DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusah Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Landasan Hukum Pendidikan.............................................................. 3
B. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945........................................ 3
C. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1989........................................ 3
D. Undang-undang no. 14 tahun 2005...................................................... 6
E. PP RI Nomor 19 Tahun 2005............................................................... 7
BAB III PENUTUP................................................................................................. 8
A. Kesimpulan........................................................................................... 8
B. Saran..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemajuan Ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi menyebabkan arus
komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak lagsung pada bidang Norma
kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang kurang berpendidikan dan
kurang trampil, terkikisnya budaya lokal karena cepatnya arus informasi dan budaya global, serta
menurunnya norma-norma masyarakat kita yang bersifat pluralistik sehingga rawan terhadap
timbulnya gejolak sosial dan disintegrasi bangsa. Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing,
penguasaan pengetahuan dan tegnologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu bangsa.
Ukuran kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau sumber daya alam ke
modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan kepercayaan.
Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (Life Skill), yaitu
yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada peserta
didik sehingga selalu mampu bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif dalam kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini
mulai pendidikan formal di sekolah maupun yang bersifat informal, yang akan membuatnya
menjadi masyrakat berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat (Life Long Learning)
B.
1.
2.
3.
4.
C.
1.
2.
3.
4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka Rumusan Masalahnya.
Apa yang dimaksud landasan hukum pendidikan?
Apa saja undang-undang yang membicarakan pendidikan?
Apa saja undang-undang tentang guru dan dosen?
Apa saja peraturan pemerintah tentang pendidikan?
Tujuan
Tujuannya adalah:
Untuk mengetahui makna landasan hukum pendidikan
Untuk mengetahui undang-undang tentang pendidikan
Untuk mengetahui undang-undang tentang guru dan dosen.
Untuk mengetahui peraturan pemerintah tentang pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Hukum Pendidikan
Landasan adalah titik tolak yang mendasari suatu hal, hukum adalah aturan baku yang
patut ditaati, dan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Sementara
itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah
disahkan oleh pemerintah ini, bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang
berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik
tolak dalam melaksanakan kegiatan kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.
B. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945
Undang Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Pasal
pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal,
yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu
menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap tiap warga Negara berhak
mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajar Pasal 32 pada Undang Undang Dasar berbunyi :
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia yang diatur dengan Undang Undang.
C. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
Tidak semua pasal akan dibahas dalam makalah ini. Yang dibahas adalah pasal pasal
penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan untuk
mengembangkan pendidikan. Pertama tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2 berbunyi
sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional
yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang Undang Dasar 45. Undang undang ini
mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila
dan Undang Undang dasar 1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini
berarti teori teori pendidikan dan praktek praktek
Pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada
kebudayaan Indonesia.Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang
berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan
dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga
Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup
tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan
pengembang pendidikan, pustakawan, laporan, dan teknisi sumber belajar.
Dari bahasan diatas untuk lebih jelasnya bahwa undang-undang tentang pendidikan
nasional sebagai berikut: Pasal 1 Ayat 2, Ayat 5, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 15,
Pasal 20, Pasal 24, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 36 Ayat 1, Pasal 39, Pasal 45, dan Pasal 58.
Pasal 1 Ayat 2 menerangkan, Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia. Sedangkan Pasal 1 Ayat 5 berbunyi, Tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pasal 5 bermakna, Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu, baik bagi mereka yang berlainan fisik, di daerah
terpencil, maupun yang cerdas sekalipun.
Pasal 6 menjelaskan, Memberdayakan semua komponen masyarakat berarti pendidikan
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam suasana kemitraan dan kerja sama saling
melengkapi dan memperkuat.
Pasal 12, Peserta didik mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan agama yang
sesuai dengan agama yang dianutnya yang diajarkan oleh pendidik yang seagama.
Pasal 13, Jalur pendidikan formal merupakan ppendidikan yang diselenggarakan di
sekolah secara berjenjang dan bersinambungan, sedang jalur pendidikan nonformal dan informal
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah yang tidak harus berjenjang dan
bersinambungan.
Pasal 15, Jalur pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan khusus, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan
professional.
Pasal 20, Sekolah tinggi, institut, dan universitas menyelenggarakan pendidikan akademik
atau professional.
Pasal 24, Tentang kebebasan akademik, kebebasan mimbar akadmik, dan otonomi
keilmuan.
Pasal 28, Pendidikan anak usia dini dapat terjadi pada jalur formal, nonformal, dan
informal.
Pasal 29, Meningkatkan kinerja pegawai dan calon pegawai negri yang diselenggarakan
oleh departemen atau nondepartemen pemerintah.
Pasal 36 Ayat 1, Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidian untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pasal 39, Tentang kewajiban tenaga kerja.
Pasal 45, Pengadaan dan pendayagunan sumber daya pendidikan yang harus dilakukan
oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga peserta didik.
Pasal 58, Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik.
A. Latar Belakang
Kemajuan Ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi menyebabkan
arus komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak lagsung pada
bidang Norma kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang
kurang berpendidikan dan kurang trampil, terkikisnya budaya lokal karena cepatnya
arus informasi dan budaya global, serta menurunnya norma-norma masyarakat kita
yang bersifat pluralistik sehingga rawan terhadap timbulnya gejolak sosial dan
disintegrasi bangsa. Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan
pengetahuan dan tegnologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu
bangsa. Ukuran kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau
sumber daya alam ke modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan kepercayaan.
Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (Life
Skill), yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian dengan
kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu bertahan dalam
suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam kehidupannya.
Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini mulai pendidikan formal
di sekolah maupun yang bersifat informal, yang akan membuatnya menjadi
masyrakat berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat (Life Long Learning)
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka Rumusan Masalahnya.
1.
2.
3.
4.
5.
C. Tujuan
Tujuannya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
BAB 2
PEMBAHASAN
Sebelum kita jauh mengenal tentang makna pendidikan dan juga landasan
hukumnya, kita harus tahu terlebih dahulu. Apa itu pendidikan? Konsep apa yang
mendasarinya dan hal-hal apa saja yang mendasari pendidikan tersebut.
A. Pengertian Pendidikan
Seseorang dapat memahami pengertian pendidikan dengan benar manakala dia memahami
unsur-unsur pendidikan, sistem pendidikan, landasan pendidikan, dan wujud pendidikan sebagai
sebuah sistem. Karena itu, ada beberapa batasan tentang pengertian pendidikan tersebut.
Sebelumnya, dapat dipahami bahwa pendidikan berkaitan dengan segenap elemen dalam
lingkungan kehidupan manusia: kebudayaan, ekonomi, hankam, politik, etos kerja, sumber daya,
dan sebagainya. Semua itu, dapat dilihat dari bagan berikut.
Bagan komponen yang turut mempengaruhi kualitas output pendidikan
a.
esok. Untuk mesti disadari bahwa pendidikan merupakan subsistem dari sistem pembangunan
nasional.
b.
c.
d.
B.
Landasan Pendidikan
Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik
tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut
ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila dilanggar akan
mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum
dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam
melaksanakan kegiatan kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.
a.
b.
Karso
(jika
ditengah-tengah
2.
memberi
dukungan
Asas belajar sepanjang hayat ( life long learning ) merupakan sudut pandang
dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup ( life long education ). Kurikulum
yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi
yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan
peserta didik di masa depan. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu
katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar
sekolah.
3.
D. Konsep Pendidikan
Telah dipahami oleh para pendidik bahwa misi pendidikan adalah mewariskan ilmu dari generasi
ke generasi selanjutnya. Ilmu yang dimaksud antara lain: pengetahuan, tradisi, dan nilai-nilai budaya
(keberadaban). Secara umum penularan ilmu tersebut telah diemban oleh orang-orang yang
terbeban (concern) terhadap generasi selanjutnya. Mereka diwakili oleh orang yang punya visi ke
depan, yaitu menjadikan generasi yang lebih baik dan beradab.
Oleh karena itu, yang duduk di kementerian pendidikan, kepala dinas, dan pembuat konsep
pendidikan dipercayakan kepada orang-orang yang dinilai memiliki konsep (pemikiran) yang matang
untuk memajukan dunia pendidikan.
Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, dalam buknya Pengantar Pendidikan (2005:42), mengemukakan
salah satu konsep pendidikan itu adalah Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH). Kata dia, konsep PSH
sudah ada sejak zaman Rasulullah, sesuai sebauah hadis, Tuntutlah ilmu sejak di buaian hingga ke
liang lahat.
Menariknya, konsep PSH disebutkan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan
persekolahan, melainkan merupakan suatu proses berkesinambungan dan berlangsung sepanjang
hidup. Ide PSH ini sudah dicetuskan sejak belasan abad silam, namun sekarang terkesan
tenggelam dengan hadirnya beragam konsep baru ala pemerintahan. Konsep-konsep baru tersebut
memandang bahwa kualitas peserta didik akan tercapai dengan melakukan ujian akhir. Hal ini
menimbulkan beberapa konsep pendidikan di Indonesia yang mulai berkiblat kepada UUD 1945 dan
Pancasila, disusul dengan Surat Keputusan (SK) atau semacam kurikulum.
Konsep pendidikan yang dicetuskan oleh sistem pendidikan nasional (Indonesia) melahirkan
sejumlah kurikulum. Tujuannya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Adapun
kurikulum yang dicetuskan itu kemudian melahirkan sejumlah pendekatan. Pendekatan-pendekatan
tersebut misalnya Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Setelah pendekatan ini ditengarai tidak mampu
menghasilkan tujuan pendidikan yang diharapkan, kurikum diubah lagi dengan model pendekatan
pembelajaran yang baru.
Perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia sejatinya dilakukan setiap sepuluh tahun
sekali. Akan tetapi dalam dekade ini, kurikulum sudah berubah sesuka hati pemerintah, setiap
pergantian Menteri Pendidikan. Karena itu, kurikulum pendidikan yang pada tahun 2004 dikenal
dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) hanya dapat bertahan tiga tahun. Setelah itu
diganti lagi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Acuan Pembelajaran (KTSP).
Kendala kemudian adalah hasil pendidikan di Indonesia tidak berubah sehingga kurikulum-kurikulum
yang dianggap sangat handal memajukan pendidikan itu mendapat pelesetan. KBK dipelesetkan
menjadi Kasih Buku Keluar. Maksudnya, guru-guru di sekolah hanya pintar memberikan buku
panduan (modul) kepada siswa, lalu keluar dari ruangan. Hal ini tidak jauh beda
dari pemelesetan CBSA sebagai Catat Buku Sampai Abis. Adapun KTSP yang masih dipakai
sebagai kurikul di Indonesia sekarang mulai dipelesetkan menjadi Kasih Tugas Suruh Pulang
E.
a.
b.
c.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam
berkaitannya dengan dunia pendidikan. Pada makalah ini berusaha memuat tentang
:
landasan
hukum,landasan
filsafat,landasan
sejarah,landasan
sosial
budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi.
Jadi Pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah
berakar pada kebudayaan Indonesia.Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga
Pendidik
adalah
anggota
masyarakat
yang
mengabdikan
diri
dalam
penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga
kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan
tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup
tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti,
dan pengembang pendidikan, pustakawan, laporan, dan teknisi sumber belajar.
B.
Saran
Semoga
setelah membaca
makalah
ini
pembaca
mampu
memperhatikan
perkembangan pendidikan dan hal-hal yang mendasari tentang pendidikan baik landasan yang
bersifat hukum, filsafat dan juga dasar yang membangun pendidikan.
http://adhie-gustiana.blogspot.co.id/2011/12/makalah-tentang-landasan-hukum.html
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang selalu bertolak dari sejumlah landasan serta
pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting,
karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan
masyarakat bangsa tertentu. Secara umum, pendidikan merupakan segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
Landasan yuridis atau hukum pendidikan dapat diartikan seperangkat konsep peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak atau acuan (bersifat
material, dan bersifat konseptual) dalam rangka praktek pendidikan dan studi
pendidikan. Jadi, landasan hukum pendidikan adalah dasar atau fondasi perundangundangan yang menjadi pijakan dan pegangan dalam pelaksanaan pendidikan di suatu
negara.
Pada Pembukaan UUD 1945 yang menjadi landasan hukum pendidikan terdapat
pada Alinea Keempat.
etik, sanksi bagi guru dan dosen yang tidak menjalankan kewajiban
sebagaimana mestinya, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.
Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
mudah mencapai semua tujuan dengan singkat dan cepat. Tercapainya tujuan
pendidikan membutuhkan dukungan positif dari pendukung segala aspek masyarakat,
penyelenggara pendidikan dan pemerintah. Maka penyelenggaraan pendidikan yang
baik adalah sesuai dengan landasan-landasan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang
berlandaskan hukum akan menjadikan penyelenggaraan pendidikan terarah, teratur
dan sesuai dengan akar kebudayaan nasional.
Masalah Hukum Pendidikan di Indonesia
Para pendidik dan masyarakat umum perlu bersikap dan bertindak positif
mensukseskan tujuan pendidikan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Memberikan dorongan kepada peserta didik dan warga belajar untuk belajar
terus
2. Mengurangi beban kerja anak-anak manakala mereka harus membantu
meringankan beban ekonomi orang tuanya
3. Membantu menyiapkan lingkungan belajar dan alat-alat belajar di rumah untuk
merangsang kemauan belajar anak-anak
4. Membantu biaya pendidikan
5. Mengijinkan anak pindah sekolah, bila ternyata sekolah semula sudah tidak dapat
menampung
6. Bila diperlukan, membantu menyiapkan gedung untuk lokasi belajar
7. Bersedia menjadi narasumber untuk keterampilan-keterampilan tertentu yang
banyak dibutuhkan para pendidik dasar tingkat-tingkat akhir
8. Mengizinkan peserta didik dan warga belajar magang di perusahaan-perusahaan
dan perdagangan-perdagangan
9. Responsif terhadap kegiatan-kegiatan sekolah, terutama yang dilaksanakan di
masyarakat
10. Bersedia menjadi orang tua angkat atau orang tua asuh bagi anak-anak yang
sudah tidak memiliki orang tua, atau orang tuanya tidak mampu membiayai
anak-anaknya.
https://rahmawatiindahlestari.wordpress.com/semester-1/lkpp/landasan-hukumpendidikan/
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah
dimulai dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk
mengembangkan potensi, daya pikir dan daya nalar serta pengembangan
kreatifitas yang dimiliki. Sistem pendidikan di Indonesia merupakan suatu system
yang harus mampu menciptakan anak bangsa yang memiliki sensitifitas terhadap
lingkungan hidup dan krisis sumber-sumber kehidupan, serta mendorong terjadinya
sebuah kebersamaan dalam keadilan hak. Pendidikan mempunyai tugas
menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah
pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan
zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan
sebelumnya.
Kondisi dunia pendidikan di Indonesia tidak serta-merta seperti tergambarkan di
atas. Berbagai fakta menyatakan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia sangat
memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang
peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu
komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per
kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin
menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102
(1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political
and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada
urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data
yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya
saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang
disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia
hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53
negara di dunia.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang
(2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja
yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP).
Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat
pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036
SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam
kategori The Diploma Program (DP).
Dari data-data di atas tentang rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia
menjelaskan bahwa ada something wrong (masalah) dalam sistem pendidikan.
Masalah tersebut kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Untuk itu,
salah satu solusi adalah setiap unsur dalam dunia pendidikan harus memahami
dengan baik landasan pendidikan sehingga dapat menjalankan roda pendidikan
dengan baik sehingga tujuan pendidikan Indonesia dapat tercapai.
B.
RUMUSAN MASALAH
2.
Bagaimana implikasi landasan hukum dalam pengembangan konsep
penidikan di Indonesia ?
C.
TUJUAN
D.
MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1.
Untuk Sekolah, makalah ini diharapkan bisa memberikan solusi terhadap
persoalan pendidikan yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikann dan
mampu melaksanakan pendidikan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh
hukum dan Undang-Undang.
2.
Untuk Peneliti Pendidikan, dapat dijadikan referensi untuk penulisan karya
ilmiah maupun penelitian tentang pendidikan.
3.
Untuk Penulis, dapat menambah wawasan tentang landasan hukum
pendidikan yang merupakan pijakan pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.
Landasan hukum seorang guru boleh mengajar misalnya, adalah surat keputusan
tentang pengangkatannya sebagai guru. Yang melandasi atau mendasari ia menjadi
guru adalah surat keputusan itu beserta hak-haknya. Surat keputusan itu
merupakan titik tolak untuk ia bisa melaksanakan pekerjaan guru. Begitu pula
halnya anak-anak sekarang diwajibkan belajar paling sedikit sampai dengan tingkat
SLTP, adalah dilandasi atau didasari atau bertitik tolak pada Peraturan Pendidikan
tentang Pendidikan Dasar dan ketentuan wajib tentang belajar.
Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati.
Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini, bila dilanggar akan
mendapat sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Seorang guru yang
melanggar disiplin misalnya, bisa dikenai sanksi dalam bentuk kenaikan pangkatnya
ditunda. Begitu pula seorang peserta didik yang kehadirannya kurang dari 75%
tidak diizinkan mengikuti ujian akhir.
Hukum atau aturan baku diatas, tidak selalu dalam bentuk tertulis. Seringkali aturan
itu dalam bentuk lisan, tetapi diakui atau ditaati masyarakat. Hukum adat misalnya,
banyak yang tidak tertulis, diturunkan secara lisan turun-temurun di masyarakat,
yang merupakan kebiasaan yang sangat kuat mengikat masyarakat. Huum seperti
ini juga menjadi landasan pendidikan. Kalau masyarakat masih taat melaksanakan
gotong royong dalam kehidupan, maka sekolahpun perlu menanamkan kebiasaankebiasaan gotong royong dalam kehidupan kepada para siswa-siswanya.
Uraian diatas memberikan gambaran jelas tentang makna kata landasan hukum.
Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik
tolak dalam melaksankan kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal ini kegiatan
pendidikan.
B.
berbunyi : Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran. Ayat 2 Pasal ini
berbunyi : Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya. Ayat ini berkaitan dengan wajib belajar 9 tahun di SD dan SMP
yang sedang dilaksanakan. Agar wajib belajar ini berjalan lancar, maka biayanya
harus ditanggung oleh Negara. Kewajiban Negara ini berkaitan erat dengan ayat 4
pasal yang sama yang mengharuskan negarai memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD.
Ayat 3 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
system pendidikan nasional. Ayat ini mengharuskan pemerintah mengadakan satu
system pendidikan nasional, untuk member kesempatan kepada setiap warga
Negara mendapatkan pendidikan. Kalau karena suatu hal seseorang atau
sekelompok masyarakat tidak bisa mendapatkan kesempatan belajar, maka mereka
bisa menuntut hak itu kepada pemerintah. Atas dasar inilah pemerintah
menciptakan sekolah-sekolah khusus yang bisa melayani kebutuhan masyarakat
terpencil, penduduknya tersebar berjauhan satu dengan yang lain. Sekolah-sekolah
yang dimaksud antara lain ialah SD kecil, SD pamong, SMP terbuka, dan system
belajar jarak jauh.
Pasal 32 Undang-Undang Dasar itu pada Ayat 1 bermaksud memajukan budaya
nasional serta memberi kebebasan kepada masyarakat untuk mengembangkannya
dan ayat 2 menyatakan Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah
sebagai bagian dari budaya nasional. Mengapa pasal ini juga berhubungan dengan
pendidikan ? Sebab penddikan adalah bagian dari kebudayaan. Seperti kita ketahui
bahwa kebudahaan adalah hasil dari budi daya manusia. Kebudayaan akan
berkembang bila budi daya manusia ditingkatkan. Sementara itu sebagian besar
budi daya bisa dikembangkan kemampuannya melalui pendidikan. Jadi bila
pendidikan maju, maka kebudayaan pun akan maju pula.
Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsur yang saling mendukung satu sama
lain. Dengan demikian upaya memajukan kebudayaan berarti juga sebagai upaya
memajukan pendidikan.
C.
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL
Di antara peraturan perundang-undangan RI yang paling banyak membicarakan
pendidikan adalah Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003. Sebab undang-undang
ini bisa disebut sebagai induk peraturan perundang-undangan pendidikan. Undangundang ini mengatur pendidikan pada umumnya, artinya segala sesuatu yang
bertalian dengan pendidikan, mulai dari pra sekolah sampai dengan pendidikan
tinggi ditentukan dalam undang-undang ini.
yang mengabdikan diri pada jalur formal. Di Negara maju warga Negara seperti ini
cukup banyak jumlahnya. Dalam batas-batas tertentu mereka membantu dan
bekerja sama dengan personalia sekolah memajukan pendidikan. Kerjasama seperti
ini sangat bagus dan perlu dikembangkan. Kerja sama seperti ini pulalah yang
didambakan oleh undang-undang pendidikan kita, seperti tertulis dalam penjelasan
pasal 6 sebagai berikut : Memberdayakan semua komponen masyarakat berarti
pendidikan diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam suasana
kemitraan dan kerja sama yang saling melengkapi dan memperkuat.
Jadi, disamping masyarakat mempunyai kewajiban membiayai pendidikan, mereka
juga mempunyai kewajiban memikirkan, memberi masukan, dan membantu
penyelenggaraan pendidikan jalur sekolah. Kewajiban ini perlu diinformasikan
kepada masyarakat luas, agar mereka menjadi lebih paham. Dengan demikian
partisipasi warga masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan diharapkan
semakin besar. Partisipasi itu bisa saja ditampung lewat komite sekolah atau badanbadan lain yang sejenis, sehingga kegiatan badan-badan seperti itu tidak hanya
terfokus pada upaya mencari dana tambahan, melainkan juga kepada masalahmasalah lain, seperti mengembangkan kurikulum local, disiplin proses belajar
mengajar, kesediaan menjadi narasumber, penanganan kenakalan siswa,
peningkatan respek terhadap guru, dan sebagainya.
Demikianlah tugas dan kewajiban pendidik dan pengelola pendidikan yang berasal
dari masyarakat umum, baik pada pendidikan di masyarakat maupun di sekolah
perlu mendapat penegasan dan informasi lebih rinci. Dengan cara ini diharapkan
perhatian, pengetahuan dan komitmen mereka lebih meningkat dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Selanjutnya, pasal 5 Undang-Undang pendidikan berbunyi : Setiap warga Negara
berhak atas kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu,
baik bagi mereka yang berlainan fisik, di daerah terpencil, maupun yang cerdas
atau berbakat khusus, yang bisa berlangsung sepanjang hayat. Semetara itu pasal
6 mewajibkan warga Negara berusia 7 sampai 15 tahun mengikuti pendidikan dasar.
Semua pihak seharusnya berusaha menyukseskan program wajib belajar ini. Pihak
pemerintah berusaha dengan berbagai cara agar program ini berjalan lancer, begitu
pula pihak masyarakat yang putra-putranya dikenai oleh pendidikan harus juga
berusaha membantu pemerintah. Sebab kalau masyarakat berdiam diri, apalagi
menentang program wajib belajar ini, berarti menelantarkan atau meniadakan
peluang untuk mendapatkan kesempatan belajar tersebut. Dapat saja sikap atau
tindakan itu dikatakan melalaikan hukum atau menentang hukum. Kalau hal ini
terjadi jelas akan merugikan masyarakat sendiri, baik sebagai konsekuensi dan
melalaikan atau menentang hukum maupun dan kerugian yang diterima oleh putraputra mereka akibat tidak dapat kesempatan mengikuti pelajaran sebagaimana
mestinya.
membantu, setiap kegiatan dinilai proses sertea hasilnya. Dan disini akan diketahui
keberhasilan atau efektivitas kerjanya, serta efisiensinya bila dikaitkan dengan
waktu dan uang. Tingkat keberhasilan penyembuhan dan lamanya berobat akan
menentukan akuntabilitas kerja dokter itu atau sampai berapa besar hasil
pengobatan itu member kepuasan kepada pasien beserta keluarganya, dokter itu
sendiri, serta pengelola rumah berobat itu.
Bila pendidikan akademik membuat manusia berkembang secara optimal, maka
pendidikan professional berusaha membuat manusia-manusia pekerja dalam
bidang-bidang tertentu.
Pada pasal 12 menyebutkan peserta didik mempunyai hak untuk mendapatkan
pendidikan agama yang sesuai dengan agama yang dianutnya yang diajarkan oleh
pendidik yang seagama. Mereka juga berhak mendapatkan pelayanan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Mendapatkan beasiswa bagi yang
berprestasi tetapi tidak punya dana. Mendapatkan biaya pendidikan bagi orang
tuanya yang tidak mampu. Pindah program pendidikan ke program lain atau
lembaga pendidikan lain yang setara. Dan boleh menyelesaikan pendidikan sesuai
dengan kecepatan mereka masing-masing.
Dari pasal-pasal tersebut di atas dapat dilihat adanya pendidikan yang bersifat
terbuka, berhak pindah ke sekolah lain, berhak mendahului menyelesaikan program
dan mengembangkan mina, bakat serta kemampuannya. Yang dimaksud dengan
pendidikan terbuka disini antara lain adalah :
1.
Peserta didik berhak pindah ke lembaga atau sekolah lain dengan alasan
tertentu. Sebagai missal, kalau orang tua pindah tempat tinggal, maka anakanaknya harus pula diberi kesempatan pindah. Contoh lain ialah kalau kesehatan
anak tidak cocok dengan kondisi wilayah sekolah itu, maka ia harus diberi
kesempatan pindah. Anak-anak juga berhak dipindahkan ke kelas atau ke sekolah
yang lebih tinggi kalau kemampuannya sudah melebihi tuntutan di kelas atau di
sekolah semula. Bila hal ini tidak diizinkan, maka yang melarang bisa kena sanksi
hukum.
2.
Peserta didik berhak menyelesaikan program belajar mendahului temantemannya, termasuk berhak lulus lebih dahulu. Disini terkandung maksud
kemampuan dan kecepatan anak tidak boleh dihambat.
3.
Peserta didik berhak mengikuti pelajaran atau studi sesuai dengan minat,
bakat, dan kemampuannya. Anak-anak tidak boleh diarahkan ke kebutuhn pasar
yang ada yang bertentangan dengan bakatnya. Orang tua tidak boleh memaksakan
kehendaknya agar anak memasuki jurusan tertentu, yang menurut pandangan
orang tua menguntungkan dari segi ekonomi, misalnya. Penghalang pengembangan
minat, bakat dan kemampuan ini juga bisa dikenai sanksi hukum.
2.
3.
4.
5.
6.
Informasi pendidikan
7.
Dana pendidikan
8.
Sarana pendidikan
9.
Prasarana pendidikan
Sementara itu yang bisa ikut ditangani oleh masyarakat atau tokoh masyarakat dan
keluarga peserta didik adalah sebagai berikut :
1.
Materi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang disebut kurikulum
muatan lokal
2.
Beberapa alat peraga yang ada di masyarakat dan atau yang dimiliki oleh
masyarakat/orang tua peserta didik
3.
Beberapa narasumber yang ada di masyarakat, yaitu orang-orang yang
memiliki ketrampilan tertentu yang tidak dimiliki oleh sekolah
4.
Masyarakat dan orang tua siswa juga berfungsi sebagai pengawas terhadap
pelaksanaan pendidikan di sekolah
5.
6.
Membantu dana pendidikan dan ikut mencari sumber-sumber dana yang baru
7.
Pasal yang bertalian dengan kurikulum yang perlu diberi penjelasan adalah pasal 36
ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut : Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Pengembangan ini harus memperhatikan (ayat 3) peningkatan iman dan
takwa (agama), peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan
minat, keragaman potensi daerah, tuntutan pembangunan daerah dan nasional,
tuntutan dunia kerja perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
dinamika perkembangan global dan persatuan nasional serta nilai-nilai kebudayaan
nasional. Menurut pasal ini ada dua macam kurikulum yaitu kurikulum nasional dan
kurikulum lingkungan setempat. Kurikulum nasional ditetapkan oleh pemerintah
pusat, sementara itu kurikulum lingkungan ditetapkan oleh lembaga-lembaga
pendidikan yang bersangkutan beserta badan lain yang berwenang untuk itu.
Badan itu adalah Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Komite Sekolah bersama-sama dengan sekolah menyelenggarakan pendidikan.
Kerjasama antara masyarakat, orang tua peserta didik dan sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan adalah sah secara hukum. Oleh sebab itu kerjasama
ini sngat pantas bila diwadahi oleh suatu badan. Dengan cara ini pengurusan
penyelenggaraan pendidikan akan menjadi lebih mudah.
Selanjutnya pada UU NO. 20 tahun 2003 Pasal 58 mengatakan evaluasi hasil belajar
peserta didik dilakukan oleh pendidik. Sementara itu evaluasi peserta didik,
program dan lembaga pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang mengacu
pada criteria standar nasional.
Evaluasi hasil belajar dalam pendidikan system desentralisasi dilakukan oleh badan
atau lembaga pada tingkat desentralisasi itu. Evaluasi atau ujian akhir di Indonesia
pada waktu ini dilakukan oleh tim pendidik sekabupaten/kota. Kelak dapat juga
dilakukan oleh guru-guru pada masing-masing sekolah manakala desentralisasi
sudah ada pada tingkat sekolah. Evaluasi formatif, sumatif, dan ujian akhir haruslah
afeksi, kognisi dan psikomotor agar ada jaminan tujuan pendidikan nasional bisa
diwujudkan.
Keuntungan yang bisa dipetik pada desentralisasi pendidikan antara lain adalah :
1.
2.
Ujian akhir hanya diikuti oleh peserta didik di kelas terakhir di lembaga
pendidikan itu sendiri
3.
Karena peserta tidak banyak, maka tidak sulit untuk menilai segala aspek
perkembangan yang dituntut oleh lembaga bersangkutan.
4.
Ini berarti aspek afeksi, kognisi, dan psikomotor bisa dimasukkan ke dalam
materi ujian
5.
Akibatnya setiap peserta didik akan berusaha mengembangkan dirinya pada
ketiga aspek itu secara berimbang
6.
Keuntungan akhir yang didapat dari kondisi seperti ini adalah lebih mudah,
mewujudkan cita-cita bangsa untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya
yang berkepribadian Pancasila.
Walaupun keuntungan tersebut di atas akan diperoleh melalui system desentralisasi
dalam pendidikan, masih diperlukan beberapa syarat agar pendidikan dapat
berjalan dengan baik. Syarat yang dimaksud antara lain :
1.
Kriteria bisa diterima di lembaga pendidikan di atasnya adalah kualitas
perkembangan peserta didik secara keseluruhan, yaitu afeksi, kognisi dan
psikomotor.
2.
Para pendidik pada setiap lembaga pendidikan mampu menilai peserta didik
secara objektif. Artinya tidak perlu membandingkan hasil penilaian itu dengan hasil
penilaian di lembaga-lembaga pendidkan yang lain yang sejenis dan setingkat.
3.
Setiap pengelola mampu mengelola lembaga pendidikannya secara
professional.
D.
Banyak hal dalam Undang-Undang Guru dan Dosen yang belum banyak
disosialisasikan kepada masyarakat. Contohnya klasifikasi misalnya adalah dalam
wujud ijazah, sementara itu sertifikasi adalah sebagai bukti tenaga professional.
Pada makalah ini akan diuraikan beberapa pasal.
Pasal 8 berbunyi : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Sementara itu pasal 10 menyatakan kompetensi guru
mencakup pedagogic, kepribadian, sosial dan professional. Yang menarik disini
adalah pernyataan yang menekankan kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Disini guru diminta tidak hanya sekedar mengajaradah peserta
didik paham dan terampil tentang materi pelajaran yang diajarkan, melainkan
materi-materi pelajaran itu hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Itulah sebabnya guru harus mengembangkan afeksi, kognisi dan
ketrampilan peserta didik secara berimbang dan menilainya yang ketiganya
dimasukkan ke dalam rapor.
Sertifikasi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah
(pasal 11). Ini berarti sertifikasi tidak boleh dikeluarkan oleh badan-badan atau
lembaga-lembag lain selain seperti tersebut di atas. Ketentuan ini bermaksud
menjaga mutu kualifikasi guru.
Bagi guru yang berkualits memenuhi persyaratan tersebut di atas diberi imbalan
seperti yang tertuang dalam pasal 15 yaitu gaji pokok, beserta tunjangan yang
melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus bagi
yang bertugas di daerah khusus, dan maslahat tambahan. Yang dimaksud dengan
maslahat tambahan tertuang dalam pasal 19, berupa kesejahteraan seperti
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan beasiswa, layanan kesehatan, dan
penghargaan-penghargan tertentu. Guru juga diberi cuti seperti pegawai bisa dan
tugas belajar (Pasal 40).
Pada pasal 24 menentukan tentang pengangkatan guru. Guru pendidikan
menengah dan pendidikan khusus diangkat, ditempatkan, dipindahkan dan
diberhentikan oleh pemerintah propinsi. Sedangkan untuk guru pendidikan dasar
dan usia dini dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota.
Pada pasal 42 menguraikan tentang organisasi profesi guru yang memiliki
wewenang sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Secara umum, persyaratan untuk dosen tidak banyak berbeda dengan persyaratan
guru, seperti kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi juga dipersyaratkan bagi dosen.
Pasal 46 menyatakan dosen minimal lulusan magister untuk mengajar di program
diploma dan sarjana, dan lulusan program doktor untuk mengajar di pascasarjana.
Pasal 48 menyebutkan untuk menduduki jabatan guru besar harus memiliki ijazah
doktor. Dengan demikian dosen nondoktor tidak diizinkan mengusul menjadi guru
besar. Maksud aturan ini adalah agar semua guru besar memiliki kualifikasi yang
bagus. Selanjutnya pasal 49 menyebutkan guru besar yang memiliki karya ilmiah
atau karya monumental sangat istimewa dalam bidangnya dan diakui secara
internasional dapat diangkat menjadi professor paripurna.
Sama dengan guru, para dosen ini juga dapat imbalan bagi yang memenuhi semua
persyaratan. Imbalan yang dimaksud adalah gaji pokok besert tunjangan yang
melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus,
tunjangan kehormatan dan maslahat tambahan. Yang dimaksud dengan tunjangan
kehormatan adalah tunjangan yang hanya diberikan kepada dosen yang menjabat
guru besar setelah berdinas dua tahun. Di samping imbalan tersebut di atas, para
dosen juga diberi hak cuti seperti pegawai pada umumnya dan cuti untuk studi atau
melakukan penelitian dengan tetap menjadap gaji penuh.
http://evimasyur.blogspot.co.id/2013/06/makalah-landasan-hukum-pendidikan.html
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
SARAN
Pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua unsur yang terdapat dalam
sistem pendidikan. Oleh karena itu, unsur-unsur tersebut setidaknya segera
menemukan solusi atas permasalahan pendidikan yang terjadi saat ini dengan
selalu berpegang pada hukum yang menjadi landasan pelaksanaan pendidikan.