terhadap Pikiran
Kajian Hipotesis Benyamin Whorf
dan Edward Sapir
Kholid A.Harras
Pengantar
Bahasa merupakan media manusia untuk berpikir, baik
secara kongkret maupun abstrak
Sebagai animal symbolicum manusia dapat
mentransformasi objek-objek faktual menjadi simbol-
simbol bahasa yang abstrak.
Menurut filosof H.G. Gadamer: status
manusia
tidak dapat melakukan apa-apa tanpa
menggunakan bahasa.
Jadi, keunikan manusia bukan sekedar pada
kemampuan berpikirnya melainkan juga pada
kemampuannnya berbahasa
Dengan memahami bahasanya memungkinkan kita
memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia tanpa
batas.
1. Fenomenologi.
Bukti keterkaitan antara bahasa dan pikiran
dapat dilihat pada kasus beberapa orang
fenomenolog. Dengan berbahasa yang fasih
yang didukung dengan penguasaan kosa kata
yang baik maka mereka dapat berargumentasi
dengan baik pula. Oleh karena itu mengapa ahli-
ahli besar dalam bidang fenomenologi juga
terkenal sebagai ahli bahasa, penulis novel,
puisi, serta artikel.
Bahasa adalah instrumen yang membentuk dan
membangun ide kreatif dari pikiran. Melalui
bahasa ide menjadi objektif. Yang semula ia
berada di awan-awan angan-angan, ide menjadi
konkret dan turun ke bumi. Sekali individu
memberikan bentuk berupa kata-kata pada
idenya dengan kata-kata, ide ini akan menjadi
objek bagi dirinya sendiri sebagai kata-kata yang
terdengar sehingga mudah diakses oleh
masyarakat.
2. Penguasaan melalui Bahasa
Bahasa memaksakan pandangan konseptual
pemakai bahasa karena secara tak langsung
manusia mengevaluasi realita berdasarkan
bahasa yang manusia miliki.
Dengan cara seperti inilah bahasa
mempengaruhi pikiran dan tindakan manusia.
Contoh: bagaimana penggunaan eufimisme atau
istilah tetentu dalam kampanye politik.
Siapa yang
Foucoult mengatakan bahwa “