1. Landasan Pendidikan
Dalam hal ini secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu
landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Pada titik tolak atau
dasar pijakan ini dapat bersifat material misalnya “landasan pesawat terbang”, dapat pula
bersifat konseptual misalnya “landasan pendidikan”.
Dalam Bahasa Inggris istilah pendidikan adalah “education” Yng biasanya istilah
tersebut dihubungkan dengan pendidikan di sekolah, dengan alasan bahwa di sekolah
tempatnya anak di didik oleh para ahli yang khusus mengalami pendidikan dan latihan
sebagai profesi.
Dalam arti khusus, langeveld mengemukakan bahwa pendidikan ialah bimbingan
yang diberikan oleh seorang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Ahmadi dan Uhbiyati “1991” mengemukakan beberapa definisi pendidikan,
sebagai berikut:
a. Menurut Hoogeveld mendidik ialah membantu anak supaya anak itu kelak cakap
menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggunng jawab itu sendiri.
b. Menurut Prof. S. Brojonegoro, mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang
belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan sampai tercapainya kedewasaan dalam
arti rohani dan jasmani.
c. Menurut Ki. Hajar Dewantara, mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Jadi dalam hal ini, pendidikan arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak
menjadi dewasa dengan segala ciri-cirinya, maka pendidikan dianggak selesai.[1]
2. Landasan Yuridis Pendidikan
Dalam praktik pendidikan nasional diselenggarkan dengan mengacu kepada landasan
yuridis tertentu yang telag ditetapkan, baik yang berupa undang-undang maupun peraturan
pemerintah mengenai pendidikan. Bagi para pendidik dan tenaga kependidikan perlu sekali
memahami berbagai landasan yuridis sistem pendidikan nasional tersebut dan menjadikannya
sebagai titik tolak pelaksanaan peranan yang diembannya. Yang dengan demikian dapat
diharapkan akan tercipta tertibnya penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang menjadi
salah satu prasyarat untuk dapat tercapainya tujuan dalam pendidikan nasional.
Dalam kemerdekaan Bangsa Indonesia di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945, sehari setelah itu pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi Negara.
Dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disana tersurat dan tersirat
cita-cita nasional di bidang pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sehubungan dengan ini pasal 31 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan
agar “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-Undang Dasar”.
Landasan Yuridis atau hukum pendidikan yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka peraktek
pendidikan dan atau studi pendidikan.
Landasan Yuridis Pendidikan Indonesia ialah seperangkat konsep peraturan
perundang-undangan yang menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia, yang menurut
Undang-Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, ketetapan
MPR, Undang-Undang Peraturan, pemerintanh pengganti undang-undang, peraturan
pemerintahan, keputusan presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan mentri,
intruksi mentri dan lain-lain.
B. Landasan Yuridis Pelaksanaan Pendidikan Nasional
Dalam hal ini Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang telah di
amandemen, pasal 31 tentang Pendidikan Nasional mengamanatkan :
1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan, ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan
APBD untuk memenuhi kehidupan penyelengaraan kehidupan nasional.
5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan persatuan bangsa, untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pada pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan bahwa pendidikan ialah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesrta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pada ayat 2 pendidikan nasional ialah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Paradigma lainnya yang diterapkan dalam Undang-Undang Sisdiknas yang baru ialah
konsep kesetaraan antara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Demikian juga adanya kesetaraan
antara satuan pendidikan yang dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan satuan
pendidikan yang dikelola oleh Departemen Agama yang memiliki ciri khas tertentu. Itulah
sebabnya dalam semua jenjang pendidikan disebutkan mengenai nama pendidikan yang
diselenggarakan oleh Departemen Agama “Madrasah, dan seterusnya”. Dengan demikian
Undang-Undang Sisdiknas telah menempatkan pendidikan sebagai suatu kesatuan yang
sistemik “pasal 4 ayat 2”.
Selain itu Undang-Undang Sisdiknas yang dijabarkan dari Undang-Undang Dasar 1945,
telah memberikan keseimbangan antara peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tergambar dalam fungsi dan tujuan
pendidikan nasional yaitu bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. [pasal 3]
Dengan demikian Undang-Undang Sisdiknas yang baru telah memberikan keseimbangan
antara iman, ilmu dan amal shaleh. Hal itu selain tercermin dari fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, juga dalam penyusunan kurikulum “pasal 36 ayat 3”, dimana peningkatan iman dan
takwa, akhlak mulia, kecerdasan, ilmu pengetahuan, tekhnologi, seni dan sebagainya
dipadukan menjadi satu.