Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Tafsir Pada Periode Kontemporer-Modern”

NAMA :
Adelah Eka Putri (202031002) & Lutfiah Firdaus Ramadhanti (202031016)
SEMESTER : V (Lima)
MATA KULIAH : Sejarah Perkembangan Tafsir dari Masa ke Masa
DOSEN PENGAMPU : Ustadz Rumba Triana, S.Th.I., M.Pd.I.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-HIDAYAH BOGOR


PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
2022
KATA PENGANGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah banyak sekali hingga tak terhitung jumlahnya
memberikan kita semua nikmat, baik nikmat sehat maupun yang terpenting nikmat islam.
Semoga dengan kenikmatan tersebut kita dapat lebih pandai bersyukur dan terus semangat
dalam mentadabburi ayat-ayatnya juga mengaplikasikannya dikehidupan kita sehari-hari.
Tak lupa shalawat serta salam terus kita curahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬juga kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan kepada pengikut setianya
hingga akhir zaman.
Bersyukur sekali atas rahmat dan kehendak Allahl, kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Tafsir Pada Periode Kontemporer-Modern”. Semoga dengan ini
kita diberi keberkahan oleh-Nya dan dipermudah dalam memahami hal-hal yang berkaitan
dengan materi ini.
Disamping itu, kami berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini dan juga
semua pihak yang membantu dan mendukung kami dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik
dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waku
mendatang.

Bogor, Desember 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANGANTAR .................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
A. Definisi dan Awal Mula Periode Kontemporer-Modern ....................................................... 6
B. Karakteristik Tafsir Kontemporer.......................................................................................... 6
C. Tokoh Mufassir Masyhur di Periode Kontemporer-Modern ............................................... 7
1. Muhammad Abduh-Tafsir Al-Manar (1849-1905 M) ....................................................... 7
2. Ahmad Mushtafa Al-Maraghi-Tafsir Al-Maraghi (1883-1952 M) ................................... 8
3. Wahbah Zuhaili-Tafsir Al-Munir (1932-2015 M).............................................................. 9
4. Fazlur Rahman (1919-1988 M) .......................................................................................... 10
5. Buya HAMKA-Tafsir Al-Azhar (1908-1981 M)............................................................... 12
6. Quraish Shihab-Tafsir Al-Misbah (1994 M–Sekarang) .................................................. 12
BAB III................................................................................................................................................. 17
PENUTUPAN ...................................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah l menciptakan alam semesta dan termasuk bumi dengan sangat detail. Semua
ini diperuntukan untuk manusia agar mereka mudah dalam beribadah kepada Allah l. Allah
tentunya tidak semata-mata membiarkan manusia hidup didunia tanpa arah dan tujuan. Maka
dari itu Allah l mengutus seseorang disetiap umat untuk menyeru kepada risalah dari Allah
yang berisikan panduan dan tujuan hidup manusia. Suatu keutamaan yang besar sebagai umat
Rasulullah ‫ ﷺ‬yaitu, diberikan kepadanya suatu kitab yang suci yang turun secara beangsur-
angsur agar memudahkan manusia selanjutnya untuk berpedoman kepadanya. Allah l
menurunkannya kepada nabinya yang mulia sehingga kedudukan Al-Quran di mata manusia
bukanlah kitab yang biasa, melainkan kitab yang memiliki nilai yang tinggi dari segala
aspeknya. Selain itu, Allah l lah yang berjanji bahwasanya kitab Al-Qur’an terjaga
keasliannya hingga hari kiamat.
Perkembangan zaman membawa islam semakin menyebar dan ilmu islam semakin
berkembang. Perkembangan ilmu ini tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh pemahaman yang
sangat banyak baik terkait madzhab fiqh ataupun madzhab aqidah. Ditambah dengan semakin
banyaknya persoalan agama baru yang belum ada sebelumnya dizaman Rasulullah ‫ﷺ‬. Hal ini
mendorong para ulama untuk mengkaji kembali Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk menentukan
suatu hukum yang belum dijelaskan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬.
Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab yang dinamis dan selalu relevan. Al-Qur’an juga
menjadi satu-satunya kitab yang terjaga dan tidak pernah berubah semenjak turunnya pada 14
abad yang lalu. Tidak ada kitab samawi lainnya yang memiliki keistimewaan ini. Kitab lainnya
banyak teramandemen atau sengaja diamandemen oleh hawa nafsu manusia agar sesuai dengan
dirinya.
Penjagaaan Allah l telah menjamin atas keotentikan Al-Qur’an, sebagaimana Firman-
Nya,
َ ُ ٰ َ ٗ َ َّ ْ َ ْ ََّ ُ ْ َ َّ
٩ ‫الذك َر َواِ نا له لح ِفظ ْون‬
ِ ‫ِانا نحن نزلنا‬

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Namun yang menjadi persoalan adalah setiap manusia memiliki kapasitas pemahaman
yang berbeda-beda ditambah tuntutan zaman yang berbeda dari tuntutan zaman pada Al-Qur’an
itu sendiri turun. Maka disinilah tafsir Al-Qur’an berperan. Tafsir selalu berkembang dan
menjadi jembatan antara Al-Qur’an yang selalu otentik dengan pemahaman manusia yang
berbeda-beda.
B. Rumusan Masalah
1. Kapankah dimulainya periode tafsir kontemporer-modern ini?
2. Siapakah pelopor tafsir pada periode ini?

4
3. Apa saja metode penafsiran yang dipakai dalam penafsiran periode kontemporer-
modern?
4. Apa saja sumber penafsiran yang dipakai pada periode kontemporer-modern?
5. Metode manakah yang paling banyak dipakai pada masa sekarang?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Awal Mula Periode Kontemporer-Modern


Secara Bahasa, Kontemporer artinya pada waktu yang sama; semasa; sewaktu; pada
masa kini; dewasa ini1. Sedangkan Menurut Ahmad Syirbasyi yang dimaksud dengan
periode kontemporer adalah yaitu sejak abad ke 13 hijriah atau akhir abad ke-19 Masehi
sampai sekarang ini.2 Pendapat Asy-Syirbasyi ini sejalan dengan pendapat para ulama
termasuk didalamnya Adz-Dzahabi dalam karyanya Tafsir wa Al-Mufassirun.
Tafsir kontemporer ini berkaitan dengan gerakan “Pembaharuan” atau dalam bahasa
arab disebut Tajdid yang pada saat itu sedang sangat gencar dipopulerkan oleh beberapa
ulama. Kemudian kemunculan pemikiran modern dalam tafsir merujuk kepada karya
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar sebagai pintu gerbangnya.
Karena keduanya adalah tokoh reformis awal atau penggerak “pembaharuan” ilmu islam.
Gerakan tersebut disebabkan karena citra Al-Qur’an pada saat itu terkesan “jalan
ditempat”. Hal tersebut menghilangkan ciri khas Al-Qur’an sebagai satu-satunya kitab
yang relevan disetiap zaman.3
Salah seorang guru Muhammad Abduh yang berasal dari Mesir bernama Sayyid
Jamaluddin Al-Afghani menyatakan reformasi terhadap metode klasik menuju metode
modern.4 Seruan Muhammad Abduh tentang reformasi ini mencakup dua poin penting
yaitu: Pertama, membebaskan pikiran manusia dari belenggu taqlid dan yang kedua,
mereformasi susunan bahasa Arab dalam redaksi.5
Pada intinya, para mufassir kontemporer ingin mengembalikan dan menyadarkan umat
islam bahwa salah satu sifat Al-Qur’an adalah Shalih li kulli zaman wa makan dan
mengeluarkan ummat dari belenggu taqlid.

B. Karakteristik Tafsir Kontemporer


Sayyid Rasyid Ridha mengatakan bahwa tafsir kontemporer memiliki perpaduan
bentuk antara bil Ma’tsur dan bil Ra’yi atau yang disebut dengan Shahih al-Manqul wa
Sharih al- Ma’qul (menggunakan riwayat yang benar dan nalar yang bagus).6
Metode yang digunakan oleh para mufassir kontemporer adalah metode Maudhu’I
(tematik), Muqarran (pendekatan), Kontekstual (Hermeunitika), Tahlili, dan Ijmali.
Metode Maudhu’I adalah metode yang kerap disebut sebagai metode tematik. Metode
yang paling efektif untuk menjawab suatu persoalan umat. Menurut Abdullah Al-Hayy Al-
Farmawi metode Maudhu’I adalah mengumpulkan ayat-ayat Alqur'an yang mempunyai
maksud yang sama dalam arti sama sama mempersoalkan satu topik masalah dan

1
KBBI Online, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kontemporer
2
Ahmad Syirbasi, Studi Tentang Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’anul Karim, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999),
242.
3
Muhammad Sayyid Thanthawi, Mabahits Fi ‘Ulum al-Qur’an (Kairo: Azhar Press,
2003), 12
4
Mani’ Abdul Halim Mahmud, Metodologi Tafsir (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 252.
5
Ibid, 254.
6
Muhammad Amin, Kontribusi Tafsir Kontemporer dalam Menjawab Persoalan Umat, (Banda Aceh: Fakultas
Ushuluddin Ar-Raniry, 2013.

6
menyusunnya berdasarkan masa turunnya ayat serta sebab turunnya ayat tersebut. Lalu para
mufassir mulai memberikan penjelasan dan keterangan serta mengambil kesimpulan.7
Sedangkan yang dimaksud menafsiran metode kontekstual adalah metode yang disebut
metode Hermeunitika.
Quraish Shihab mengatakan pakar yang pertama sekali merintis metode maudhu’i
adalah seorang guru besar dari Universitas al-Azhar yaitu: Ahmad Al-Kuuny.8 Sedangkan
metode kontekstual dirintis oleh Fazlur Rahman.9
Menurut Nashrudin Baidan Tafsir Muqarran adalah tafsir yang menggunakan cara
perbandingan atau komparasi. Bahwa yang dimaksud dengan metode komparatif adalah:
metode ini seorang mufassir melakukan perbandingan antara (1). Teks ayat-ayat Al-Qur’an
yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, atau memiliki
redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama, (2). Ayat-ayat Al-Qur’an dengan Hadits
yang pada lahirnya terlihat bertentangan, (3). Berbagai pendapat ulama tafsir dalam
menafsirkan Al-Qur’an.10
Sedangkan corak dari tafsir kontemporer, Muhammad Husein Az-Zahabi dalam at-
Tafsir wa al-Mufassirun menjelaskan bahwa corak yang berkembang pada masa
kontemporer ini ada lima, yaitu: corak‘ilmi, madzhabi, ilhadi, falsafi, dan adabi ijtima’i.11
C. Tokoh Mufassir Masyhur di Periode Kontemporer-Modern
1. Muhammad Abduh-Tafsir Al-Manar (1849-1905 M)
a) Biografi
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Beliau
lahir di Desa Mahallat Nashr Kota Buhairah pada tahun 1849 M12 atau 1266 H dan
wafat pada 11 Juli 1905 di Kairo. Beliau lahir dari keluarga miskin. Ayahnya
berasal dari tempat yang sama dimana Muhammad Abduh dilahirkan, sedangkan
ibunya berasal dari desa Hashaq Syabsyir di daerah al-Gharbiyah13. Kedua orang
tua Muhammad Abduh dikenal memiliki akhlak yang baik. Ayahnya adalah orang
yang terpandang dan memiliki wibawa yang besar.
Beliau menghafal Al-Qur’an diumur yang masih kecil dibawah bimbingan
seorang guru, beliau menyelesaikan hafalannya dalam waktu dua tahun saja.
Kemudian pada tahun 1863 M/1279 H beliau dikirim oleh orang tuanya ke Masjid
Al-Ahmadi di Thantha untuk memperdalam ilmu tajwidnya. Namun metode
pembelajaran yang beliau dapatkan, dirasa sulit untuknya beliau sehingga beliau
butuh waktu yang lama untuk memahaminya.
Pada tahun 19866 beliau masuk ke perguruan tinggi di Kairo yaitu Universitas
Al-Azhar. Lagi-lagi beliau merasa tidak nyaman dengan sistem pembelajaran
disana. Menurut beliau, “Kepada para mahasiswa hanya dilontarkan pendapat-
pendapat para ulama terdahulu tanpa mengantarkan mereka kepada usaha

7
Abdullah Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’iy, 36.
8
Nasruddin Baidan, Perkembangan Tafsir ..............., 19.
9
Muhamed Imran dan Muhamed Taib, Fazlur Rahman (1919-1998) Perintis Tafsir Kontekstual (Presented at
the reading group sharing session , 26 Februari 2007, Yayasan Mendaki).
10
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000) , 65
11
Muhammad Husain Adz-Dzahabi, At-Tafsir wa al-Mufassirun ..., II: 347.
12
Muhammad Quraisy Shihab, Rasionalitas Al-Qur'an: Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar, Lentera Hati.
13
Muhammad Rasyid Ridha, Tarikh al-Ustadz al-Imam al-Syaikh Muhammad ‘Abduh, (Mesir: Dar al-Manar, jilid
III, 1999), 237.

7
penelitian, perbandingan, dan pentarjihan.”. pemikiran inilah yang ciri khas
penafsiran Muhammad Abduh.
Dalam penafsirannya, Muhammad Abduh sangat menghindari Taqlid. Tetapi
penafsirannya justru mengarah kepada prinsip kebebasan akal, hal ini
mengakibatkan beberapa penafsirannya berpaling kepada pen-Takwilan seperti
kaum mu’tazilah. Abdullah Mahmud Syahathah memandang penakwilan yang
dilakukan oleh Muhammad Abduh ini dipengaruhi oleh warisan tafsir Al-
Zamakhsyari -seorang mufassir Mu’tazilah-.14Walaupun demikian, Muhammad
Abduh sendiri tidak menyatakan madzhab aqidah yang beliau anut, ia juga terkenal
sebagai ulama yang independen dan tidak taqlid terhadap aliran pemikiran tertentu.

b) Metode dan Sumber Penafsiran


Seperti yang telah diketahui, Muhammad Abduh adalah penyusun kitab Tafsir
berjudul “Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim” atau lebih dikenal dengan nama “Tafsir Al-
Manar”. Kitab ini juga dikenal sebagai pintu masuk era kontemporer tafsir.
Pada mulanya, tafsir ini adalah diktat perkuliahan Muhammad Abduh tentang
tafsir di Universitas Al-Azhar Kairo. Setelah wafatnya beliau, kitab tafsir Al-Manar
disusun kembali oleh muridnya yaitu Muhammad Rasyid Ridha. Kemudian.
diterbitkan setelah dilakukan pengeditan yang diperlukan.15
Dalam penulisannya, Muhammad Abduh tidak mengambil pendapat-pendapat
para ulama tafsir terdahulu, melainkan beliau menggunakan kombinasi antara
riwayat shahih dan akal (Ra’yu) yang diharapkan bisa menjelaskan hikmah syariat
dan eksistensi Al-Qur’an sebagai kitab Hidayah bagi ummat manusia.16 Namun
beliau menjadikan tafsir Jalalain sebagai salah satu rujukan kitab
tafsirnya.17Kemudian Kitab disusun kembali dan ditambahkan beberapa pendapat
para ulama tafsir klasik oleh muridnya yaitu Rasyid Ridha.18 Karena hal ini lah
beberapa literatur mengatakan bahwa tafsir ini tidak ditulis oleh seorang saja
melainkan berdua(M. Abduh dan R.Ridha). Bahkan Quraisy Shihab menyatakan
bahwa tafsir Al-Manar merupakan hasil karya tiga orang yaitu M. Abduh, Rasyid
Ridha, dan Jamaluddin Al-Afghani.
Menurut kitab yang diarsipkan oleh situs waqfeya.net19, Kitab Tafsir Al-Manar
dalam cetakan keduanya berisi 12 jilid.
Secara umum metode penulisan yang dipakai dalam kitab tafsir ini tidaklah
berbeda dengan kitab tafsir terdahulu yaitu metode tahlili dan sesuai dengan tartib
urutan Al-Qur’an. Dalam tafsirnya ini, Muhammad Abduh menjadi pelopor
pengembangan tafsir bercorak Adabul Ijtima’i.
2. Ahmad Mushtafa Al-Maraghi-Tafsir Al-Maraghi (1883-1952 M)
a) Biografi

14
Abdullah Mahmud Syahathah, Manhaj Imam Muhammas Abduh fii Tafsiir Qur’an Kariim, (Kairo: Nasyr Ar-
Rasail Al-Jaami’ah, 2003)
15
Dinni Nazhifah, Tafsir-Tafsir Modern dan Kontemporer Abad Ke-19-21 M, (Jurnal
16
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim Al-Syahrir bi Tafsir Al-Manar, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2007)
17
Adz-Dzahabi, Al-Tafsir wa Al-Mufassirun, (Dar Al-Hadith: 2012)
18
Muhammad Ali Iyyazi, Al-Mufassiruun Hayaatun wa Manhajihi. (Muassasah At-Tiba’ah wa Anshr Wazirah
AtTsaqafah wa Al-Irsyad Al-Islamii: 1993)
19
https://waqfeya.net/search.php

8
Tafsir Al-Maraghi adalah kitab tafsir yang ditulis oleh Ahmad Musthafa bin
Muhammad bin Abdul Mun’im Al-Maraghi. Beliau lahir pada tanggal 9 Maret 1883
M/1300 H di kota Al-Maraghah yaitu sebuah kota ditepi barat sunga Nil, Provinsi
Suhaj, Mesir.20 Beliau lahir di keluarga intelektual tinggi. Beliau mengenal dasar-
sadsar islam dan Bahasa Arab di tanah kelahirannya. Beliau berhasil menghafalkan
Al-Qur’an diumur kurang dari 13 tahun.21
Setelah menyelesaikan Pendidikan menengahnya, Al-Maraghi melanjutkan
studinya ke Universitas Al-Azhar pada tahun 1897 M/1314 H dan berhasil
menyelesaikan studinya ditahun 1904 H dengan predikat alumni terbaik dan
termuda. Beliau juga dikenal karena pernah menjadi hakim di Sudan pada tahun
1919 hingga jabatan Qadhiy Al-Qudat. Kemudian beliau Kembali ke Mesir dan
diangkat sebagai Rektor termuda Universitas Al-Azhar Kairo saat berumur 47
tahun, tepatnya pada tahun 1928.22
b) Metode dan Sumber Penafsiran
Kitab Tafsir Al-Maraghi sendiri ditulis selama 10 tahun dan pertama kali
diterbitkan di Kairo pada tahun 1951 M. terbitan pertama kitab ini terdiri dari 30
Jilid sesuai pembagian juz dalam Al-Qur’an. dan yang banyak beredar di Indonesia
adalah Tafsir al-Maraghi yang diterbitkan dalam 10 Jilid.23
Sumber penafsiran Kitab Al-Maraghi ini cenderung secara bil Iqtiraniy24. Dan
metode penafsiran yang Al-Maraghi pakai ada dua yaitu: metode Bayani
(penjelasan) dan metode Muqarin (Perbandingan). Didalam tafsirnya beliau banyak
membandingkan ayat dengan ayat yang memiliki persoalan yang sama dan
membandingkan juga pendapat mufassir dengan menonjolkan segi-segi
perbedaannya.25 Sedangkan secara penulisannya, tafsir ini tergolong kepada tafsir
tahlili dan mengikuti tartib urutan surah dalam Al-Qur’an. Dan corak yang dipakai
dalam tafsir ini adalah corak Adabul Ijtima’i.
3. Wahbah Zuhaili-Tafsir Al-Munir (1932-2015 M)
a) Biografi
Nama lengkap beliau adalah Prof. Dr. Wahbah Zuhaili bin Mushthafa Az-
Zuhaili Abu Ubadah. Beliau lahir dikawasan Dir ‘Athiyah pada tanggal 6 Maret
1932 M/1351 H. Beliau lahir dari kedua orang tua yang taat agama dan penghafal
Al-Qur’an. 26
Beliau belajar Al-Qur’an dan telah menghafalnya di masa kanak-kanaknya.
Beliau mulai pergi ke Damaskus untuk melanjutkan studi Ibtidaiyahnya dan tamat
pada tahun 1946. Kemudian melanjutkan studi perguruan tingginya di Suriah dan
mendapat gelar sarjana di jurusan Ilmu Syariah pada tahun 1952 M. kemudian

20
Abdul Djalal H.A, Tafsiir al-Maraghiy dan Tafsir al-Nur Sebuah Studi Perbandingan, (Yogyakarta: IAIN Sunan
Kalijaga, 1985), 110.
21
Hasan Zaini, Tafsir-Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Al- Maraghiy Vol 1, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997),
15
22
Alfatah DI, Sabilillah (studi kitab tafsir al Maraghiy karya Ahmad Mustafa al Maraghiy), (Diss. UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2018), 74.
23
Ibid
24
tafsir yang memadukan antara sumber penafsiran yang ma’tsur juga menggunakan ra’yu
25
Alfatah DI, Sabilillah (studi kitab tafsir al Maraghiy karya Ahmad Mustafa al Maraghiy), (Diss. UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2018), 82.
26
Muhammad Khoirudin, Kumpulan Biografi Ulama Kontemporer, (Bandung: Pustaka Ilmi, 2003)

9
melanjutkan studinya di Kairo dengan menghasilkan banyak gelar dan Hingga
menyelesaikan program doktoralnya pada tahun 1963.27 Kemudian beliau diangkat
dan menjabat sebagai Wakil Dekan, kemudian Dekan dan Ketua Program Studi
Fiqh Islami wa Madzhabih. Beliau mengabdi lebih dari tujuh tahun untuk ilmu
Fiqh, Tafsir, dan Dirasah Islamiyyah.28
Wahbah bekerja di Universitas Damaskus pada tahun 1963 M sebagai staf
pengajar, kemudian menjadi asisten dosen pada tahun 1969 M lalu kemudian ia
meraih gelar profesornya pada tahun 1975 M.29
Beliau dibesarkan dilingkungan yang menganut Madzhab Fiqih yaitu Hanafi
dan Bermanhaj Ahlussunnah wal Jama’ah. Meski demikian, beliau tidak fanatik
terhadap madzhabnya dan menghargai pendapat-pendapat madzhab lain.30
Beliau wafat pada tanggal 8 Agustus 2015 di Suriah.
b) Metode dan Sumber Penafsiran
Muhammad Arif Ahmad Fari’ dalam penelitiannya mengkategorikan Tafsir Al-
Munir sebagai buku ensiklopedi mengenai Al-Quran31 karena didalam itabnya,
Wahbah Zuhaili menyampaikan banyak aspek dan identitas sebuah ayat atau surat.
Kitab ini tersusun atas 16 Jilid.
Dalam tafsirnya beliau terpengaruh oleh banyak literatur diantaranya karya
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Al-Zamkhsyari, Abu Hayyan Al-Andalusi, dan yang
lainnya.
Sumber penafsiran kitab ini sendiri adalah bil Ma’tsur dan bil Ma’qul. Dalam
karyanya ini, beliau memberikan Istimbath hukum dari ayat yang sedang
dibahasnya dan selalu memberikan keterangan Bahasa dalam penafsiran ayat-
ayatnya.
Secara penulisan, Wahbah mengklasifikasikan ayat sesuai tema namun tetap
dalam tartib urutan ayat dan surah Al-Qur’an. Maka dapat dikatakan tafsir ini adalah
tafsir maudhu’i-tahlili.
4. Fazlur Rahman (1919-1988 M)
a) Biografi
Fazlur Rahman Terkenal sebagai tokoh pembaru dan pemikiri islam yang sangat
kritis. Reputasinya sangat diakui di akademik Barat. Beliau lahir di Hazara (daerah
di negara Pakistan) pada 21 September 1919 M danwafat di Chicago, Illinois, pada
26 juli 1988. Beliau lahir pada masa Pakistan dan India belum terpecah menjadi dua
negara yang berbeda. Perdebatan antar golongan muslim telah mewarnai kehidupan
sosial Fazlur Rahman. Pemikira-penikirannya yang sangat rasionalis pun tidak
jarang ditentang oleh masyarakat Pakistan. Ditambah saat Pakistan telah merdeka
dan berdaulat atas negaranya sendiri pada tahun 1947, membuta para golongan
tersebut semakin berseteru untuk mewujudkan ide-ide masing-masing kelompok.

27
Ibid, 102.
28
Badi’ Al-Sayyid Al-Lahham, Syekh Prof. Dr. Wahbah Al-Zuhaili: Ulama Karismatik Kontemporer Sebuah
Biografi, Terj. Dr. Ardiansya, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), 95.
29
Zamakhsyari Abdul Majid, Metodologi Penafsiran Wahbah al-Zuhaili terhadap Ayat ayat Hukum dalam tafsir
Al-Munir, (Disertasi UIN Syarif Hidayatullah: 2009), 87.
30
Sulfawandi, Pemikiran Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syari’ah Al-Manhaj Karya Dr. Wahbah Al-Zuhayli,
(Jurnal LEGITIMASI: Vol. 10, Januari-Juni 2021), 75.
31
Muhammad Arif Ahmad Fari’, Manhaj Wahbah Zuhaili fi Tafsirihi LI’l Qurani’l Karim At’ Tafsir Al-Munīr,
(Jamiah Alul Bait, Kuliyah Dirasat Fiqhiyah Qanuniyah), 28.

10
Fazlur Rahman lahir di keluarga dan lingkungan bermadzhab Hanafi bercorak
Rasionalis dan menganut prinsip Aqidah Sunni. Namun beliau tidak mengikuti jejak
keluarganya, bahkan sejak umur belasan tahun beliau telah melepaskan dirinya dari
limgkup pemikiran dan tradisi bermadzhab.
Beliau memulai Studi perguruan tingginya di Punjab University jurusan Sastra Arab
dan selesai pada tahun 1940. kemudian melanjutkan Studi Magisternya di tempat
yang sama dengan jurusan Ketimuran dan selesai pada tahun 1942. 32 Kemudian
melanjutkan Studinya ke Oxford University di Inggris dan menyelesaikannya pada
tahun 1950 dengan menyandang gelar PhD dalam bidang satsra. Setelah lulus beliau
tidak langsung pulang ke kampung halamannya, melainkan beliau menetap di
Eropa selama beberapa tahun untuk menjadi Dosen di Durham Uneversity dan
menjadi Assistant Professor of Philoshopy di Mc Gill Universtiy.
Saat pemerintahan Pakistan dipegang oleh Ayyub Khan, Fazlur Rahman kembali
ke kampung halamannya pada tahun 1962 fokus menerbitkan jurnal-jurnal
keilmuan islam dan diangkat menjadi Direktur Lembaga Riset Islam dan anggota
Dewan Penasehat Ideologi Islam Pakistan.33
Atas pengalaman belajar dan mengajar beliau selama di Barat, mempengaruhi
beliau menjadi seorang yang memiliki pemikiran Modernis, Radikal, dan Pemikir
Bebas. Begitu juga pemahaman Hermeunetik dibawa olehnya dari dunia intelektual
Barat.
b) Metode dan Sumber Penafsiran
Dalam Penafsirannya, beliau menggunakan pendekatan sosial-historis.
Pendekatan ini melakukan penafsiran dengan menganalisis dan melihat kembali
sejarah yang melatar belakangi turunnya ayat. Maka dari itu metode ini memerlukan
ilmu Sababun Nuzulul Qur’an.34 Dalam pemahamannya, beliau membagi ilmu
Asbabun Nuzul menjadi dua bagian, yaitu makro dan mikro. Secara singkat
Asbabun Nuzul Makro yaitu memahami situasi sejarah yang tidak hanya meliputi
orang-orang di sekitar turunya ayat al-Qur’an akan tetapi seluruh situasi yang punya
memiliki keterkaitan dengan munculnya ayat tersebut. Sedangkan mikro adalah
riwayat-riwayat mengenai turunya suatu ayat al-Qur’an.35
Secara aplikatif, proses penafsiran yang ditawarkan oleh Rahman dalam
rumusan definitive metodologi tafsirnya tersebut diaplikasikan dengan
menggunakan dua gerakan yang dikenal dengan Double Movement-nya (gerakan
ganda). Gerakan yang pertama, dimulai dengan menafsirkan ayat-ayat yang
spesifik dalam al-Qur’an, kemudian, menggali dan mensistematisir prinsip-prinsip
umum, nilai-nilai dan tujuan jangka panjangnya. Gerakan yang kedua,
memformulasikan dan merealisasikan pandangan (prinsip-prinsip) umum tersebut
ke dalam pandangan spesifik di masa sekarang.36

32
Ali Mansur, Ahli Kitab dalam Al-Qur’an: Model Penafsiran Fazlur Rahman, dalam Abdul Mustaqim, dkk, Studi
al-Qur’an Kontemporer, Wacana Baru Berbagai-Metodologi Tafsir, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), 45
33
Wely Dozan. Hermeneutika Sebagai Metode Penafsiran Al-Qur’an (Melacak Teori Hermeneutika
Fazlurrahman). (El-Hikam, 12(1), 155-181.
34
Sibawaihi, Hermeunitika Fazlurrahman, (Yogyakarta: Jalastura, 2007), 52
35
Mu’ammar Zayn Qadafy, Asbabun Nuzul Dari Mikro Hingga Makro (Sebuah Kajian Epistemologis seri Ulumul
Qur’an Kontemporer), ( Yogyakarta: Azna Books, 2015)
36
Fazlur Rahman, Islamic Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition, (Chicago: The University of
Chicago), 5-7.

11
5. Buya HAMKA-Tafsir Al-Azhar (1908-1981 M)
a) Biografi
H. Abdul Malik Karim Abdullah atau yang kerap dikenal dengan sebutan Buya
HAMKA ini dilahirkan di Kampung Tanah Sirah, Minangkabau, Sumatera Barat
pada tanggal 17 Februari 1908 M/14 Muharram 1326 H. Beliau lahir di keluarga
keturunan ulama ditanah Minangkabau. Beliau tidak pernah tamat dalam
Pendidikan formal, namun beliau sangat gigih dalam menuntut ilmu kemana saja.
Beliau banyak belajar kepada keluarganya yang memang memiliki latar belakang
ulama. Dengan itulah HAMKA besar menjadi ulama besar yang dihormati.
Namun pada tanggal 27 Januari 1964, HAMKA dipenjara oleh pemerintahan
Demokrasi Terpimpin Soekarno. Ia difitnah sebagai berkomplot ingin membunuh
Presiden dan Menteri Agama. HAMKA tidak pernah diadili dan tuduhan itu pun
tidak terbukti. Tiga tahun ia dipenjara di Sukabumi.37 Ternyata, hikmahnya ia dapat
menyelesaikan 30 Juz Tafsir al-Azhar. Kemudian kehidupannya Kembali seperti
semula di zaman orde baru. Beliau kembali eksis berkarya dan terakhir beliau
menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Karena jasa dan karya-karyanya beliau banyak mendapatkan penghargaan
nasional maupun internasional, salah satunya adalah penghargaan Doktor
Kehormatan dari Universitas al-Azhar tahun 1958.
Selama hidupnya HAMKA banyak menghasilkan karya tulis, setidaknya beliau
mengeluarkan 118 judul yang diterbitkan diberbagai media cetak. Beliau juga
menghasilkan karya monumental di bidang tafsir yang banyak dirujuk oleh berbagai
kalangan yaitu Tafsir Al-Azhar.
b) Metode dan Sumber Penafsiran
Sistemasi penulisan Tafsir Al-Azhar menggunakan metode tafsir tahlili dan
mengikuti penyusunan Mushaf Utsmani. Beliau senantiasa menuliskan Ibrah-Ibrah
yang terkandung dalam ayat yang sedang ditafsirkan. Beliau juga menyampaikan
sedikit identitas surat yang akan ditafsirkannya. Penyajian tafsir ini juga dibagi
dalam bagian-bagian pendek yang terdiri dari beberapa ayat.
Seperti kebanyakan kitab tafsir, Kitab Al-Azhar menggunakan sumber
penafsiran bil Iqtirani. Beliau juga menyampaikan dalam mukaddimahnya kitab-
kitab yang menjadi rujukan tafsirnya. Sehingga selain pendapatnya, beliau juga
menyampaikan pendapat-pendapat para ulama tafsir terdahulu.
HAMKA menggunakan metode Muqarin untuk menjelaskan tafsirnya. Beliau
membandingkannya dengan ayat atau hadits lain dengan menonjolkan perbedaan
tertentu antara objek yang dibandingkan dengan cara memasukan penafsiran dari
ulama tafsir yang lain.
Dan corak yang digunakan dalam penafsirannya adalah Adabul Ijtima’i.

6. Quraish Shihab-Tafsir Al-Misbah (1994 M–Sekarang)


a) Biografi
Bernama lengkap Muhammad Quraish Shihab. Beliau lahir di Rappang -sebuah
daerah di Provinsi Sulawesi Selatan-. Beliau mengenyam Pendidikan dasar di

37
DS. Moeljanto, et.al., Prahara Budaya, (Bandung: Mizan, 1995), 40.

12
Makassar dan melanjutkan Pendidikan menenganya di Malang. Berbekal ilmu yang
beliau dapatkan selama di Malang, beliau melanjutkan studi perguruan tingginya di
Universitas Al-Azhar Kairo hingga tamat S3. Sepulangnya beliau dari Mesir, beliau
menjabat sebagai dosen di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta bahkan beliau
menjabat sebagai Rektor selama 2 Periode berturut-turut (1992-1996 & 1996-
2000). Tidak hanya itu, beliau juga turut terjun ke dunia politik dan banyak
menjabat didalamnya.38
Beliau banyak membuat karya dibidang kajian Qur’an. Salah satu karya
pentingnya adalah Kaidah Tafsir yang berisi kaidah-kaidah Tafsir dan metodologi.
Selain itu, didalamnya juga termuat kritik beliau terhadap hermeunitika. Beliau juga
adalah pengusung tafsir tematik di Indonesia. Hal itu dituangkan dalam karyanya
berjudul Wawasan al-Qur`an yang menerapkan pendekatan tafsir tematik dengan
berpatokan pada tema dan Tafsir al-Mishbah yang menerapkan pendekatan tafsir
tematik dalam pengertian tafsir dengan kesatuan topikal pada surah (wahdat al-
mawdhû’ fî al-sûrah).39
b) Metode dan Sumber Penafsiran
Jika dilihat secara sistematika penulisannya, Al-Misbah menggunakan tartib
mushafi sehingga dapat digolongkan sebagai tafsir tahlili. Namun dikatakan pula
bahwa tafsir Al-Mishbah ini tergolong kepada tafsir maudhu’i dan dikenal dengan
istilah “wahdat al-mawdhû’ fî al-sûrah”. Hal ini tertuang pada pengantarnya dalam
kitab Al-Misbah sebagai berikut,
“Dalam konteks memperkenalkan al-Qur’an, dalam buku ini penulis berusaha
dan akan terus berusaha menghidangkan bahasan setiap surah pada apa yang
dinamai tujuan surah, atau tema pokok surah. Memang, menurut para pakar, setiap
surah ada tema pokoknya. Pada tema itulah berkisar uraian ayat-ayatnya. Jika kita
mampu memperkenalkan tema-tema pokok itu, maka secara umum kita dapat
memperkenalkan pesan utama setiap surah, dan dengan memperkenalkan ke 114
surah, kitab suci ini akan dikenal lebih dekat dan mudah.”40
Quraisy Shihab berpendapat bahwa setiap surat memiliki tema tertentu,
kemudian beliau juga membagi ayat-ayat secara berurutan bagian sesuai
pembahasannya. Maka dari itulah Al-Mishbah dapat dikategorikan sebagai tafsir
Tahlili-Maudhu’i.
Dalam pengantar kitab “Wawasan Al-Qur’an” juga beliau memperkenalkan dua
bentuk metode maudhu’i. Yang pertama, bentuk maudhui yang telah dipaparkan
diatas dan yang kedua bentuk maudhu’I yang berfokus menjawab persoalan
ummat.41 Mudahnya metode maudhu’I yang kedua ini adalah metode maudhu’I
yang telah kita pahami sebelumnya.
Corak Tafsir Al-Misbah sendiri adalah sastra budaya dan kemasyarakatan
(Adabul Ijtima’i).42 sedangkan sumber penafsiran yang beliau ambil adalah Bil
Ma’tsur dan Bil Ra’yi, karena disisi beliau menyampaikan banyak riwayah, beliau
juga menyampaikan pendapatnya.
38
Wardani, Metodologi Tafsir di Indonesia, (Kurnia Kalam Semesta Yogyakarta: 2017), 29
39
Wardani, Metodologi Tafsir di Indonesia, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2017), 33
40
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. I, ix.
41
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan,
2007), xi
42
Ali Geno Berutu, Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab, (2019), 6

13
7. Ziauddin sardar- Relevansi kontemporer Teks Suci Islam
a. Biografi
Ziauddin Sardar lahir pada 31 Oktober 1951 di Punjab, Pakistan. Walaupun
lahir di Pakistan, Sardar pada tahun 1961 tinggal di Inggris bersama kedua
orangtuanya. Pendidikan terakhirnya ditempuh pada jenjang doktor di bidang
fisika. Riwayat pendidikan Sardar hanya diketahui sedikit saja. Namun secara
umum, dengan melihat berbagai karya dan pemikirannya, background keilmuan
Sardar lebih dominan pada seorang saintis. Berbeda dengan para ahli tafsir yang
mempunyai background keilmuan keislaman dengan berbagai cabang yang ada di
dalamnya.
Ziauddin sardar adalah seorang penulis yang memiliki banyak sekali karya tulis,
dan diantara karya tulisnya dalam bidang Al Qur'an berjudul Relevansi
Kontemporer Teks Suci Islam.43 Salah satu tokoh muslim yang menafsirkan Al
Qur’an secara tematik-kontekstual, dengan pemaparan yang sangat kritis. Karya
tafsir Al Qur’annya ini termasuk tafsir maudhu’i, karena penafsiran di dalamnya
disusun secara tematik, yakni tematik surat dan tematik secara topik pembahasan
(tema-tema).
b. Metode dan Sumber Penafsiran
Dalam karya beliau terdapat tafsir surat dan yang kedua, tafsir tematik. Tafsir
surat dipakai oleh Ziauddin Sardar untuk menafsirkan dua surat pertama Al-Qur’an,
yaitu Surat al-Fātiḥah dan Surat Al Baqarah. Sardar mengungkapkan, Surat al-
Fatihah dan Surat al-Baqarah ditafsirkan secara tafsir surat karena keduanya
merupakan ringkasan pesan Allah kepada manusia. Terlebih al-Baqarah yang
menurutnya membahas berbagai topik yang meliputi banyak hal.
Dengan mendalami kedua surat tersebut merupakan jalan tercepat untuk
mendapatkan fondasi pemahaman Al Qur'an secara menyeluruh. Setelah
menafsirkan Al Fatihah dan Al Baqarah sebagai Fondasi pemahaman, Ziauddin
sardar menafsirkan Al Qur'an secara topik pembahasan dengan mengumpulkan
ayat-ayat relevan.
Karya Sardar ini mempunyai keunikan, dimana sang penulis turut memaparkan
pengalaman hidupnya selama berinteraksi dengan Al Qur’an. Dari sisi referensi
yang digunakan, karya Sardar ini semuanya memakai referensi buku-buku
berbahasa Inggris. Kalaupun ada referensi klasik, maka Sardar memakai referensi
klasik yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris.
Secara garis besar, ziauddin sardar dalam menafsirkan Al Qur’an ini, menganut
prinsip penafsiran kontekstual, dengan melihat konteks sosio-historis Al Qur’an,
lalu membaca situasi dan kondisi masa kini, sehingga didapatkan makna substantif
Al Qur’an.
Salah satu contoh penafsiran ziauddin sardar dalam topik akal dan pengetahuan,
dalam surat Al Jatsiyah ayat 5, beliau berpendapat bahwa akal merupakan sarana
untuk menggapai iman, alat penemuan, dan perangkat untuk mendekatkan diri
kepada Allah.44 Kemudian Penafsiran Sardar terkait tema Akal dan Pengetahuan ini
ditutup dengan menghubungkannya dengan penjelasan Surat az-Zumar ayat 9,

43
Buku ini diterbitkan oleh Oxford University Press pada tahun 2011, dengan ketebalan buku 393 halaman.
Karya Sardar ini kemudian diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Satu diantaranya diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh Penerbit SERAMBI dengan judul Ngaji Quran di Zaman Edan: Sebuah Tafsir untuk
Menjawab Persoalan Mutakhir pada tahun 2014.
44
Ziauddin Sardar, Reading the Qur‟an, 251.

14
Menurutnya Al Qur’an memberi tempat terbaik bagi orang-orang yang mau
menggunakan akalnya untuk ilmu pengetahuan.
8. Abbas al Aqqad-Al Mar’ah fi Al Qur’an
a. Biografi
Abbas Mahmud al-Aqqad adalah seorang sastrawan yang memiliki peran
penting dalam perkembangan dunia intelektual Mesir. Beliau lahir di Aswan pada
tahun 1889. Terdorong dari keinginan orang tuanya untuk menjadikannya orang
yang alim dalam bidang agama, dia akhirnya belajar di madrasah untuk mendalami
ilmu-ilmu agama. Ketika di madrasah dia sangat gemar dalam menulis. Bahkan
tulisan-tulisanya mendapat banyak pujian dari guru-gurunya karena keindahan
bahasa dalam tulisanya.
Dalam bidang jurnalistik, dia mendapat bimbingan dari Muhammad Farid
Wajdi, yaitu seorang ulama dan penulis yang terkenal di Mesir. Pada masa ini pula
dia memiliki sebuah pengalaman yang tak terlupakan, yaitu ketika ada seorang
muslim Inggris, Majur Dicksun menghadiahkan dua buah buku kepadanya,
Tarjamah al-Qur’an dan Revolusi Perancis karya Thomas.

b. Metode dan Sumber Penafsiran


Di antara karyanya yang masyhur dalam ulum al-Qur’an khususnya ranah kajian
tafsir adalah al-Insan fi al-Qur’an dan al-Mar’ah fi al-Qur’an. Keduanya termasuk
tafsir yang mulai mengunakan metode yang identik dengan metode maudu’i. Dua
kitab tersebut menjadi inspirasi bagi ulama tafsir setelahnya untuk
memformulasikan metode maudu’i yang secara khusus digunakan dalam penafsiran
al-Qur’an beserta dengan langkah-langkah proseduralnya.
Metode yang digunakan oleh al- Aqqad khususnya dalam dua buku yang disebut
di atas adalah dengan mengangkat tema pokok yang hendak dibahas dan dijelaskan
dengan ayat-ayat dalam al- Qur’an. Dia memulai uraiannya dengan pengantar yang
berhubungan dengan tema yang di angkat. Kemudian dalam menjelaskan tema
tersebut al-Aqqad menggunakan satu ayat untuk menafsirkan ayat yang lain (tafsir
al-ayah bi alayah).
Namun dalam dua bukunya tersebut dia lebih dominan menggunakan
penjelasan-penjelasan berdasar pada rasionalitas dan logikanya sendiri. Selain itu
al-Aqqad juga banyak mengutip pendapat-pendapat para mufasir sebelumnya untuk
mendukung pendapatnya. Dia juga mengutip hadis dari Nabi serta riwayat lain baik
dari sahabat ataupun tabi’in. al-Aqqad juga doktrin-doktrin agama lain serta ajaran
kitab suci selain al-Qur’an seperti Taurat dan Injil.

9. Abu Al a’la Al Maududi-Ar Riba Fil Al Qur’an Al karim


a. Biografi
Abu A'la Al-Maududi atau dikenal sebagai Al-Maududi lahir pada tanggal 3
Rajab 1321 H yaitu 25 September 1903 di Aurangabad, suatu perkotaan yang
dikenali Hyderabad (Deccan), Delhi, India. Ia lahir dari keluarga yang taat. Abu
Hasan merupakan Ayahnya, seorang pengacara yang dikenal menjadi insan dengan
taat juga rajin. Mereka merupakan keturunan para sufi terkemuka dari garis
Chistiyah, yang pada tahun memainkan peran penting dalam penyebaran Islam
India.
Madrasah Furqoniyah menjadi awal pendidikannya dimulai, suatu sekolah
menengah yang berusaha mengimplementasikan sistem pendidikan nalar Islam
tradisional juga modern. Selanjutnya orangtuanya cenderung melakukan pemilihan

15
untuk mendidik di rumah dalam bahasa Inggris, Urdu, Persia, juga Arab, karena
mereka tak menginginkan AlMaududi bersekolah di sekolah bahasa Inggris.
b. Metode dan Sumber Penafsiran
Khusus dalam bidang tafsir al-Qur’an, al-Maududi lebih banyak melahirkan
tafsir dengan pendekatan metode tematik (maudui) antara lain seperti al-Khilafah
wa al-Mulk dan ar-Riba fi al-Qur’an. Sementara kitab yang secara spesifik sebagai
upaya al-Maududi untuk menafsirkan al-Qur’an dari awal hingga akhir surat dalam
al-Qur’an adalah kitab Tafhim al-Qur’an.45
Al-Maududi menerangkan bahwa Islam memiliki sebuah sistem ekonomi, tetapi
bukan berarti Islam menerangkan sebuah sistem yang permanen dan lengkap
dengan detil-detilnya. Apa yang ditunjukkan oleh Islam adalah landasan-landasan
dan peraturan-peraturan dasar untuk menyusun sebuah rancangan ekonomi yang
sesuai dengan segala zaman berdasarkan al-Quran dan Hadits.46
Al-Maududi juga menerangkan bahwa bunga yang dipungut oleh bank itu
haram hukumnya. karena, terdapat pembayaran lebih dari uang yang di pinjamkan
dan sangat menyengsarakan masyarakat. Sedangkan uang yang lebih dari itu adalah
Riba, dan riba itu adalah haram hukumnya. Kemudian jika dilihat dari segi lain,
bahwa Bank itu hanya tahu menerima untung, tanpa menanggung resiko apa-apa.
Bank meminjamkan Uang kemudian rentenya dipungut, sedangkan rente itu
semata-mata menjadi keuntungan Bank yang sudah ditetapkan. Dan pihak Bank
tidak mau tahu apakah orang yang meminjam uang itu rugi atau untung.

45
Abu al-A’la al-Maududi, Pedoman Dasar untuk Memahami al-Quran ( Jakarta: Gunung Jati, 1984), hlm. iv.

46
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta: Pustaka
Asatruss, 2005), h. 235. lihat juga: Syed Abul A’la Al-Maududi, Economic System of Islam, (Lohare: Islamic
Publication Ltd, 1994), h. 82

16
BAB III

PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Tafsir Periode Kontemporer-Modern dimulai dari peristiwa tajdid. Tepatnya pada abad
ke-13 H atau akhir abad ke-19 M hingga masa sekarang.
2. Dalam beberapa literatur menyatakan bahwa Muhammad Abduh adalah pelopor
pertama tafsir pada periode ini walaupun pemikirannya dipengaruhi oleh gurunya yaitu
Jamaluddin Al-Afghani.
3. Metodologi penafsiran yang masyhur dan banyak dipakai pada zaman ini tidak jauh
berbeda dengan metodologi pada periode sebelumnya. Namun pada periode ini para
ulama memberikan metode baru dalam penafsiran yaitu maudhu’I, muqaran, dan
Hermeunitika.
4. Mayoritas sumber penafsiran pada periode ini adalah penggabungan antara bil riwayah
dan bil ra’yi. Penggabungan keduanya kerap disebut bil iqtirani.
5. Di masa sekarang tafsir yang banyak dipakai oleh para ulama adalah tafsir maudhu’I.
karena tantangan zaman semakin rumit, sehingga umat islam butuh jawaban atas
persoalan-persoalan yang mereka hadapi.

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai