Anda di halaman 1dari 25

TES KOMPETENSI MENYIMAK

dan
TES KOMPETENSI BERBICARA

Anggota Kelompok :
1. Melvin Lumban Raja (20197470016)
2. Mega Sartika Rahayu (20197470022)
3. Safitri (20197470054)
4. Anggia Pitaloka (20197470108)
Apakah
menyimak
itu?
Menyimak merupakan
kemampuan yang memungkinkan
seseorang pemakai bahasa untuk
memahami bahasa yang
digunakan secara lisan. Karena
banyaknya komunikasi sehari-
hari yang dilakukan secara lisan,
kemampuan ini amat penting
dimiliki oleh setiap pemakai
bahasa
Achsin
(1981)
mengatakan
bahwa

Keterampilan menyimak
merupakan dasar keterampilan
berbicara yang baik. Apabila
kemampuan seseorang dalam
menyimak kurang, dapat dipastikan
dia tidak dapat mengungkapkan
topik yang didengar dengan baik.
Oleh karena itu kemampuan menyimak
merupakan bagian yang penting dan tidak
dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa,
terutama bila tujuan penyelenggaraanya adalah
penguasaan kemampuan berbahasa
selengkapnya.
Dalam pengajaran bahasa semacam itu,
perkembangan dan tingkat penguasaan
kemampuan menyimak perlu dipantau dan
diukur melalui penyelenggaraan tes menyimak.
1) susunan informasi (teks yang
Menurut Nunan berisi informasi yang disusun
(1991) munculnya secara kronologis lebih
kesulitan dalam mudah dipahami dari pada
menyimak yang tidak kronologis,
dipengaruhi oleh
2) latar belakang pengetahuan
beberapa faktor
yaitu, penyimak mengenai topik
yang disimak,
3) kelengkapan dan kejelasan
informasi yang disimak,
4) jenis kata yang digunakan,
dan
5) deskripsi yang ada dalam
teks yang disimak.
Persiapan
Khusus Tes
Kompetensi
Menyimak

Bahan tes yang diujikan disampaikan lisan dan diterima peserta


didik melalui sarana pendengaran. Sarana yang dapat digunakan
diantaranya : (1) media rekaman, (2) siaran langsung yakni televisi
atau radio, (3) langsung disampaikan (dibacakan) secara lisan oleh
guru sewaktu tes berlangsung.
Brown membedakan
menyimak ke dalam empat
golongan, diantaranya:

1. Menyimak intensif; Penekanan tes pada persepsi komponen


kebahasaan seperti fonem, kata, intonasi, dan lain-lain.
2. Menyimak responsif; Tes menyimak wacana singkat, misalnya
salam, pertanyaan, perintah, dan lain-lain yang membutuhkan
tanggapan singkat
3. Menyimak selektif; Penekanan tes menyimak pada hal-hal
tertentu seperti penamaan, bilangan, kategori gramatikal,
petunjuk arah, fakta atau kejadian tertentu
4. Menyimak ekstensif; Penekanan tes menyimak pada
pemahaman pesan secara menyeluruh dari wacana yang
diperdengarkan yang relative Panjang seperti pada perkuliahan
Pembuatan Tes Kompetensi
Menyimak

1. Tes kompetensi menyimak dengan memilih jawaban


diantaranya (a) Tes pemahaman wacana narasi, (b) Tes
pemahaman wacana dialog
2. Tes kompetensi menyimak dengan mengkonstruksi jawaban
Contoh – Contoh
Soal Tes Menyimak
Petanyaan Singkat

1. (Rangsangan yang diperdengarkan)


Mengapa Anda datang terlambat hari ini?
(Jawaban dalam lembar tugas)
A. Tadi pagi.
B. Tidak ada masalah
C. Ibuku datang.
D. Beberapa jam lagi.

2. (Rangsangan yang diperdengarkan)


Ia memasukan surat ke dalam kotak pos di pinggir jalan.
(Jawaban dalam lembar tugas)
A. Ia mengirimkan surat.
B. Ia membuka surat.
C. Ia menyembunyikan surat.
D. Ia membuang surat.
Dialog

1. (Rangsangan yang diperdengarkan berupa dialog)


Suara 1 laki-laki : Tin saya dengar ibumu sakit. Maaf, ya, saya tidak dapat
menengok. Tapi bagaimana keadaannya sekaragn?
Suara 2 perempuan: Sudah baik! Kemarin waktu pulang sekolah, saya
cemas, jangan-jangan ibu menginggau lagi. Eee, tak
tahunya ibu sudah berhadapan dengan jahitannya lagi.
Suara 3 Perempuan: Apakah pekerjaan ibu sehari-hari?

(Jawaban dalam lembar tugas)


A. Berdagang
B. Memasak
C. Menjahit
D. Mengigau
Wacana

(Rangsangan yang diperdengarkan berupa wacana pendek)


Pemunculan Sutarji dalam panggung sastra Indonesia modern pada awa
tahun 70-an memunculkan persamaan dengan pemunculan Khairil pada awal
tahu 40-an. Keduanya bersifat mereaksi dan menggoyahkan kemapanan
situasi kesastraan sebelumnya. Jika Khairil muncul dengan pendayagunaan
makna kata sampai ke putih tulang belulang Sutarji muncul dengan
pembangkangan makan yang telah mapan … (dan seterusnya)

(Soal-soal yang terdapat dalam lembar tugas)


1. Penyair Indonesia yang muncul pada awal tahun 70-an ialah …
A. Khairil
B. Sutarji
C. Supardi
D. Suryadi
2. Kepenyairan Sutarji muncul dengan sikap …
A. Pendayagunaan makna kata
B. Pemapanan makna kata
C. Pembangkangan makna kata
D. Pernakapan makna kata
Mengkontruksi Jawaban (essay)

Tugas: Dengarkan baik-baik rekaman pembacaan berita yang akan diperdengarkan


berikut. Anda boleh mencatat hal-hal yang penting. Setelah itu, Anda diminta untuk
menceritakan kembali secara lisan (atau: secara tertulis) isi wacan tersebut.

(Diputarkan rekaman pembacaan berita bedurasi antara 5-8 menit)


Penilaian Kinerja Pemahaman Menyimak Penilaian Kinerja Pemahaman Menyimak
Secara Lisan Secara Tertulis

No Aspek yang Dinilai Tingkat No Aspek yang Dinilai Tingkat


Kefasihan Kefasihan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Pemahaman isi teks 1 Pemahaman isi teks
2 Pemahaman detil isi teks 2 Pemahama detil isi teks
3 Keruntunan R 3 Keruntunan organisasi
pengungkapan teks
U
4 Kelancaran 4 Ketepatan diksi
pengungkapan B
5 Ketepatan diksi R 5 Ketepan struktur kalimat
6 Ketepatan struktur kalimat I 6 Ejaan dan tata tulis
K

Jumlah Skor= Jumlah Skor=


Nilai = Nilai =
CATATAN

1) Penentuan aspek yang dinilai dapat dibuat sendiri oleh guru tergantung pada
keyakinannya sendiri, tetapi prinsipnya harus menyangkut unsur dan subunsur isi
pesan dan bahasa.
2) Tingkat kefasihan atau tingkat penguasaan ditentukan 1-5 (dapat juga 1-4). Kita
tinggal mencentang tingkat kefasihan yang dicapai seorang peserta didik.
3) Ketentuan pemilihan tingkat kefasihan secara umum adalah sebagai berikut: 1.
Kurang sekali, tidak ada unsur yang benar, 2. kuang, ada sedikit unsur yang benar,
3. sedang, jumlah unsur yang benar dan salah kurang lebih seimbang, 4. baik,
ketepatan tinggi dengan sedikit kesalahan, 5. baik sekali, tepat sekali, tanpa atau
hampir tanpa kesalahan.
4) Ketentuan tersebut berlaku untuk semua rubrik yang dikembangkan di buku ini.
5) Rubrik yang dicontohkan diatas juga dapat dipakai untuk menilai unjuk kerja
pemahaman membaca.
6) Skor seorang peserta uji diperoleh dengan menjumlah seluruh skor.
7) Nilai seorang peserta uji diperole dengan cara: jumlah skor dibagi skor maksimal kali
seratus (atau sepuluh). Misalnya: jumlah skor 28 dan skor tertinggi untuk contoh
diatas 35, maka nilainya adalah (28:35)100=80 atau (28:35)10=8.
• tujuan berbicara yang utama ialah
untuk berkomunikasi.
Apakah • tujuan berbicara secara umum
berbicara ialah untuk memberitahukan atau
itu? melaporkan informasi kepada
penerima informasi, meyakinkan
atau mempengaruhi penerima
informasi, untuk menghibur, serta
menghendaki reaksi dari pendengar
atau penerima informasi.
• Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84)
berpendapat bahwa tujuan berbicara
ialah untuk:
1) memberitahukan sesuatu kepada
pendengar,
2) meyakinkan atau mempengaruhi
pendengar, dan
3) menghibur pendengar.
Ahmad Rofi’uddin dan
Darmiyati Zuhdi
(2002:169-171)
mengemukakan bahwa

secara umum, bentuk tes yang dapat


digunakan dalam mengukur kemampuan
berbicara adalah tes subjektif yang berisi
perintah untuk melakukan kegiatan berbicara
Bentuk tes subjektif yang berisi perintah untuk
melakukan kegiatan berbicara

1. Tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar. Tes ini


dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan
sehubungan dengan rangkaian gambar atau menceritakan
rangkaian gambar.
2. Tes wawancara, yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bahasa yang sudah cukup memadahi.
3. Bercerita, yang dilakukan dengan cara mengungkapkan
sesuatu (pengalamannya atau topik tertentu).
4. Diskusi, dengan cara meminta mendiskusikan topik
tertentu.
5. Ujaran terstruktur, yang meliputi mengatakan kembali,
membaca kutipan, mengubah kalimat dan membuat
kalimat
Tugas Berbicara Otentik

Tugas berbicara otentik dimaksudkan sebagai tes berbicara


yang memenuhi kriteria asesmen otentik. Dalam tugas
berbicara otentik terdapat dua hal pokok yang tidak boleh
dihilangkan, yaktu benar-benar tampil bicara (kinerja Bahasa)
dan isi pembicaraan mencerminkan kebutuhan realitas
kehidupan (bermakna). Jadi, dalam asesmen otentik peserta
didik tidak sekedar ditugasi untuk berbicara, berbicara dalam
arti sekedar praktik mempergunakan Bahasa secara lisan,
melainkan juga menyangkut isi pesan yang dijadikan bahan
pembicaraan.
Untuk itu, tugas-tugas berbicara yang dipilih untuk mengukur
kompetensi berbahasa lisan peserta didik, haruslah yang
memungkinkan peserta didik mengungkapkan keduanya:
berunjuk kerja Bahasa untuk menyampaikan informasi.
Bentuk Tugas Kompetensi Berbicara
1. Berbicara berdasarkan gambar

Untuk mengungkap kemampuan berbicara pembelajar dalam


suatu Bahasa, gambar dapat dijadikan rangsang pembicaraan
yang baik. Burt dkk, mengatakan bahwa Menyusun gambar-
gambar menarik dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan
berbicara peserta didik yang potensial untuk tes yang berkadar
pragmatik. Rangsang gambar yang dapat dipakai sebagai
rangsang berbicara dapat dikelompokkan ke dalam gambar objek
dan gambar cerita.
Contoh: Contoh:
Diberikan sebuah gambar-gambar yang
Diberikan beberapa gambar membentuk cerita peserta didk diminta
peserta didik disuruh menyebutkan untuk bercerita sesuai gambar-gambar
nama-nama gambar objek tersebut. tersebut.
2. Berbicara berdasarkan rangsang suara

Tugas berbicara berdasarkan rangsang suara yang lazim


dipergunakan adalah suara yang berasal dari siaran radio atau
rekaman yang sengaja dibuat untuk maksud itu.

Tugas ini memang sangat terkait dengan tes kompetensi


menyimak. Pengaitan antara kedua kompetensi itu justru harus
ditekankan dalam pembelajaran Bahasa sehingga pembelajaran
yang dimaksud memenuhi tuntutan whole language

Contoh:
Hampir sama seperti contoh tes listening.
Diberikan wacana lisan atau sandiwara radio, peserta didik
diminta untuk menceritakan kembali isi wacana atau sandiwara
radio dengan kata-katanya sendiri.
3. Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara

Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan


gabungan antara berbicara berdasarkan gambar dan suara.
Contoh rangsang yang dimaksud yang paling banyak dikenal
adalah siaran televisi, video, atau berbagai bentuk rekaman yang
sejenis.

Contoh:
Siswa menonton film atau video pendek, peserta didik diminta
untuk menceritakan kembali isi wacana atau sandiwara radio
dengan kata-katanya sendiri.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai