Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


          Di era globalisasi saat ini, dimana semakin berkembang dengan pesatnya ilmu
pengetahuan namun ada suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan atau disembunyikan
keberadaannya terutama di Indonesia yaitu keanekaragaman budaya yang tidak dapat
dimiliki oleh negara lain. Saat ini kebudayaan Indonesia semakin tenggelam dengan
kehadiran teknologi-teknologi yang semakin canggih.Apalagi generasi muda saat ini
kurang peduli dengan kebudayaan Indonesia, khususnya kesenian-kesenian seperti
seni tari. Maka dari itu, untuk memperkenalkan kesenian Indonesia kepada generasi
muda terutama peserta didik mulai dari anak-anak hingga remaja adalah dengan cara
memberikan pendidikan seni dalam bentuk pelajaran maupun ekstrakurikuler di
sekolah-sekolah SD, SMP, SMA, SMK bagi siswanya untuk mengembangkan
potensi-potensi yang ada dalam diri siswa tersebut.
Kami sebagai penulis, menyusun makalah ini guna  memenuhi tugas yang
berkaitan dengan cipta seni dan gerak diberikan oleh dosen mata kuliah cipta seni dan
gerak yaitu Dr Ramalis Hakim M.Pd. Beliau memberikan tugas pembuatan makalah
ini bagi mahasiswa magister Pendidikan Dasar semester 1 dengan harapan  agar para
mahasiswa lebih memahami dan mengetahui Pendidikan Seni yang diselenggrakan di
sebuah instansi atau lembaga pendidikan. Dan mahasiswa pun berupaya lebih
mengerti bagaimana tujuan atau proses pendidikan seni yang berkembang dalam di
sekolah-sekolah tertentu.

B.            Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan seni di Indonesia?
2.      Bagaimana pelaksanaan dan proses pembelajaran pendidikan seni di Indonesia
3.      Bagaimana perkembangan kurikulum seni dari masa ke masa?

1
C.           Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui sejarah perkembangan pendidikan seni di Indonesia
2.      Mengetahui pelaksanaan dan proses pembelajaran pendidikan seni di Indonesia
3.      Mengetahui perkembangan kurikulum seni dari masa ke masa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SENI DI INDONESIA

A. PERKEMBANGAN DI NEGARA BELANDA

Sebagai Negara yang pernah menjajah Indonesia peranan belanda cukup


berarti terhadap konsep pendidikan seni di Indonesia.Dalam kapasitasnya sebagai
penguasa tunggal, Belanda telah menentukan keberadaan pendidikan seni di
Indonesia.baik mengenai segi waktu pemberlakuannya maupun segi karakteristik
pendidikan seni yang harus disandang. Penentuan apapun oleh Negara penjajah
terhadap Negara terjajah selalu mengandung kepentingan.

Pendidikan seni telah diberlakukan di hindia Belanda dengan sebutan yang


sama dengan Belanda, pelajaran menggambar. Saat ini merupakan tonggak sejarah
lahirnya embrio pendidikan seni di Indonesia.Sayangnya tahun kelahiran itu berada di
ambang perang dunia kedua, menjelang pemerintahan Belanda atas Indonesia (Hindia
Belanda) berakhir karena kalah melawan Jepang. Sehingga apakah niat Belanda
untuk menerapkan pendidikan seni di Hindia Belanda akan disamakan dengan konsep
yang diterapkan di Belanda sendiri tidak terjawab. Yang terjadi adalah sepeninggal
Belanda dari Indonesia konsepnya telah diberlakukan. Baik di masa penjajahan
Jepang dengan cara terselubung, maupun revolusi fisik perang kemerdekaan Republik
Indonesia secara terbuka.

Perkembangan konsep pendidikan seni Belanda yang dipaparkan di bawah ini


terlepas dari hubungannya dengan perkembangan yang terjadi di Eropa pada
umumnya.Kejatidiriannya tidk begitu nampak karena aspirasi yang melatarbelakangi
konsep-konsep itu tidak berbeda dengan yang ada di Eropa pada umumnya.Sehingga
pada masa perintisan yang terjadi ada keserupaan pandangan antar negara. Perbedaan

3
baru nampak pada masa perkembangan, dimana negara Belanda mengalami masa
reformasi kedua, sementara Negara lain tidak.

1. Periode Perinitisan : Wacana Tentang Perlunya Seni Dalam Pendidikan


Sebagian orang Belanda juga berpandangan sama bahwa menggambar
merupakan bahsa visual, sedang yang lain memandangnya sebagai bagian dari
seni.yang terdahulu memberikan pengertian bahwa menggambar merupakan
media untuk mengungkapkan pemikiran, dan yang terakhir menggambar
sebagai media ungkap perasaan.
2. Periode Pertumbuhan : Menggambar Sebagai Embrio Mata Pelajaran
Pendidikan Seni
Istilah seni tidak dikenal sebagai sebutan mata pelajaran di sekolah
umum.Mata pelajaran seni hanya dikenal di lingkungan pendidikan kejuruan
seni yang misinya untuk menularkan seni dalam rangka pelestarian
budaya.Secara praktis pengertian awal petumbuhan adalah saat diterimanya
menggambar sebagai mata pelajaran wajib kurikulum di sekolah umum.
Dalam system pendidikan Belanda membedakan dua peran yang harus
dimainkan oleh menggambar dalam pendidikan umum itu.Pertama
menggambar di peranan sebagai leervack (mata pelajaran), yang artinya
menggambar dijadikan bahan pelajaran/kajian untuk dikuasai.Penguasaan
yang dicapai dalam belajar menggambar berup keterampilan praktis. Kedua
menggambar diperankan sebagai leervorm (bentuk pelajaran). Artinya
menggambar diperankan sebagai sarana pendidikan.Versi Eisner sebagai
pembenaran kontekstual. Hasil belajar menggambar merupakan dampak
ikutannya.bukan keterampilan menggambar yang diutamakan melainkan sikap
serta nilai tertentu.yang muncul setelah proses belajar usai.
Bertahun-tahun, bahkan hampir satu abad lamanya orang berwacana
ntuk meyakinkan pihak lain, termasuk pemerintah tentang perlunya
menggambar dimasukkan dalam kurikulum sekolah rendah. Dengan berbagai

4
alasan tetapi dengan dasar konsep yang sama, menggambar dapat diperankan
dalam pendidikan. Keberhasilan diplomasi terjadi, ketika pengertian peran
pendidikan yang dimaksud diidentikkan dengan usaha mempersiapakan
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang menjadi tuntutan
pasar.Tuntutan pasar yang dimaksud adalah identic dengan kompetensi yang
berupa ketajaman pengamatan, khususnya kejeliaan penglihatan yang
mewujud dalam gambar yang dibuat setelah pengamatan. Dengan kata lain
tuntutan pasar di sini maksudnya keterampilan menggambar.
Realisasi penerimaannya sendiri tejadi pada tahun 1889 setelah
parlemen Belanda menyetujuinya.Dengan dasar pertimbangan bahwa
pelajaran menggambar memiliki fungsi praktis.Keterampilan menggambar
merupakan kemampuan terpadu.Tidak ditentukan dengan kecekatan semata,
tetapi melibatkan pengamatan yang tajam lewat mata yang jeli.Mata jeli
berarti sadar penglihatan, mampu membedakan antara yang lurus dan yang
bengkok.Kesadaran penglihatan berfungsi sebagai pengarah serta pengontrol
gerak anggota badan khususnya tangan untuk menggambar yang benar dan
yang bagus.
Perlu diberikan catatan bahwa gambar yang bagus tidak memilikiarti
apapun dalam suatu desain khususnya rancang bangun.Karena itu pelajaran
menggambar pada masa awal pertumbuhan konsep pendidikan lebih
diarahkan ke menggambar teknik.Sehingga paying keilmuannya lebih dekat
ke bidang teknik daripada seni.
3. Periode Perkembangan
a. Reformasi I : menggambar sebagai ekspresi perasaan
Fungsi baru ini adalah pelajaran menggambar untuk diperankan
sebagai sarana guna mengembangkan perasaan peserta didik.Artinya pelajaran
menggambar untuk diperankan sebagai sarana guna mengembangkan individu
peserta didik.Di bawah usaha JD. Ros proses reformasi berlangsung dengan
membawa perubahan fungsi serta dasar yang melandasi pelajaran

5
menggambar. Dasar pendidikan seni yang semula adalah untuk
mempersiapkan peserta didik menguasai keterampilan menggambar semata
guna mencapai kompetensi rancang bangun berubah menjadi pemanfaatan
menggambar untuk mengembangkan kesadaran perasaan.
Dasar implementasi reformasi itu pelajaran menggambar diisi dengan
bahan kajian serta bahan pelajarantentang pengenalan serta kepedulian
terhadap hasilseni rakyat.
b. Reformasi II : Ekspresi sesuai dengan minat serta kebutuhan
Pada tahun 1937 di paris berlangsung kongres internasional ke-8
hasilnya, peserta kongres ssepakat untuk menjadikan pelajaran menggambar
sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang dialami.
Dalam pelaksanaannyapara peserta didik disorong untuk
mengekspresikan pengalaman pribadi masing-masing dalam susunan bentuk
dan warna yang diamati.Pengalaman pribadi masing-masing dalam susunan
bentuk dan warna yang diminati.Pengalaman yang dimaksud adalah dalam
pengertian interaksi peserta didik (pelaku gambar) dengan
lingkungannya.Sedang bentuk dan warna yang dimaksud adalah media
ekspresi.Dengan penambahan kalimat pendek “sesuai minat serta kebutuhan
peserta didik” pada reformasi kedua tidak berarti menambah konsep,
melainkan sekedar memberi penegasan semata.
Perlu dicatat bahwa seluruh konsep dari masa pertumbuhan sampai ke
reformasi digunakan pendekatan sistematikuntuk
menyelenggarakannya.Kalau penyelenggaraan konsep fungsi praktis kiranya
tidak menimbulkan masalah.

B. PERKEMBANGAN DI NEGARA AMERIKA SERIKAT

Konsep pendidikan seni di Amerika serikat mengalami perkembangan dari


waktu ke waktu.Selama seabad lebih perkembangan pendidikan seni di amerika

6
seperti yangdipaparkan Chapman menunjukkan keberagaman fungsi didik
tersebut.Mulai dari kesesuaiannya dengan tuntutan masyarakat serta budaya
bangsanya sampai ke kebutuhan individu peserta didik.

Di bawah ini merupaka periodesasi perkembangan pendidikan seni akibat


pendidikan seni di Amerika:

1. Periode Perintisan: Menggambar Sebagai Mata Pelajaran Sekolah


Semasa perintisan konsep pendidikan seni menjadi silang pendapat
antara pakar.Diantara pakar tersebut adalah F. Frobel (1782-1852) dengan
pandangannya tentang menggambar dan warna.Ia mengatakan bahwa unsur
warna dalam kegiatan sangat penting. Sedangkan B. Franklin (1749)
mengatakan bahwa fungsi seni adalah memiliki nilai guna lebih penting
daripada nilai tradisi budaya. San W.B. Fowl menaruh perhatian terhadap seni
untuk pendidikan memberikan dukungan terhadap metode pengajaran dengan
system monitoring yang lebih mementingkan proses interaksi lewat penalaran
daripada interaksi lewat perasaan.
Dari ketiga pandangan bahwa peran seni adalah menjadikan salah atu
mata pelajaran tidak jelas yang dimainkan apalagi sebagai penularan. Adapun
tema-tema yang dimaksud adalah:
a. Digunakan sebagai kebutuhan praktis dan mempelajari cara melukis
berkeindahan
b. Sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan menulis (bahasa
visual) dan mengembangkan koordinasi mata dan tangan
c. Dilibatkan ke dalam dunia industry untuk meningkatkan kualitas
barang
2. Periode Pertumbuhan: Pendidikan Keterampilan
Awal tahun 1870-an sekelompok industriawan di Massachusets
mendesak pemerintah agar pelajaran menggambar dijadikan pelajaran wajib

7
di sekolah. Salah satu kemahiran untuk seorang desainer handal adalah
menguasai kapabelitas trampil menggambar.
Sekitar tahun 1900 amerika serikat dibanjiri imigran dari daratan
Eropa.Sebagian besar anak-anak imigran itu tidak menguasai bahasa
Inggris.Karena itu sekolah mewajibkan mereka mengikuti mata pelajaran
menggambar dengan menggunakan bahasa Inggris.
Dengan menggunakan berbagai bahan, diantaranya kayu, logam, kulit
dan tanah liat, pelajaran kerajina tangan dapat dilaksanakan dengan tidak atau
sedikit bahasa.Mata pelajaran seni merupakan mata pelajaran keterampilan
yang tidak menuntut kerja otak.
3. Periode Perkembangan: Pendidikan Progresif
Pada tahun 1920 muncul pandangan baru dalam pendidikan yang
diikuti dengan gerakan untuk mensosialisasikannya.Para pendukungnya
mendirikan sebuah asosiasi yang disebut asosiasi pendidikan progresif.Tujuan
asosiasi adalah untuk memperbaharui pandangan yang selama ini dianutnya.
Gerakan progresif ingin menghilangkan pandangan tersebut, karena
dinilai sebagai pandangan yang salah.dengan alasan bahwa anak-anak bukan
orang dewasa kecil. Dalam proses belajar mereka melakukannya secara aktif,
berupaya dan membuat keputusan sendiri. Konsep pembaruan ini berjalan
terus karena mendapatkan landasan kuat oleh pandangan Deway.Para
pendidik menyadari bahwa ekspresi peserta didik dalam kegiatan seni
mempunyai integritas senidiri.
Agar menjadi siap untuk dilaksanakannya diperlukan waktu yang
panjang. Karena kegiatan itu kegiatan ekspresi pribadi tidak selalu menunjuk
pada kegiatan perorangan
a. Masa Resesi Dunia: Kemerosotan Ekonomi
Konsep seperti ini mendapatkan hambatan waktu amerika
serikat memasuki resesi pada tahun 1930-an. Kegiatan ekspresi ini
dipandangnya sebagai hal yang tidak sepatutnya dilakukan di masa

8
ekonomi merosot. Agar bentuk kegiatan dapat terselenggara harus
digunakan bahan-bahan yang ideal, yaitu yang murah dan terjangkau.
b. Masa Imigrasi Jerman: Bauhaus
Awal tahun1930 amreika kebanjiran pengungsi dari jerman
akibat penguasaan hitler. Di antara yang terkenal adalah Bauhus yaitu
guru dari sebuah perguruan tinggi terkenaldi Jerman. Mereka terkenal
karena programnya mensinkronkan dua hal yaitu keterampilan
pengrajin dan permintaan barang massa. Para guru Bauhous mendidik
guru seni rupa Amerika. Alhasil menjelang pertengahan 1940 lahir
doktrin pendidikan seni rupa
Percoabaan –percobaan yang dijadikan pendekatan pengajaran
sangat sesuai dengan pandangan Dawey yang mendasari pendidikan
progressif.Di antara pandangan itu adalah untuk melakukan kegiatan
seni kreatifperlu percobaan.Namun doktrin ini mengalami kendala
terutama kendala yang terkait dengan sumber daya manusia. Para
pelaksana pendidikan seni di lapangan, para guru,tidak memiliki
persepsi yang sama mengenai doktrin. Menjelang tahun 1950 mereka
mengarahkan ke konsep lain, bukan lagi menerapkan penjelajahan
bahan, melainkan melakukan improvisasi bahan. Dua kegiatan
mengandung makna yang berbeda jauh.Kalau penjelajahan atau
eksplorasi berupa penggantian-penggantian bahan tanpa disadari oleh
pertiimbangan karakteristik masing-masing.
c. Masa Perang Dunia Kedua: Patriotism
Salama perang dunia berkecamuk seluruh bangsa dan Negara
Amerika Serikat memusatkan perhatiannya ke perang demi
memperoleh kemenangan.Dalam pendidikan seni yang selama ini
mendasarkan pada pendidikan progresif karena sesuai dengan falsafah
bangsanya demokrtis liberastik, yang intinya memberikan kebebasan

9
pada setiap individu peserta didik unruk mengungkapkan pengalaman
pribadinya juga harus dibatasi.
Demi patriotisme konsep progresif harus ditinjau.Ini
merupakan tindakan ekstrim, yang menimbulkan reaksi.Namun, harus
disadari bahwa sekolah yang merupaka lembaga kemasyarakatan, mau
tidak mau harus menerima kepentingan nasional serta tuntutan
nasional.patriotisme dan dan pern seni justru penting untuk disadari
oleh setiap calon warga masyarakat, peserta didik.
d. Masa Pasca Perang: Pengembangan Jiwa
Setelah perang usai banyak puing-puing yang ditinggalkan,
khususnya mengenai kejiwaan masyarakat.Terkhusus lagi kepada para
peserta didik menjadi penting karena selama perang berkecamukterjadi
penekanan-penekanan terhadap kebebasan berpendapat. Seni
difungdikan sebagai sarana untuk mewujudkan pengalaman pribadi,
bebasdari pengaruh siapapun dan anak anak bias mengerjakan seni
tanpa ada tekanan.
Dengan demikiananak-anak merasa dirinya berda dalam dunia
yang terlindungi, merasa terbebas danri tekanan dan ancaman. Karena
itu dalam proses kegiatan seni yang melibatkan seluruh potensi
kejiwaan yang meliputi unsur intelek, emosi dan jasmani akan
mengantarkan peserta didik mencapai perkembangan individunya.
Yaitu suatu perkembangan yang utuh yang dapat memulihkan puing-
puing setelah perang.
Dalam bingkai pendidikan progresif penerimaan terhadap
pengetahuan untuk memperluas wawasan dapat dilakukan sejauh hal
itu tidak memperngaruhi proses.
e. Masa Perang Dingin: Pengembangan Kreatifitas
Kesuksesan Rusia dalam bidang teknologi ruang angkasa
memicu perang dingin Amerika dan Rusia.Khsusus dalam perlombaan

10
teknologi ruang angkasa mencambuk kongres untuk membiayai
program dalam bidang pendidikan matematika, ilmu dan bahasa asing
untuk mencetak insinyur dan ilmuwan yang kreatif.Kreatifitas ini kea
rah positif, sehingga berada dalam bingkai moralitas.Sedangkan
kebebasan dalam pendidikan progresif khususnya dalam bidang seni.
4. Perode Pendidikan Akademik: Seni Sebagai Sosok Pengetahuana
a.Tahun 1950-an seni sebagai sarana pendidikan dan sosok ilmu. Kegiatan
seni berfungsi sebagai sarana menumbuh kembangkan individu peserta
didik dan sosok ilmu sebagai sarana untuk memperluas wawasan seni,
yang berarti bahwa upaya pengembangan individu lewat seni dama
pentingnya dengan memperluas wawasan seni
b.Tahun 1960-an, seni sebagai bagian kehidupan social.Masalah social
yang actual itu mempengaruhi isi program pendidikan seni ke dalam
kurikulum merupakan keterpaduan seni dengan masalah social yang
berkaitan dengan pengadaan tenaga kerja yang terampil menggambar.
Demikian nya dengan pendidikan seni tidak selalu berdiri sendiri,
melainkan dapat dihubungkan dan dipadukan dengan bidang lain, baik
antara sesame cabang seni maupun bidang lain.

C. Perkembangan di Negara Republik Indonesia


Seiring dengan perkembangan perpolitikan di Indonesia sebagai Negara baru
yang berdaulat setelah ditinggalkan pergi oleh para penjajahnya, perubahan demi
perubahan berlangsung dari waktu ke waktu.Di bidang pendidikan juga mengalami
perubahan, tidak terkecuali pendidikan seni.Kecendrungan untuk membuat modern
mengandung dua arah perkembangan.Berkiblat kea pa yang terjadi di Negara-negara
maju dan penciptaan sesuatu yang berjati diri Indonesia.
Perkembangan pendidikan seni di Indonesia dapat di definisikan lewat
pergantian kurikulum dari waktu ke waktu.Apa peranan yang dimainkan oleh seni
dapat dikaji dalam setiap kurikulum sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam

11
bidang pendidikan, khususnya berkaitan dengan karakteristik bidang seni. Atas dasar
kebijakan ini konsep pendidikan seni dilahirkan, baik dalam rumusan eksplisit
maupun implisit.Apa yang diistilahkan dengan program pengajaran, yang didalamnya
selalu mengandung rumusan tentang pengajaran seni, tidak lain adalah apa yang
disebut dengan peran seni tersebut. Disamping peran yang bersifat umum yang
difungsikan untuk mengembangkan kompetensi sadar estetik sebagai bagian dari
kesadaran budaya bangsa juga berfungsi untuk berbagai program guna
mempersiapkan peserta didik menguasai kompetensi tertentu
Perkembangan konsep dalam pendidikan seni, baik konsep yang
diformukasikan oleh para pakar maupun yang secara umum ditangankan oleh
masyarakat, kemudian dijadikan landasan dalam kurikulum sekolah.Yang pertama
berkaitan dengan perkembangan, bidang ilmu sendiri sedangkan yang kedua
berkaitan dengan kondisi serta situasi yang umumnya ditentukan oleh kebijakan
pemerintah tentang pendidikan.Konsep pendidikan seni sejatinya adalah prinsip yang
dijadikan landasan pendidikan yang terbentuk oleh hubungan antara dua konsep yaitu
pendidikan dan seni.
Dalam perkembangan pendidikan seni di Indonesia biasanya menguraikan
periodesasi kesejarahan dari tahun-tahun terbitnya kurikulum sekolah yang
dicanangkan secara nasional dari waktu ke waktu.
1. Periode Pertumbuhan Awal (Mengkiblat Negara Belanda 1930-1945)
Periode perintisan tidak dialami oleh Indonesia.Mata pelajaran menggambar (embrio
seni) dalam kurikulum sekolah sebagai kelanjutan dari kebijakan pemerintah belanda
terhadap Negara yang dijajahnya.Perintisan terjadi di Negara Belanda dan Jepang,
untuk memperoleh gambaran tentang kurikulum yang diberlakukan dalam masa itu
pada dasarnya menggunakan rujukan dari dokumen pemerintah hindia belanda.
a. Masa Penjajahan Belanda
Selama penjajahan belanda pendidikan seni baru dimunculkan di dalam
kurikulum (rencana pelajaran) sekolah khususnya dilingkungan sekolah-sekolah
pribumi sekitar tahun 30-an, dalam bentuknya sebagai mata pelajaran

12
menggambar.Kehadiran mata pelajaran menggambar dalam kurikulum menggantikan
pelajaran ilmu bangun, dengan peran untuk mempersiapkan peserta didik menguasai
keterampilan menggambar yang merupakan suatu kompetensi yang relevan dengan
bidang ketukangan dari industry kecil.Karena peran tersebut dimainkan oleh seni
dalam lingkungan umum, maka merupakan bagian dari program pra-vokasional
dengan pembenaran esensial.Ini berarti pemberlakuan pendidikan seni di Hindia
Belanda merujuk pada pendidikan seni di Belanda sebelum reformasi.
b. Masa penjajahan Jepang
Di bawah pemerintahan jepang selama tiga setengah tahun Negara dalam
keadaan perang.Perang menghadapi belanda belum tuntas selesai, disambung perang
melawan sekutu yang ingin merebutnya.Dampaknya perekonomian rusak dan
pendidikan diselenggarakan sejadinya.Kurikulum sekolah atau rencana pelajaran
berisi kajian-kajian dan bahan pelajaran yang meng-Indonesi. Pemerintah (Jepang)
menerbitkan sejumlah buku pelajaran yang sebagian besar berbahasa Indonesia,
lainnya berbahasa jepang. Namun untuk buku-buku teks pelajaran menggambar dan
atau pegangan guru tidak diterbitkan dengan alasan karena di pandang tidak punya
nilai strategis. Usaha mandiri dari para guru tidak memperdulikan peran apa yang
harus dimainkan oleh pelajaran menggambar terhadap penyiapan peserta didik.
2. Periode Pertumbuhan (1945-1948)
Selama revolusi fisik berkobarlah semangat rakyat disegala lapisan termasuk
pula anak-anak sekolah, semangat untuk merebut kemerdekaan dari tangan
penjajah.Maka terciptalah konfrontasi fisik yang berupa peperangan dan segi politis
berupa diplomasi untuk kemerdekaan Negara dan bangsa Indonesia. Sementara di
garis belakang berlangsung penggalan kekuatan massa secara fisik dan mental untuk
menopang perjuangan lewat berbagai cara serta media. Seperti rapat-rapat raksasa,
penciptaan lagu-lagu perjuangan serta penyebaran poster-poster.
Disekolah melanjutkan gerakan-gerakan semasa penjajahan jepang dengan tema
Indonesia.Dalam usaha menanamkan semangat, berbagai mata pelajaran diubah
karakteristiknya.Pelajaran olahraga diisi dengan latihan baris-berbaris ala tentara,

13
pelajaran menyanyi diisi dengan lagu perjuangan dan pelajaran menggbar diisi
dengan kegiatan mencontoh poster-poster yang disebar pemerintah dan menggambar
sesuka hati yang bertemakan anti penjajah.
Kurikulum berbasis bahan pelajaran, diantara buku-buku popular yang
digunakan karena dipandang memenuhi tuntutan rencana pelajaran (kurikulum) di
jenjang sekolah dasar adalah “Cara Menggambar” karangan A.J. Cock cs, dan
“Marilah Menggambar” karangan J. Slechter. Secara garis besar keduanya
mengandung dua bahan pelajaran yang serupa, petunjuk cara menggambar yang
benar dan implementasinya dengan sebutan menggambar ekspresi. Petunjuk
menggambar merupakan bahan pelajaran yang bertujuan agar peserta didik
menguasai teknik menggambar sedang implementasinya bertujuan agar peserta didik
mampu mengungkap isi pikiran lewat gambar. Adapun buku-buku gambar teknik
yang berjudul “Menggambar Mistar” (karangan Jack West) untuk SMA bagian B
(ilmu pasti/alam) dan ragam hias yang berjudul “Ragam Hias Indonesia” (karangan
Van Der Hoop) untuk SMA bagian A (bahasa) dan C (social dan ekonomi) kedua
buku tersebut berisi prosedur menggambar, dengan tujuan agar peserta didik mampu
menguasai prosedur menggambar yang benar dan dapat difungsikan untuk menopang
kompetensi bagian keilmuan masing-masing.
Berdasarkan pendidikan seni Belanda buku-buku pegangan guru didasari oleh
konsep menggambar konvensional. Disamping buku-buku tersebut adalah buku-buku
yang didasari konsep reformasi yang banyak digunakan lembaga pendidikan guru
baik jenjang pendidikan menengah seperti Sekolah Guru B dan Sekolah Guru A,
maupun jenjang pendidikan tinggi seperti Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan
Pertama (PGSLP menggambar dan Pekerjaan Tangan, Kursus B-I dan B-II
menggambar / seni rupa dan pendidikan tinggi lainnya yang didirikan oleh
pemerintah di sekitar tahun 50-an. Adapun buku-buku yang pengaruhnya cukup besar
antara lain: Beeldende Expressie Het Tekenen Van Het Kind (ekspresi mewujud
gambar anak-anak) oleh L.Gelder dkk, tahun 1956; Vrij Expressie in Aesthetische
Vorming (ekspresi bebas dalam pembentukan rasa indah) oleh W. Hardenberg tahun

14
1949. Isi buku-buku ini memaparkan kajian yang mengarah ke reformasi
menggambar.Ada dua sasaran reformasi itu, yang pertama perubahan pola dasar
pembenaran dari menggambar konvensional yang esensial menjadi menggambar
ekspresi yang kontekstual sedangkan yang kedua perubahan prinsip pendidikan seni
dari pengajaran menggambar untuk peniularan seni menjadi pengajaran menggambar
untuk pemfungsian seni.Istilah seni mengandung makna rumpun bidang ilmu yang
mencakup semua cabang dan ranting seni termasuk menggambar.
Sekitar tahun 60-an para sarjana pendidikan seni dengan latar pendidikan
Amerika masuklah buku-buku terbitan Amerika antara lain yang cukup popular di
dunia adalah Education Through Art karangan H.Read tahun 1942 (terbitan pertama)
dll. Isi buku-buku ini memaparkan kajian tentang konsep pendidikan seni yang
memfungsikan seni sebagai sarana untuk mengembangkan potensi peserta
didik.Dengan hadirnya dua versi konsep Belanda dan Amerika terjadilah pengaruh
campuran.Sekalipun kekuatan pengaruh Belanda berangsur-angsur berkurang, tetapi
tidak hilang bahkan sampai kini abad ke-21.Sedangkan pengaruh Amerika memang
terasa lebih besar namun tidak mampu menghilangkan pengaruh belanda.Dari
pengaruh amerika yang benar-benar diterima adalah sebutan mata pelajaran serta
cakupannya yaitu sebutan mata pelajaran menggambar-yang mula-mula disejajarkan
dengan melukis kemudian berubah menjadi seni rupa disusul dengan pendidikan seni
yang meliputi Seni rupa, seni musik, seni tari dan seni drama.
Buku-buku versi Belanda dan Amerika pada dasarnya tidak berbeda
konsepsinya, keduanya dasar pandangan bahwa menggambar ataupun seni rupa dan
seni umumnya dihadirkan di sekolah-sekolah bukan untuk dikaji sebagai subyek
keilmuan melainkan sebagai kegiatan mengungkap diri masing-masing pelakunya
dan hasil yang diharapkan bukan keterampilan menggambar ataupun berkesenian
yang diutamakan tetapi dampak dari padanya. Konsep seperti itu di belanda
dimunculkan dalam gerakan Reformasi II dengan media kegiatan mengambar sedang
di Amerika dalam gerakan progersif dengan media seni rupa
3. Periode pertumbuhan (1960-1975)

15
Kemunculan kurikulum 1968 tidak dapat dipisahkan dengan peristiwa politik
jatuhnya orde baru yang terjadi pada tahun 1965. Hasil ini terwujud dalam kurikulum
1968 berupa campuran antara konsep konvesional dan reformasi belanda (I dan II)
serta konsep progresif Amerika. Di jenjang sekolah dasar untuk pertama kalinya
dituliskan nama mata pelajaran Pendidikan Kesenia dengan cakupannya bidang studi
Seni Rupa, Seni Suara, dan Seni Tari. Sedangkan untuk jenjang Sekolah Menengah
Umum mata pelajaran tetap menggambar, meliputi menggambar tangan dan
menggambar mistar.
Menjelang tahun 70-an pengaruh belanda telah hilang sedangkan pengaruh
Amerika semakin besar. Pendidikan seni difungsikan untuk mengembangkan potensi
kreatif peserta didik. Untuk pendidikan ekspresi-kreatif yang digunakan sebagi cara
untuk menyampaikan pengajaran dan sekaligus hasil yang diharapkan. Berkaitan
dengan proses pengajaran maka profil guru senipun dipermasalahkan. Sebaiknya guru
seni dijabat oleh seniman ataukah guru yang berkemampuan sebagai seniman.
Masalah ini menjadi bahasan dalam seminar nasional para pendidik seni rupa se
Indonesia di ITB Bandung pada tahun 1969 yang diprakasai oleh USIS (United State
Information Service), setelah melewati berbagai perdebatan dirumuskan isi
kesepakatan bahwa guru seni adalah guru yang mampu membimbing kegiatan seni.
Dasar pikiran yang melandasi adalah bahwa pengajaran seni tidak hanya berupa
kegiatan ekspresi kreatif tetapi juga kegiatan lain yang bersifat ekspresi kreatif
4. Periode pertumbuhan (1975-1994)
Kurikulum 1975 ditampilkan bidang studi pendidikan seni untuk mata
pelajaran seni.Bidang studi seni memiliki cakupan empat cabang seni, seni rupa, seni
music, seni tari dan seni drama. Masing-masing dengan sebutan sub bidang studi.
Mata pelajaran menggambar dan pekerjaan tangan ataupun kerajinan tangan termasuk
kedalam sub bidang studi seni rupa. Garis besar program pengajran bidang
pendidikan seni telah disiapkan oleh satgas pengembang, sedangkan penyusuan
bahan ajar diserahkan kepada satgas lain yang dibentuk oleh Direktorat Pembinaan
Tenaga dan Sarana Pendidikan Departmen Pendidikan dan Kebudayaan.

16
Kurikulum berorientasi tujuan, inovasi pendidikan yang terjadi di seluruh
jenjang pendidikan tahun 70an berupa penerapan pendekatan system dalam
pengorganisasian pembelajaran.Pendekatan ini bisa disebut dengan taksonomi
Bloom.Berdasarkan system tersebut ada tiga kategori kawasan (domain) kemampuan
yang secara bulat dan menyeluruh harus dicapai oleh peserta didik dalam
belajar.Masing-masing adalah domain Kognitif, domain Afektif, dan domain
Psikomotor.
Tujuan pengajaran seni kurikulum 1975 yang terdiri dari tiga kategori.
Pertama tujuan kemampuan kognitif yang rumusannya adalah agar siswa dapat
menguasai pengetahuan seni. Kedua tujuan kemampuan efektif, agar siswa dapat
menikmati seni dan tujuan kemampuan psikomotorik, agar siswa memiliki
keterampilan melakukan kegiatan seni.Perumusan tujuan seperti ini merujuk pada
konsep yang memandang seni dalam pendidikan sebagai sosok ilmu.Di Amerika
pandangan demikian muncul di tahun 60-an, ditengah-tengah pemberlakuan konsep
yang memfungsikan seni untuk berbagai kepentingan politik di eras perang dingin
melawan rusia.
Dalam bidang studi pendidikan seni dikembangkan menjadi tiga program
yaitu , pertama seni sebagai bagian dari pendidikan umum yang berkonsep progresif
untuk mempersiapkan calon warga Negara yang berkepribadian pancasila. Kedua
seni sebagai bagian dari pendidikan akademik yang berkonsep progresif untuk
mempersiapkan peserta didik melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di bidang
seni. Ketiga seni sebagai bagian dari pendidikan Pra kejuruan atau dengan sebutan
lain, pendidikan keterampilan yang berkonsep keterampilan untuk mempersiapkan
calon tenaga kerja yang cakap.
5. Periode Perkembangan (1994-2002) bias
Pengubahan kurikulum 1975 menjadi 1984 secara umum merupakan
kelanjutan inovasi pendidikan, berupa penyempurnaan pelaksanaan.Perubahan itu
terutama ditujukan kepada kendala yang ditimbulkan oleh terlalu luasnya bahan

17
pelajaran yang ditentukan dalam kurikulum 1975 dibandingkan dengan waktu yang
dialokasikan. Atas dasar perubahan itu maka kurikulum 1984 diberi sebutan
kurikulum yang disempurnakan artinya kurikulum 1984 adalah penyempurnaan dari
kurikulum 1975, namun dalam pendidikan seni tidak dikatakan penyempurnaan
sebab terjadi perubahan adalah perubahan bahkan perubahan besar. Pertama peran
yang dimainkan diperkecil, kedua di jenjang pendidikan menengah umum (SMU)
pendidikan seni disajikan di dua kelas pertama saja kelas satu dan kelas dua.
Sekitar tahun 80an dimasyarakat muncul pednapat mengenai konsep
pendidikan seni tari yang didasarkan atas tulisan pakar pendidikan seni Amerika
Elliot W. Eisner yang berjudul Educating Artistic Vision (1972) lewat bukunya yang
diperkenalkan dua jenis tujuan penyampaian pengajaran seni. Masing-masing berupa
tujuan yang disebut tujuan insturksional dan tujuan ekspresi.Yang pertama
merupakan tujuan pengajaran seni akademik, dan kedua tujuan pengajaran seni
progresif.Dengan gagasan itu masalah penyelenggaraan seni yang menginginkan
progresif tetapj juga sesuai dengan inovasi pendidikan memperoleh pembenaran.
Sementara itu pada tahun 1989 lahirnya Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional(UU SPN. Hal yang mengatur pendidikan seni terdapat bagian kurikulum
sekoloah yang tercantum di bab IX. Disebutkan dalam bab itu diantara lain, jumlah
bahan kajian dan pelajaran harus dimunculkan dalam kurikulum sekolah jenjang
pendidikan dasar sekurang-kurangnya 13 satuan. Dua diantarannya adalah pertama
kerajinan tangan dan kesenian kedua menggambar.Terdapat juga dalam kurikulum
tersebut mata pelajaran yan sebutan serta isinya serupa denga ketiga bahan
kajian/pelajaran tersebut. Masing-masing dengan sebutan aslinya adalah mata
pelajaran Handenar Beid atau Hand Werken (pekerjaan tangan atau kerajinan tangan),
tenekan (menggambar) dan singen (menyanyi/seni suara). Dua yang pertama berupa
mata pelajaran ketrampilan teknis dan yang ketiga berupa kemampuan artistic.Peran
yang harus dimainkan oleh dua yang pertama adalah menyiapkan peserta didik agar
menguasai kemampuan dasar bdiang ketrampilan ketukangan dan berbahasa visual
dan yang ketiga menyiapkan peserta didik agar menguasai bidang seni.

18
Dilihat dari struktur dan isinya, kurikulum 1994 berbeda dengan kurikulum-
kurikulum yang diberlakukan dalam periode-periode sebelumnya. Perbedaan
disebabkan oleh adanya berbagai perubahan yang terutama diakibatkan oleh hadirnya
UU SPN yang digunakan sebagai rujukan, sementara sebutan jenjang pendidikan,
SMA berubah menjadi SMU, SMP menjadi SLTP, sebutan bidang studi berubah
menjadi mata pelajaran, pokok bahasan berubah menjadi pokok kajian.
Dari segi fungsi didik yang secara jelas dirumuskan dan kemudian dijabarkan
dalam GBPP menunjukkan bahwa karakteristik bahan kajian/pelajaran berbeda
dengan kurikulum 1984. Atas dasar tujuan yang dirumuskan dalam GBPP
karakteristik bahan kajian/pelajaran terinci sebagai berikut :
a. Pelajaran kerajianan tangan dapat diidentikkan dengan keterampilan
praktis
b. Pelajaran seni yang meliputi seni rupa termasuk kedalamnya menggambar,
seni music, seni tari dan teater dapat diidentikkan dengan apresiasi budaya
c. Pelajaran menggambar yang tidak menjadi bagian dari kesenian/seni rup,
dapat diidentikkan dengan bahasa visual.
6. Periode Perkembangan 2004 (Tanda-tanda pencerahan)
Reformasi di bidang politik di Indonesia yang terjadi tahun 1997 berdampak
pada berbagai bidang.Dibidang perundang-undangan mengalami banyak perubahan
tidak terkecuali undang-undang dasar, meskipun tidak sampai mengubah Pancasila
sebagai azas pemersatu bangsa Indonesia. Dampaknya di bidang pendidikan lahirlah
Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003
mengganti Undang-undang Nomor 2 tahun 1989.
Kemunculan aneka pendidikan seni dengan karakteristik yang beragam pun
akan terjadi, disesuaikan dengan kondisi sekolah. Namun apapun wujudnya
Kompetensi nasional pendidikan seni yang distandarisasi secara nasional tersebut
pada hakekatnya adalah visi dan misi pendidikan seni yang dijadikan landasan
pelaksanaan pendidikan seni di manapun wilayah Republik Indonesia.Isi kompetensi

19
itu merupakan konsep pendidikan seni dan peran yang harus dimainkan oelh seni
dalam pendidikan.
Kurikulum berbasis kompetensi, standar kompetensi pendidikan seni adalah
perangkat kemampuan yang harus dikuasai oleh setiap peserta didik setelah proses
pendidikan selesai. Masing-masing kemampuan mendeskripsikan secara terpisah
tetapi membentuk keseluruhan yang utuh.Sebagai contoh berikut disampaikan
Standar Kompetensi Pendidikan Seni.
“Standar kompetensi pendidikan seni mencakup empat cabang seni: seni rupa,
seni music, seni tari dan seni teather. Masing-masing cabang terdiri dari tiga
kapabelitas meliputi kemampuan mempresentsikan wawasan tentang seni,
mengapresiasi seni dan mengkreasi seni, dengan bahan pelajaran atau kajian meliputi
wilayah seni murni dan seni terapan, baik yang termasuk seni tradisi, modern maupun
yan komptemporer, baik yang terdapat di kawasan nusantara maupun mancanegara”
Berdasarkan rumusan kompetensi tersebut keberadaaan pendidikan seni
menjadi jelas.Misi untuk mempersiapkan peserta didik menjadi jelas, agar memiliki
kapabilitas pengetahuan serta keterampilan seni.Konsep seni yang dijadikan landasan
masih berada dalam konteks pemfungsian seni dengan pembenaran esensial, dengan
tujuan untuk membekali kemampuan akademik kepada peserta didik.

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidkan seni di Indonesia muncul dari masa ke masa, mulai dari
awal pertumbuhan sampai masa perkembangan yang membahas dan
memaparkan periodisasi pertumbuhan dan perkembangan, dimulai dari masa
colonial Belanda hingga sampai saat sekarang ini.
Adapun periodisasinya:
1. Perkembangan di belanda
a. Periode perintisan
b. Periode pertumbuhan
c. Periode perkembangan
2. Perkembangan di amerika
a. Periode perintisan
b. Periode pertumbuhan
c. Periode perkembangan
d. Periode pendidikan akademik
3. Perkembangan di Indonesia
a. Periode Pertumbuhan Awal (Mengkiblat Negara Belanda 1930-1945)
b. Periode Pertumbuhan (1945-1948)
c. Periode pertumbuhan (1960-1975)
d. Periode pertumbuhan (1975-1994)
e. Periode Perkembangan (1994-2002) bias
f. Periode Perkembangan 2004 (Tanda-tanda pencerahan)

21
B. SARAN
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna.Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat
memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.

22
DAFTAR PUSTAKA

Pamadhi, Hajar. 2012. Pendidikan Seni (Hakekat, Kurikulum, Pendidikan


Seni, Habitas Seni dan Pengajaran Seni Untuk Anak. Yogyakarta: UNM
Press
Soehardjo.2005. Pendidikan Seni dan Konsep Sampai Program. Malang:
UNM Press
http://www.google.com/url?q=http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/
JUR._PEND._SENI_RUPA/197206131999031-BANDI_SOBANDI/
PERKEMBANGAN_PENDIDIKAN_SENI_(Indonesia).pdf&sa=U&ved
=0CBMQFjAAahUKEwiSsIOo9f7IAhUKHI4KHZ8SDBQ&sig2=fVH3Z
0rESX-
TnSNsluw02g&usg=AFQjCNE9Q7FPmMEjIn19ysrgGY2GeCqbHw

23

Anda mungkin juga menyukai