayu : Bahasa Bisaya : Bahasa Sulawesi :

Ratus Gatos Hatus

16
uRat oGat oHat

Bahasa Melayu : Bahasa Bali :

tikaR tikeH

Bahasa Jawa Kuno : Bahasa Batak : Bahasa Melayu :

iRung iGong Hidung

B. Hukum Van der Tuuk II, yakni perubahan /r/-/D/-/L/

Bahasa Jawa Kuno : Bahasa Melayu : Bahasa Samoa :

Rwa Dua Lua

Bahasa Indonesia : Bahasa Melayu : Bahasa Minang :

Rata Datar Latar

17
BAB III

RANGKUMAN

Dalam upaya meningkatkan kemampuan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmiah,


maka pungutan-pungutan bahasa asing dan juga bahasa daerah tidak bias dielakkan.
Sistem fonemis bahasa asing maupun bahasa sistem fonemis bahasa daerah belim tentu
sama dengan sistem fonemis bahasa Indonesia. Oleh karena itu perlu disediakan pedoman
penyesuaian unsur-unsur serapan tersebut.

Selain perubahan-perubahan bunyi yang disebutkan di atas, ada pula perubahan


bunyi karena keserumpunan bahasa yang ditunjukkan oleh Van der Tuuk.

18
Daftar pustaka

Muslich, Mansur. 2008. Fonlogi Bahasa Indonesia: Tinjuan Deskriptif Sistem Bunyi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Abbas, Lutfi. 1967.Pengantar Lliguistik dan Tatabahasa Bahasa Indonesia. Edisi
I.Banung: Jajasan Penerbit Universitas Padjadjaran
Halim, Ambran. 1984. Intonasi dalam Hubungannya dengan Sintaksis Indonesia. Jakarta:
Jabatan.
Keraf,Gorys. 1982. Tatabahasa Indonesia. Ende Flores; Nusa Indah.
Parera, Jos Daniel.1983. Pengantar Linguistik Umum: Fonetik dan Fonemik. Ende
Flores; Nusa Indah
Samsuri. 1982. Analisis Bahasa: Memahami Bahasa Indonesia Ilmiah. Jakarata
: erlangga.
Sitidoan, G. 1984.Pengantar Linguistik dan Tatabahasa Indonesia. Bandung: Pustaka
Prima.
Verhaar, J.W.M. 1979. Pengantar Linguistik. Yokyakarta: Gajah Mada Universitas Perss.
Depdikbud. (1986.) Pedoman umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
Parera, Jos Daniel.1985. Pengantar Linguistik Umum: Fonetik dan Fonemik. Ende
Flores; Nusa Indah
Samsuri. 1978. Analisis Bahasa: Memahami Bahasa Indonesia Ilmiah. Jakarata
: erlangga
Verhaar, Prof. Dr J.W.M. 1977. Pengantar Linguistik. Yokyakarta: Gajah Mada
Universitas Perss.
Yusuf, M.A., Drs suhendra. 1998. Fonetik dan Fonologi. Jakarta: penerbiy Gramedia
Pustaa Utama

19

Anda mungkin juga menyukai