Disusun Oleh :
1. Rina El Vitra NIM : 2009087050
2. Laely Sobariah NIM : 2009087051
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah ini
dengan judul ”Sistem Pendidikan Nasional”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita sampaikan untuk junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan ajarannya untuk kita
semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariah agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi
seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena
kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
sebuah negara terletak pada kebudayaan dan nilai-nilaii bangsa itu sendiri dan
Undang Dasar 1945 sebagai nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. Apabila kita
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dibuat
1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
pendidikan.
2
BAB II
dimaksudkan.
dikehendaki pasal 31 ayat 2 UUD 1945 tersebut baru dapat direalisasikan pada
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
3
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman.
nasional.
akan menentukan corak dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan itu pun akan
Negara Republik Indonesia 1945. Dengan begitu setiap satuan pendidikan yang
menjadi tiga yaitu: Dasar Ideal, Dasar Konstitusional dan Dasar Operasional.
4
Indonesia tahun 1945. Oleh karena itu segala usaha bagi warga negaranya
meliputi :
Persatuan Indonesia
permusyawaratan/perwakilan
1945.
5
adil dan beradab. Persatuan Indonesia dan Kerakyatam yang dipimpin
Indonesia.
Dari isi pasal 29 ayat 1 itu dijelaskan bahwa ideologi Negara Indonesia
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, oleh karena itu segala kegiatan di
6
negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
3. Dasar Operasional
Nasional , bab II tentang dasar,fungsi dan tujuan, bab III tentang prinsip
penyelenggaraan pendidikan.
b. TAP MPR nomor III tahun 2000 pasal 1 ayat 3 yaitu sumber hukum
dari generasi tua kepada generasi muda. Oleh karena itu pendidikan
dan merupakan pewaris dan penerus tata nilai tersebut. Oleh karena itu
7
a. Tata nilai warisan budaya bangsa yang menjadi falsafah hidup
bangsa Indonesia yang berdasakan pada Pancasila dan UUD 1945. Dan
bahwa dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan UUD 1945, yang
yang telah ada sebelumnya dan merupakan warisan budaya bangsa secara
turun temurun.
8
II. Tujuan Pendidikan Nasional
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan dibarengi dengan meningkatkan
4. Meningkatkan kecerdasan
5. Meningkatkan keterampilan
6. Meningkatkan keahlian
7. Meningkatkan kebudayaan
9
1. Rumusan menurut SK Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan No.
cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang
melahirkan warga negara warga negara sosialis Indonesia yang susila, yang
dan makmur baik spiritual maupun material yang berjiwa Pancasila, yaitu :
Tujuan pendidikan di atas tidak bertahan lama dan tidak berlaku lagi dengan
10
Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan
rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti
(pendidikan)
ketakwaan
11
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab
semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-
Indonesia yaitu manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuha
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
12
Tujuan Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorentasi masa depan.
di Indonesia.
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia,
13
III. Fungsi Pendidikan Nasional
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa maka pendidikan nasional berfungsi
sebagai alat:
b. Pengembangan kebudayaan
c. Pengembangan bangsa
berfungsi:
berarti bahwa sangat diharapkan ada keterkaitan erat antara sektor pendidikan
14
Pendidikan yang berwawasan teknologi perlu mendapat perhatian utama
penanaman nilai.
bangsa.
Berdasasrkan hal itu maka pendidikan nasional berfungsi sebagai alat yang
15
System pendidikan nasional diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta di
bawah tanggung jawab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan menteri lainnya.
Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dilaksanakan melalui bentuk-bentuk
kelembagaan beserta program-programnya.
1. Kelembagaan Pendidikan
a. Jalur Pendidikan
Penyelenggaraan Sisdiknas melalui dua jalur, yaitu:
1) Jalur pendidikan sekolah, yang diselenggarakan di sekolah melalui
kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan serta
bersifat formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah, dan
mempunyai keseragaman pola yang bersifat nasional.
2) Jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan yang bersifat kemasyarakatan
dan tidak formal (tidak ada keseragaman pola yanng bersifat nasional),
kegiatan belajar mengajar tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan.
b. Jenjang Pendidikan
1) Jenjang Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk member bekal dasar yang
diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan dasar. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003
Pasal 6 Ayat 1 menyebutkan bahwa, “Setiap warga negara yang berusia
tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.”
2) Jenjang Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai
lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke atas
mempersiapkan peserta didikuntuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun
memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
umum, pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan menengah luar
biasa, pendidikan kedinasan dan pendidikan menengah keagamaan.
3) Jenjang Pendidikan Tinggi
16
Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian. Output
pendidikan tinggi diharapkan dapat mengisi kebutuhan yang beraneka
ragam dalam masyarakat.
17
b) aspek lokal
1) Kurikulum Nasional
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 36 Ayat 3 menyatakan bahwa
kurikulum disusun dengan memperhatikan:
a) peningkatan iman dan takwa;
b) peningkatan akhlak mulia;
c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d) keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f) tuntutan dunia kerja;
g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h) agama;
i) dinamika perkembangan global; dan
j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
18
e) Bentuk dan jenis kegiatan pembelajaran yang dialami oleh peserta
didik, yaitu strategi mengajar.
19
kesenian, bahasa (lisan maupun tulisan), kerajinan, dan nilai-nilai
kehidupannya masing-masing. Oleh karena itu, keanekaragaman
ciri khas daerah perlu dilestarikan dan dikembangkan melalui
upaya pendidikan yang nantinya akan memelihara jalinan antara
sekolah dengan lingkungannya. Dan dalam pengembangan
kurikulum sekolah, daerah perlu dilibatkan, agar sekolah
berkesempatan menyusun program muatan lokal yang sesuai untuk
lingkungannya.
Kesungguhan pemerintah dalam merealisasikan pemikiran
mengenai muatan lokal tersebut, yang dimulai pada sekolah dasar,
diwujudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI No. 0412/U/1987 Tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan
Muatan Lokal Sekolah Dasar. Kemudian disusul dengan
penjabaran pelaksanaanya dalam keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah No. 173/C/Kep/87 Tanggal 7
Oktober 1987.
20
b. Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan ke
arah yang positif.
21
3) Dilihat dari proses belajar mengajar, masih banyak guru-guru yang
belum akrab dengan pendekatan keterampilan proses dan CBSA
sehingga menghambat kelancaran implementasi Muatan Lokal.
4) Sistem ujian akhir dan ijazah yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah umumnya menciptakan iklim pengajaran yang memberikan
tekanan lebih pada mata pelajaran akademik sehingga akan
berdampak negatif pada pelaksanaan Muatan Lokal.
5) Penunjang pelaksanaan Muatan Lokal kebanyakan tidak dimiliki
sekolah, dan mungkin juga tidak tersedia di masyarakat.
3. Pengelolaan Pendidikan
a. Pengertian Pengelolaan Pendidikan
Secara etimologi pengelolaan berasal dari kata “kelola” yang berarti
mengusahakan; menyelenggarakan; dan mengurus. Kata ini mendapat
imbuhan pe-an maka menjadi pengelolaan yang berarti penyelenggaraan atau
pengusahaan.
22
Sedangkan pengertian pendidikan, Marimba mengatakan pendidikan
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Pengelolaan pendidikan menurut Sukirman (1998) adalah penataan,
pengaturan dan kegiatan-kegiatan lain sejenisnya yang berkenaan dengan
lembaga pendidikan beserta segala komponennya, dan dalam kaitannya
dengan pranata dan lembaga lain.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pendidikan
adalah serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi,
mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan
mendayagunakan sumber manusia sarana dan prasarana untuk mencapai
tujuan pendidikan. Sementara fungsi pengelolaan pendidikan, yakni: fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, dan pengawasan.
23
Tantangan-tantangan tersebut, lebih berat lagi dirasakan karena berbagai
persoalan datang, baik dari luar maupun dari dalam system pendidikan itu
sendiri, diantaranya:
1) Sumber-sumber yang makin terbatas dan belum dimanfaatkanya
sumber yang ada secara efektif dan efisien.
2) Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih
kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum
menarik, dan sebagainya.
3) Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap, serta
belum peka terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa
kini maupun masa yang akan datang.
4) Masih kabur dan belum mantabnya konsepsi tentang pendidikan
dan interpretasinya dalam praktik.
a) Organisasi pendidikan
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan
membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang
sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkannya. Dalam hal inilah terletak
bagaimana kecakapan kepala sekolah mengorganisasi guru-guru
dan pegawai yang lainnya dalam menjalankan tugasnya sehari-hari
sehingga tercipta adanya kerjasama yang harmonis dan lancar.
Dilihat dari wewenang, tanggung jawab, serta hubungan kerja
24
dalam organisasi, dapat dikemukakan adanya empat tipe atau
bentuk organisasi, yaitu: organisasi garis, organisasi garis dan staf,
organisasi panitia, organisasi fungsional.
c) Kepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai
tujuan pendidikan. Fungsi pemimpin adalah memudahkan
pencapaian tujuan organisasi. Sementara tipe kepemimpinan
pendidikan yaitu: tipe otokratik, paternalistik, kharismatik, laissez
faire, militeristik, demokratik. Ciri-ciri pemimpin pendidikan yang
baik yaitu: (1) punya keinginan memimpin, (2) berpengetahuan
luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang berada di
bawahnya, (3) menguasai/memahami benar-benar rencana dan
program yang telah digariskan yang akan dicapai oleh setiap
lembaga atau bagian, (4) berwibawa dan memiliki kecakapan
praktis tentang teknik-teknik kepengawasan, (5) memiliki sifat-
sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati, (6)
25
berkamauan keras, (7) kreatif, (8) penuh inisiatif, (9) tekun dan
proaktif dalam mengejar sasaran-sasaran mereka, (10) mempunyai
rasa percaya diri yang tebal, (11) fleksibel dalam berstrategi, (12)
bersedia menerima kritik, (13) berani memberikan pendapatnya
berdasarkan akal sehat, (14) memberikan contoh dan tauladan, (15)
mampu bekerjasama dengan orang-orang yang dipimpinnya.
26
Pembagian tugas membelajarkan.
Pembagian tugas membina kegiatan ekstrakurikuler.
b. Proses pembelajaran, meliputi:
Penyusunan jadwal pelajaran
Penyusunan program pembelajaran
Pengisian daftar kemajuan kelas
Kegiatan mengelola kelas
Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar
Laporan hasil belajar
Kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
27
h) Manajemen Tenaga Kependidikan
Pengeloaan sumber daya manusia/personel (tenaga
kependidikan) adalah segenap proses penataan yang bersangkut
paut dengan masalah memperoleh dan menggunakan tenaga kerja
secara efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Keseluruhan sumber daya manusia/personel sekolah adalah: kepala
sekolah, guru, pegawai tata usaha dan penjaga sekolah.
28
masyarakat, yaitu: hubungan edukatif, kultural, dan hubungan
institusional.
j) Pengawasan Pendidikan
Pengawasan adalah tindakan-tindakan yang berkaitan untuk
memperbaiki kegiatan (Franklin G. Moove: 1964). Ada tiga bentuk
pengawasan, yaitu: (1) pengawasan atasan langsung, (2)
pengawasan fungsional, (3) pengawasan melekat (Waskat).
Sebagai pengawas pendidikan, tugas kepala sekolah adalah: (1)
Membantu guru untuk melihat lebih jelas tujuan pendidikan yang
sebenarnya, dan peranan khusus sekolah dalam mencapai tujuan
pendidikan; (2) Membantu guru untuk melihat lebih jelas tentang
kebutuhan dan persoalan civitas akademi, dan membantu mereka
dalam memenuhi kebutuhan tersebut; (3) Membantu guru
mengembangkan kecakapan mengajar, (4) Membantu guru dalam
melihat kesulitan belajar siswa serta merencanakan pelajaran yang
efektif; (5) Membantu moral, dan mempersatukan guru dalam satu
tim yang efektif, bekerja sama secara benar dan saling menghargai
untuk mencapai tujuan bersama, dan (6) Membantu memberi
peringatan kepada masyarakat mengenai program madrasah, agar
mereka berusaha mengerti dan membantu keperluan dan
kepentingan madrasah
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
B. Saran
30
Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila mampu mencerdaskan
umumnya.
31
DAFTAR PUSTAKA
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU2-1989Sisdiknas.pdf
Drs. H. Abu Ahmadi & Drs. Nur Uhbiyati, 2015, Ilmu Pendidikan ,
Rineka cipta,
http://komarudintasdik.wordpress.com
Wojowasito, S. Kamus Bahasa Indonesia (Malang : CV Pengarang, 1999),
hlm. 164 11 Ahmad, D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan
(Bandung : PT. Ma‟arif , 1989), hlm. 19
http://komarudintasdik.wordpress.com/2011/02/15/pengelolaan-
pendidikan di akses pada tanggal 12 Mei 2012
http://komarudintasdik.wordpress.com/2011/02/15/pengelolaan-
pendidikan di akses pada tanggal 12 Mei 2012
Udin Saefudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.
6
http://komarudintasdik.wordpress.com/2011/02/15/pengelolaan-
pendidikan di akses pada tanggal 12 Mei 2012
32