Anda di halaman 1dari 4

ILMU GHARIB AL-HADITS

GHARIB Al-Hadits yang dimaksudkan dalam ilmu hadits ini ialah bertujuan menjelaskan satu hadits
yang dalam matannya terdapat lafazh yang pelik, dan yang susah difahami, karena jarang dipakai,
sehingga ilmu ini akan membantu dalam memahami hadits tersebut.

Sejak dimulainya pembukuan hadits pada akhir abad kedua dan awal abad ketiga hijriyah, para
ulama sudah menyusun buku-buku tentang gharib al-hadits. Orang yang pertama menyusun dalam
gharib al- hadits adalah Abu Ubaidah Mu’ammar bin Al-Mutsanna At-Taimi (wafat 210 H).

Buku-buku yang Terkenal dalam Bidang Ini:

1. Kitab “Gharib Al-Hadits”, karya Abul Hasan An-Nadhr bin Syumail Al-Mazini (wafat 203 H),
salah satu guru Ishaq bin Rahawaih, guru Imam Bukhari.

2. Kitab “Gharib Al-Atsar”, karya Muhammad bin Al-Mustanir (wafat 206

H). 3. Kitab “Gharib Al-Hadits” karya Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam (wafat 224 H)

3. Kitab “Al-Musytabah min Al-Hadits wa Al-Qur’an” karya Abu Muhammad Abdullah bin
Muslim bin Qutaibah Ad-Dainuri (wafat 276 H)

4. Kitab “Gharib Al-Hadits” karya Qasim bin Tsabit bin Hazm Sirqisthi (wafat 302 H).

Kitab “Nihayah” juga disusun dalam bentuk syair oleh Imaduddin Abu Al-Fida’ Ismail bin Muhammad
Al-Ba’labaki Al-Hanbali (wafat 785 H) dengan nama: “Al-Kifayah fi Nudzum An-Nihayah”.

Ibnu Al-Atsir, telah mengatur kitabnya “An-Nihayah” berdasarkan urutan huruf hijaiyah, dan dicetak
terakhir kalinya dengan diteliti dan diperiksa oleh Thahir Ahmad Az-Zawi dan Mahmud Muhammad
At- Thanahi, sebanyak lima jilid, dan diterbitkan oleh pustaka Dar Ihya Al- Kutub Al-Arabiyah, Isa Al-
Babi Al-Halabi dan rekannya di Mesir.

Ibnu Al-Atsir dalam menyusun kitabnya “An-Nihayah” berpedoman pada kitab Al-Harawi dan Abu
Musa Al-Madini, yaitu dengan memberi tanda atau rumus huruf (ha) jika mengambil dari kitab Al-
Harawi, dan tanda atau rumus huruf (sin) jika mengambil dari kitab Abu Musa. Adapun selain dari
kedua kitab tersebut dibiarkannya tanpa tanda apapun, untuk membedakan mana yang dari kedua
kitab tersebut dan mana yang dari kitab lain.

Hlm. 95-96

Ta’rif dan Sejarah Ilmu Gharib al-Hadits

Ilmu Gharib al-Hadits adalah:”ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan
hadits yang sukar diketahun maknanya dan yang kurang terpakai oleh um..” Sesudah berlalu masa
sahabat, yakni abad pertama dan para tabi’in pada tahun 150 H., bahasa Arab yang inggi mulai tidak
diketahui lagi oleh masyarakat umum. Hanya beberapa saja orang mengetahuinya Oleh karena itu,
para ahli berusaha mengumpulkan kata-kata yang di- pandang tidak dapat dipahami oleh umum dan
kata-kata yang kurang terpakai dalam pergaulan sehari-hari dalam sesuatu kitab dan men-
syarahkannya.

Menurut sejarah, yang mula-mula berusaha dalam hal ini adalah Abu Ubaidah Ma’mar ibn al-
Mutsanna (210 H.). Kemudian dikem- bangkan lagi oleh Abu al-Hasan al-Maziny (204 H.). Usaha
beliau-beliau ini terjadi di penghujung abad ke-2 Hijrah.

Di awal abad ke-3 Hijrah, Abu Ubaidah al-Qasim ibn Sallarn (224 H.) menyusun kitab terkenal dalam
ilmu gharib al- fits yang diselesaikan dalam tempo 40 tahun. Kitabnya mendapat sambutan dari
masyarakat sehingga datang masanya Ibnu Qutaibah ad-Dainury (276 H.). Beliau menyusun kitab
yang terkenal pula. Dengan dua kitab itu, terkumpullah sebagian besar kata-kata yang gharib.
Sesudah itu, berusaha pula beberapa ahli sehingga sampai kepada masa Al-Khaththaby (378 H.).
Beliau me- nulis kitabnya yang terkenal pula. Setelah selesai kitabnya itu, terdapat tiga induk kitab
bagi segala kitab gharib al-hadits. Kemudian Abu Ubaid Ahmad ibn al-Harawy (401 H.) menyusun
kitab dengan mengumpulkan antara Gharib al-Qur’an dan Gharib al-Hadits. Sesudah itu Az-
Zamakhsyary menyusun kitab yang dinamai Al-Fa’iq. Kitab ini tinggi nilainya. Disusun secara abjad.
Sesudah itu Abu Bakar al-Ashbahany (581 H), menyusun kitabnya dengan mengikuti sistem Al-
Harawy.

Sesudah itu Ibnu al-Atsir (606 H.) lalu menyusun kitab An-Nihayah Kitab inilah sebesar-besar kitab
gharib al-hadits yang terdapat dalam masyarakat Islam. Kitab ini diikhtisarkan oleh As-Sayuthy (ou
H.) dalam kitabnya yang dinamai Ad-Durr an-Natsir. Kiranya, kitab An-Nihayak in mencukupi bagi
seseorang di dalam mempelajari arti kata-kata yang sukar dan ganjil yang terdapat dalam matan-
matan hadits.

Hlm. 119-120
Memahami makna kosa kata (mufradât) matan hadis merupakan langkah pertama dalam
memahami suatu hadis dan untuk istinbath hukum. Oleh karena itu, ilmu ini akan banyak menolong
untuk menuju ke pemahaman tersebut.

Para muhaddisin ketika menghadapi lafazh-lafazh yang gharib dan sulit untuk menjelaskannya, juga
menyerahkan kepada ahli bahasa (gharib al-hadits). Mereka juga menghindari penafsiran yang
didasarkan pada purbasangka (perkiraan) semata, karena hal itu diharamkan.

Ada beberapa cara untuk menafsirkan hadis-hadis yang me- ngandung lafazh yang gharib ini, di
antaranya: a. dengan hadis yang sanadnya berlainan dengan matan yang

mengadung lafazh yang gharib tersebut.

b. dengan penjelasan dari para sahabat yang meriwayatkan

hadis atau sahabat lain yang tidak meriwayatkannya, tapi pa-

ham akan makna gharib tersebut.

c. penjelasan dari rawi selain sahabat.

Pada perkembangan selanjutnya, para ulama berusaha mem- perjelas apa yang dikandung oleh kata-
kata yang gharib itu dengan mensyarahkannya. Bahkan ada yang berusaha mensyarahkan se- cara
khusus hadis-hadis yang terdapat kata-kata gharib.

Menurut Ibnu Shalah, yang dimaksud dengan gharib al-hadis ialah:

‫علم يُ ْع َرفُ بِ ِه َم ْعنَى َما َوقَ َع فِي ُمتُو ِن‬

ِ ‫ اَأْل َحا ِدي‬.


‫ث‬

‫لَ َما ُء هَّللا‬

Artinya:

“Ilmu untuk mengetahui dan menerangkan makna yang terdapat pada lafal-lafal hadis yang jauh dan
sulit dipahami karena (lafal-lafal u ilmu yan tersebut) jarang digunakan.”

Ilmu ini muncul atas usaha para ulama setelah Rasulullah SAW. I airnya da wafat ketika banyaknya
bangsa-bangsa yang bukan Arab memeluk Is- lam serta banyaknya orang yang kurang memahami
istilah atau lafal- lafal tertentu yang gharib atau sukar dipahami.
Para ulama berusaha menjelaskan apa yang dikandung oleh kata- kata yang gharib itu dengan
mensyarahkannya. Bahkan, ada men- syarahkan secara khusus hadis-hadis yang mengandung kata-
kata gharib.

Hlm. 57

*Kesimpulan*

Ilmu gahrib al-hadits adalah ilmu yang membahas tentang matan hadits yang sulit dan sukar untuk
difahami sehingga membutuhkan keahlian yang khusus untuk memahaminya.

Objek dari ilmu gharibil hadist adalah kata-kata yang musykil dan susunan kalimat yang sukar
dipahami maksudnya.

Sebagian ulama berbeda pendapat terkait siapa promotor atau perintis pertama ilmu gharib al-
hadist. Golongan para muhaditsin menganggap bahywa perintis ilmu gharib al-hadis adalah Abu
Ubaidah Ma’mar bin Mutsana at-Taimy. Sementara sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa
perintis pertama ilmu ini adalah Abu Hasan an-Nadrl bin Syamil al Maziny.

Hukum hadis ghorib begitu pula dengan hadits fardu, kalau memang dibedakan bisa berkedudukan
shohih atau hasan bila telah memenuhi syarat-syarat dari salah satunya. Namun mayoritas hadis
ghorib berkualitas dho’if. Berangkat dari banyaknya hadis ghorib yang masuk dalam kategori dho’if
inilah kemudian para ulama sangat berhati-hati terhadapnya dan melarang untuk memperbanyak
periwayatan hadis jenis ini.

Anda mungkin juga menyukai