Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KAJIAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Tentang

GENRE FIKSI DAN NON FIKSI

Dosen Pengampu :

Asih Nurwahyuni, M.Pd

Disusun oleh :

Lisa Mawarni (2111240056)

Sella Ayu Eka Putri (2111240060)

Ika Rosaria (2111240070)

Rosa Linda (2111240078)

Vebby Oktania (2111240081)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO KOTA


BENGKULU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
hak dan kewajiban warga negara ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen yaitu ibu Indira Septianty Ramadhan, M.Pd pada mata kuliah
pendidikan kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang hak dan kewajiban bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Indira Septianty


Ramadhan, M.Pd, selaku dosen pendidikan guru madrasa ibtidaiyah pada mata
kuliah pendidikan kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
dalam pembuatan makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 05 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Genre 3
B. Pengertian Sastra 4
C. Pengertian Genre dan Sastra 5
D. Pengertian Fiksi 5
E. Macam-macam Genre Fiksi 6
F. Pengertian Non Fiksi 11
G. Macam-macam Genre Non Fiksi 12
BAB III PENUTUP 15

A. Kesimpulan 15
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fiksi yang merupakan prosa naratif dan bersifat imaginer ini tetap
harus masuk akal dan mengandung kebenara yang dapat mendramatisasikan
hubungan-hubungan antar manusia.
Kebenaran dalam sebuah dunia fiksi adalah keyakinan yang sesuai dengan
pandangan pengarang terhadap masalah hidup dan kehidupan . Kebenaran dalam
karya fiksi tidak harus sejalan dengan kebenaran di dunia nyata, misalnya
kebenaran dari segi hokum moral, agama, logika, dan sebagainya. Sesuatu yang
tidak mungkin terjadi bahkan dapat terjadi di dunia nyata dan benar di dunia fiksi.
Jika mendengar karya fiksi yang terlintas dibenak kita adalah novel, maupun
cerpen. Pada dasarnya kedua jenis karya fiksi ini sama, hanya saja novel lebih
meluas pembahasanya sedangkan cerpen tidak. Akan tetapi tekhnik dalam
pembuatanya hamper sama. Yaitu harus mengandung unsur ekstrinsik dan unsur
instrinsik.
Jenis lainya yaitu mengenai genre fiksi. Dalam fiksi non fiksi terdapat
beberapa bentuk yaitu Historical fiction, Science fiction, Biografical fiction dan
lainya. Historical Fiction adalah fiksi yang penulisanya merupakan sejarah, dan
terikat oleh fakta-fakta sejarah, tetapi fiksi ini memberikan ruang gerak untuk
fiksionalitas. Misalnya dengan memberikan pikiran dan perasaan tokoh lewat
percakapan. Dan begitu juga dengan genre bentuk science fiction maupun
biographical fiction dan yang lainya. Untuk penulis pemula biasanya dimulai
dengan menulis karya fiksi berupa cerpen, sedangkan tema dan berbagai pilihan
genre seperti yang telah disebutkan diatas maupun bisa memilih bentuk genre lain,
semisal horror, fantasi, romance dan lainnya

iv
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian genre?
2. Apa pengertian sastra?
3. Apa pengertian Genre sastra?
4. Apa pengertian fiksi?
5. Apa saja macam-macam genre fiksi?
6. Apa pengertian non fiksi?
7. Apa saja macam-macam genre non fiksi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian genre
2. Untuk mengetahui pengertian sastra
3. Untuk mengetahui pengertian Genre sastra
4. Untuk mengetahui pengertian fiksi
5. Untuk mengetahui apa saja macam-macam genre fiksi
6. Untuk mengetahui non fiksi
7. Untuk mengetahui apa saja macam-macam genre non fiksi

8. Untuk mengetahui dan memahami apa doa setelah bertayammum


9. Untuk mengetahui dan memahami apa saja rukun tayammum
10. Untuk mengetahui dan memahami apa saja sunnah tayammum
11. Untuk mengetahui dan memahami hal apa aja yang membatalkan
Tayammu

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Genre
Genre istilah serapan untuk ragam adalah pembagian suatu bentuk seni
atau tutur tertentu menurut kriteria yang sesuai untuk bentuk tersebut. Dalam
semua jenis seni, genre adalah suatu kategorisasi tanpa batas-batas yang jelas.
Genre terbentuk melalui konvensi, dan banyak karya melintasi beberapa genre
dengan meminjam dan menggabungkan konvensi-konvensi tersebut. Lingkup
kata "genre" biasanya dibatasi pada istilah dalam bidang seni dan budaya.
Genre merupakan produk budaya masyarakat. Martin (1983)
mendefinisikan genre sebagai bagian dari budaya suatu kegiatan yang
bertahap, berdasarkan sasaran, aktifitas bertujuan di mana penutur melibatkan
diri sebagai anggota dari budaya itu sendiri. Genre merupakan bentuk aktual
teks tertentu yang masuk dalam pembahasan konteks budaya, yaitu struktur
skematika. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud genre
adalah jenis teks (Sinar, 2003).
Menurut Shipley genre adalah jenis atau kelas yang di dalamnya
termasuk karya sastra. Hasry Shaw menyatakan bahwa genre adalah kategori
atau kelas usaha seni yang memiliki bentuk, teknik atau isi khusus. Di antara
genre dalam sastra termasuk novel, cerita pendek, esai, epik, dsb. Menurut
Abrams genre merupakan istilah untuk menandai jenis sastra atau bentuk
sastra. Nama genre sastra pada periode kuno yaitu, tragedi, komedi, epik,
satire, novel, esai dan biografi. Pada periode renaisan yaitu, epik, tragedi,
komedi, sejarah, pas toral, komik pastoral, dsb.
Menurut Hirsch, cara terbaik untuk mendefinisikan genre ialah dengan
melukiskan unsur-unsur di dalam kelompok teks sempit yang mempunyai
hubungan sejarah secara langsung.
Setiap jenis genre mempunyai ciri dan struktur tersendiri. Struktur
genre disebut struktur skematika (Martin, 1983) yaitu pola keseluruhan dan
keteraturan di dalam sebuah genre.

vi
Struktur skematika genre biasanya bervariasi, tetapi secara umum
mempunyai pendahuluan, pertengahan, dan penutup.

B. Pengertian Sastra
Sastra adalah ungkapan ekspresi manusia berupa karya tulisan atau
lisan berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman, hingga ke perasaan dalam
bentuk yang imajinatif, cerminan kenyataan atau data asli yang dibalut dalam
kemasan estetis melalui media bahasa. Pengertian di atas diperkuat oleh
Sumardjo & Saini (1997) yang berpendapat bahwa Sastra adalah ungkapan
pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,
keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona
dengan alat bahasa.
Menurut Mursal Esten berpendapat bahwa Sastra adalah
pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan
manusia dan masyarakat umumnya, melalui bahasa sebagai medium dan
memiliki efek positif terhadap kehidupan manusia.
Sastra merupakan karya tulisan indah (belle letters) yang mencatatkan
sesuatu dalam bentuk bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan,
dipanjangpendekan dan diputarbalikan, dijadikan ganjil atau cara
penggubahan estetis lainnya melalui alat bahasa .
Sastra mempunyai kemampuan untuk merekam pengalaman yang
empiris-natural maupun pengalaman yang nonempiris-supernatural (Saryono
2009). Sederhananya, Sastra dapat menjadi saksi bisu dan komentator
kehidupan manusia. Latar belakang karya sastra saja dapat mencerminkan
bagaimana kehidupan masyarakat suatu wilayah secara umum. Dari sana juga
kita dapat belajar seperti apa budaya, kehidupan, hingga nilai-nilai yang
dijunjung masyarakat dalam keadaan latar belakang tersebut. Kita juga dapat
menemukan secercah sejarah penting seperti pada novel “Bumi Manusia”
karya Pram.

vii
C. Pengertian Genre Sastra
Genre sastra mengacu pada klasifikasi berdasarkan kelompok atau
kategori dari karya sastra yang berbeda. Ini dibagi berdasarkan struktur yang
mereka miliki serta isinya. Dengan kata lain, kelompok besar di mana semua
karya sastra terkandung. Dalam sejarahnya, batasan mengenai genre sastra
juga bersifat sangat dinamis dan berbeda-beda. Jenis sastra terjadi karena
konvensi sastra yang berlaku pada suatu karya membentuk ciri karya tersebut.

Menurut Pearson jenis sastra dapat dianggap sebagai 9 suatu perintah


kelembagaan yang memaksa pengarangnya sendiri. Menurut Harry Levin,
jenis sastra adalah suatu “lembaga”, seperti halnya gereja, universitas, atau
negara. Jenis sastra itu dinamis seperti halnya sebuah institusi yang boleh
diikuti atau tidak, atau boleh dirubah. Sedang menurut A. Thibaudet teori
genre adalah suatu prinsip keteraturan: sastra dan sejarah sastra
diklasifikasikan tidak berdasarkan waktu atau tempat periode atau pembagian
sastra nasional, tetapi berdasarkan tipe struktur atau susunan sastra tertentu
Wellek Warren, 1993.
D. Pengertian Fiksi

Fiksi berasal dari bahasa Inggris yakni “Fiction” yang artinya adalah
rekaan atau khayalan.
Fiksi yaitu prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya
masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatiskan hubungan antar
manusia, dan menyajikan problematika manusia dan kemanusiaan atau hidup
dan kehidupan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian fiksi
adalah cerita rekaan seperti roman, novel, dan sebagainya. Khayalan, tidak
berdasarkan kenyataan. Pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau
pikiran.
Menurut Krismarsanti pengertian fiksi merupakan suatu karang yang
berisi kisah atau juga cerita yang dibuat dengan berdasarkan khayalan atau
imajinasi pengarang.

viii
Dapat disimpulkan bahwa pengertian fiksi merupakan jenis narasi
literer serta berupa cerita rekaan/khayalan pengarang tanpa memperdulikan
realitasnya.

E. Macam-macam Gendre Fiksi


Umumnya, genre merupakan pembatasan istilah dalam bidang seni dan
budaya. Seperti yang diketahui pada musik, film, tarian, dan lainnya. Masing-
masing tersebut memiliki genre secara khusus. Secara khusus juga, beberapa
genre ditentukan untuk karya fiksi. Adapun genre-genre tersebut diantaranya:

1. Historical Fiction
Genre ini merupakan cerita yang mengulas tentang kejadian yang
sudah terjadi (lampau), atau tentang sejarah. Untuk dapat membuat karya
dengan genre ini dibutuhkan pengamatan sebelumnya, dan data-data yang
mendukung. Cerita yang dipaparkan harus sesuai dengan faktanya. Jika
tidak karya tersebut bisa mempengaruhi paradigma pembacanya terhadap
sejarah tersebut. Jenis karya fiksi yang sering bergenre seperti ini adalah
Novel. Seperti contoh novel: Pulang (karya Leila S. Chudori), Arus Balik
(karya Pramoedya Ananta Toer).
2. Science Fiction
Ini adalah bentuk fiksi spekulatif yang terutama membahas tentang
pengaruh sains dan teknologi yang diimajinasikan terhadap masyarakat
dan para individual. Genre fiksi seperti ini, fakta ilmu pengetahuan adalah
yang menjadi dasar penulisannya. Pada beberapa karya bahkan membahas
konsep teknologi dan sains ilmiah yang belum tentu ada di dunia nyata.
Penulis harus menguraikan cerita berdasarkan konsep teknologi. Jelas
bukan hal mudah mencipta karya bergenre seperti ini. Beberapa karya
yang pernah ada membahas tentang dunia galaksi (ruang angkasa),
dimensi waktu, dan teknologi-teknologi mutakhir lainnya. Contoh karya
yang masuk dalam genre ini adalah: Hujan (karya Tere Liye), Jatuh ke
Matahari (karya Djokolelono), Supernova (karya Dewi Lestari).

ix
3. Bioghraphical Fiction
Genre ini menggunakan fakta biografis sebagai dasar penulisannya.
Fiksi seperti ini dapat berupa biografi murni dan juga otobiografi.
Bioghraphical Fiction ini sebenarnya genre pada fiksi, yang seringkali
terlihat hampir tidak ada batasannya dengan karya Non Fiksi. Itu karena
karya-karya dengan genre seperti ini mengulas hampir 100% kenyataan
yang sebenar-benarnya. Atau kurang dari 50% adalah imajinasi sang
penulis. Namun kenyataannya karya-karya yang tetap dibuat dengan
meletakkan unsur imajinatif seperti itu. Akan tetap digolongkan dalam
genre ini. Contoh karya yang bergenre ini adalah: Peci Miring (karya
Aguk Irawan MN), TAN (karya Hendri Teja).
4. Horror
Karya dengan genre ini lebih mengedepankan kesan ngeri dan
perasaan takut. Cerita dan plotnya dirangkai sedemikian rupa untuk
memunculkan kesan seperti itu. Horror bukan hanya terbatas pada karya-
karya yang menceritakan sosok mistis (hantu) saja dalam ceritanya. Tapi
juga pada kisah-kisah pembunuhan berantai, penyiksaan, sosok
monster/alien/zombie, dan yang lainnya yang mampu memunculkan rasa
ngeri.Dan karya-karya yang memunculkan sosok mistis (hantu) belum
tentu dikategorikan dalam genre horror. Pada initinya, karya yang dapat
dikategorikan sebagai cerita horror hanyalah yang mampu memunculkan
kesan “ngeri” dan “teror” pada pembaca/penonton. Contoh karya yang
masuk dalam kategori genre ini adalah: It (karya Stephen King), The
Metamorphosis (karya Franz Kafka), Misteri Patung Garam (karya Ruwi
Meita).
5. Fantasi
Genre ini adalah genre yang unsur ceritanya terkadang hampir
berdekatan dengan unsur pada genre horror. Hanya saja genre fantasi
bukan mengedepankan kesan ngeri atau pun teror. Fantasi adalah genre
yang memiliki unsur magis dan supernatural, berkecimpung dalam dunia
yang kelihatannya serba surealis namun sebenarnya sangat logis. Fantasi

x
adalah sebuah bentuk manifestasi kreatifitas tingkat tinggi yang menuntut
imajinasi bebas sebebasnya, namun juga tetap logis dan rasional. Contoh
karya pada genre ini adalah: Winterflame (karya Fachrul R.U.N), Sang
Penantang Takdir (karya Ardani Persada), Harry Potter (karya J.K
Rowling).
6. Romance
Romance adalah genre yang isinya paling banyak mengangkat
tentang permasalahan hidup manusia sehari-hari. Unsur keseharian itu
belakangan ini disebut Slice of Life. Bisa dibilang fiksi genre ini
merupakan golongan genre yang paling banyak pembacanya. Jalan cerita
yang tidak rumit serta akhir cerita yang selalu bahagia, membuat banyak
orang terutama perempuan selalu mencarinya. Contoh bagian tentang
kehidupan yang selalu dapat dirasakan setiap orang adalah jatuh cinta,
patah hati, bertemu cinta sejati, dan semuanya tentang cinta. Maka jelas
perempuan adalah penggemar utamanya. Jenis karyanya pun beragam,
seperti: chicklit, teenlit, novel, puisi, cerpen, dan lainnya.
Ciri yang paling khas dari genre ini ialah dimana diksi-diksi yang tertulis di
dalamnya terbaca begitu puitis dan romantis sehingga mampu menciptakan
suasana heart – warming yang mengakibatkan pembacanya dapat
menikmati keindahannya.
Dapat disimpulkan, sebagaimana tujuan dari sebuah fiksi adalah
bahan hiburan. Maka, genre ini adalah yang paling memenuhi hasrat
hiburan itu. Contoh karya yang masuk dalam kategori genre ini adalah:
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (karya Buya Hamka), Ayat-Ayat
Cinta (karya Habiburrahman El Shirazy), Galaksi Kinanti (karya Tasaro
GK).
7. Fanfiction
Jika diartikan, fanfiction adalah fiksi penggemar. Maknanya adalah
karya yang dibuat seorang penggemar yang bertemakan tentang sesuatu
yang sudah ada. Seperti misalnya Grup Musik, Film, komik, novel,
selebriti atau apapun yang masih menggunakan dunia, konsep, karakter

xi
dan beberapa aspek cerita aslinya. Kesimpulannya, genre ini merupakan
karya yang dibuat berdasarkan kisah, karakter, atau latar yang sudah ada.
Maka karya yang dibuat dengan genre ini bisa dianggap meniru karya
aslinya. Perbedaannya hanya pada plotnya yang merupakan hasil imajinasi
pembuatnya (penggemar). Agar tidak dianggap melakukan pelanggaran
hak cipta, maka para pembuat fanfiction akan mencantumkan kategori
“fanfiction” dalam tulisannya dan memberikan disclaimer (semacam
pengakuan hak cipta) untuk pencipta aslinya. Terkadang sejumlah
fanfiction menyertakan penulisnya atau nama orang lain sebagai karakter
cerita (sering disebut OC atau Original Caracter). Namun, ada pula yang
tidak. Beberapa contoh karya fanfiction adalah: How Can You Forget it
(karya HyeKim), Oppa & I: Love Missions (karya Orizuka & Lia Indra
Andriana), Then I Hate You So (karya Andry Setiawan).
8. Humor
Genre fiksi ini adalah fiksi yang mengutamakan tujuan menghibur
selanjutnya. Unsur komedi dan parodi lebih ditekankan pada genre in.
Imajinasi penulis harus mampu membuat kesan jenaka pada karyanya.
Dan menciptakan tawa bagi pembacanya. Trik-trik yang biasa digunakan
pembuat karya dalam genre ini adalah dengan menggunakan bahasa gaul
atau bahasa slang dan susunan kalimat seperti ucapan sehari-hari yang
terkesan ngawur dan ringan. Meskipun begitu, bahasa-bahasa sastra juga
mampu membuat kesan jenaka. Hal ini sangat bergantung pada
kemampuan pembuatnya dalam menciptakan sesuatu hal yang lucu.
Contoh karya yang masuk dalam kategori genre humor adalah: Skripsick
(karya Chara Perdana), My Stupid Boss (karya Chaos@work), The Freaky
Teppy (karya Stephany Josephine).
9. Adventure
Genre ini berkisah tentang hal-hal petualangan. Suatu usaha yang
menarik dan melibatkan risiko dan bahaya fisik, yang membentuk alur
cerita utama. Ini adalah genre yang sangat mungkin memiliki multi-genre.
Terutama fantasi, romance, dan humor. Genre adventure tidak harus

xii
mengisahkan tentang perjalanan atau pengembaraan ke tempat jauh. Bisa
saja cerita yang memiliki sebuah peristiwa yang mampu mengubah
sesuatu, baik itu diri sendiri atau orang lain. Petualangan dapat berupa
kejadian atau peristiwa penting yang terjadi dalam hidup seseorang. Yang
biasanya ceritanya berkisah tentang perjalanan hidup tokoh cerita dari
kecil hingga pada usia tertentu. Contoh karya yang dapat digolongkan
dalam genre ini adalah: Narend: Petualangan ke Negeri Kutukan (karya
Linuwih Nata Permana), Petualangan Tom Sawyer (karya Mark Twain),
Lampau (karya Sandy Firly). Pulang (karya Tere Liye).
10. Misteri
Misteri ini adalah genre yang hampir dekat dengan genre horror.
Namun misteri belum tentu horror. Tidak ada sosok misterius yang akan
memunculkan rasa takut pembaca atau penonton dari karya fiksi bergenre
ini. Melainkan kesan penasaran lah yang ditekankan dalam genre.
Terkadang, karya-karya fiksi bergenre horror juga mampu memunculkan
kesan misterius dalam ceritanya. Namun itu hanya berupa tambahan
perasaan saja bagi pembacanya. Cerita-cerita yang berkisah tentang
detektif seperti Sherlock Holmes dan komik Detektif Conan adalah salah
satu contoh karya yang masuk dalam kategori genre ini.
Pembaca/penonton biasanya akan mendapatkan kejutan-kejutan tak
terduga pada akhir cerita. Ini disebut Twist dalam membuat cerita. Ada
trik yang cukup kuat dalam mempertahankan misteri ceritanya.
Pembuatnya menggunakan tehnik Chekov gun – red herring dalam
membuatnya. Contoh karya yang masuk dalam genre ini adalah: Sherlock
Holmes: Kutukan Keluarga Baskerville (karya Sir Arthur Conan Doyle),
Detective Conan (karya Gosho Aoyama), Angels and Demons (karya Dan
Brown). Moonstones (karya Wilkie Collins).

xiii
F. Pengertian Non Fiksi
Non fiksi adalah suatu tulisan yang isinya itu bukanlah imajinasi atau
rekaan penulisnya. Artinya adalah, tulisan non-fiksi ini merupakan suatu karya
seni yang sifatnya faktual atau juga dengan berdasarkan kenyataan serta
terkandung kebenaran di dalamnya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI) non fiksi adalah Non-
fiksi adalah sastra yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan
kenyataan (tentang karya sastra, karangan dan sebagainya).
Non-Fiksi adalah setiap karya informatif (seringkali berupa cerita)
yang pengarangnya dengan itikad baik bertanggung jawab atas kebenaran atau
akurasi dari peristiwa, orang atau informasi yang disajikan (Geir Farner).
Non-fiksi adalah klasifikasi untuk setiap karya informatif (sering kali
berupa cerita) yang pengarangnya dengan itikad baik bertanggung jawab atas
kebenaran atau akurasi dari peristiwa, orang, dan/atau informasi yang
disajikan. Sebuah karya yang pengarangnya mengklaim tanggung jawab
kebenaran namun tidak jujur maka adalah suatu penipuan sastra; suatu cerita
yang pengarangnya tidak mengklaim tanggung jawab kebenaran maka
diklasifikasikan sebagai fiksi. Non-fiksi, yang dapat disajikan baik secara
obyektif maupun subyektif, secara tradisional merupakan satu dari dua
pembagian utama dari narasi (khususnya dalam penulisan prosa), pembagian
tradisional lainnya adalah fiksi, yang berkontras dengan non-fiksi dalam hal
penyampaian informasi, peristiwa, dan karakter yang sebagian kecil atau besar
merupakan hasil imajinasi.
Non fiksi ialah karya seni yang sifatnya faktual sehingga di dalamnya
mengandung kejadian nyata. Tidak seperti fiksi, teks tersebut merupakan hal-
hal nyata. Umumnya buku bersifat informatif seperti memaparkan opini atau
gagasan dalam teksnya. Terdapat berbagai bentuk non fiction.
Karangan non fiksi antara lain biografi, opini, esai dan eksposisi.
Selain itu, buku pengetahuan yang mengulas tentang suatu topik juga dapat
dikategorikan sebagai teks tersebut. Buku ini sangat ilmiah sehingga tidak ada
unsur imajinasi dan kebenarannya bisa dibuktikan dengan ilmu.

xiv
Karangan ini sangat bermanfaat sebab masyarakat dapat memahami
tentang ilmu suatu bidang dengan mudah. Tak hanya itu, teks tentang biografi
pun bisa diketahui dengan mudah berkat keberadaan non fiksi tersebut.
Intinya, buku yang mengandung kebenaran dan tidak imaginatif termasuk tipe
ini.
G. Macam-macam Genre Non Fiksi
1. Biografi
Biografi adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif
tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering
menceritakan sebuah kisah, dalam sudut pandang orang ketiga maupun
orang pertama, dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang
terkait dengan waktu mereka. Karya sastra dikenal dalam dua bentuk,
yaitu fiksi dan nonfiksi. Jenis karya sastra fiksi adalah prosa, puisi, dan
drama. Sedangkan contoh karya sastra nonfiksi adalah biografi,
autobiografi, esai, dan kritik sastra.
2. Jurnalisme Sastra
Jurnalisme Sastra adalah jenis tulisan jurnalistik yang teknik dan
gaya penulisannya menggunakan cara yang biasa dipakai dalam karya
sastra, seperti dalam cerpen atau novel. Jurnalistik sastra menyajikan
jurnalisme yang lebih menarik dibaca, menyentuh emosi pembaca, dan
memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai daerah atau tokoh
tertentu.
3. Diary
Diary adalah catatan harian, yang dipergunakan untuk mencatat
kejadian yang dialaminya sehari-hari. Penulisan buku harian memiliki
tujuan agar sang penulis dapat mengingat pengalaman yang pernah
dialami, baik itu pengalaman yang menyedihkan, pengalaman yang
menyedihkan, ataupun pengalaman yang aneh.

xv
4. Kamus
Kamus merupakan sejenis buku rujukan yang menerangkan makna
kata-kata. Kamus berfungsi untuk membantu seseorang mengenal
perkataan baru.
5. Esai
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara
sepintas dari sudut pandang pribadi penulisnya. Di dalam esai berisi
tentang opini, pandangan atau ekspresi pribadi dari penulis mengenai
sebuah hal yang sedang terjadi atau berlangsung.
6. Sejarah
Sejarah dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-
benar terjadi pada masa lampau atau asal usul (keturunan) silsilah,
terutama bagi raja-raja yang memerintah.
7. Jurnalisme
Jurnalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan
melaporkan peristiwa.
8. Surat
Surat adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi
tertulis oleh suatu pihak kepada pihak lain dengan tujuan memberitahukan
maksud pesan dari si pengirim. Informasi yang diberikan di dalam surat
berupa pengantar, pemberitahuan, tugas, permintaan, perjanjian, pesanan,
perintah, laporan dan putusan. Selain itu, surat juga dapat berisi
peringatan, teguran, dan penghargaan.
9. Sejarah Alam
Sejarah alam adalah penelitian ilmiah tentang tumbuhan maupun
hewan, lebih menuju ke metode belajar pengamatan daripada
eksperimental, dan mencakup lebih banyak penelitian yang diterbitkan di
majalah daripada jurnal akademik, sehingga istilah ini dianggap kuno di
kalangan masyarakat ilmiah akibat revolusi ilmiah.

xvi
10. Buku ilmiah
Buku ilmiah adalah karya tulis ilmiah (KTI) dengan pembahasan
mendalam tentang masalah kekinian suatu keilmuan yang merangkum
hasil-hasil penelitian terbaru.[1] Buku ilmiah menekankan pada aspek
teori, yaitu panduan penjelasan filosofis atas suatu langkah, panduan, atau
suatu bentuk kajian yang diterbitkan dalam format buku. Susunan buku
ilmiah disajikan dalam bentuk bagian per bagian atau bab per bab yang
dibuat secara berkesinambungan dan bertautan.

xvii
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tayamum merupakan cara bersuci umat Islam sebagai pengganti
wudhu dalam membersihkan hadas kecil dan hadas besar, tayamum ini
biasanya dilakukan ketika ingin salat namun tidak ada air. Secara istilah
tayamum artinya mengusap wajah dan tangan menggunakan debu yang
bersih. Tayamum ini juga sudah dijelaskan dalam Al Quran pada firman
Allah di QS Al Maidah ayat 6.
Tayamum memiliki tata cara tersendiri untuk membuat tubuh menjadi
suci dari hadas besar dan hadas kecil. Caranya mirip seperti wudu, namun
hanya mengusap bagian wajah dan tangan saja. Tayamum juga hanya
menggunakan debu dan tanah berdebu yang bersih. Setelah melakukan
tayamum juga ada doanya tersendiri. Kalian dianjurkan untuk membaca
doa bersuci setelah tayamum.
Dalam praktiknya, tayamum memiliki syarat-syarat tertentu yang harus
dipastikan sebelum melakukannya. Kalian harus memastikan bahwa
daerah kalian benar-benar tidak ada air dan jika ada pastikan dalam
mendapatkannya itu sangat sulit. Bagi kalian yang sakit dan tidak bisa
terkena air juga diperbolehkan untuk tayamum. Dalam perjalanan jauh pun
kalian juga boleh bertayamum. Hal yang paling penting adalah debu untuk
bertayamum harus bersih dari najis.
Tayamum memiliki rukun dan sunahnya. Rukun dalam tayamum
seperti membaca niat, mengusap wajah, mengusap tangan sampai siku,
dan melakukannya dengan tertib. Lalu sunah tayamum seperti, membaca
basmalah, mendahulukan bagian kanan daripada kiri, dan juga menipiskan
debu.
Ada hal yang harus diperhatikan setelah tayamum, yaitu hal yang
dapat membatalkan tayamum. Hal tersebut meliputi, menemukan air, bisa

xviii
menggunakan air, murtad, hilang akal dalam berpikir, tidur, buang air
kecil, buang air besar, kentut, dan juga haid.

B. SARAN

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah diatas


masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta
kritik yang membangun dari para pembaca

xix
DAFTAR PUSTAKA

Djuharie, O. Setiawan. 2007. Genre. Bandung: CV Yrama Widya.


Eagleton, Terry. (2010). Teori Sastra: Sebuah Pengantar Komprehensif. (Edisi
Terjemahan Harfiah Widyawati dan Evy Setyarini). Yogyakarta: Jalasutra.
Esten, Mursal. (1978). Kesusastraan (Pengantar, Teori, dan Sejarah). Bandung:
Angkasa.
Hapsari, Sri. Candrayani, Amalia. Endang, Ika. Wahyono, Jati. 2014. Penulisan
dan Penyajian Karya Ilmiah. Depok. PT RajaGrafindo Persada
Jauhari, Heri. 2018. Panduan Praktis Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Pustaka
Setia
Kutha, Nyoman. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar
Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta. PT Remaja
Rosdakarya
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit
Erlangga
Saryono. (2009). Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: Universitas Negeri.
Sitepu. 2016. Pedoman Menulis Jurnal. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Sumardjo, Jakob, dan Saini K.M. (1997). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

xx

Anda mungkin juga menyukai