Anda di halaman 1dari 41

Judul : Kurikulum dan Pengajaran Tahun : 2008

Pengarang : Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Halaman : 5

Penerbit : Bumi Aksara

1. Kurikulum : suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar mengajar di bawah
bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.

2. Kurikulum : adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain
kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal.

Judul : Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah

Pengarang : Dr. h. Nana Sudjana Tahun : 2005

Penerbit : Sinar Baru Algensindo Halaman : 3,4,5,7,17

3. Kurikulum : niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan
untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah.

4. Kurikulum adalah niat dan rencana, proses belajar mengajar adalah pelaksanaanya. Dalam
proses tersebut ada dua subjek yang terlibat yakni guru dan siswa. Siswa adalah subjek yang
dibina dan guru adalah dubjek yang membina.

5. Curriculum dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata Curir yang artinya pelari; dan Curere
yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak yang harus di tempuh oleh pelari. Dari
makna yang terkandung berdasarkan rumusan masalah tersebut kurikulum dalam pendidikan di
artikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau disekesaikan anak didik untuk
memperoleh ijasah.

6. Kurikulum adalah program belajar bagi siswa yang disusun secara sistematis dan logis, di
berikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum
adalah niat, rencana atau harapan.

7. Kurikulum adalah hasil belajar yang diniati atau intended learning out comes.

8. Kurikulum adalah program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang di harapkan
yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara sistematis, di
berikan kepasa siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan atau
perkembangan pribadi dan kompetensi social anak didik.

9. Kurikulum adalah rencana atau program belajar dan pengajaran adalah pelaksanaan atau
operasionalisasi dari rencana atau program.
10. Kurukulum adalah alat atau saran untuk mencapai tujuan pendidikan melalui proses
pengajaran.

11. Kurikulum adalah sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan untuk anak didik. Artinya,
hasil belajar yang diinginkan yang diniati agar dimiliki anak.

Judul :Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Tahun : 2005

Pengarang : Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata Halaman : 4,5,6

Penerbit : PT Remaja Rosdakarya, Bandung

12. (Ronald. C. Doll, 1974, Hal 22) The commonly accepted definition of the curriculum has
changed from content of course of study and list of subject and courses to all the experience
which are offered to learnes unders the auspises or direction of the school.

13. (Johnson, 1967, hal 130) Kurikulum....a structured series of itended learning out comes.

14. Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan
dalam proses kegiatan belajar mengajar.

15. (Beauchamp, 1968, hal 6) A curriculum is a written document which may contain many
ingredients, but basically it is the plant for education of pupils during their enrollment in given
school. Beauchamp lebih memberikan tekanan behwa kurikulum adalah siatu rencana
pendidikan atau pengajaran.

16. Caswel dan Chambell dalam buku mereka yang terkenal Curriculum Development (1935),
kurikulum....to be composed of all experience children have a under the guidance of teacher.

17. Zais menjelaskan bahwa kurikulumbukan hanya merupakan rencana tertulis begi pengajaran,
melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan
mengatur lingnkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.

18. Menurut Robert S. Zais (1976, hal 3), kurikulum sebagai bidang studi mencakup :1. The
range of subject matters with which it is concerned (the substantive structure), and 2. The
procedures of inkiuri and practice it follows (the syntactical structure).

19. Menurut George A. Beaucham (1976 hal 58-59), kurikulum sebagai bidang studi membentuk
suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana
pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem
persekolahan.
Judul : Seri Standar Nasional Pendidikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Dasar Pemahaman dan Pengembangan

Pengarang : Mashur Muslich Tahun : 2008

Penerbit : Bumi Aksara Halaman : 1

20. UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidika Nasional Pasal 1 ayat 19

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Judul :Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pengarang : Dr. Wina Sanjaya, M. Pd.

Tahun : 2005

Halaman : 2-5

21. Pengertian kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran dapat ditemukan dari definisi yang
dikemukakan oleh Robert M. Hutchins (1936) yang menyatakan :

The curriculum should include grammar, reading, the toric and logic, and mathematic and
addition at the secondary level introduce the great books of the western world.

22. Pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar mengandung makna bahwa kurikulum
adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik diluar maupun di dalam sekolah asal kegiatan
tersebut berasa di bawah tanggung jawab guru (sekolah).

23. Dorris Lee dan Murray Lee (1940), menyatakan kurikulum sebagai : Those experience of the
child which the school in any way utilizes or attepts to influence.

24. H.H. Giles S. P, Mc Chutcen dan A. N Zechiel: The curriculum...The total experience with
which the school deals in educating young people.

25. Romine (tokoh pendidikan) 1945

Curriculum interpreted to mean all of the organized courses, activities and experience which
pupils have under direction of school wether in the class room or not.
26. Saylor and Alexander (1956)

The curriculum is the sum total of schools efforts to influence learning, wheter in class room, on
the playground, or out of school.

27. Kurikulum sebagai rencana atau program belajar, Hilda Taba (1962):

A curriculum is a plan for learning therefore, whai is know about the learning process and the
development of the individual has bearing on the shaping of the curriculum.

28. Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) dan Peter F. Olivva (1982) kurikulum pada
dasarnya adalah sebuah perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan sekolah.

Judul : Dasar- Dasar Kurikulum Bahasa

Pengarang : Prof.Dr. Henry Guntu Tarigan

Tahun : 1992

Halaman : 3

29. Kurikulum adalah suatu formulasi pedagogis yang termasuk paling penting dalam konteks
PBM.

Judul : Curriculum Development and Instructional Planning

Pengarang : Dr. H.Larry Winecoff

Tahun : 1988

Halaman : 1

30. The Curriculum is generally defined as a plan developed to facilitate the teaching / learning
procces under the direction and guidance of a school, college or university and its staf member.

31. Curriculum includes all of the planed activities and events which take place under the
auspicies of and educational institution both formal and informal

Judul : Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran

Pengarang : Drs. Cece Wijaya,dkk


Tahun : 1988

Halaman : 24

32. Kurikulum dalam arti luas yaitu meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah.

Judul : Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum

Pengarang : Prof. Drs. H. Darkir

Tahun : 2004

Halaman : 1, 2, 4, 5, 6

33. Kurikulum adalah alat untuk mencapai pendidikan.

34. Kurikulum adalah program pendidikan bukan program pengajaran, yaitu program yang
direncanakan, diprogramkan dan dirancang yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman
belajar baik yang berasal dari waktu yang lalu,sekarang maupun yang akan datang.

35. Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik atas dasar
norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapi tujuan pendidikan.

36. William B. Ragam

Kurikulum adalah semua pengalaman anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.

37. Robert S. Flaming

Kurikulum pada sekolah modern dapat didefinisikan sebagai seluruh pengalaman belajar anak
yang menjadi tanggung jawab sekolah.

38. David Praff

Kurikulum adalah seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat pelatihan.

39. Donald F.Gay (1960)dalam Asnah Said, menggunakan beberapa perumusan kurikulum
sebagai berikut:

a. Kurikulum terdiri atas sejumlah bahan pelajaran yang secara logis.


b. Kurikulum terdiri atas pengalaman belajar yang direncanakan untuk membawa
perubahan perilaku anak.

c. Kurikulum merupakan desain kelompok social untuk menjadi pengalaman


belajar anak di sekolah.

d. Kurikulum terdiri atas semua pengalaman anak yang mereka lakukan dan
rasakan di bawah bimbingan belajar.

40. Nengly and Evaras (1976)

Kurikulum adalah semua pengalaman yang direncanakan yang dilakukan oleh sekolah untuk
menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.

41. Inlow (1966)

Kurikulum adalah susunan rangkaian dari hasil belajar yang disengaja. Kurikulum
menggambarkan (atau paling tidak mengantisipasi) dari hasil pengajaran.

42. Saylor (1958)

Kurikulum adalah keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi proses belajar mengajar baik
langsung di kelas tempat bermain, atau di luar sekolah.

Judul : Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


dan Sukses dalam Sertifikasi Guru

Pengarang :Kunandar, S. Pd, M. Si, dalam 2007

Penerbit: PT. Raga Grafindo Persada Hal : 122-123

43. Dalam kamus Webster tahun 1955

Kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan
tinggi yang harus di tempatkan untuk mencapai suatu ijasah.

Judul : Asas-Asas Kurikulum.. Penerbit : Bumi Aksara

Pengarang : Prof. Dr. S. Nasution, M. A Halaman : 4,5,6,7,8

Beberapa definisi kurikulum dari beberapa ahli:

44. J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for
Better Teaching on Learning (1956), menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut" The
curriculum is the sum totals of schools efforts to influence learning, whether in the class
room, on the play ground, or out of school. Jadi segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah, atau di luar
sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra
kulikuler.
45. Harold B. Albertycs, dalam Reorganizing the High School Curriculum (1965)
memandang kurikulum sebagai " all of the activities that are provided for student by the
school".
46. B. Othanel smith, W. O. Stanley dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai
" a asequence of potential experiences set up in the school for the purpose of displlning
children and yoyuth in group ways of thinking and acting".
47. William B. Ragan, dalam buku Modern Elementary Curriculum (1966), menjelaskan
arti kurikulum sebagai berikut : The tendency in recent decades has been to use the term
in a broader sense to refer to the whole life and program of the school. The term is
used...to include all the experiences of children for which the school accepts
responsibility. It denotes the results of efferots on the part of the adults of the children the
finest, most whole some influences that exist in the culture.
48. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku school improvement. Menurut
mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi
murid dan seluruh program, perubahan tanaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan,
supervise dan administrasi dan hal-hal structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta
kemingkinan memilih mata pelajaran.
49. Alice Miel, dalam bukunya Changing the curriculum: a social process (1946), Ia
mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah,
keinginan, keyakinanpengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan dilayani sekolah,
yakni anak didik, masyarakat, para pendidik dan personalia.
50. Edward A. Krug dalam The secondary school curriculum (1960) menunjukkan
pendirian yang terbatas tapi realitas tentang kurikulum. Definisinya adalah " A
curriculum consists of the means used to achieve or carry out given purpose of schooling
51. Smith dan kawan-kawan memandang kurikulum sebagai rangkaian pengalaman yang
secara potensial dapat di berikan pada anak.
52. Dalam kamus Webster (1955) kurikulum diberi arti : a. a course esp. a specified fixed
as in a school or college. As one leading to a degree. b. The whole body of course offered
in ad educational institution or department there of, the usual sense. Disini kurukulum
khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah mata pelajaran di
sekolah atau mata kuluah di perguruan tunggi, yang harus ditempuh untuk mencapai
suatu ijasah atau tingkat.

Sumber: Makalah Masalah Pengembangan Konsep Kurikulum oleh Rachmayanti Tihan


Tahun 2007

53. Kurikulum sebagai salah satu bentuk perubahan untuk memperbaiki proses
pendidikan sehingga tercipta suatu efektifitas sekolah dimana ada suatu kombinasi antara
apa yang telah dihasilkan sekolah (school output) dan apa yang telah dimasukkan ke
dalam sekolah (school input).
54. Kurikulum itu dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
direncanakan sebagai panduan guru untuk mengajar dan sisiwa untuk belajar.

55. Kurikulum merupakan tujuan dari pada hasil pembelajaran untuk menciptakan
interaksi siswa yang diharapkan.

56. Kurikulum adalah urutan pengalaman yang ditetapkan oleh sekolah untuk
mendisiplinkan cara berfikir dan bertindak (Valiga, T & Magel, C.)

57. Kurikulum secara pribadi adalah suatu jadwal dimana tidak mencakup semua
pelajaran yang menyangkut teori maupun praktek yang dibuat oleh lembaga pendidikan
untuk diterapkan oleh peserta didik selama mengikuti proses pendidikan tertentu
sehingga dapat memperlancar pencapaian tujuan pengajaran.

58. Kurikulum dapat dipandang sebagai produk dimana hal ini menunjukkan suatu
dokumen hasil perencanaan, pengembangan dan konstruksi kurikulum. Konsep yang
dominant adalah mengenai kurikulum sebagai bahan yang diajarkan oleh guru dan
dipelajari oleh murid.

59. Kurikulum sebagai program meliputi peristiwa di sekolah yang direncanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan.

60. Kurikulum sebagai kegiatan belajar sehingga tidak hanya mementingkan bahan tapi
juga mementingkan proses belajar. Hal ini meliputi ketrampilan, pengetahuan, sikap
terhadap belajar dan mementingkan hasil.

61. Kurikulum sebagai pengalaman

62. Kurikulum merupakan langkah untuk menerjemahkan bahan yang tercantum


didalamnya sehingga dibutuhkan suatu strategi mengajar yang meliputi metode, prosedur,
dan teknik yang digunakan guru untuk mencapai suatu tujuan.

63. Kurikulum yaitu serangkaian interaksi global yang menyediakan bahan dasar untuk
mengajar yang bersifat khusus.

64. Kurikulum adalah suatu bagian dari manajemen pendidikan.

Sumber: www.bsn.or.id/SNI

65. Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai
tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi.
(Badan Standardisasi Nasional SIN 19-7057-2004 tentang Kurikulum Pelatihan Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan).[1]

Sumber: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pengertian-kurikulum/
66. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana
pelajaran di suatu sekolah atau pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di
sekolah.

67. George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : " A Curriculun is a written


document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the
education of pupils during their enrollment in given school".

68. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu
pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti
dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum
yaitu to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers.
Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : " ...the
curriculum has changed from content of courses study and list of subject and courses to
all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of school.

69. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam
empat dimensi, yaitu:

1. kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.

2. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai
suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan
waktu.

3. kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum


sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.

4. kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai
suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya
perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.

70. Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum
sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan
panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar; (4)
kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas;
(5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6)
kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.

Sumber: http://zulharman79.wordpress.com/2007/08/04/evaluasi-kurikulum-pengertian-
kepentingan-dan-masalah-yang-dihadapi/

71. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional);

72. Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta
metode yang  digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan  kegiatan pembelajaran
(Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan.).

73. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan
tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa);

74. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan
keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut
disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan
instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus
diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang
telah ditetapkan dapat tercapai.

75. Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang


diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu.
Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum
tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang
terencana dari suatu institusi pendidikan.

Sumber: http://destalyana.blogspot.com/2007/09/beberapa-pengertian-kurikulum.html

Beberapa pengertian kurikulum, yaitu:

76. www.ppk.kpm.my/definasi.htm

" Suatu program pendidikan yang termasuk kurikulum dan kegiatan kokurikulum yang
merangkumi semua pengetahuan, kemahiran, norma, nilai, unsure kebudayaan dan
kepercayaan untuk membantu perkembangan seseorang murid dengan sepenuhnya dari
segi jasmani, rohani, mental dan emosi serta untuk menanam dan mempertingkatkan nilai
moral yang diingini dan untuk menyampaikan pengetahuan"

Akta Pendidikan 1996 [Peraturan-peraturan (Kurikulum Kebangsaan) Pendidikan 1997]

77. www.kopertis4.or.id
Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan
tinggi.

(Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman PenyusunanKurikulum


Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa)

78. www.ciast.gov.my/backup/malay

Curriculum as, 'All the learning which is planned andguided by the school, whether it is
carried on ingroups or individually, inside or outside the school.

ways of approaching curriculum theory and practice:

1. Curriculum as a body of knowledge to be transmitted.

2. Curriculum as an attempt to achieve certain ends in students - product.

3. Curriculum as process.

(quoted in Kelly 1983: 10; see also, Kelly 1999)

79. www.mail-archive.com/ppi@freelists.org/msg29777.html

Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis
pengertian yang meliputi: (1) kurikulum sebagai produk; (2) kurikulum sebagai program;
(3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan: dan (4) kurikulum sebagai pengalaman
belajar bagi peserta didik.

(Beane dkk 1986)

80. www.karyanet.com.my/knet/ebook

‘Kurikulum' dalam bahasa Latin mempunyai kata akar ‘curere'. Kata ini bermaksud
‘laluan' atau ‘jejak'. Secara yang lebih luas pula maksudnya ialah ‘jurusan' seperti dalam
rangkai kata jurusan peperangan'. Perkataan'kurikulum' dalam bahasa Inggris
mengandungi pengertian ‘jelmaan' atau ‘metamorfosis'. Paduan makna kedua-dua bahasa
ini menghasilkan makna bahawa perkataan kurikuluin' ialah ‘laluan dan satu peringkat ke
satu peningkat'. Perluasan makna ini memberikan pengertian ‘kurikulum' dalam
perbendaharaan kata pendidikan bahasa Inggeris sebagai jurusan pengajian yang diikuti
di sekolah.

(Kliebard, 1982)

81. www.kopertis4.or.id
Kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out7 comes) yang
diharapkan dari suatu pembelajaran.Perencanaan tersebut disusun secara terstrukturuntuk
suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan
strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar
sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

(Grayson 197)

82. www.kopertis4.or.id

Kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam


bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin
berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi
juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi
pendidikan.

(Harsono 2005)

83. www.hotnickname.blogspot.com

Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode
yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran

(Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003

tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan)

84. www.bsn.or.id/SNI

Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai tujuan
tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi

(Badan Standardisasi Nasional SNI 19-7057-2004 tentang

Kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatankerja bagi dokter perusahaan)

85. www.metos2004.250free.com/curriculum/kurikulum.htm

Kurikulum dapat diartikan sebagai pengajian di sekolah dengan mengambil kira


kandungan dari masa lampau hingga masa kini. Pembentukan kurikulum menekankan
kepetingn dan keperluan masyarakat.

(John Dewey 1902;5

dalam bukunya ‘The Child and The Curriculum')


86. www.destalyana.blogspot.com

Kurikulum dapat diartikan keseluruhan pengalaman, yang tak terarah dan terarah,
terumpu kepada perkembangan kebolehan individu atau satu siri latihan pengalaman
langsung secara sedar digunakan oleh sekolah untuk melengkap dan menyempurnakan
pendedahannya. Konsep beliau menekankan kepada pemupukan perkembangan individu
melalui segala pengalaman termasuk pengalaman yang dirancangkan oleh sekolah.

(Frank Bobbit 1918,

dalam buku ‘The Curriculum')

87. www.depdiknas.go.id/jurnal

Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari
oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai
dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah

(Hilda Taba ;1962

dalam bukunya "Curriculum Development Theory and Practice)

88.www.depdiknas.go.id/jurnal/35

Menurut Hasan Kurikulum bersifat fleksibilitas mengandung dua posisi. Pada posisi
pertama berhubungan dengan fleksibilitas sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi
diklat. Dengan demikian, pada posisi teoritik yang harus dikembangkan dalam kurikulum
sebagai rencana. Pengertian kedua yaitu sebagai kaidah pengembang kurikulum.
Terdapatnya posisi pengembang ini karena adanya perubahan pada pemikiran
kependidikan atau pelatihan.

S. H. Hasan (1992)

Sumber: http://www.sabda.org/pepak/pustaka/020077/

89. Secara tradisional, "kurikulum" biasa dimengerti sebagai serangkaian program yang
berisi rencana-rencana pelajaran yang telah disusun sedemikian rupa yang dapat dipakai
secara langsung oleh guru untuk mengajar..

90. Dalam arti kontemporer "kurikulum" diartikan secara lebih luas, karena kurikulum
tidak lagi menekankan pada daftar isi materi rencana pelajaran yang memiliki topik-topik
yang telah disusun, tapi lebih menekankan kepada pengalaman-pengalaman proses
belajar mengajar yang dapat diberikan kepada para murid dalam konteks dimana murid-
murid berada.
91. Dalam konteks pelayanan anak Kristen "kurikulum" dimengerti sebagai program
pengajaran lengkap untuk anak-anak yang di dalamnya mencakup daftar subyek/topik
pengajaran dalam Alkitab yang telah diintegrasikan dengan pengalaman-pengalaman
untuk disesuaikan dengan konteks gereja setempat yang berdasarkan prinsip-prinsip
Alkitab dan yang berpusat pada Kristus serta dipimpin oleh Roh Kudus untuk tujuan
pertumbuhan rohani murid (anak didik).

Sumber: http://maydina.multiply.com/journal/item/551/Apa_itu_kurikulum

92.M. Skilbeck (1984):

The learning experiences of students, in so far as they are expressed or anticipated in


goals and objectivies, plans and designs for learning and implementation of these plans
and design in school environments. (pengalaman-pengalaman murid yang diekspresikan
dan diantisipasikan dalam cita-cita dan tujuan-tujuan, rencana-rencana dan desain-desain
untuk belajar dan implementasi dari rencana-rencana dan desain-desain tersebut di
lingkungan sekolah.

93. J.Wiles & J.Bondi (1989):

The curriculum is a goal or a set of values, which are activated through a development
for students. The degree to which those experiences are a true representation of the
envisioned goal or goals is a direct function of the effectiveness of the curriculum
development efforts. (Kurikulum ialah seperangkat nilai-nilai, yang digerakkan melalui
suatu pengembangan proses kulminasi dalam pengalaman-pengalaman di kelas untuk
murid-murid. Tingkat terhadap pengalaman tersebut merupakan suatu representasi yang
benar terhadap cita-cita yang diimpikan ialah suatu fungsi langsung daripada efektivitas
dari usaha-usaha pengembangan kurikulum)

94. Kurikulum ialah suatu patokan rencana-rencana dalam hal penyelenggaran


pembelajaran yang memiliki tujuan dan cita-cita tertentu yang berlandaskan pada
pengalaman-pengalaman pembelajaran sebelumnya, yang bersifat flexible (dapat
mengalami-mengalami perbaikan) dan didesain oleh sekolah agar murid-murid itu
memiliki representasi fungsi langsung di masyarakat.

Sumber:http://www.gpdi.us/index.php?
option=com_content&view=article&id=313:pengertian-
kurikulum&catid=54:pelnap&Itemid=25

95. Kurikulum adalah sederetan materi yang harus ditempuh atau diajarkan di sekolah
minggu. Materi yang dipelajari biasanya berupa pengalaman di masa lampau artinya
tentang pengalaman mengajar sebelumnya. Pengertian Kurikulum

96. Menurut Nasution, "Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah
atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya." ( Nasution,  kurikulum dan
Pengajaran,  Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hal.5).

97. Kurikulum merupakan suatu perencanaan dalam proses belajar dan mengajar di
sekolah minggu.  Perencanaan mencakup seluruh aspek kehidupan dari anak sekolah
minggu. Baik itu Kognitif (pengetahuan/pikiran), afektif (perasaan) dan behavior
(tingkah laku).

Sumber: http://pakdesofa.blog.plasa.com/archives/16

98. Bam pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidangpendidikan dengan arti
sejumlah matapelajaran pada perguruan tinggi. Di dalam kamus tersebut (Webster),
kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu:

1) sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid di sekolah atau
perguruan tinggi untuk memoeroleh ijazah tertentu.

2) sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu
departemen.

99. Kurikulum mempunyai berbagai macam arti, yaitu:

1) Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran

2) Kurikulum diartikan sebagai pengalaman belajar yang diperoleh murid dan sekolah

3) Kurikulum diartikan sebagai rencana belajar murid

100. Menurut pandangan tradisional, sejumlah pelajaran yang harus ditempuh murid di
suatu sekolah ilulah yang merupakan kurikulum, sehingga menimlbulkan kesan seolah-
olah belajar di sekolah hanya sekedar mempelajari bukubuku teks yang sudah ditentukan
sebagai bah an pelajaran.

101. Sedangkan menurut pandangan modem, kurikulumlebih dan sekedar


rencanapelajaran. Kurikulum di sini dianggap sebagai sesuatu yang nyata terjadi dalam
proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini bertolak dari sesuatu yang bersifat aktual
sebagai suatu proses.

Sumber: http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/12/pengertian-kurikulum.html

102. Dalam proses pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan yang diinginkan.

103. Kurikulum ditinjau dari asal katanya berasal dari bahasa Yunani yang mula-mula
digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere, yang berarti jarak tempuh lari.
Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai
dengan finish. Jarak dari start sampai finish ini disebut currere (Subandijah, 1993: 1).

104. Pendapat lain mengatakan pada mulanya kurikulum dijumpai dalam dunia atletik
pada zaman Yunani kuno, yang berasal dari kata curir yang artinya pelari, dan curere
artinya tempat berpacu atau tempat berlomba. Sedangkan curriculum mempunyai arti
"jarak" yang harus ditempuh oleh pelari (Syafruddin Nurdin, 2002: 33).

105. Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti
jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai kehidupannya
(Al-Syaibany, 1997: 478).

106. Apabila pengertian manhaj atau kurikulum dikaitkan dengan pendidikan, maka
berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik
atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka (Al-
Syaibany, 1997: 478).

Sumber:http://us.geocities.com/gpibimmanueldepok/Kur_BPK_PT.htm

107. Pengertian kurikulum dalam arti yang luas menyangkut seluruh aspek dalam sebuah
proses belajar-mengajar yang terjadi dalam upaya pendidikan yang diterapkan dalam
sebuah lembaga (keluarga, sekolah, gereja, masyarakat dlsb) untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.

108. Kurikulum dalam pengertian yang  sempit adalah bagian dari keseluruhan aspek
dalam sebuah proses belajar-mengajar yang tertuang secara tertulis dan dipergunakan
sebagai pedoman untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh sebuiah lembaga

Sumber: http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1518

109. Kurikulum diartikan sebagai: suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas
pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui uatu pengalaman belajar.
Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau
beberapa dokumen atau rencana tertulis.

110. Oleh karena itu Oliva (1997:12) mengatakan

"Curriculum itself is a construct or concept, a verbalization of an


extremely complex idea or set of ideas".

111. Pengaruh pandangan filosofi terhadap pengertian kurikulum ditandai oleh pengertian
kurikulum yang dinyatakan sebagai "subject matter", "content" atau bahkan "transfer of
culture".
112. Dalam istilah yang digunakan Tanner dan Tanner (1980:104) perennialism
mengembangkan kurikulum yang merupakan proses bagi "cultivation of the rational
powers: academic excellence" sedangkan essentialism memandang kurikulum sebagai
rencana untuk mengembangkan
"academic excellence dan cultivation of intellect". (Tanner dan Tanner, 1980:109)

113. Kurikulum adalah "statement of objectives" (McDonald; Popham), ada yang


mengatakan bahwa kurikulum adalahrencana bagi guru untuk mengembangkan proses
pembelajaran atau instruction

(Saylor, Alexander,dan Lewis, 1981)

114. Kurikulum adalah dokumen tertulis yang berisikan berbagai komponen sebagai
dasar bagi guru untuk mengembangkan kurikulum guru (Zais,1976:10).

115. Kurikulum adalah rencana yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga
tidak sedangkan apa yang terjadi di sekolah/kelas adalah sesuatu yang
benar-benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi mungkin juga
berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan.

116. Definisi yang dikemukakan oleh Unruh dan Unruh (1984:96)


mewakili pandangan ini dimana mereka menulis curriculum is defined as a plan
for achieving intended learning outcomes: a plan concerned with purposes, with
what is to be learned, and with the result of instruction. Olivia (1997:8.)
mengatakan bahwa we may think of the curriculum as a program, a plan,
content, and learning experiences, whereas we may characterize instruction as
methods, the teaching act, implementation, and presentation.

117. Olivia (1997:8) termasuk orang yang setuju dengan pemisahan antara kurikulum
dengan pengajaran dan merumuskan kurikulum sebagai a plan or program for all the
experiences that the learner encounters under the direction of the school.
Lebih lanjut ia mengatakan (Olivia, 1997:9) I feel that the cyclical has
much to recommend.

118. Marsh (1997:5) yang menulis curriculum is an interrelated set of plans and
experiences which a student completes under the guidance of the school.

119. Schubert (1986:6) dengan mengatakan the interpretation that teachers give to
subject matter and the classroom atmosphere constitutes the curriculum that students
actually
experience.
120. Dool (1993:57) memperkuat pendapatnya tentang kurikulum yang ada
sekarang dengan mengatakan:Education and curriculum have borrowed some concepts
from the stable, nonechange concept - for example, children following the pattern of
their
parents, IQ as discovering and quantifying an innate potentiality. However, for
the most part modernist curriculum thought have adopted the closed version, one
where - trough focusing - knowledge is transmitted, transferred. This is, I
believe, what our best contemporary schooling is all about. Transmission frames
our teaching-learning process.

121. Jacobs (1999) yang membahas mengenai kurikulum


di Afrika, Kurikulum diartikan dari pandangan kependidikan yang menempatkan ilmu
atau disiplin ilmu di atas segalanya (perennialism atau pun essentialism).

122. Kurikulum adalah materi yang dikembangkan dari disiplin ilmu; tujuan adalah
penguasaan konsep, teori, atau hal yang terkait dengan disiplin ilmu.

123. Definisi kurikulum oleh kelompok "conservative" (perenialism dan essentialism),


kelompok "romanticism" (romantic naturalism), "existentialism" mau pun "progressive"
(experimentalism, reconstructionism) hanya memusatkan perhatian pada fungsi "transfer"
dari apa yang sudah terjadi dan apa yang sedang terjadi. Seperti dikemukakan oleh
McNeil (1977:19):

124. Kurikulum merupakan rancangan dan kegiatan pendidikan yang secara maksimal
mengembangkan potensi kemanusiaan yang ada pada diri seseorang baik sebagai
individu mau pun sebagai anggota masyarakat untuk kehidupan dirinya, masyarakat, dan
bangsanya di masa mendatang.

125. Dalam pengertian "intrinsic" kependidikan maka kurikulum adalah jantung


pendidikan Artinya, semua gerak kehidupan kependidikan yang dilakukan sekolah
didasarkan pada apa yang direncanakan kurikulum.

126. Kurikulum adalah "construct" yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah
terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan atau
dikembangkan.

127. Kurikulum sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah social yang
berkenaan dengan pendidikan.

128. Kurikulum untuk membangun kehidupan masa depan dimana kehidupan masa lalu,
masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan pembangunan bangsa dijadikan
dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan.

Sumber:  http://adogaloe.blogspot.com/2009/02/pengertian-dan-landasan-kurikulum.html
129. Kurikulum adalah suatu teknik/cara yang digunakan dalam penyampaian seluruh isi
materi ajar secara urut, terstruktur dan berkesinambungan sebagai pedoman pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.

130. B. Bara, Ch (2008), Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat


diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi: (1) kurikulum sebagai
produk; (2) kurikulum sebagai program; (3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan:
dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik.

(Beane dkk 1986)

131. Menurut Hasan Kurikulum bersifat fleksibilitas mengandung dua posisi. Pada
posisi pertama berhubungan dengan fleksibilitas sebagai suatu pemikiran
kependidikan bagi diklat. Dengan demikian, pada posisi teoritik yang harus
dikembangkan dalam kurikulum sebagai rencana. Pengertian kedua yaitu sebagai
kaidah pengembang kurikulum. Terdapatnya posisi pengembang ini karena adanya
perubahan pada pemikiran kependidikan atau pelatihan. S. H. Hasan (1992)

132.Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk
dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum
sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah
(Hilda Taba ;1962)

Sumber: http://dhammacitta.org/artikel/willy-yandi-wijaya/memahami-kurikulum-
pendidikan-buddhis

133. Kurikulum mencakup pengertian yang sempit, yaitu: seperangkat mata pelajaran
(materi) yang diajarkan pada lembaga pendidikan.

134. Kurikulum yaitu: segala metode, cara, atau sistem pembelajaran yang diterapkan
pada lembaga pendidikan, termasuk materi atau mata pelajaran yang diajarkan dan
tempat pelaksanaan pendidikan.

[1] www.bsn.or.id/SNI

Model Konsep Kurikulum


12 Sep 2012 Tinggalkan komentar

by amanahme in Learning
1. Pengertian Kurukulum

Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidika Nasional Pasal 1 ayat 19


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Menurut Robert S. Zais (1976, hal 3), kurikulum sebagai bidang studi mencakup :1. The range of
subject matters with which it is concerned (the substantive structure), and 2. The procedures of
inkiuri and practice it follows (the syntactical structure).

Menurut George A. Beaucham (1976 hal 58-59), kurikulum sebagai bidang studi membentuk
suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana
pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem
persekolahan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

2. Model Konsep Kurikulum

Model konsep kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang diambil dalam pengembangan
kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum merupakan dasar untuk
pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum
didasarkan atas konsep-konsep kurikulum yang ada.

A.    Kurikulum Subjek Akademis

Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu model kurikulum yang paling tua yang
banyak digunakan di berbagai negara. Sesuai dengan namanya, kurikulum model ini sangat
mengutamakan isi (subject matter). Isi kurikulum merupakan kumpuan dari bahan ajar atau
rencana pembelajaran. Tingkat pencapaian atau penguasan peserta didik terhadap materi
merupakan ukuran utama dalam menilai keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, penguasaan
materi sebanyak-banyaknya merupakan salah satu hal yang diprioritaskan dalam kegiatan belajar
mengajar oleh guru yang menggunakan kurikulum jenis ini.

Ditinjau dari isinya, Sukmadinata (2005:84) mengklasifikasikan kurikulum model ini menjadi
empat kelompok besar.

1.     Correlated currikulum.

Kurikulum ini menekankan pentingnya hubungan antara organisasi materi atau konsep yang
dipelajari dari satu pelajaran dengan pelajaran yang lain, tanpa menghilangkan perbedaan esensia
dari setiap mata pelajaran. Dengan menghubungkan beberapa bahan tersebut, cakupan ruang
lingkup materi semakin luas. Kurikulum ini didesain berdasarkan pada konsep pedagogis dan
psikologis yang dipelopori oleh Hearbat dengan teori asosiasi yang menekankan pada dua hal,
yaitu konsentrasi dan korelasi (Ahmad:1998,131). Sebagai ilustrasi sederhana, setiap orang
pernah mendapatkan konsep 2 x 50, yang jika dihitung menghasilkan 100. Hal ini bisa
dihubungkan dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari.

 2.     Unified atau Concentrated Currikulum.

Sesuai dengan namanya, kurikulum jenis ini sangat kental dengan disiplin ilmu. Setiap disiplin
ilmu dibangun dari berbagai tema pelajaran. Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran disusun
dalam tema-tema dalam pelajaran tertentu. Salah satu aplikasi kurkulum saat ini terdapat pada
pembelajaran yang sifatnya tematik. Dari satu tema yang diajukan misalnya ”lingkungan“
selanjutnya dikaji dari berbagai disiplin ilmu misalnya, sain, matematika, sosial dan bahasa.

 3.    Integrated Currikuum.

Pola organisasi kurikulum ini memperhatikan warna disiplin ilmu. Bahan ajar diintegrasikan
menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan unit. Dalam satu unit terdapat
hubungan antara pelajaran serta berbagai kegiatan siswa. Dengan keterpaduan bahan pelajaran
tersebut diharapkan siswa mempunyai pemahaman materi secara utuh. Oleh karena itu, inti yang
diajarkan kepada siswa harus memenuhi kebutuhan hidup dilingkungan masyarakat. Ahmad
(1998,39) mempunyai ciri-ciri kurikulum ini sebagai berikut.

1. Unit haruslah merupakan satu kesatuan yang bulat dari seluruh bahan pelajaran.
2. Unit didasarkan pada kebutuhan anak, baik yang pribadi maupun sosial serta yang
bersifat jasmani maupun ohani.
3. Unit memuat kegitan yang berhubungan dengan kehidipan sehari-hari.
4. Unit merupakan motifasi sehingga anak dapat berkreasi.
5. Pelaksanaan unit sering memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan
percobaan atau perolehan pengalaman yan membutuhkan waktu yang lama.

 4.    Problem Solving Currikulum.

Hal ini berisi tentang pemecahan masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan pengetahuan serta keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.

Pada kurikulum model ini guru cenderung dimaknai sebagai seseorang yang harus “ digugu “
dan “ ditiru “. Menurut Idi (200:126), ada empat cara dalam menyajikan pelajaran dari kurikulum
dengan model subjek akademis.

1. Materi disampaikan secara hierarkhi naik, yaitu materi disampaikan dari yang lebih
mudah hingga ke materi yang lebih sulit. Sebagai contoh, dalam pengajaran pada jenjang
kelas yang rendah diperlukan alat bantu mengajar yang masih kongkret. Hal ini dilakukan
guna membentuk konsep riil ke konsep yang lebih abstrak pada jenjang beriikutnya.
2. Penyajian dilakukan berdasarkan prasyarat. Untuk memahami suatu konsep tertentu
diperlukan pemahaman konsep lain yang telah diperolehatau dikuasai sebelumnya.
3. Pendekatan yang dilakukan cenderung induktif, yaitu disampaikan dari hal-hal yang
bersifat umum menuju kepada bagian-bagian yang lebih spesifik.
4. Urutan penyajian bersifat kronologis. Penyajian materi selalu diawali dengan
menggunakan matari-materi tedahulu. Hal ini dilakukan agar sifat kronologis atau urutan
materi tidak terputus.

Tujuan dan sifat mata pelajaran merupakan dua hal yang mempengaruhi model evaluasi
kurikulum subjek akademis (Sukmadinata, 2005:85). Ilmu yang termasuk kategori ilmu-ilmu
alam mempunyai model evaluasi yang berbeda dengan ilmu-ilmu sosial.

Kurikulum ini bersumber pada pendidikan klasik. Konsep pendidikan ini bertolak dari asumsi
bahwa seluruh warisan budaya yaitu, pengetahuan, idi-ide, atau nilai-nilai telah ditemukan oleh
para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi untuk memelihara, mengawetkan dan meneruskan
budaya tersebut kepada genersi berikutnya, sehingga kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan. Oleh karenanya kurikulum ini lebih bersifat intelektual.

 B.     Kurikulum Humanistik.

Sesuai dengan namanya kurikulum humanistik lebih mengedepankan sifat humanisme dalam
pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai reaksi terhadap kurikulun yang terlalu mengedepankan
intelektualitas. Kurikulum model humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik, diantaranya adalah Neal (1977).

Kurikulum humanistik didasarkan pada aliran pendidikan humanisme atau pribadi. Aliran
pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa peserta didik adalah yang pertama dan utama dalam
pendidikan. Peerta didik adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan, yang
mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.

Prioritas pendekatan ini adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat,
kebutuhan, dan kemampuan siswa. Pendekatan ini berpusat pada siswa dan mengutamakan
perkembangan unsur efeksi. Pendidikan ini diarahkan kepada pembina manusia yang utuh,
bukan saja segi fisik dan intelektual, tetapi juga segi sosial dan afeksi (emosi, sikap, perasaan,
nilai, dan lain-lain). Hal ini mendatangakan bahwa pendekatan ini berpegang pada prinsip
peserta didik merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan lebih menekankan
bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap
terhadap sesuatu.

Penganut model kurikulum ini beranggapan bahwa siswa merupakan subjek utama yang
mempunyai potensi, kemampuan dan kekuatan yang dikembangkan. Hal ini sejalan dengan teori
Gestalt yang mengatakan bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh
(Sukmadinata:2005,86).
Pendidikan yang menggunakan kurikulun ini selalu mengedepankan peran siswa di sekolah.
Dengan situasi seperti ini, anak diharapkan mampu mengembangkan segala potensi yang
dimilikinya pendidikan dianggap sebagai proses yang dinamis serta maerupakan upaya yang
mampu mendorong siswa untuk bisa mengembangkan potensi dirinya. Karena itu, seseorang
yang telah mampu mengaktualisasilan diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan
perkembanagan diri dari aspek kognitif, estetika, dan moral.

Kurikulum humanistik merupakan kurikulun yang lebih mementingkan proses daripada hasil.
Sasaran utama kurikulum jenis ini adalah bagaimana memaksimalkan perkembangan anak
supaya menjadi manusia yang yang mandiri. Proses belajar yang baik adalah aktivitas yang
mampu memberikan pengalaman yang bisa membantu siswa untuk menembangkan potensinya.
Dalam evaluasi guru lebih cenderung memberikan penilaian yang bersifat subjektif.

Sukmadinata (2005:87) mengklasifikasikan pendidikan humanistik menjadi 3 macam yaitu:

1. Pendidikan konfluen.
2. Pendidikan kritikisme radikal.
3. Mistikisme modern.

Dari ketiga aliran tersebut akhirnya berkembang tiga macam jenis kurikulum sesuai dengan
konsep dasar yang dianut oleh aliran tersebut.

Ahli pendidikan konfluen berupaya menyatukan segi efektif dn kognitif dalam kurikulum.
Pendidikan harus mampu memperoses secara utuh kedua aspek tersebut. Dasar dari kurikulum
ini adalah teori Gestalt yang menekankan keutuhan dan kesatuan secara keseluruhan. Ada lima
hal yang mencirikan kurikulum konfuensi, yaitu partisifasi, integrasi, relavasi, pribadi anak dan
tujuan.

Isi pendidikan dalam model konfluen ini diambil dari dunia siswa sehingga sesuai dengan
kebutuhan pribadi anak. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan satu kegiatan yang bersifat
pengembangan pribadi atau aktualisasi segala potensi setta pribadi secara utuh. Pengembangan
pribadi yang utuh merupakan tujuan utama dari pendidikan ini.

Aliran pendidikan kritikisme radikal memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu
anak dalam menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi dirinya. Dengan hal ini
upaya peningkatan pengembangan dirinya bisa belajar secara optima. Proses pendidikan
cenderung dilakukan secara demokratis dan tidak ada pemaksaan. Pemberian rangsangan atau
dorongan ke arah perkembangan merupakan dua hal yang diutamakan.

Langkah-langkah penyusunan urutan kegiatan dalam pengajaran yang besifat efektif menurut
Shiflett (1975 dalam sukmadinata, 1997) adalah sebagai berikut:

1. Menyusun kegiatan yang dapat memunculkan sika, minat, atau perhatian tertentu.
2. Memperkenalkan bahan-bahan yang akan dibahas dalam setiap kegiatan. Di dalamnya
tercakup topik-topik, bahan, serta kegiatan belajar yang akan membantu peserta dalam
merumuskan apa yang akan mereka pelajari.
3. Pelaksanaan kegiatan, para peserta diberi pengalaman yang menyenangkan baik yang
berupa gerakan-gerakan maupun penghayatan.
4. Penyempurnaan, pembahasan hasil-hasil yang telah dicapai, penyempurnaan hasil serta
upaya tindak lanjut.

Evaluasi dalam kurikulum ini mengutamakan proses dinandingkan dengan hasil. Karena itu,
dalam kurikulum humanistik tidak ada kreteria pencapaian karena sasarannya adalah
perkembangan peserta didik supaya menjadi manusia yang terbuka, lebih berdiri sendiri.
Penilaiannya bersifat objektif.

 C.    Kurikulum Rekontruksi Sosial

Sesuai dengan namanya, kurikulum ini memiliki hubungan dengan kegiatan kemasyarakatan
yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi. Kurikulum ini dikembangkan oleh aliran
interaksional. Pakar di bidang ini berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya bersama dari
berbagai pihak untuk menumbuhkan adanya interaksi dan kerja sama.

Tujuan utama kurikulum jenis ini adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat menghadapi
tantangan, termasuk di dalamnya ancaman dan hambatan. Tantangan dianggap sebagai bidang
garapan salah satu disiplin ilmu, namun perlu juga di dekati dengan ilmu-ilmu lain.

Dalam praktiknya, perancang kurikulum terkonstruksi sosial selalu berusaha menyelaraskan


antara tujuan nasiaonal dengan tujuan siswa. Kerjasama antarindividu maupun kelompok
merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam pengajaran yang menggunakan kurikulum jenis
ini. Dengan demikian, kompetisi antarindividu maupun kelompok bukan hal yang diprioritaskan.

Ahli kurikulum yang berorientasi pada kemajuan di masa yang akan datang menyarankan
pentingnya kurikulum yang difokukan pada hal yang terkait dengan kehidupan sosial
kemasyarakatan.

Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional, yang bertolak dari pemikiran
manusia sebagai mahluk sosial. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan berintikan
kerjasama dan interaksi. Dengan demikian, kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada
problem-problem yang dihadapi masyarakat.

Tujuan dan isi kurikulum ini setiap tahun bisa berubah, tergantung dari perubahan masyarakat.
Dalam pemilihan metode guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan
kebutuhannya. Dalam kegiatan evaluasi siswa dilibatkan, terutama dalam memilih, menyusun,
dan menilai bahan yang akan diujikan.

 D.    Kurikulum Teknologis

            Terdapat korelasi yang positif antara ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan
ilmu pengetahuan akan berdampak positif terhadap teknologi yang dihasilkan. Demikian pula
sebaliknya, kemajuan teknologi juga berpengaruh besar terhadap perkembangan model konsep
kurikulum.
Sukmadinata (2005:97) menyatakan bahwa ciri-ciri kurikulum teknologis dapat ditemukan pada
empat bagian yaitu pada tujuan, metode, organisasi bahan, dan evaluasi.

Ciri-ciri kurikulum teknologis antara lain:

1. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku
hasil belajar yang dapat diukur. Tujuan yang masih bersifat umum dijabarkan menjadi
tujuan-tujuan yang lebih kecil (tujuan khusus), yang di dalamnya terkandung aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor.
2. Metode pengajaran bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas sesuai dengan
kecepatan masing-masing.
3. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari  disiplin ilmu, tetapi telah diramu
sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar yang
besar disusun dari bahan ajar yang lebih kecil dengan memperhatikan urutan-urutan
penyajian materi dalam pengorganisasiannya.
4. Evaluasi dilakukan kapan saja. Ketika siswa telah mempelajari suatu topik/subtopik, ia
dapat mengajukan diri untuk dievaluasi. Fungsi evaluasi ini antara lain sebagai umpan
balik: bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (formatif),
bagi program semester (sumatif), serta bagi guru dan pengembang kurikulum. Bentuk
evaluasi umumnya obyektif tes.

Seperti halnya model yang lain, model kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Program pengajaran yang menggunakan alat-alat yang berbau teknologi, khususnya teknologi
terbaru, secara umum lebih menyenangkan dan terkesan up to date. Dari sisi pelaksanaannya,
program pengajaran ini sangat mengedepankan efisiensi dan efektivitas. Dengan model
pengajaran seperti ini, standar penguasaan siswa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan model-
model lain.

Model kurikulum teknologis dikembangkan berdasarkan pemikiran teknologi pendidikan. Model


ini sangat mengutamakan pembentukan dan penguasaan kompetensi, dan bukan pengawetan dan
pemeliharaan budaya dan ilmu seperti pada pendidikan klasik. Model kurikulum teknolgi
berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang, sedangkan pendidikan klasik berorientasi
pada masa lalu. Kurikulum ini juga menekankan pada isi kurikulum. Suatu kompetensi yang
besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-
perilaku yang dapat diamati atau diukur.

 MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Terdapat banyak model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli.
Sukmadinata (2005:161) menyebutkan delapan model pengembangan kurikulum dan kemudian
Idi (2007:50) menglasifikasikannya ke dalam dua grup besar model pengembangan kurikulum
yaitu model Zais dan model Roger. Berikut uraiannya :

 A.    Model Zais


Robert S. Zais adalah ahli kurikulum yang banyak melontarkan ide-ide sekitar tahun 1987.
Model pengembangan yang dapat dikategorikan dalam model Zais, antara lain :

1.      Model Administrasi (the administrative)

Merupakan model pengembangan kurikulum paling lama yang sering juga disebut sebagai model
garis dan staf. Pemberian mana ini banyak muncul dari pejabat yang berwenang (administrator
pendidikan), yang terdiri dari pengawas, kepala sekolah, dan staf pengajar inti dan bertugas
merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan, dan strategi dalam
pengembangan kurikulum (Sukmadinata, 2005:162). Kurikulum ini memerlukan kegiatan
pantauan dan bimbingan di lapangan, oleh sebab itu tim membentuk kelompok kerja yang
menyusun tujuan khusus pendidikan, garis besar bahan pengajaran, dan kegiatan belajar (Ahmad,
1988:54). Kemudian hasil kerja dikaji ulang dengan melakukan uji coba untuk mengetahui
keefektifan dan kelayakannya, selain itu dilakukan evaluasi untuk menentukan validitas
komponen-komponen yang ada dalam kurikulum . Hasil penilaian tersebut merupakan umpan
balik bagi semua unsur terkait, khususnya instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah dan
sekolah.

 2.      Model Grass Roots (the grass roots)

Merupakan lawan dari model sebelumnya, yang dikenal juga sebagai model desentralisasi karena
inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum bukan berasal dari atas, melainkan dari bawah
yaitu guru dan sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan tim administrasi, juga bisa membantu
guru dalam membantu guru dalam pengembangan kurikulum model ini. Pengembangan
kurikulum ini sangat tergantung pada kerja sama guru-guru, guru-kepala sekolah, dan antar
sekolah. Pengembangan model kurikulum ini memungkinkan terjadinya kompetisi antarsekolah,
kelompok sekolah, bahkan pada tingkat daerah.

3. Model Terbalik

Secara umum model kurikulum dikembangkan secara deduktif, tetapi Taba mengembangkan
kurikulum secara induktif, oleh karena itu dinamakan model terbalik. Pengembangan model ini
diawali dengan melakukan percobaan dan penyusunan teori dan diikuti dengan tahapan
implementasi untuk mempertemukan teori dan praktek. Sukmadinata (2005:166) dan Ahmad
(1998:57) merangkum lima langkah dasar dalam pengembangan kurikulum model Taba.

1. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru

Diawali dengan mendiagnosis kebutuhan dan dilanjutkan dengan merumuskan tujuan, guna
mempertimbangkan keseimbangan antara kedalaman serta keluasan materi yang akan disusun.

1. Menguji unit eksperimen

Tujuan dari uji coba unit adalah untuk melihat kelayakan serta validitas unit-unit dalam
pengajaran, hasil ini digunakan untuk mengetahui layak atau tidak suatu unit diimplementasikan.
1. Mengadakan revisi dan konsolidasi

Dilakukan jika hasil pada langkah kedua menunjukkan perlunya perbaikan dan penyempurnaan
unit0unit yang telah disusun.

1. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum

Bila proses penyempurnaan telah dilakukan secara menyeluruh maka selanjutnya mengkaji
kerangka kurikulum yang dilakukan oleh para ahli kurikulum dan profesional lainnya.  

1. Melakukan implementasi dan desiminasi

Merupakan langkah terakhir yang berarti telah siap pakai untuk wilayah yang lebih luas
(desiminasi).

4. Model Pemecahan Masalah

Dikenal dengan nama action research model. Kurikulum model ini sudah melibatkan seluruh
komponen pendidikan yang meliputi siswa, orang tua, guru, serta sistem sekolah. Sukmadinata
(2005:169) menyebutkan ada dua langkah dalam penyusunan kurikulum jenis ini :

1. Melakukan kajian tentang data-data yang dikumpulkan sebagai bahan penyusunan


kurikulum, data yang dikumpulkan hendaknya valid dan riabel agar dapat digunakan
sebagai dasar yang kuat karena data yang lemah akan mengakibatkan kesalahan dalam
pengambilan keputusan.
2. Melakukan implementasi atas keputusan yang dihasilkan pada langkah pertama. Dari
proses ini akan diperoleh data-data (informasi) baru yang dimanfaatkan untuk
mengefaluasimasalah-masalah yang muncul di lapangan sebagai tindak lanjut untuk
memperbaiki kurikulum.

 B.     Model Rogers

Seorang ahli psikologi memberi warna cukup kuat dalam pengembangan model kurikulum. Ada
empat model yang dikembangkan oleh Roger, yang merupakan perbaikan dari model
sebelumnya.

1.      Model I

Merupakan model yang paling sederhana, dapat dilihat dari kegiatan yang ditawarkan yaitu
pembelajaran (pemberian informasi) dan ujian. Model ini dikembangkan berdasarkan  asumsi
bahwa pendidikan merupakan kegiatan penyampaian informasi yang diakhiri dengan kegiatan
evaluasi.

Materi Pelajaran
Evaluasi
 Dapat dilihat dari gambar di atas, bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri dari kegiatan
memberi informasi (isi pelajaran) dan ujian. Asumsi yang dipakai yaitu pendidikan adalah
evaluasi dan evaluasi adalah pendidikan. Dalam model ini siswa sebagai objek yang pasif,
sedangkan guru sebagai subjek yang aktif yang mempunyai peran lebih dominan.

2. Model II

Dengan menambahkan komponen metode mengajar dan organisasi bahan, maka terlihat bahwa
model pengembangan kurikulum II semakin baik dan lengkap. Metode yang efektif dan
penataran bahan pelajaran sistematis (dari mudah ke sukar, dari kongkret ke abstrak, dst) telah
dilakukan. Seperti pada gambar berikut.

Materi Mengajar
Evaluasi
Bahan pelajaran
Organisasi bahan pelajaran

 3.      Model III

Roger memunculkan model ke III dengan menambahkan dukungan bahan ajar yang meliputi
buku-buku dan media pengajaran. Berikut gambar model III.

Metode Mengajar
Teknologi pendidikan
Organisasi bahan pelajaran
Evaluasi
Bahan pelajaran
4. Model IV

Pada model IV disertakan komponen penting dalam dalam keseluruhan pendidikan yaitu tujuan
yang menjadi arah pendidikan dan pengajaran yang mengikat semua komponen yang telah
disebutkan sebelumnya termasuk teknologi yang digunakan. Secara lengkap model yang
dikembangkan Roger dalam gambar berikut.

Metode Mengajar
Teknologi Pendidikan
Organisasi Bahan
Tujuan/sasaran
Bahan Pelajaran
Evaluasi

 III.      PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


Pada prinsipnya pengembangan krikulum berkisar pada pengembangan aspek ilmu pengetahuan
dan teknologi yang diimbangi dengan perkembangan pendidikan. Pendekatan pengembangan
kurikulum sangat bergantung dari orientasi yang digunakan. Untuk itu sebelum mempelajari
berbagai pendekatan pengembangan kurikulum, perlu kita lihat juga orientasi kurikulum. Hal ini
disebabkan karena disamping prinsip pengembangan, suatu kurikulum pendidikan
dikembangkan dengan berbagai orientasi.

a.      Orientasi Kurikulum

Umumnya orientasi kurikulum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu orientasi pada bahan
pengajaran, orientasi pada tujuan, dan orientasi pada kegiatan belajar mengajar.

1. Orientasi pada Bahan Pelajaran

Orientasi pengembangan kurikulm ini sangat menitik beratkan pada bahan atau materi yang
diajarkan, sedangkan tujuan dapat ditentukan berdasarkan bahan pelajaran.

Kelebihan dari orientasi ini terletak pada kebebasan dan keluwesan dalam memilih dan
menentukan materi pelajaran karena tidak terikat oleh tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan
kelemahannya ialah:

1)      Bahan pelajaran kurang jelas arah dan tujuannya.

2)      Tidak jelas dasar pemilihan dalam menentukan metode

3)      Tidak jelas apa yang akan dinilai

 2. Orientasi Pada Tujuan

Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan berdasarkan pada tujuan-tujuan


pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas dari tujuan nasional sampai tujuan instruksional.
Dari tujuan inilah kemudian ditetapkan bahan pelajaran.

Tantangan penggunaan orientasi ini adalah kesulitan dalam merumuskan tujuan. Sementara itu,
kelebihan terletak pada:

1)      Tujuan yang dicapai sudah jekas dan tegas

2)      Mudah dalam penilaian

3)      Memudahkan pengembangan kurikulum untuk mengadakan perbaikan-perbaikan atau


perubahan penyesuaian yang diperlukan.

 3. Orientasi Pada Kegiatan Belajar Mengajar


Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada kegiatan belajar mengajar menitik beratkan
pada bagaimana siswa belajar, serta cara dan langkah-langkah apa yang perlu dilakukan agar
siswa menguasai keterampilan untuk mendapatkan pengetahuan. Kelebihan orientasi
pengembangan kurikulum sangat mementingkan kebutuhan siswa. Sedangkan kelemahannya
sulit diukur ketercapaian hasil belajar yang diharapkan.

 b.      Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Yang dimaksud dengan pendekatan ialah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode
yang tepat serta langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk memperoleh kurikulum
yang lebih baik. Idi (2007:198) mendeskripsikan beberapa pendekatan yang telah dikembangkan
para ahli.

1)      Pendekatan Bidang Studi

Sebagai guru yang baik, Anda pasti memikirkan tentang bidang/mata pelajaran apa yang akan
Anda sajikan saat proses belajar. Anda pasti telah mempersiapkan dengan baik pokok-pokok
bahasan yang berhubungan dengan studi atau mata pelajaran yang akan Anda ajarkan. Inilah
yang dimaksud dengan pendekatan bidang studi atau pendekatan mata pelajaran. Pendekatan ini
biasanya membagi-bagi organisasi kurikulum berdasarkan bidang studi yang akan diajarkan,
seperti Matematika, Sains, Sejarah, goegrafi, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS (Nasution dalam Idi
2007:200).

Pendekatan kurikulum dalam pendekatan ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

a)      Mengidentifikasi pokok-pokok bahasan yang akan diajarkan.

b)      Merinci berbagai pokok bahasan itu menjadi bahan-bahan pelajaran yang akan diajarkan.

c)      Mengidentifikasi dan mengurutkan pengalaman belajar serta keterampilan-keterampilan


prasyarat (prerequsite)yang harus dimiliki peserta didik.

2)      Pendekatan Berorientasi Pada Tujuan

Apapun kegiatan, “tujuan” selalu mendekati posisi sentraldengan tujuan ini dapat diketahui arah
dari suatu kegiatan, tidak terkecuali kegiatan pembelajaran.

Soebadiyah dalam Idi (2007:200) menyebutkan empat kelebihan dari kurikulum yang
berorientasi pada tujuan.

a)      Memberikan kejelasan bagi penyusun kurikulum tentang apa yang ingin dicapai.

b)      Memberikan arah yang jelas dalam menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan,
dan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.

c)      Memberikan arah dalam proses penilaian terhadap hasil yang dicapai.
d)     Memanfaatkan hasil penilaian untuk membantu penyusunan kurikulum dalam melakukan
perbaikan yang diperlukan.

3)      Pendekatan dengan Pola Orientasi Bahan

Pendekatan ini mencakup pola pendekatan Subject Matter Curriculum, Corelated


Curriculum,dan Integrated Curriculum.

a)      Pendekatan pola mata pelajaran (Subject Matter Curriculum), yang menekankan pada
pemisahan mata pelajaran menjadi beberapa bagian dimana mata pelajaran ini tidak berhubungan
satu dengan yang lainnya.

b)      Pendekatan dengan pola korelasi (Corelated Curriculum), yang mengelompokkan


beberapa mata pelajaran yang saling berhubungan. Idi (2006: 201) menyatakan bahwa
pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek yaitu:

–          Pendekatan Struktur

–          Mata pelajaran IPS, misalnya terdiri dari sejarah, ekonomi dan sosiologi.

–          Pendekatan fungsional

–          Masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari

–          Pendekatan tempat atau daerah yang menggunakan lokasi atau tempat tertentu sebagai
pokok pembicaraan

c)      Pendekatan pola integrasi (integrated curriculum), yang menerpadukan bagian-bagian


menjadi keseluruhan yang mempunyai arti tertentu.. keseluruhan itu tidak hanya sekedar
kumpulan dari bagian-bagian, tetapi keseluruhan yang mempunyai arti tertentu.

4)      Pendekatan Rekonstruksionalisme

Pendekatan rekontruksionalisme disebut juga rekonstruksi social karena menempatkan masalah-


masalah penting yang dihadapi masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, dan bencana yang
diakibatkan oleh penggunaan teknologi tertentu dalam kurikulum.

Menurut Idi (2007:202) ada dua kelompok yang memiliki pandangan yang berbeda terhadap
kurikulum ini. Pertama, rekontruksionalisme konservatif. Pendekatan ini menganjurkan agar
pendidikan ditujukan pada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan
mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat.

Kedua, rekonstruksionalisme radikal. Pendekatan ini menekankan agar pendidikan formal


maipun nonformal mengabdika iri demi tercapainya tatanan sosial baru berdasarkan pembagian
kekuasaan dan kekayaan yang adil dan merata.
5)      Pendekatan Humanistik

Pendekatan ini menempatkan peserta didik pada posisi sentral (student centered) dan
perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan merupakan bagian integral dari proses belajar.
Siswa diharapkan mampu mengembangkan segala potensi yang dimiliki dengan selalu
mengedepankan peran siswa di sekolah. Pengembangan proses belajar ini diarahkan untuk
mengembangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan anak (Soemantri dalam Idi, 2007:203).

6)      Pendekatan Akuntabilitas (accountability)

Sistem yang akuntabel memiliki standar dan tujuan yang spesifik serta mengukur efektivitas
suatu kegiatan dengan mengukur taraf keberhasilan siswa untuk mencapai standar itu. Gerakan
ini mulai drasakan manfaatnya bagi dunia pendidikan ketika sebuah universitas di Amerika
Serikat dituntut untuk membuktikan keberhasilannya dalam dalam mencapai standar yang tinggi.
Untuk memenuhi tuntutan itu, pengembang kurikulum mendesain tujuan pelajaran yang dapat
mengukur prestasi belajar siswa.

Pengertian Kurikulum serta Definisi Kurikulum Menurut Para Ahli

Om.makplus at 1/04/2016 03:26:00 AM

Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar ahli dalam
bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tentang
pengertian maupun definisi kurikulum tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai
dengan titik berat inti dan menurut pandangan dari pakar yang bersangkutan.

awalnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia olah raga pada jaman Yunani Kuno.
Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata “Curriculae”, “ Curir “ artinya pelari dan “
Curere “ artinya ditempuh atau berpacu. Curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan tersebut, kurikulum dalam pendidikan
diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk
memperoleh ijazah. Kurikulum sebagai program pendidikan harus mencakup : (1). Sejumlah
mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2) pengalaman belajar atau kegiatan belajar; (3)
program belajar ( plan for learning ) untuk siswa ; (4) hasil belajar yang diharapkan.

Dari rumusan tersebut, kurikulum diartikan “ program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil
belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun
secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kompetensi sosial siswa. sederhananya,
pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang
bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat
memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa
telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari
telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish.
Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk
mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Ada empat dimensi tentang konsep dan teori kurikulum, yang menjadi acuan dalam pengertian
kurikulum, yaitu:

1. Kurikulum sebagai ide, adalah cita-cita, keinginan, harapan atau tujuan yang difikirkan
mengenai apa yang terbaik untuk dicapai dalam suatu kegiatan pendidikan (Hasan, 1991),
kebijakan (Schubert, 1986), Teori (Bickman, 1987), Menurut hasan (1991), pada dasarnya
kurikulum sebagai ide ada pada setiap orang. Seorang siswa memiliki satu ide kurikulum apabila
ia berbicara tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan suatu kegiatan pendidikan dan
bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Tentu saja apa yang difikirkannya itu sesuai dengan
tingkat pengetahuan dari wawasan yang dimilikinya. Untuk tingkat siswa, keinginan atau
harapan itu lebih berdasarkan kepentingan lingkungan yang sangat individual.

Guru harus memiliki kurikulum sebagai ide. Kurikulum ini yang kemudian digunakannya untuk
emmbaca dan menafsirkan apa yang tertera dalam dokumen kurikulum. Sebagai guru sangat
sukar, bahkan barangkali tidak mungkin, untuk merealisasikan idenya tersebut untuk menjadi
suatu kurikulum nasional ataupun local. Kalaupun apa yang tertera dalam kurikulum nasional
bersesuaian dengan apa yang difikirkannya, hal tersebut adalah lebih banyak sebagai suatu
kebetulan. Meskipun demikian, guru bukanlah instansi terakhir yang paling berwenang
menentukan apa yang akan terjadi di kelas, oleh karena itu dalam merencanakan kegiatan kelas
ide guru adalah yang berlaku.

2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis tentnag pembelajaran (dokumen pendidikan).


kurikulum sebagai suatu rencana tertulis memiliku format tertentu. Di Indonesia kita mengenal
format matriks yang digunakan kurikulum 1975, kurikulum 1986, kurikulum 1994, dan
seterusnya.

3. Kurikulum sebagai proses kegiatan belajar mengajar (PBM). Pengertian kurikulum sebagai
suatu kegiatan (proses) adalah dimensi kurikulum yang langsung berhadapan dengan realita
lapangan. Disinilah dimensi ide diuji. Apakah ide nasional kurikulum dikenal dan diakui para
pelaksana di lapangan ataukah tidak. Kalau dikenal apakah ide tersebut diterima dan
dikembangkan oleh para pelakasana. Persoalan ini adalah persoalan kurikulum yang paling kritis
dalam keseluruhan proses pengembangan kurikulum. Oleh karena itu (Waring 1979)
mengingatkan bahwa apabila apa yang terjadi di lapangan berbeda secara prinsipal dengan ide
semula maka kurikulum yang diimplementasiaknnya bukan kurikulum semula.

4. Kurikulum sebagai hasil belajar (output, outcome, benefit, impact). Dimensi kurikulum
sebagai kegiatan (implementasi) terdiri atas dua aspek utama. Pertama adalah aspek
perencanaan guru. Disini guru mengembangkan kurikulum sebagai rencana dan kegiatan tertulis
yang dalam konteks pendidikan Indonesia dikenal dengan nama satuan pelajaran (Satpel) atau
sekarang disebut RPP. Pada dasarnya, satpel ini adalah penafsiran tertulis guru mengenai
mengenai apa yang ada pada dokumen tertulis kurikulum nasional. Dengan demikian saypel
dapat diartikan sebagai kurikulum tertulis guru. Dimensi kurikulum sebagai suatu kegiatan inilah
yang menentukan apa yang diperoleh siswa. Jadi, hasil belajar siswa ditentukan oleh kurikulum
yang dialaminya dan bukan oleh kurikulum dalam bentu sebagai suatu rencana tertulis. Artinya,
apa yang sesungguhnya dialami siswa tidak dapat dikenakan pada kurikulum sebagaimana yang
ditetapkan oleh menteri Pendidikan Nasional.
Di Indonesia sendiri istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima
puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini
istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah
“rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan rencana pelajaran.

Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut ini.

Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan
bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun
sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah
mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan
siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar,
halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara
efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan
dalam suatu kurikulum.

Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran
(subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau,
yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi pelajaran
yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang
berguna baginya.

Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak


berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum
merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini
menyatakan sebagai berikut:

“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which
pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not (Romine, 1945,h. 14).
Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas
saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas
antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman
belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.
Definisi dan Pengertian Kurikulum Menurut ahli

Mengenai kurikulum, berikut adalah definisi maupun pengertian kurikulum menurut pendapat-
pendapat para ahli yang telah diungkapkan, diantaranya yaitu:

1. UU No. 20 Tahun 2003. Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah pengaturan
berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional.

2. Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005). Kurikulum merupakan niat & harapan yang dituangkan
kedalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di
sekolah. Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar
mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta didik.

3. Crow and Crow. Kurikulum ialah suatu rancangan dalam pengajaran yang tersusun secara
sistematis untuk menyelesaikan program dalam memperoleh ijazah.

4. Drs. Cece Wijaya, dkk. Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas yakni meliputi
keseluruhan program dan kehidupan didalam sekolah.

5. Prof.Dr. Henry Guntur Tarigan. Kurikulum ialah suatu formulasi pedagogis yang termasuk
paling utama dan terpenting dalam konteks proses belajar mengajar.

6. Harsono (2005). Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu gagasan pendidikan yang
diekpresikan melalui praktik. Pengertian kurikulum saat ini semakin berkembang, sehingga yang
dimaksud dengan kurikulum itu tidak hanya sebagai gagasan pendidikan, namun seluruh
program pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan nasional.

7. Hamid Hasan (1988). Berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa ditinjau dari 4 sudut yakni :
(1) kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian ; (2) sebagai
suatu rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, didalamnya
berisi tentang tujuan, bahan ajar, aktifitas belajar, alat-alat atau media, dan waktu pembelajaran ;
(3) sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
yakni dalam bentuk praktek pembelajaran ; (4) sebagai suatu hasil, yaitu konsekwensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan, melalui ketercapaiannya tujuan kurikulum terhadap peserta
didik.

8. Kerr, J.F (1968). Kurikulum merupakan seluruh pembelajaran yang dirancang dan
dilakukakan secara individu maupun kelompok, baik didalam sekolah maupun diluar sekolah.

9. George A. Beaucham (1976). Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisikan
seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik melalui pilihan berbagai
disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
10. Good V.Carter (1973). Mengatakan bahwa kurikulum merupakan sekumpulan kursus
ataupun urutan pembelajaran yang sistematik.

11. Inlow (1966). Kurikulum merupakan suatu usaha menyeluruh yang dirancang secara khusus
guna untuk membimbing peserta didik dalam memperoleh hasil belajar dari pembelajaran yang
sudah ditetapkan.

12. B. Bara, Ch (2008). Mengkonsepkan kurikulum kedalam 4 pengertian yakni: (1) kurikulum
sebagai suatu produk ; (2) sebagai program ; (3) sebagai hasil yang diinginkan atau dicapai ; &
(4) sebagai pengalaman belajar.

13.David Praff. Kurikulum merupakan seperangkat organisasi dari pendidikan formal / pusat-
pusat pelatihan pembelajaran.

14. Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) & Peter F. Olivva (1982). Menyatakan bahwa
kurikulum pada dasarnya ialah suatu bentuk perencanaan maupun program dari pengalaman
peserta didik yang diarahkan dan dikembangkan di sekolah.

15. Daniel Tanner & Laurel Tanner. Mereka mengemukakan pengertian kurikulum sebagai suatu
pengalaman pembelajaran yang terarah, terencana secara sistematis juga tersusun melalui proses
rekontruksi pengetahuan & pengalaman serta berada dibawah pengawasan lembaga pendidikan
sehingga para peserta didik memiliki motivasi & minat belajar yang tinggi.

16. Neagley dan Evans (1967). Mengemukakan kurikulum sebagai sebuah pengalaman yang
telah dirancang dari pihak sekolah untuk membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar
yang baik.

17. Hilda Taba (1962). Kurikulum dianggap sebagai a plan of learning yang artinya bahwa
kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh peserta didik.

18. Grayson (1978). Menjelaskan kurikulum sebagai suatu perencanaan dalam memperoleh
pengeluaran yang diharapkan dari suatu pembelajaran yang telah diajarkan.

19. Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Menjelaskan kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun
untuk melancarkan proses kegiatan belajar mengajar di bawah naungan, bimbingan & tanggunga
jawab sekolah / lembaga pendidikan.

20. S. H. Hasan (1992). Menurutnya kurikulum itu bersifat fleksibilitas. Yakni sebagai suatu
pemikiran kependidikan bagi diklat, sehingga dalam posisi teoritik, harus dikembangkan dalam
kurikulum sebagai sesuatu yang terencana dan juga dianggap sebagai kaidah pengembang
kurikulum.

21. Prof. Drs. H. Darkir. Menyatakan bahwa kurikulum merupakan alat dalam mencapai tujuan
pendidikan. Jadi, kurikulum ialah program pendidikan dan bukan program pengajaran, sehingga
program itu direncanakan dan dirancang sebagai bahan ajar dan juga pengalaman belajar.
22. William B. Ragam & Robert S. Flaming. Kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman
peserta didik yang menjadi tanggung jawab pihak sekolah atau lembaga.

23. Murray Print. Menjelaskan bahwa kurikulum ialah ruang pembelajaran yang direncanakan,
diberikan secara langsung kepada peserta didik oleh sebuah lembaga pendidikan dan merupakan
pengalaman yang bisa dinikmati oleh seluruh peserta didik ketika kurikulum itu diterapkan.

24. Saylor (1958). Kurikulum ialah keseluruhan usaha pihak sekolah untuk mempengaruhi PBM
baik secara langsung didalam kelas, tempat bermain, ataupun di luar sekolah.

25. Valiga, T & Magel, C. Kurikulum merupakan suatu urutan pengalaman yang telah
ditetapkan oleh pihak sekolah untuk mendisiplinkan cara berfikir & bertindak para peserta didik.

Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan
yang sangat berperan dalam kegunannya. Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut...

Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kurikulum berfungsi sebagai


penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi
dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah.

Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai penyesuain


mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan yang mampu menghasilkan
pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat.

Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum berfungsi sebagai diferensiansi


adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan disetiap siswa yang
harus dihargai dan dilayani.

Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum berfungsi sebagai persiapan yang
mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa
kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika
tidak melanjukan pendidikan.

Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi sebagai pemilihan adalah
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar yang sesuai
dengan minat dan bakatnya.

Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai diagnostik mengandung


makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang mampu mengarahkan dan memahami
potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah memahami potensi dan mengetahui
kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan memperbaiki
kelemahannya.
Kurikulum dibuat dan dirancang sebagai alat untuk bisa mencapai tujuan pendidikan secara
universal dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah dan memiliki komponen utama &
penunjang yang saling terkait diantara keduanya. Adapun komponen-komponen kurikulum
antara lain yaitu:

Tujuan: Berisikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Materi atau isi : Merupakan bahan ajar yang akan disampaikan oleh pendidik kepada peserta
didik

Media (sarana & prasarana): Alat peraga dan juga sarana prasarana yang menunjang kegiatan
belajar mengajar.

Strategi : Metode atau taktik yang akan diaplikasikan dalam proses belajar mengajar

Proses belajar Mengajar : Mengarah pada sebuah proses dalam pembelajaran yang meliputi
segala bentuk apresiasi peserta didik

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, Perkembangan Mengenai Kurikulum, telah berganti-ganti. yaitu pada tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004 dan 2006. antara lain sebagai berikut

Tahun 1947- Leer Plan (Rencana Pelajaran)

Tahun 1952 - Rencana Pelajaran Terurai

Tahun 1964 - Renthjana Pendidikan

Tahun 1968 - Kurikulum 1968

Tahun 1975 - Kurikulum 1975

Tahun 1984 - Kurikulum 1984

Tahun 1994 - dan Kurikulum 1999 - Kurikulum 1994 dan Sublemen Kurikulum 1999

Tahun 2004- Kurikulum Berbasis Kompetensi


Tahun 2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Tahun 2013- Kurikulum 2013.

Kurikulum merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Pengembangan krikulum yang


tepat akan membawa proses pembelajaran yang tepat dan dapat tercapainya pendidikan yang
terbaik bagi peserta didik. Selain itu, di dalam kurikulum terdapat strategi kurikulum, hal
tersebut berkaitan erat dengan proses pembelajaran, yaitu bagaimana caranya (strategi), metode,
atau kegiatan agar proses pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efesiaen sehingga peserta
didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.

Kata kurikulum berasal dari bahasa Latin currere, yang berarti lapangan perlombaan lari. Kurikulum juga
bisa berasal dari kata curriculum yang berarti a running course, dan dalam bahasa Prancis dikenal
dengan carter berarti to run (berlari). Dalam perkembangannya (BMPM, 2005 : 1).
Menurut J. Galen Sailor dan William M Alexander (1974 : 74), curriculum is defined reflects volume
judgments regarding the nature of education. The definition used also influences haw curriculum will be
planned and untilized.
Kurikulum merupakan nilai-nilai keadilan dalam inti pendidikan. Istilah tersebut mempengaruhi
terhadap kurikulum yang akan direncanakan dan dimanfaatkan.
Menurut Galen, the curriculum is that of subjects and subyek matter therein to be thought by teachers
and learned by students.
Kurikulum merupakan subyek dan bahan pelajaran di mana diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh
siswa.
Secara terminologi, kurikulum berarti suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematika atas dasar
norma-norma yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi pendidik untuk
mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 2004: 3). Menurut Dakir kurikulum itu memuat semua program
yang dijalankan untuk menunjang proses pembelajaran. Program yang dituangkan tidak terpancang dari
segi administrasi saja tetapi menyangkut keseluruhan yang digunakan untuk proses pembelajaran.
Menurut Suryobroto dalam bukunya “Manajemen pendidikan di Se kolah” (2002: 13), menerangkan,
bahwa kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh
anak didiknya, baik dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah (Suryobroto, 2004 : 32).
Nampaknya Suryobroto memandang semua sarana prasarana dalam pendidikan yang berguna untuk
anak didik merupakan kurikulum.
Dalam berbagai sumber referensi disebutkan bahwa definisi kurikulum memiliki ragam pengertian,
seperti Menurut Nurgiantoro, bahwa kurikulum, yaitu alat untuk mencapai tujuan tertentu dalam
pendidikan. Kurikulum dan pendidikan adalah dua hal yang sangat erat kaitannya, tidak dapat
dipisahkan satu sama yang lain (Nurgiantoro, 1988 :2). Nurgiantoro menggarisbawahi bahwa relasi
antara pendidikan dan kurikulum adalah relasi tujuan dan isi pendidikan. Karena ada tujuan, maka harus
ada alat yang sama untuk mencapainya, dan cara untuk menempuh adalah kurikulum.
Awal sejarahnya, istilah kurikulum bisa dipergunakan dalam dunia atletik curere yang berarti “berlari”.
Istilah ini erat hubungannya dengan kata curier atau kurir yang berarti penghubung atau seseorang yang
bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Seseorang kurir harus menempuh suatu perjalanan
untuk mencapai tujuan, maka istilah kurikulum kemudian diartikan orang sebagai suatu jarak yang harus
ditempuh (Nasution, 1989 : 5). Istilah tersebut di atas mengalami perpindahan arti ke dunia pendidikan.
Sebagai contoh Nasution mengemukakan bahwa pengertian kurikulum yang sebagaimana tercantum
dalam Webter’s International dictionary ; Curriculum course a specified fixed course of study, as in a
school or college, as one leading to a degree. Maksudnya, kurikulum diartikan dua macam, yaitu
pertama sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah atau di
perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. Kedua, sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan
oleh sesuatu lembaga pendidikan atau jurusan.
Secara singkat menurut Nasution kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
beserta staf pengajarnya ( Nasution, 1989: 5).
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan di sana
dijelaskan, bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP, 2008: 6).
Dari para pendapat ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat isi,
bahan ajar, tujuan yang akan ditempuh sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan.
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu kata curir dan currere yang merupakan
istilah bagi tempat berpacu, berlari, dari sebuah perlombaan yang telah dibentuk semacam rute pacuan
yang harus dilalui oleh para kompetitor sebuah perlombaan. Dengan kata lain, rute tersebut harus
dipatuhi dan dilalui oleh para kompetitor sebuah perlombaan. Konsekuensinya adalah, siapapun yang
mengikuti kompetisi harus mematuhi rute currere tersebut.
Dalam dunia pendidikan, istilah kurikulum ditafsirkan dalam pengertian yang berbeda-beda oleh para
ahli. Kurikulum dalam dunia pendidikan seperti kata Ronald C. Doll : “ Kurikulum sekolah adalah muatan
proses, baik formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memperoleh pengetahuan
dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan
sekolah”. Sedangkan Maurice Dulton mengatakan “Kurikulum dipahami sebagai pengalaman-
pengalaman yang didapatkan oleh pembelajar di bawah naungan sekolah”.
Dari beberapa definisi tersebut kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu sebagai sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, sebagai pengalaman belajar, dan sebagai
rencana program belajar.
Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik
merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teoriteori dan praktik pendidikan.
Dalam makna ini kurikulum sering dikaitkan dengan usaha untuk memperoleh ijazah, sedangkan ijazah
itu sendiri adalah keterangan yang menggambarkan kemampuan seseorang yang mendapatkan ijazah
tersebut.
Pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar mengandung makna bahwa kurikulum adalah seluruh
kegiatan yang dilakukan oleh anak didik baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, asalkan kegiatan
tersebut di bawah tanggung jawab dan monitoring guru (sekolah).
Kurikulum sebagai sebuah program / rencana pembelajaran, tidaklah hanya berisi tentang program
kegiatan, tetapi juga berisi tentang tujuan yang harus ditempuh beserta alat evaluasi untuk mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, disamping itu juga berisi tentang alat atau media yang diharapkan
mampu menunjang pencapaian tujuan tersebut. Kurikulum sebagai suatu rencana disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya.
Jadi kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman
belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma
yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sumber Bacaan
Dakir, H. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: PT Asdi Mahastya.
Nurgiyantoro, Burhan, 1988. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah; Sebuah Pengantar Teoritis
dan Pelaksanaan, Yogyakarta: BPFE.
Nasution, S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta, Bina Aksara
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar Dalam
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012) h. 1-2.
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), h. 3.
Zainal Arifin, Konsep dan Pengembangan Kurikulum, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
J. Galen Saylor dan William Alexander, Curriculum Planing for Better Teaching and Learning, (New York:
Rinehart Company, 1957) hlm. 19
ertama, kurikulum secara klasik atau tradisional yaitu, kurikulum dipandang sebagai rencana
pelajaran di suatu sekolah atau madrasah. Pelajaran-pelajaran dan materi yang harus ditempuh di
sekolah atau madrasah. Kedua, kurikulum diartikan secara modern, yaitu kurikulum memiliki
pengertian lebih luas tidak hanya sebatas pada mata pelajaran, tetapi menyangkut pengalaman-
pengalaman belajar peserta didik di dalam sekolah maupun diluar sekolah sebagai kegiatan
pendidikan.
Pandangan pengertian kurikulum oleh beberapa ahli. Pandangan ini dapat digolongkan sebagai
pendapat yang baru (modern) diantaranya yaitu: menurut Saylor dan Alexander merumuskan
kurikulum sebagai “the curriculum is the sum total of the school’s efforts to influence learning
whether in the classroom, on the playground, or out of school.” Yaitu keseluruhan usaha yang
dilakukan sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah berlangsung di dalam kelas, di
halaman, maupun di luar sekolah termasuk kurikulum.

Anda mungkin juga menyukai