Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut:
aa (Belanda) menjadi a
ai tetap ai
au tetap au
audiogram menjadi audiogram
Ç (c Sansekerta) menjadi s
e tetap e
ea tetap ea
ee (Belanda) menjadi e
ei tetap ei
eo tetap eo
eu tetap eu
f tetap f
gh menjadi g
kh (Arab) tetap kh
ng tetap ng
oo (Belanda) menjadi u
ph menjadi f
ps tetap ps
psychiatry menjadi psikiatri
pt tetap pt
q menjadi k
rh menjadi r
th menjadi t
u tetap u
ua tetap ua
ui tetap ui
uo tetap uo
uu menjadi u
v tetap v
z tetap z
Misalnya:
Tetapi:
Akhiran Asing
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa
Indonesia tidak perlu lagi diubah
Misalnya: kabar, sirsak, iklan, bengkel, hadir.
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima
sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua
huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua
huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti dalam
pembedaan nama dan istilah khusus.
Contoh Kasus Kesalahan Penulisan Unsur Serapan
Penulisan unsur
serapan yang salah:
Electronik
Penulisan unsur
serapan yang benar:
Elektronik
Penulisan unsur
serapan yang salah:
PERIVATE
Penulisan unsur
serapan yang benar:
PRIVAT
Penulisan unsur
serapan yang salah:
STANDART
Penulisan unsur
serapan yang benar:
STANDAR
DAFTAR PUSTAKA
Khotimah, T., Wida U.N., dan Widy S.W. 2011. Ejaan, Penulisan Kata, dan
Unsur Serapan. Makalah. Sumedang: Universitas Pendidikan Indonesia
Depdikbud. 1987. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Depdikbud