PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan tantangan terutama dalam dunia pendidikan.
Menurut Gibson (1997) tantangan di abad 21 memiliki kriteria khusus yang
ditandai oleh hiperkompetisi, suksesi revolusi teknologi, dislokasi, dan konflik
social yang akan melahirkan keadaan non-linier dan keadaan yang tidak dapat
diperkirakan dari keadaan masa lampau dan masa kini. Kompleksitas
permasalahan dunia global, persaingan bebas, serta situasi ketidakpastian
(unpredictable) ini merupakan peluang sekaligus tantangan yang harus
dihadapi oleh setiap individu.
Setiap kurikulum memiliki kekhasan dan penekanan aspek yang berbeda,
namun pada hakikatnya adalah untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya
dalam rangka menyelaraskan dengan tuntutan zaman. Berdasarkan pengamatan
dan pengalaman, setiap pergantian (penyempurnaan) kurikulum (termasuk
Kurikulum 2013), selalu memunculkkan kebingungan dan keluhan terutama
dari guru sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum di tingkat kelas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kurikulum?
2. Apa peran kurikulum?
3. Apa fungsi kurikulum bagi guru, peserta didik, kepala sekolah, dan
pengawas?
4. Apa perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan Kurikulum
2013?
5. Kurikulum apa yang telah digunakan di Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kurikulum
2. Mengetahui peran kurikulum
3. Mengetahui fungsi kurikulum bagi guru, peserta didik, kepala sekolah, dan
pengawas
1
4. Mengetahui perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan
Kurikulum 2013
5. Mengetahui Kurikulum yang telah digunakan di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olah raga pada
zaman yunani kuno yang berasal dari kata curir dan curere. Pada waktu itu,
kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.
Orang mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari
mulai start sampai finish.
Selanjutnya, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. Para
ahli pendidikan memiliki penafsiran yang berbeda tentang kurikulum. Namun
demikian, dalam penafsiran yang berbeda itu, ada juga kesamaannya.
Kesamaan tersebut adalah bahwa kurikulum berhubugan erat dengan usaha
mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Secara tradisional kurikulum berarti sejumlah pelajaran yang harus
ditempuh siswa di sekolah atau kursus. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan
William B. Ragan dalam bukunya yang berjudul Modern Elementary
Curriculum, traditionally, the curriculum has mean the subject thoug in school,
or course of study. Pengertian ini sejalan dengan pendapat Stenhause (dalam
Nurgiantoro,1985) curriculum is the planned composite effort of any school to
guide pupil learning toward predetermined learning outcome. Kurikulum
diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang
ditempuh atau dikuasai siswa untuk mencapai tingkat atau ijazah tertentu.
Kurikulum juga diartikan sebagai rencana pelajaran yang sengaja disusun
untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan.
Secara modern, pengertian kurikul tidak hanya terbatas pada sejumlah
mata pelajaran yang harus di tempuh siswa tetapi kurikulum diartikan secara
lebih luas lagi di antaranya :
1. Saylor J. Gallen dan William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum
Planning” mengatakan bahwa kurikulum adalah : sum total of the school
3
efforts to influence learning wheather in the classroom, play ground, or out
of school; keseluruhan usaha sekolah untuk memengaruhi belajar baik yang
berlangsung di kelas, di halaman, maupun di luar sekolah.
2. Soedijarto, pakar pendidikan dari UNJ menyatakan bahwa kurikulum adalah
segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan
diorganisasikan untuk siswa atau mahasiswa guna mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan oleh lembaga pendidikan.
B. PERAN KURIKULUM
1. Peranan Konservatif
Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya
sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan
mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti budaya lokal, maka peran
konservatif dalam kurikulum memiliki arti yang sangat penting. Melalui
peran konservatifnya,kurikulum berperan dalam menangkal berbagai
pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga
keajekan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.
2. Peran Kreatif
Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru
sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap
4
potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial
masyarakat yang senantiasa bergerak maju secara dinamis. Apabila
kurikulum tidak mengandung unsur-unsur baru maka pendidikan
selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di sekolah pada
akhirnya akan kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan
kebutuhan dan tuntutan sosial masyarakat.
3. Peran Kritis dan Evaluatif
Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab
kadang-kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan
tuntutan perkembangan masyarakat; demikian juga adakalanya nilai dan
budaya baru itu juga tidak sesuai dengan nilai-nilai lama yang masih
relevan dengan keadaan dan tuntutan zaman. Dengan demikian, kurikulum
berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu
dipertahankan, dan nilai atau budaya baru yang mana yang harus dimiliki
anak didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif kurikulum anak
didik. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevalusi
segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.
C. FUNGSI KURIKULUM
Kurikulum memiliki berbagai fungsi. Bagi guru, kepala sekolah,
pengawas, orang tua dan peserta didik fungsi kurikulum sebagai berikut
(Sanjaya, 2011)
1. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Proses pembelejaran yang tidak berpedoman pada kurikulum
tidak akan berjalan dengan sistematis dan efektif, sebab pembelajaran
adalah proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru
dan peserta didik diarahkan untuk mencapai tujuan. Tanpa kurikulum, dapat
dipastikan pembelajaran tanpa arah dan tujuan.
2. Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan
program sekolah. Penyususnan kalender sekolah, pengajuan sarana-
prasarana sekolah kepada Komite Sekolah, penyusunan berbagai kegiata
5
sekolah, baik intrakurikuler, kokurikuler, esktrakurikuler, dan kegiatan-
kegiatan lainnya didasarkan pada kurikulum yang digunakan.
3. Bagi pengawas, kurikulum berfungsi sebagai panduan dalam melakukan
supervisi ke sekolah. Dengan berpedoman padakurikulum, pengawas dapat
melihat apakah program sekolah, termasuk pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum,bagian-bagian
mana yang sudah dilaksankan, bagian-bagian mana yang sedang
dilaksankan dan bagian-bagian mana yang belum dilaksanakan. Dengan
demikian, pengawas bisa memberikan masukan atau saran perbaikan.
4. Bagi peserta didik, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar. Melalui
kurikulum, peserta didik dapat memahami kompetensi apa yang harus
dicapai, baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Ketika memulai
pembelajaran guru mengetahui peserta didik tentang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai setelah mengikuti pembelajaran, maka peserta didik bisa
self-evaluation, melakukan penilaian diri ketika pembelajaran sudah selesai.
Apa yang harus dilakukannya setelah menguasai kompetensi tertentu, dan
apa yang harus dilakukannya apabila dirinya belum menguasainya.
D. PERBEDAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN
KURIKULUM 2013
1. Perbandingan perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan
Kurikulum 2013
6
Permendikbud No 67, 68, 69, dan
70 Tahun 2013
7
berdasarkan proses dan hasil.
8
c. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah
diintegrasikan ke dalam semua program studi.
Adapun kekurangan kurikululm 2013 yaitu :
a. Kurikulum 2013 (K.13) bertentangan dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003.
b. Kurangnya keterlibatan guru oleh pemerintah.
c. Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil
dalam kurikulum 2013 (K.13)
E. KURIKULUM YANG TELAH DIGUNAKAN DI INDONESIA
Indonesia telah banyak mengalami perubahan kurikulum, di antaranya
kurikulum 1947, 1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004, 2006, dan
terakhir 2013. Perubahan kurikulum sering dipengaruhi oleh faktor politik.
Contoh- nya kurikulum 1964 disusun untuk meniadakan MANIPOL-USDEK,
kurikulum 1975 digunakan untuk memasukkan Pendidikan Moral Pancasila,
dan kurikulum 1984 digunakan untuk memasukkan mata pelajaran Pendidikan
Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Kurikulum 1994, di samping meniadakan
mata pelajaran PSPB juga untuk mengenalkan kurikulum SMU yang
menjadikan pendidikan umum sebagai pendidikan persiapan ke perguruan
tinggi (Soedijarto, 2011: 25).
Uhbiyati (2008: 46) menjelaskan bahwa setelah Indonesia merdeka dalam
pendidikan dikenal beberapa masa pemberlakuan kurikulum yaitu kurikulum
sederhana (1947-1964), pembaharuan kurikulum (1968-1975), kurikulum
berbasis keterampilan proses (1984-1999), dan kurikulum berbasis kompetensi
(2004- 2006), serta yang terakhir kurikulum dengan pendekatan saintific
kurikulum 2013.
9
bertahan sampai tahun 1968 saat pemerintahan beralih pada masa orde baru.
Berikut adalah isi yang terkandung dalam kurikulum Rencana Pelajaran
tersebut: Uhbiyati (2008: 57)
1) Pengembangan Moral:
a) Pendidikan kemasyarakatan.
b) Pendidikan agama/budi pekerti.
10
2) Perkembangan kecerdasan:
a) Bahasa Daerah.
b) Bahasa Indonesia.
c) Berhitung.
d) Pengetahuan Alamiah.
4) Pendidikan keprigelan.
5) Pengembangan jasmani.
c. Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyem- purnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama
Rentjana Pendi- dikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kuri- kulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pem- belajaran dipusatkan pada
program Pancawardhana. (Hamalik, 2008: 17-18).
Muatan materi pelajarannya sendiri hanya teoritis, tak lagi
mengkaitkan- nya dengan permasalahan faktual di lingkungan sekitar.
Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pendidikan dan psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya adalah
teori psikologi unsur. (Hamalik, 2008: 45). Contoh penerapan metode
pembelajarn ini adalah metode eja ketika pembelajaran membaca. Begitu
juga pada mata pelajaran lain, “anak belajar melalui unsur- unsurnya
dulu”. Struktur kurikulum 1968 dapat dilihat seperti berikut ini.
1) Pembinaan Jiwa Pancasila, mata pelajarannya: Pendidikan agama,
Pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah,
Pendidikan olahraga
2) Pengembangan pengetahuan dasar, mata pelajarannya: Berhitung,
11
IPA, Pendi- dikan kesenian, Pendidikan kesejahteraan keluarga,
Pembinaan kecakapan khusus, dan Pendidikan kejuruan.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
di- lakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana men- jadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Kuri- kulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
a. Kurikulum 1973
b. Kurikulum 1975
13
pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan
menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke
kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana
menuju ke kompleks.
5) Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses
adalah pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada
proses pemben- tukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses
diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai
tujuan.
d. Kurikulum 1994
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994,
di antaranya sebagai berikut :
1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang
cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu
sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan stra- tegi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar,
baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru
dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban
konvergen divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu
jawaban), dan penyelidikan.
5) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan
dengan ke- khasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan
berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara
pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
14
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.
6) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang
mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang
komplek.
7) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu
dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
e. Kurikulum 1997
Pelaksanaan kurikulum 1997 kecenderungan kepada pendekatan
penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:
1) Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran
dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.
2) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan
dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna
karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
3) Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan
kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk
menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya
penyempurnaan itu diberlakukannya Sup- lemen Kurikulum 1994.
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan
prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu: (a) Penyempurnaan
kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kuri-
kulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
tuntutan kebutuhan masyarakat. (b) Penyempurnaan kurikulum
dilakukan untuk men- dapatkan proporsi yang tepat antara tujuan
yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan
lingkungan serta sarana pendukungnya.
4) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran
substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan perkembangan
siswa.
5) Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek
15
terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan
sarana/prasarana termasuk buku.
Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam
mengimplementasikan dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan
sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan
penyempurnaan jangka panjang.
18
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan,
dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak
generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk meng- antisipasi perkembangan masa depan.
Titik beratnya adalah mendorong peserta didik atau siswa, mampu
lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau
mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek
yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan
kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan
budaya.
Tabel Kronologis Perkembangan Kurikulum di
Indonesia
Ketera
Tahun Kurikulum
ngan
1947 Rencana Pelajaran Kurikulum ini merupakan
(Dirinci dalam Rencana kurikulum pertama di Indonesia
setelah kemerdekaan.
Pelajaran Terurai) 1947 Istilah kurikulum masih belum
digunakan.
Sementara istilah yang digunakan
adalah Rencana Pelajaran
1964 Rencana (Pendidikan Kurikulum ini masih sama dengan
Sekolah Dasar) 1964 kurikulum sebelumnya, yaitu
Rencana Pelajaran 1947
19
1968 Kurikulum Sekolah Kurikulum ini merupakan
Dasar 1968 kurikulum terintegrasi pertama di
Indonesia. Beberapa masa pelajaran,
seperti Sejarah, Ilmu Bumi, dan
beberapa cabang ilmu sosial
mengalami fusi menjadi Ilmu
Pengetahuan Sosial (Social Studies).
Beberapa mata pelajaran, seperti
Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan
sebagainya mengalami fusi menjadi
Ilmu Pengetahun Alam (IPS) atau
yang
sekarang sering disebut Sains.
1973 Kurikulum (PPSP) 1973 Kurikulum Proyek Printis Sekolah
Pembangunan (PPSP)1973
1975 Kurikulum Sekolah Kurikulum ini disusun dengan
Dasar 1975 kolom- kolom yang sangat rinci
1984 Kurikulum 1984 Kurikulum ini merupakan
penyempurnaan dari kurikulum
1975
1994 Kurikulum 1994 Kurikulum ini merupakan
penyempurnaan dari kurikulum
1984
1997 Kurikulum 1997 (Revisi Revisi Kurikulum 1994
Kurikulum
1994)
2004 (Rintisan Kurikulum Kurikulum ini belum diterapkan di
Berbasis Kompetensi seluruh sekolah di Indonesia.
(KBK) Beberapa sekolah telah dijadikan
uji coba dalam rangka
20
proses pengembangan kurikulum ini
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu
pengetahuan yang ditempuh atau dikuasai siswa untuk mencapai tingkat atau
ijazah tertentu. Kurikulum juga diartikan sebagai rencana pelajaran yang
sengaja disusun untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan, yakni
mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat. Di
Indonesia telah banyak kurikulum yang diterapkan diantaranya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013.
B. Saran
Penerapan kurikulum pendidikan diharapkan menjadi semangat generasi
penerus untuk terus mengikatkan kualitas dan mampu bersaing di dunia
pendidikan yang semakin lama semakin banyak persaingan. Oleh karena itu,
jangan jadikan perubahan kurikulum tersebut menjadi beban. Akan tetapi, kita
harus menjadikan hal tersebut menjadi motivasi untuk memperoleh hasil yang
baik serta mampu bersaing dalam dunia pendidikan nasional dan internasional.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ismawati, Esti. 2015. Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar Edisi
Revisi. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
23
24