Disusun Oleh:
Kelompok 4
TA 2023/2024
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
Sholawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang membawa
dan menerangi hati nurani kita menjadi cahaya bagi segala perbuatan mulia, semoga kita
mendapatkan pertolongan di hari akhir nanti.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Ibu Rina Devianty S. S., M. Pd. sebagai
dosen pengampu mata kuliah Sastra Anak. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kendala yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Meskipun demikian, penulis mempunyai tekad tidak mengenal putus asa serta
semaksimal mungkin menyelesaikan makalah ini.
Atas usaha penulis sehingga makalah yang berjudul “Genre dalam Sastra Anak” dari
mata kuliah Sastra Anak dapat tersusun dari berbagai sumber. Akhir kata, penulis berharap
semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................................................ii
C. Tujuan.......................................................................................................................... 1
A. Simpulan.................................................................................................................... 12
B. Saran .......................................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini ada pembiasan genre sastra antara genre yang ditujukan untuk anak dengan
genre yang ditujukan untuk orang dewasa. Kurangnya sumber sastra anak ataupun pembiaran
para orang tua dan pendamping anak dalam memperhatikan anak sehingga anak tidak tahu
apakah sastra anak itu sesuai dengan umumya, banyak sekali sastra dewasa yang ditujukan
kepada orang dewasa dibaca oleh anak sehingga anak mengikutinya tanpa adanya dampingan
dari orang dewasa, anak masih belum mengetahui bahwa apa yang dilakukan yang berasal dari
mencontoh perilaku sastra dewasa itu baik atau buruk.
Sebagaimana halnya dalam sastra dewasa, sastra anak juga mengenal apa yang disebut
genre, maka pembicaraan. tentang genre sastra anak juga perlu dilakukan. Menurut (Lukens,
2003) genre dapat dipahami sebagai suatu tipe kesusastraan yang memiliki perangkat
karakteristik umum. Sedangkan menurut (Mitchell, 2003) genre menunjuk pada pengertian tipe
atau kategon pengelompokan karya sastra yang biasanya berdasarkan atas stile, bentuk atau isi.
Sebuah genre sastra terdapat sejumlah elemen yang yang memiliki klesamaan sifat, dan elemen
itu yang menunjukkan perbedaan dengan elemen pada genre yang lain.
Berkenaan dengan pengertian genre sastra tersebut, maka seorang pendidik atau orangtua
diharapkan mampu membedakan dan memilih sastra yang cocok dikonsumsi oleh anak anak.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai definisi dari genre sastra anak
dan macam-macamnya, tujuannya agar para orang tua maupun pendidik memahami genre
sastra anak dengan jelas dan dapat mengarahkan anak untuk membaca sesuai genrenya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana ruang lingkup dalam sastra anak?
2. Apa pengertian genre dalam sastra anak?
3. Apa saja macam-macam genre sastra anak?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ruang lingkup sastra anak.
1
2
3
4
bentuk perulangan untuk memperoleh efek persajakan dan irama yang melodis (Nurgiyantoro,
2005).
Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa pengertian puisi anak tidak seperti
pengertian puisi dewasa, karena puisi anak tentu mengikuti perkembangan pengetahuan dan
perasaan anak yang masih sederhana (Pradopo, 2005). Oleh karena itu, dengan mencermati
aspek tipografi, bahasa, dan isinya, kita bisa membedakan apa yang disebut puisi anak. Secara
tipografi, puisi anak ditulis dalam bentuk bait-bait, sedangkan bahasanya sederhana, pendek,
dengan penuh irama, dan isinya tentang satu pengalaman tertentu yang dipadatkan, yaitu
diceritakan dengan mengesampingkan unsur setiap peristiwanya. Subgenre dari puisi anak
adalah sebagai berikut (Kurniawan, 2022):
a) Puisi tradisional, yaitu puisi-puisi anak yang diciptakan pada zaman dulu, misalnya
pantun, syair anak-anak, dan nyanyian-nyanyian anak yang berkembang di setiap
daerah.
b) Puisi modern, yaitu puisi-puisi anak pada zaman sekarang yang banyak menghiasi
buku-buku dan media massa.
(Kurniawan, 2022) mengkategorikan lagu anak-anak masuk dalam jenis puisi anak
karena: Pertama, dilihat dari bentuk dan bahasanya, lagu anak- anak sangat melodis dan
berirama, seperti halnya puisi. Kedua, isinya berupa pengalaman dan nasihat-nasihat yang
berkaitan dengan kehidupan anak-anak sekarang.
Menurut (Waluyo, 2002) struktur yang mmbangun puisi ada dua, yaitu: struktur fisik dan
struktur batin. Struktur fisik adalah baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait
dalam puisi. Struktur ini membangun kesatuan makna dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah
wacana. Struktur fisik ini merupakan media untuk mengungkapkan struktur batin puisi. Jadi,
struktur batin adalah struktur yang berada di dalam struktur fisik puisi. Adapun struktur fisik
puisi itu meliputi; diksi, pengimajian, majas, rima, dan tipografi. Sedangkan struktur batin
puisinya, meliputi: tema, perasaan, dan amanat.
7
Namun demikian, tidak semua struktur puisi ini dibahas. Pembahasan struktur puisi ini
disesuaikan dengan karakteristik puisi anak, yang kenyataannya bersifat sederhana. Adapun
unsur yang kuat terdapat dalam puisi anak adalah struktur fisiknya, meliputi:
a. Diksi
Diksi dalam puisi dipilih dalam rangka menyampaikan aspek-aspek keindahan yang
bisa membangkitkan imajinasi pembacanya. Ketika membaca puisi, kata-katanya yang indah
(estetis) bisa membangkitkan imajinasi pembaca. Pembaca akan mengalami kekaguman dan
keterpesonaan. Setelah selesal membaca, pembaca merasakan ada sesuatu pesan (maknal yang
disampaikan puisi tersebut, yang membekas pada perasaan pembaca, Kenyataan ini
menandakan bahwa diksi adalah aspek penting, yang selanjutnya akan menimbulkan efek-efek
pada struktur fisik puisi lainnya, misalnya bunyi dan irama, imajinasi, dan permajasan.
b. Bunyi
Puisi anak biasanya berkaitan dengan permainan bunyi sebagal sarana untuk
menciptakan keindahan puisi. Selain karena anak yang menyukai bunyi yang merdu, puisi
adalah rangkaian dari kata-kata yang enak (merdu) untuk didengarkan. Artinya, pemilihan
kata dalam puisi, selain untuk keperluan makna, juga diberdayakan untuk keperluan estetis,
terutama bunyi.
Efek bunyi dalam puisi biasanya menimbulkan dua kesan: Pertama, kesan merdu
yang disebut efoni, yaitu kombinasi bunyi dalam puisi yang indah. Kedua, kesan bunyi yang
tidak merdu yang disebut kakafoni, yaitu kombinasi bunyi dalam puisi yang bernada parau
dan sedih. Kombinasi bunyi yang merdu ini biasanya bernada bunyi-bunyi vokal (asonansi)
(a, i, u, e, o), sedangkan kombinasi bunyi yang tidak merdu biasanya bernada bunyi-bunyi
konsonan (aliterasi) (k, p, t, s). Kedua efek bunyi tersebut, hadir dalam puisi sebagai sarana
untuk menyampaikan suasana sebagai bagian makna yang ingin disampaikan pada pembaca.
c. Tema
Dalam puisi tema berhubungan dengan makna pengalaman hidup, yaitu pengalaman
hidup yang terjadi saat penyair menuliskan puisi. Dalam kehidupan anak, pengalaman hidup
yang menggerakkan untuk menulis puisi berkaitan dengan kesedihan, kegembiraan,
keterpukauan, dan keprihatinan.
d. Amanat
Amanat adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisi. (Waluyo, 1987)
mengatakan bahwa amanat itu tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik
tema yang diungkapkan (Jabrohim, 2003). Amanat dalam puisi anak ini berkaitan dengan
pesan-pesan, yang berupa nilai- nilai moral yang terdapat dalam puisi.
8
Selain tema dan amanat, aspek lain yang penting dari puisi anak adalah suasana.
Menurut (Jabrohim, 2003) suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Hal
ini berarti, puisi akan membawa efek psikologis pada pembacanya. Hal ini terjadi karena puisi
selalu mempunyai nada dasar yang berkaitan dengan suasana yang dibangun, misalnya tentang
kesedihan dan kebahagiaan, yang jelas akan berdampak pada pembaca saat membacanya.
2. Fiksi Anak
Bentuk penulisan dari fiksi adalah prosa, yaitu karangan yang ditulis secara prosais,
bentuk uraian dengan kalimat relatif panjang dalam bentuk narasi. Di samping ada narasi, fiksi
juga menampilkan dialog yang ditampilkan secara bergantian. Dari segi isinya, fiksi
menampilkan cerita khayal yang tidak menunjuk pada kebenaran faktual atau sejarah
(Nurgiyantoro, 2005).
Berbeda dengan puisi, secara tipografi fiksi ditulis tidak berbait-bait, tetapi menyeluruh
berparagraf, penulisan tiap barisnya dimulai dari margin kiri penuh sampai ke margin kanan.
Pada aspek bahasanya, fiksi ini diungkapkan dalam bentuk narasi (cerita), yang isinya
membahas tentang pengalaman kehidupan dalam bentuk urutan-urutan peristiwa. Tentu saja,
karena ini fiksi anak, maka bahasa dan isinya pun menyangkut tentang hal-hal yang sesuai
dengan pengetahuan dan pengalaman anak.
Berdasarkan waktu kemunculan dan penulisannya, fiksi dapat dibedakan ke dalam fiksi
tradisional dan modern, yaitu (Nurgiyantoro, 2004):
a) Fiksi tradisional, atau cerita tradisional (folktale, folklore) adalah cerita yang telah
muncul ratusan tahun yang lalu, baik yang diwariskan dalam bentuk tulisan (tangan)
maupun secara lisan secara turun-temurun, dan tidak pernah diketahui pengarangnya.
b) Fiksi modern adalah cerita yang ditulis relatif baru, pengarang jelas, dan sudah beredar
dalam bentuk buku atau cetakan lewat media massa seperti koran dan majalah. Cerita
jenis ini boleh ditulis oleh siapa saja, tetapi yang jelas memang ditujukan untuk anak
dan dengan sudut pandang anak. Karena kata kunci nya adalah fiksi.
Perbedaan cerita fiksi tradisional dengan modern terletak pada isi atau kehidupan yang
diceritakan. Cerita fiksi tradisional biasanya berhubungan dengan asal-usul terjadinya suatu
tempat, kepercayaan, makhluk halus, dan sebagainya. Sedangkan cerita fiksi modern biasanya
berhubungan dengan kehidupan anak- anak sekarang, misalnya persahabatan, detektif,
kerjasama, dan sebagainya. Selain itu, perbedaan lainnya adalah pada cerita fiksi tradisional
biasanya bersifat anonim atau tidak diketahui pengarangnya karena awalnya diceritakan dari
9
mulut ke mulut (lisan), sedangkan cerita fiksi modern jelas ada pengarangnya. Berikut ini
adalah contoh dari subgenre anak tersebut.
Secara historis, tradisi lisan merujuk pada fase ketika masyarakat belum mengenal
tradisi menulis (pre-historis). Hal itu senada dengan kenyataan bahwa yang pertama ada adalah
bahasa lisan. Sebagai salah satu bentuk komunikasi, tradisi lisan berfungsi sebagai media
transformasi nilai-nilai, norma-norma, dan hukum-hukum dari satu individu ke individu lain
atau dari generasi ke generasi berikutnya.
Cerita rakyat tradisi lisan merupakan warisan budaya daerah yang hidup dan
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat atau bangsa. Pengaruh positifnya terhadap
kehidupan masyarakat sangat terasa sampai saat ini. Cerita tradisi biasanya berisi berbagai
pesan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat pemiliknya.
Tradisi mencakup beragam aspek dalam kehidupan manusia, seperti upacara adat,
tarian, musik, bahasa, pakaian, makanan, dan banyak lagi. Menurut KBBI, tradisi adalah
kebiasaan atau adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang secara turun menurun dan
masih dilestarikan keberedaannya hingga saat ini. Tradisi merupakan cara bagi sebuah
kelompok masyarakat untuk mengungkapkan nilai-nilai, kepercayaan, sejarah, dan identitas
budaya mereka. Hal ini melibatkan berbagai praktik dan ritual yang dijalani dalam konteks
tertentu dan memiliki makna khusus bagi kelompok tersebut.
Menurut Vansina, tradisi lisan adalah pesan verbal atau tuturan yang disampaikan dari
generasi ke generasi secara lisan, diucapkan, dinyanyikan, dan disampaikan dapat dengan
menggunakan alat musik. Sedangkan (Danandjaja, 2007), mendefisikan tradisi lisan sebagai
10
bagian kebudayaan yang tersebar dan diwariskan turun-temurun secara tradisional di antara
anggota masyarakat dalam versi yang berbeda. Danandjaja mengungkapkan bahwa
penyampaiannya dapat berbentuk lisan maupun disertai contoh perbuatan dan alat bantu
pengingat.
a. Cerita rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita yang hidup di kalangan masyarakat zaman dahulu dan
diceritakan secara turun-menurun. Cerita rakyat selalu menarik untuk disimak dan dinikmati.
Di dalamnya dapat ditemukan pelajaran moral seperti baik dan buruk, kebenaran dan
ketidakbenaran, keadilan dan ketidakadilan, kesetiaan dan pengkhianatan. Cerita rakyat terdiri
atas beberapa jenis, antara lain (Widyastuti, 2017):
1) Dongeng, merupakan cerita rakyat yang bersifat khayal. Beberapa dongeng yang
dikenal di dalam kehidupan masyarakat di berbagai pelosok di Indonesia antara
lain, dongeng tentang binatang, dongeng tentang manusia dan dewa-dewi.
Misalnya, dongeng Si Kancil yang Cerdik, tidak hanya menghibur, tetapi juga
mengandung pesan moral yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari terutama
bagi anak-anak.
2) Legenda, merupakan cerita rakyat yang berkaitan dengan suatu kebiasaan atau
adat istiadat yang tetap berlangsung dan hidup di dalam masyarakat sampai
sekarang. Beberapa legenda yang hidup di dalam masyarakat Indonesia, antara
lain adalah legenda Asal-usul kota Banyuwangi (Jawa Timur).
b. Bahasa rakyat
Bentuk tradisi lisan yang termasuk ke dalam bahasa rakyat berbentuk seperti logat, slang,
bahasa pedagang, dan bahasa sehari-hari. Dalam hal logat bahasa memiliki beberapa versi,
11
seperti halnya bahasa Jawa yang terdiri dari logat ngapak dan Suroboyoan. Ada juga bahasa
Sunda yang memiliki logat Sunda Banten, Sunda Cirebon, dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian tersebut, maka simpulan yang dapat diambil, sebagai berikut:
1. Sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman,
perasaan, dan pikiran anak yang khusus ditujukan bagi anak-anak, ditulis oleh pengarang
anak-anak maupun pengarang dewasa. Dalam memahami sastra anak diperlukan tiga
kode, yaitu: kode bahasa, kode budaya, dan kode sastra.
2. Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki
seperangkat karakteristik umum, atau kategori pengelompokan karya sastra yang
biasanya berdasarkan gaya, bentuk, atau isi.
3. Genre sastra anak yang diusulkan cukup dibedakan ke dalam beberapa bagian. Dasar
pembagiannya adalah bentuk pengungkapan dan isi yang diungkapkan. Pendidik dan
orang tua perlu memahami genre sastra anak sehingga anak dapat membaca sastra anak
sesuai genrenya, dibalik itu semua ada berbagai macam genre sastra yang ada, yang layak
dibaca oleh anak.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih
memahami tentang genre dalam sastra anak, pemahaman yang lebih dalam akan
memungkinkan penulis dan pembaca untuk lebih mengetahui karakteristik khusus dari setiap
karya sastra anak, sehingga dapat memperkaya pengalaman membaca dan memperluas
wawasan pembaca anak.
Selain itu, penelitian lebih lanjut tentang genre dalam sastra anak dapat memberikan
wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana karya sastra anak dapat membentuk
perkembangan bahasa, emosi, dan pemikiran kritis anak. Dengan demikian, memahami dan
menghargai peran genre dalam sastra anak sangat penting untuk mendukung perkembangan
literasi anak dan pengalaman membaca yang bermakna bagi generasi mendatang.
12
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, J. (2007). Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Grafiti.
Jabrohim, D. (2003). Cara Menulis Kreatif. Pustaka Pelajar.
KBBI. (1999). Balai Pustaka.
KBBI. (2003). Balai Pustaka.
Kurniawan, H. (2022). Sastra Anak. Graha Ilmu.
Lukens, R. J. (2003). A Critical Handbook of Children’s Literature. Longman.
Mitchell, D. (2003). Children’s Literature, an Invitation to the World. Ablongman.
Nurgiyantoro, B. (2004). Sastra Anak: Persoalan Genre. Humaniora, 16, 107–122.
Nurgiyantoro, B. (2005). Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Gadjah Mada
University Press.
Pradopo, R. D. (2005). Pengkajian Puisi. UGM Press.
Pudentia. (2015). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Pustaka Obor.
Supriatin, Y. M. (2012). Tradisi Lisan dan Identitas Bangsa: Studi Kasus Kampung Adat
Sinarresmi, Sukabumi. Patanjala, 4, 407–418.
Teeuw, A. (1983). Membaca dan Menilai Karya Sastra. Gramedia.
Waluyo, H. J. (1987). Teori dan Apresiasi Puisi. Erlangga.
Waluyo, H. J. (2002). Apresiasi Puisi: untuk Pelajar dan Mahasiswa. Gramedia Pustaka.
Widyastuti, H. (2017). Pemanfaatan Cerita Tradisi Lisan untuk Pengajaran Bipa.
13