Anda di halaman 1dari 13

Chapter I

Evolusi Dukungan Pajat Sekolah Umum


Sejak negara-negara jajahan memperoleh kemerdekaan, masalah yang dihadapi
dalam upaya memperbaiki kehidupan rakyat sangat kompleks, hampir seluruh bidang
kehidupan perlu ditata kembali, hal ini tak lain karena pada masa penjajahan kehidupan
masyarakat diarahkan demi kepentingan penjajah. Kondisi kehidupan negara/bangsa
yang baru merdeka secara ekonomi sering dikonseptualisasikan sebagai negara
terbelakang (backward country) atau underdeveloped country (negeri dengan
pembangunan rendah).
Pada masa periode colinial dukungan pajak untuk sekolah umum sebagia besar
terbatas pada kelas dasar sampai abad ke sembilan belas saja. Di beberapa negara
bagian msekolah umum masih tetap mempertahankan eksistensinya dan lebih baik
dengan dukungan pajak . Pada gilirannya ini akan memberikan kebebasan, kesettaraan
kesempatan dan sistem pemerintah yag demokrasi, rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.
Konsep huitlan capital diperkenalkan oleh Theodore W. Schulz melalui
pidatonya yang berjudul ”Investment in human Capital’, dihadapan para ekonom
Amerika pada tahun 1960. Para ekonom sebelumnya hanya mengenal capital fisik
berupa alat-alat, mesin, dan peralatan produktif lainnya yang diperkirakan memberikan
kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Seiringberkembang nya
zaman, teknologi saja tidak cukup menjadi alasan untuk memberikan konJibusi
keberhasilan pada suatu organisasi, untukmengelola ceknologi yang semakin pesat
membutuhkan tenaga yang cukup terampil secara pikiran.
Chapter III
Human Capital dan Manfaat Pendidikan Secara Ekonomi

Sudut Pandang Ekonomi Klassik


Konsep tentang investasi sumber daya manusia (human capital investment)
yang menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth), telah ada sejak jaman
Adam Smith (1776), yang menekankan pentingnya investasi keterampilan manusia.
Schultz (1960) kemudian memperlihatkan bahwa pembangunan sektor pendidikan
dengan sumberdaya manusia sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi
langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui peningkatan
keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Dalam hal ini human capital
merupakan investasi jangka panjang pada pengembangan sumberdaya manusia untuk
meningkatkan produktivitas. Pentingnya human capital adalah pengetahuan yang ada
pada sumberdaya manusia merupakan basis penggerak dalam peningkatan
produktivitas.

Pendekatan Human Capital


Pendidikan dipandang sebagai salah satu bentuk investasi pertama kali
dikemukakan Theodore W. Schultz pada tahun 1960 yang berjudul investment in human
capital. Teori human capital menganggap manusia merupakan suatu bentuk kapital
(sebagai mana bentuk-bentuk kapital lainnya seperti mesin, teknologi, uang, tanah,
materil) yang menentukan pertumbuhan produktivitas melalui investasi dirinya sendiri.
Human capital dapat diaplikasikan melalui berbagai bentuk investasi SDM diantaranya
pendidikan formal, pendidikan informal, pengalaman kerja, dll.
Studi tentang bagaimana manusia, baik secara perorangan maupun kelompok,
membuat keputusan dalam rangka mendayagunakan sumbersumber daya yang terbatas
agar dapat menghasilkan berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan, pengembangan
ilmu pengetahuan dan keterampilan, pendapat, dan sikap, khususnya melalui
pendidikan formal, serta bagaimana mendistribusikannya secara merata dan adil
diantara berbagai kelompok masyarakat (Cohn, 1979).
Cohn, 1979 menyatakan ekonomi pendidikan adalah studi tentang bagaimana
manusia baik secara individu maupun kelompok masyarakat membuat keputusan
dalam rangka mendayagunakan sumber dayayang langka/terbatas agar
dapat menghasilkan berbagai bentuk pendidikan danlatihan, pengembangan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan, pendapat, sikap, dannilai-nilai khususnya melalui
pendidikan formal, serta mendiskusikannya secara merata dan adil diantara berbagai
kelompok masyarakat Human capital (modal manusia) adalah unsur yang sangat
pentingdidalam organisasi.
Sementara itu human capital menurut para akhli dapat diberi pengertian:
 Human capital is “the knowledge, skills, and capabilities of individual that have
economic value to an organization (Bohlander, Snell, & Sherman, 2001)
 Human capital is “the collective value of an organization’s know-how. Human
capital refers to the value, usually not reflected in accounting system, which results
from the investment an organization must make to recreate the knowledge in its
employees (Cortada & Woods, 1999
 Human capital is ”all individual capabilities, the knowledge, skills, and experience of
the company’s employees and managers” (Edvinsson & Malone, 1997)
Dari tiga pengertian di atas nampak sekali adanya kesamaan esensi yang
menunjukan bahwa modal manusia itu merupakan sesuatu yang melekat dalam diri
individu, dan hal inipun tidak berbeda dengan pengertian yang dikemukakan oleh Jac
Fitz-entz. Disamping itu hal yang cukup menonjol dari definisi di atas adalah dimensi
ekonomi yang menjadi acuan kebermanfaatannya.
Dengan memahami dua konsep tersebut yaitu pendidikan dan human capital
dapatlah difahami bahwa kemampuan-kemampuan yang ada pada manusia (human
capital) pada dasarnya adalah merupakan hasil dari suatu proses pendidikan,
pendidikan merupakan upaya untuk membentuk human capital yang berkualitas.

Sumber Daya Manusia Dan Human Capital


Harbison Menunjukkan bahwa modal dan SDM adalah faktor produksi yang hanya
dapat dihasilkan oleh katalis sumber daya manusia, dia mengatakan. “
• Manusia adalah agen aktik yang mengumpulkan modal
• Exploitasi sumber daya alam
• Membangun ekonomi sosial
• Kebijakan Politik
Dimensi lain dari peranan dan pengaruh pendidikan terhadap kehidupan ekonomi
adalah dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi
merupakan upaya terencana untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dalam bentuk
meningkatnya Pendapatan Nasional perkapita, penyerapan tenaga kerja serta bentuk-
bentuk lain yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
Menurut Gary S. Fields (Lascelles Anderson dan Douglas M. Windham 1982 : 47)
Pendidikan merupakan indikator penting kinerja suatu negara, baik dalam jangka
pendek mupun jangka panjang. Manfaat pendidikan harus dimasukan dalam analisis
tentang sumbangan pendidikan pada pembangunan. Pendidikan punya nilai penting
karena dapat meningkatkan kegiatan produktif di masa depan,untuk itu analisis biaya-
manfaat dapat membantu dalam menilai potensi investasi pendidikan. Dengan
demikian adalah tidak mungkin suatu pembangunan ekonomi dapat dilaksanakan
dengan baik apabila terjadi kekurangan modal manusia sebagai hasil pendidikan, oleh
karena itu pendidikan menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi, karena
dapat meningkatkan produktivitas bangsa, dimana peningkatan ini jelas akan mampu
mempercepat peningkatan pembangunan ekonomi

Mengukur Manfaat Pendidikan


Dalam mengukur manfaat pendidikan terhadap tenagag kerja dapat dilihat dari tiga
hal berikut:
• Meningkatkan produksi kapasita angkatan kerja
• Meningkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya
• Peningkatkan standar sosial dalam kehidupan masyarakat
Manfaat pendidikan adalah sesuatu yang dapat diberikan oleh pendidikan, baik
untuk manfaat ekonomi maupun manfaat social, manfaat ekonomi bias bersifat
individual maupun manfaat public. Menurut Roe L. Johns, et.al (1983 : 37) “The benefits
of education may be broadly defined as including anything which a. increase production
through enhancement of capacity of the labor force; b. increase efficiency by reducing
cost, thus reserving or releasing resources for other productive pursuits; and c. Increase
the social consciousness of community so that the standard of living is enhanced”. Jadi
secara umum pendidikan dapat memberikan manfaat besar bagi kemajuan hidup
manusia melalui peningkatan produksi, peningkatan efisiensi, serta peningkatan
kesadaran perlunya perbaikan standar kehidupan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah adanya keterlibatan uang dalam kajian
pendidikan, dimana hal ini jelas tidak bisa dihindari mengingat pendidikan merupakan
benda ekonomi yang langka, dan uang merupakan salah satu yang perlu dikorbankan
untuk mendapatkannya. Menurut Thomas H. Jones (1985 : 3-20) “money come into play
in the education enterprise in three areas : 1) Economics of education; 2) school finance;
3) school business administration”. Dengan demikian ketiga bidang tersebut merupakan
kajian tentang pendidikan yang melibatkan satuan uang, oleh karena itu masalah
pembiayaan pendidikan pun tidak terlepas dari kajian tentang uang/dana berkaitan
dengan perolehannya serta penggunaannya dalam suatu proses pendidikan (sekolah).
Sehubungan dengan hal tersebut, satu hal yang merupakan konsep penting
dalam pembiayaan pendidikan adalah masalah biaya (Cost) pendidikan yang sangat
diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Biaya pada lembaga pendidikan
biasanya meliputi :
o Direct cost dan indirect cost. Direct cost (biaya langsung) yaitu biaya yang langsung
berproses dalam produksi pendidikan di mana biaya pendidikan inni secara
langsung dapat meningkatkan mutu pendidikan, biaya langsung akan berpengaruh
terhadap output pendidikan. Biaya langsung ini meliputi gaji guru dan personil
lainnya, pembelian buku, fasilitas kegiatan belajar mengajar, alat laboratorium, buku
pelajaran, buku perpustakaan dll, biaya langsung untuk pengajaran harus memnuhi
unsure sebagai berikut ; inherent pada hasil, kuantitatif dapat dihitung, tak dapat
dihindarkan, indirect dapat melaksanakan pendidikan. Biaya tidak langsung
meliputi biaya hidup, transportasi, dan biaya-biaya lainnya.
o Social cost and private cost, social cost dapat dikatakan sebagai biaya publik, yaitu
sejumlah biaya sekolah yang harus dibayar oleh masyarakat. Sedangkan private cost
adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga untuk membiayai sekolah anaknya, dan
termasuk didalamnya forgone opportunities (biaya kesempatan yang hilang).
Sementara itu dalam kaitan dengan Pendidikan Tinggi, manfaat pendidikannya
juga besar, dan untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan cara
mengestimasi/memperkirakan manfaat yang akan diperoleh. Dalam mem-perkirakan
manfaat/hasil Pendidikan Tinggi, terdapat tiga cara yang dapat dipergunakan
sebagaimana diungkapkan oleh oleh Larry L. Leslie dan Paul T. Brinkman dalam
bukunya The Economic Value of Higher Education (1993 : 41) yang menyatakan bahwa
There are Three major ways to estimate the monetary yields of College Education:
1. Earning Differensials.
2. Net Present Value (NPV)
3. Private rate of Return

Earning Differensials (Perbedaan Penghasilan/Pendapatan)


Cara ini mencoba melihat hasil Pendidikan Tinggi secara moneter dengan
membandingkan antara rata-rata penghasilan yang diperoleh lulusan Pendidikan Tinggi
dengan rata-rata penghasilan yang diperoleh oleh mereka yang bukan lulusan
Pendidikan Tinggi. Asumsi cara ini adalah bahwa semakin tinggi Pendidikan, semakin
tinggi Penghasilan/pendapatan. Menurut Larry L. Leslie dan Paul T. Brinkman cara
ini mudah difahami karena kesederhanaannya (kesederhanaan ini juga merupakan
keterbatasannya).
Cara ini melihat adanya hubungan langsung antara tingkat pendidikan dengan
penghasilan, artinya variasi dalam tingkat pendidikan dapat dijadikan dasar untuk
menjelaskan variasi dalam penghasilan. Implikasi dari cara ini adalah bahwa jika terjadi
ketidak merataan dalam penghasilan, maka pendidikan bias menjadi salahsatu cara
untuk mengurangi ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan. Oleh karena itu, cara
ini nampaknya bersesuaian dengan salah satu teori distribusi pendapatan dengan
pendapatan Human Capital.
Premis dasar dari pendekatan human capital adalah “… that variation in labor
income are due to difference in labor quality (Elchanan Cohn. 1979 : 28), dan perbedaan
kualitas pekerja itu salah satu penyebabnya adalah pendidikan, oleh karena itu
Elchanan Cohn (1979 : 29) menggambarkan hubungan pendidikan dengan
penghasilan/pendapatan sebagai berikut

INVESTMENT HIGHER HIGHER

Dari gambar di atas dapat difahami bahwa investasi yang dikeluarkan untuk
pendidikan akan dapat meningkatkan kualitas pekerja dengan meningkatnya
produktivitas, dan dengan produktivitas yang meningkat, maka pendapatan
/penghasilan pekerja tersebut akan meningkat pula. Hal ini juga berarti bahwa semakin
besar investasi pendidikan semakin besar pula pendapatan yang akan diperoleh, dan
apabila seseorang mencapai pendidikan tinggi itu berarti investasiyang dikeluarkan
untuk pendidikan semakin besar.
Disamping dengan pendekatan Human capital, cara ini juga sejalan dengan
pendekatan Screening (Credentials), perbedaannya adalah bahwa dalam pendekatan ini
investasi pendidikan mempengaruhi pendapatan tidak melalui produktivitas melainkan
melalui diperolehnya credential/ijazah yang dapat menjadi dasar dalam screening, bila
digambarkan akan nampak sebagai berikut :

INVESTMENT HIGHER HIGHER

Dengan memperhatikan penjelasan di atas, nampak bahwa pendidikan tinggi


akan menghasilkan pekerja yang lebih trampil, makin produktif dan punya
credential/berijazah tinggi, akibatnya mereka akan memperoleh penghasilan/
pendapatan yang yang tinggi/lebih tinggi.
Memang cara ini meiliki keterbatasan sebagai suatu alat estimasi, namun ada
upaya untuk mengoreksinya dengan cara menghitung nilai Alpha/faktor alpha, dan
hasilnya sebagaimana dikemukakan Larry L. Leslie dan Paul T. Brinkman (1993 : 44)
dari 17 studi yang dilakukan menunjukan bahwa nilai alpha meningkat sejalan dengan
tingkat pendidikan, oleh karena itu cara atau metode Earning differentials meskipun
ada keterbatasannya tetap dapat dipergunakan untuk mengestimasi manfaat moneter
dari pendidikan tinggi.

4. Net Present Value (Nilai bersih sekarang)


Cara Net Present Value dalam memperkirakan hasil pendidikan tinggi
merupakan cara estimasi hasil pendidikan secara moneter dengan memperhatikan
faktor biaya dan perubahan nila uang, karena sebagaimana dikemukakan Larry L.
Leslie dan Paul T. Brinkman (1993 : 45) bahwa “… a dollar spent to purchase higher
education is worth more, considering forgone interest, yhan one to be earned at the same
later date”, ini menunjukan bahwa faktor interest/bunga yang hilang jika uang itu
disimpan, harus dikurangkan dari manfaat(penghasilan) yang diterima setelah lulus
pendidikan.
Cara ini nampak lebih realistis disbanding cara earning differentials, mengingat
cara earning differentials tidak/kurang memperhatikan perubahan nilai uang yang
umumnya terjadi karena perubahan harga akibat inflasi. Untuk itu Larry L. Leslie dan
Paul T. Brinkman (1993 : 44) menyatakan “.. eventhough earning differentials and
alpha factor may be quite useful to potential students, measure employed by professional
analysts almost always have included consideration of cost, too”, namun demikian cara
inipun masing menyimpan kesulitan terutama berkaitan dengan memilih tingkat bunga
yang layak
Meskipun demikian, cara ini tetap penting untuk melihat hasil pendidikan akibat
pendidikan tinggi, hanya mungkin pendapatan yang diperoleh lulusan perguruan tinggi
lebih rendah disbanding dengan cara earning differentials yang sama sekali tidak
memperhitungkan nilai uang yang berubah/berbeda antara masa sekarang dengan
masa dating.
Untuk memberi gambaran berikut ini akan dikemukakan contoh perhitungan
Net Present Value. Sebagaimana diketahui bahwa cara/metode ini memperhitungkan
time value of maney dengan memperhatikan tingkat inflasi dan tingkat suku bunga,
sehingga dapat diukur hasil mendatang dengan nilai sekarang. Adapun rumus
perhitungannya adalah :

Hasil/Proceed
(1 + r)n

r = tingkat bunga; n = lamanya waktu investasi


Contoh :
Jumlah Investasi Pendidikan Tinggi= 100.000
Hasil gaji per tahun = 40.000
Jangka waktu kerja (perkiraan) = 3 tahun
Tingkat bunga = 10%
Menghitung Net Present Value :
Present Value tahun ke 1 = 40.000 = 36.363,64
(1,10)1
Present Value tahun ke 2 = 40.000 = 33.057,85
(1,10)2
Present Value tahun ke 3 = 40.000 = 30.052,59
(1,10)3
Present value dari Investasi Pendidikan = 99.474,08
Jumlah Investasi Pendidikan = 100.000,00
= -525.92
investasi pendidikan merugikan karena NPV lebih kecil dari nilai Investasi

Private rate of return (tingkat kembalian pribadi)


Cara ini pada dasarnya merupakan cara mengestimasi hasil pendidikan tinggi
dengan memperhitungkan tingkat balikan internal secara pribadi, pada dasarnya cara
ini merupakan kebalikan dari cara NPV. Dengan cara ini analisis dilakukan dengan
menghitung tingkat diskonto yang akan mempersamakan nilai penghasilan dengan nilai
biaya. Cara ini menurut Roe L. Johns et al (1983 : 4) “..is the most commonly used
approach in educational investment studies”.
Dengan cara ini seseorang hendaknya menginvestasikan pada pendidikan tinggi
selama private (internal) rate of return melebih tingkat bunga pasar. Metode ini sama
halnya dengan metode NPV merupakan cara untuk mengukur/menganalisis biaya
manfaat sebagaimana dikemukakan oleh Roe L. Johns et al (1983 : 48) “. Two method
are used for the measurement of costs and benefits, The net preset value, and the internal
rate of return.
Dengan demikian maka metode ini merupakan Metode pencarian tingkat bunga
yang akan memberikan nilai sekarang dari hasil investasi pendidikan tinggi yang
diharapkan sama dengan jumlah nilai sekarang dari investasi yang dikeluarkan. Berikut
ini akan dikemukakan contoh perhitungan dengan menggunakan soal perhitung NPV :
Karena net present value minus sebesar 525,92, maka perlu dicari tingkat bunga
yang lebih rendah misalnya 9%, dan hasil perhitungan NPV adalah :
Present Value tahun ke 1 = 40.000
= 36.697
(1,09) 1
Present Value tahun ke 2 = 40.000
= 33.668
(1,09) 2
Present Value tahun ke 3 = 40.000
= 30.888
(1,09) 3
Present value dari Investasi = 101.253
Jumlah Investasi
= 100.000
= +1.253
jadi IRR terletak antara 9% dan 10%, selisih 1%.
Selisih Present Value : 101.253 - 99.474,08 = 1.778,92
Selisih Present Value (9%) dengan hasil/Investasi = 1.253
Maka IRR adalah : 1253 x 1% = 0.704% (0,70)
1778,92
jadi tingkat bunga menurut metode IRR adalah 9.70%
dengan memperhatikan uraian di atas, nampak bahwa dalam melihat manfaat dari
pendidikan Tinggi (juga tingkat pendidikan lainnya), metode di atas akan sangat
penting guna membantu membuat keputusan individu dalam menentukan permitaan
akan pendidikan tinggi dan pendidikan pada umumnya.

Pengaruh Ekonomi Terhadap Pendidikan


Disamping sudut pandang yang melihat pendidikan sebagai faktor yang
mempengaruhi ekonomi (variabel bebas), pendidikan juga dapat dilihat sebagai faktor
yang dipengaruhi oleh ekonomi, baik secara individu maupun sosial. Orang tak mungkin
dapat mengikuti pendidikan jika tak mampu secara ekonomi, dan jika kehidupan
ekonomi suatu bangsa menurun, adalah sulit mengharapkan keadaan pendidikan bisa
berkualitas, mengingat tidak adanya dana untuk membangun pendidikan.
Kehidupan ekonomi yang maju pada suatu bangsa akan meningkatkan GNP
bangsa tersebut, keadaan ini merupakan kondisi yang kondusif bagi pengembangan
bidang pendidikan. Menurut Todaro (1980 : 437) “Dalam berbagai negara yang sedang
berkembang, pendidikan formal adalah merupakan industri terbesar dan konsumen
terbanyak dari pengeluaran anggaran pemerintah”. Ini berarti bahwa bila negara
berkembang tersebut terus meningkat ekonominya, maka anggaran pendidikan pun
akan terus meningkat.
Selain dalam tataran makro, kehidupan ekonomi individupun akan berpengaruh
pada pendidikan. Permintaan pendidikan/persekolahan dari rumahtangga/individu
antara lain ditentukan oleh kemampuan ekonomninya, disamping faktor-faktor lainnya
seperti budaya, agama, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan faktor ekonomi, Nancy
Birdsall dan Susan Hill Cochrane (Lascelles Anderson dan Duglas M. Windham
1982:177) mengemukakan tentang model permintaan Rumah tangga dalam
persekolahan anak. Menurutnya rumah Tangga/keluarga dalam membuat keputusan
menyekolahkan anak akan mem pertimbangkan banyak faktor seperti terlihat dalam
persamaan berikut
Dsj = Dsj (Ps, Px, Wh, Ww, Wc, V, T, C)
Permintaan persekolahan (Dsj) adalah fungsi dari harga sekolah (Ps), Harga barang lain
(Px), Tingkat upah suami (Wh), Tingkat upah istri (Ww), upah anak (Wc), pendapatan
tertangguh (V), selera sekolah (T), dan balikan sekolah (C).
Dengan melihat persamaan di atas dapatlah dikatakan bahwa kemampuan
ekonomi rumahtangga/individu dapat menjadi diterminan utama, yang berpengaruh
pada permintaan persekolahan, sehingga senakin meningkat kehidupan ekonomi
keluarga, semakin besar kemungkinan keluarga/individu tersebut untuk mengikuti
persekolahan sampai tingkat dimana kondisi ekonomi masih memungkinkan untuk
mendukungnya.

Tipe Kategori sosial dan biaya pedidikan individu

Nilai Balik dari Investasi Pendidikan


pendidikan dapat dipandang sebagai sarana investasi, akan memberikan
implikasi secara ekonomi, melalui upaya pendidikan akan melahirkan tenaga kerja
terdidik yang akan mengisi berbagai sektor pekerjaan , yang pada akhirnya dapat
memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan pendapatan negara melalui
peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja.
Data dari berbagai Negara menunjukan bahwa investasi pendidikan menunjukan
tingkat keuntungan ekonomi cukup tinggi, ialah rata-rata 18,4%, 13,1% dan 10,9%
(sosial rate or return) serta 29,1%, 18,1% dan 20,3% (private rate of return) masing-
masing untuk pendidikan dasar, menengah dan tinggi (Pascharopoulus, 1993).
Dari pengalaman Negara industri maju, kontribusi tenaga kerja (SDM) dalam
peningkatan produktivitas industri sangat menonjol atau paling tinggi dibandingkan
dengan kontribusi factor-faktor produksi lain seperti modal dan teknologi. Kontribusi
factor tenaga kerja di Korea dan Amerika Serikat adalah paling tinggi (40% dan 32%)
dibandingkan dengan factor lain

Nulai Balik Dari Investasi Pendidikan Individu Dan Sosial

Manfaat external dari investasi pendidikan


• Peningkatan Produktifitas tenaga Kerja,Penguatan keseluruhan sistem ekonomi
melalui peningkatan produktifitas pekerja, umumnya pendidikan bisa
meningkatkan iklim tempat produksi berlangsung, memiliki efek positif diluar
itu bagi merek ayang sebenarnya menerima pendidikan
• Mengurangi kebutuhan layananan lainnya, peningkatan pendidikan mengurangi
pengeluaran pemerintah untuk pencegahan kejahatan, proteksi kebakaran,
kesehatan masyarakat dan perawatan medis.
• Kesadaran sosian dan tranfer intergenerasi, banyak orang yang menerima
manfaat selain pelajar termasuk siswa, yang menerima pengalihan pengetahuan
antargenerasi positif dan tetangga yang dipengaruhi oleh nilai sosial yang
menguntungka dan dikembangkan oleh sekolah.

Anda mungkin juga menyukai