Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama
atau yang hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan secara
berurutan sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi atau dipengaruhi. Contoh : Sabtu
dalam Bahasa Indonesia lazim disebutkan [saptu], dimana terlihat [b] berubah menjadi [p]
karena pengaruh [t]
Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat fonem yang
dihasilkan , dan sifat asimilasi itu sendiri (Keraf, 1982:37).
b.Asimilasi regresif
Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang diasimilasikan
mendahului bunyi yang mengasimilasikan. Dengan kata lain, bunyi yang diubah itu
terletak dimuka bunyi yang mempengaruhinya.
Misalnya, berubahnya bunyi /p/ menjadi bunyi /b/ pada pada kata Belanda op de
weg yang dilafalkan /obdeweg/, dimana bunyi /p/ dilafalkan menjadi bunyi /b/ sebagai
akibat pengaruh bunyi /d/ pada kata de.
2. Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri. Berdasarkan sifat asimilasi
itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi total dan parsial.
a) Asimilasi Total
Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi benar-benar
serupa, atau dengan perkataan lain dua buah fonem yang disamakan tersebut, dijadikan
serupa betul.
Contohnya:
Dalam Bahasa
Proses Asimilasi Hasil Asimilasi
Indonesia
Assalam asalam
ad + salam (Arab)
immoral imoral
in + moral (Ingg.)
assimilasi asimilasi
ad + similatino (Lat)
memeriksa memeriksa
meN- + periksa
(Ind)
b). Asimilasi Parsial
Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang disarnakan itu tidak
persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris.
Contohnya: in- + possible → impossible
meN- + bawa → membawa
en + bitter → embitter
peN- + dengar → pendengar
Analogi Dalam ilmu linguistik, analogi merupakan hasil pembentukan unsur bahasa karena
pengaruh pola lain dalam bahasa.
Contohnya yakni terbentuknya konstruksi neonisasi karena sudah adanya pola yang ada
dalam konstruksi mekanisas
3. Dalam perubahan bahasa kita mengenal adanya perubahan arti kata. Jelaskan, hal-hal apakah
yang menyebabkan perubahan arti kata? Berikan contoh perubahan arti kata yang disebabkan
karena perbedaan lingkungan !
Beberapa di antara latar atau faktor penyebab perubahan makna itu dapat dipaparkan sebagai
berikut:
1. Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi. Perkembangan dalam bidang ilmu dan
kemajuan teknologi dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna suatu kata. Sebuah
kata yang tadinya mengandung konsep makna tentang sutau yang sederhana, tetap
digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah akibat pandangan baru
tentang suatu ilmu dan perkembangan teknologi.
Contoh ; kata berlayar yaitu dulu hanya digunakan untuk kapal/ perahu yg menggunakan
layar
tetapi kata berlayar tetap digunakan untuk menyebut perjalanan di air.
2. Perkembangan sosial dan budaya. Perkembangan dalam masyarakat tentang sikap
sosial dan budaya, juga terjadi perubahan makna. Jadi bentuk katanya tetap sama
tetapi konsep makna yang dikandungnya telah berbeda. Contoh; istilah
perkerabatan. Kata Saudara, semula berarti seperut/ sekandung tetapi sekarang
digunakan juga untuk
menyebut orang lain, sebagai sapaan, untuk yang sederajat, begitu juga dengan kata
bapak, ibu, yang mengalami perluasan makna.
3. Perbedaan bidang pemakainan. Bahwa setiap bidang kehidupan atau kegiatan
memilki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna
tertentu dalam bidang tersebut.
Contoh:
dalam bidang pertanian (menggarap, membajak, panen, menabur, menanam,dll)
yang dalam perkembanganya digunakan dalam kehidupan sehari- hari atau bidang
lain yang tentunya menjadikanya memiliki makna baru atau makna lain.
4. Adanya Asosiasi. Adanya hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu
yang lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran sesuatu yang lain yang berkenaan
dengan ujaran tersebut. Contoh; suaranya sedap didengar/ wajahnya manis. Kata
sedap dan manis adalah urusan indra perasa lidah tetapi menjadi tanggapan indra
pendengaran dan pengelihatan
5. Perbedaan tanggapan. kata bini lebih peyoratif (nilainya merosot menjadi rendah
10. Faktor emotif, yakni pergeseran makna yang ditandai oleh adanya asosiasi, analogi,
maupun perbandingan dalam pemakaian bentuk bahasa. Terdapatnya asosiasi,
analogi dan perbandingan salah satunya menyebabkan adanya bentuk metaforis,
baik secara antromofis, perbandingan binatang, dan sinaestetis.Metafora
antromofis yaitu penataan relasi kata yang seharusnya khusus untuk fitur manusia
tetapi dikaitkan dengan benda- benda tak bernyawa. Contoh:pagi berseri, malam
yang bisu, belaian angin.
4. Banyak pendapat ahli tentang negeri asal bahasa nusantara. Jelaskan/uraikan negeri asal
bahasa nusantara (Austronesia) menurut pendapat H. Kern pada tahun 1889 !
Pendapat Kern tentang tanah asal bahasa-bahasa Austronesia dapat disajikan berikut :