Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Problematika dan Inovasi Pendidikan
Dosen : Dr. Hj. Ihsana El Khuluqo, M. Pd

Disusun Oleh :
1. Rina El Vitra NIM : 2009087050
2. Laely Sobariah NIM : 2009087051

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah ini
dengan judul ”Sistem Pendidikan Nasional”.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita sampaikan untuk junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan ajarannya untuk kita
semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariah agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi
seluruh alam semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena
kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah


yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Jakarta, April 2021


Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan

sebuah negara terletak pada kebudayaan dan nilai-nilaii bangsa itu sendiri dan

berkembang melalui sejarah sehingga dapat memberikan warna dalam seluruh

gerak hidup suatu bangsa.

Sistem Pendidikan Nasional yang diterapkan di Indonesia berdasarkan

pada kebudayaan bangsa, dan berdasarkan kepada Pancasila serta Undang-

Undang Dasar 1945 sebagai nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. Apabila kita

melihat Sistem Pendidikan Nasional yang berlaku di negara kita, masih

banyak permasalahan dalam pelaksanaannya, baik dari segi kelembagaan,

program dan pengelolaan pendidikannya, sehingga terwujudnya Sistem

Pendidikan Nasional yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dibuat

rumusan masalah sebagai berikut:

a. Apakah definisi dari Sistem Pendidikan Nasional?

b. Apakah dasar, tujuan dan fungsi Pendidikan Nasional?

c. Bagaimana kelembagaan, program dan pengelolaan pendidikan?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini

adalah:

a. Untuk mengetahui apa definisi Sistem Pendidikan Nasional.

b. Untuk mengetahui apa dasar, tujuan dan fungsi Pendidikan Nasional.

c. Untuk mengetahui bagaimana kelembagaan, program dan pengelolaan

pendidikan.

2
BAB II

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Pasal 31 ayat 2 UUD 1945 mengamanatkan kepada Pemerintah Republik

Indonesia untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran

nasional yang diatur dengan undang-undang. Hal tersebut berarti bahwa

pemerintah harus menyusun undang-undang tentang Sistem Pendidikan

Nasional dalam rangka menyelenggarakan satu sistem pendidikan nsional yang

dimaksudkan.

Kendatipun UUD 1945 sudah mengamatkan demikian, ternyata usaha

menyusun undang-undang tentang sistem pendidikan nasional tersebut

bukanlah persoalan mudah. Sejak tahun1945, undang-undang sebagaimana

dikehendaki pasal 31 ayat 2 UUD 1945 tersebut baru dapat direalisasikan pada

tahun 1989, yaitu dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 2 Tahun

1989, pada tanggal 27 Maret 1989, selanjutnya disempurnakan dengan UU

Nomor 20 tahun 2003.

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan antara lain sebagai berikut:

1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai

3
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan

perubahan zaman.

3. Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan

yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional.

A. Dasar, Tujuan, Fungsi Pendidikan Nasional

Persoalan dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah yang sangat

fundamental dalam pelaksanaan pendidikan karena dasar-dasar pendidikan itu

akan menentukan corak dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan itu pun akan

menentukan ke arah mana anak didik dibawa.

I. Dasar Pendidikan Nasional.

Dalam pasal (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan

bahwa Pendidikan Nasional berdasasrkan Pancasila dan Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945. Dengan begitu setiap satuan pendidikan yang

diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dapat dikategorikan

sebagai dan masuk dalam kesatuan sistem pendidikan nasional.

Dasar Pendidikan nasional menurut Abu Ahmadi dapat diklasifikasikan

menjadi tiga yaitu: Dasar Ideal, Dasar Konstitusional dan Dasar Operasional.

1. Dasar Ideal Pendidikan Nasional adalah Pancasila.

Pancasila adalah dasar negara, dan penetapan Pancasila sebagai dasar

negara adalah hasil kesepakatan bersama para negarawan bangsa Indonesia

pada waktu terbentuknya negara kita sebagai negara kesatuan Republik

4
Indonesia tahun 1945. Oleh karena itu segala usaha bagi warga negaranya

harus berdasarkan kepada Pancasila ,terutama dibidang pendidikan yang

merupakan usaha untuk membentuk warga negara berjiwa Pancasila, yang

meliputi :

 Ketuhanan Yang Maha Esa.

 Kemanusiaan yang adil dan beadab

 Persatuan Indonesia

 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

 Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Dasar Konstitusional Pendidikan Nasional adalah Undang-undang Dasar

1945.

a. UUD 1945 adalah sumber hukum pendidikan di Indonesia. Pada alinea

keempat Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 menyatakan :

kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan

social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam

suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam

suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

dengan berdasar kepada: Ketuhan Yang Maha esa, Kemanusiaan yang

5
adil dan beradab. Persatuan Indonesia dan Kerakyatam yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta

dengan mewujudkan suatu keadilann social bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Alinea ini merumuskan dengan padat tujuan dan prinsip-prinsip dasar

untuk mencapai tujuan Bangsa Indonesia setelah merdeka.

b. Undang-undang Dasar 1945 , pasal 29 ayat 1 yang menyatakan” Negara

berdasar atas Ketuhanan Yang maha Esa”.

Dari isi pasal 29 ayat 1 itu dijelaskan bahwa ideologi Negara Indonesia

yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, oleh karena itu segala kegiatan di

Negara Indonesia harus berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan

itu bersifat mutlak.

c. Undang-undang Dasar 1945 pasal 31,yaitu:

Ayat 1: Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan

Ayat 2: Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan

pemerintah wajib membiayainya

Ayat 3: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

ppendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan

serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan anak bangsa, yang

diatur dengan undang-undang.

Ayat 4: Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-

kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja

6
negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk

memenuhi penyelenggaraan pendidikan nasional.

Ayat 5: Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk

kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia.

3. Dasar Operasional

a. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional , bab II tentang dasar,fungsi dan tujuan, bab III tentang prinsip

penyelenggaraan pendidikan.

b. TAP MPR nomor III tahun 2000 pasal 1 ayat 3 yaitu sumber hukum

dasar Nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam

Pembukaan Undang-undang dasar 1945.

c. Garis-garis besar halan negara, bab IV E tentang Pendidikan dengan

landasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

4. Dasar Sosio Budaya.

Pendidikan merupakan proses dan alat mewariskan kebudayaan

dari generasi tua kepada generasi muda. Oleh karena itu pendidikan

nasional merupakan proses dan alat mewariskan kebudayaan nasional.

Manusia Indonesia terbina oleh tata nilai sosio budayanya sendiri

dan merupakan pewaris dan penerus tata nilai tersebut. Oleh karena itu

sosio budaya harus dijadikan dasar dalam proses pendidikan.

Segi-segi sosio budaya bangsa mencakup:

7
a. Tata nilai warisan budaya bangsa yang menjadi falsafah hidup

rakyatnya seperti nilai Ketuhanan, kekeluargaan, musyawarah, mufakat,

gotong royong dan tenggang rasa.

b. Nilai-nilai falsafah negaranya, yaitu Pancasila.

c. Nilai-nilai budaya dan tradisi bangsanya seperti bahasa nasional, adat

istiadat, unsur-unsur kesenian.

Pada pasal 1 ayat (2) UU Nomor 2 Tahun 1989, ditegaskan bahwa

pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan

bangsa Indonesia yang berdasakan pada Pancasila dan UUD 1945. Dan

diterangkan pula pada pasal 1 ayat (2) UU no 20 tahun 2003, bahwa

pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional

Indonesia dan tanggap terhadap tututan zaman.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan UUD 1945, yang

berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional Indonesia,dan

tanggap terhadap tuntutan zaman. Oleh karena itu, maka pendidikan

nasional pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari sistem pendidikan

yang telah ada sebelumnya dan merupakan warisan budaya bangsa secara

turun temurun.

8
II. Tujuan Pendidikan Nasional

H. Alamsyah Ratuprawira Negara, (selaku menteri agama) dalam

pengarahannya di depan konferensi pusat PGRI tanggal 24 November 1981 di

Jakarta dengan judul”Penataan Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila”

menyatakan: tujuan pendidikan nasional diarahkan untuk meningkatkan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan dibarengi dengan meningkatkan

kecerdasan , keterampilan,keahlian dan berbagai aspek afektif, mempertinggi budi

pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan.

Menurut Abu Ahmadi butir-butir tujuan pendidikan sebagai berikut:

1. Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa.

2. Memperkuat kepribadian bangsa

3. Mempertebal semangat kebangsaan

4. Meningkatkan kecerdasan

5. Meningkatkan keterampilan

6. Meningkatkan keahlian

7. Meningkatkan kebudayaan

8. Mempertinggi budi pekerti

9. Mengembangsuburkan sikap demokrasi

10. Memelihara kerukunan hidup

11. Mampu mengembangkan daya estetik

12. Berkesanggupan untuk membangun diri dan masyarakatnya

Hasbullah menyatakan tujuan pendidikan di Indonesia mengalami

beberapa kali perubahan:

9
1. Rumusan menurut SK Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan No.

104/Bhg.O tanggal 1 Maret 1946:

Tujuan pendidikan adalah untuk menanamkan jiwa patriotisme.

2. Menurut UU No. 4 Tahun 1950 (UU pendidikan dan pengajaran)

Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang

cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang

kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

3. Menurut ketetapan MPRS Nomor II Tahun 1966

Tujuan pendidikan ialah mendidik anak ke arah terbentuknya manusia yang

berjiwa Pancasila dan bertanggung jawab atas terselengaranya ,asyarakat

sosialis Indonesia yang adil dan makmur material dan spiritual.

4. Rumusan tujuan pendidikan menurut Sistem Pendidikan Nasional Pancasila

dengan penetapan Presiden No. 19 Tahun 1965

Tujuan pendidikan nasional kita, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun swasta, dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi supaya

melahirkan warga negara warga negara sosialis Indonesia yang susila, yang

bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil

dan makmur baik spiritual maupun material yang berjiwa Pancasila, yaitu :

Ketuhanan Yang Maha Esa, perikemanusiaan yang adil dan beradab,

kebangsaan , kerakyatan, keadilan sosial.

Tujuan pendidikan di atas tidak bertahan lama dan tidak berlaku lagi dengan

dikeluarkannya Ketetapan MPRS No. XXVII tahun 1966.

5. Tujuan pendidikan menurut Ketetapan MPRS Nomor XXVII Tahun 1966.

10
Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan

ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi

UUD 1945. Pembentukan manusia Pancasilais sejati merupakan sesuatu yang

sangat diperlukan untuk mengubah mental masyarakat indoktrinasi Manipol

USDEK. Pemurnian semangat Pancasila dianggap sebagai jaminan untuk

tegaknya Orde Baru.

6. Menurut Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang GBHN

Tujuan Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: Pembangunan di bidang

pendidikan didasarkan atas falsafah negara Pancasila dan diarahkan untuk

membangun manusia-manusia pembangunan yang berpancasila dan untuk

membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan

tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang

rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti

yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai

dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.

7. Menurut Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang GBHN Bab IV D

(pendidikan)

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan

ketakwaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan ,keterampilan, mempertinggi

budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat

kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang

11
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab

atas pembanguna bangsa.

8. Menurut Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 tentang GBHN.

Pendidikan Nasional berdasarkan Panacasila, bertujuan untuk meningkatkan

ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan,

mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal

semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-

manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-

sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

9. Menurut Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang GBHN.

Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk peningkatan kualitas manusia

Indonesia yaitu manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuha

Yang Maha esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,

bekerja kersa, tangguh, bertanggung jawab , mandiri, cerdas dan terampil,

serta sehat jasmani dan rohani.

10. Menurut UU Nomor 2 Tahun1989 tentag Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

11. Menurut Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN

12
Tujuan Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia

Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri,maju, tangguh,

cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja professional serta sehat

jasmani dan rohani. Pendidikan Nasional juga harus menumbuhkan jiwa

patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat

kebangsaan dan kesetiakawanan social serta kesadaran pada sejarah bangsa

dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorentasi masa depan.

Demikianlah beberapa rumusan tujuan pendidikan yang pernah dilaksanakan

di Indonesia.

Seiring dengan perkembangan yang terus terjadi dan adanya upaya

memperbaiki sistem pendidikan nasional yang terus dilakukan, maka lahirlah

UU Nomor 20 tahun 2003, sebagai penyempurnaan UU Nomor 2 Tahun

1989. Tujuan Pendidikan Nasional menurut UU Nomor 20 Tahun 2003,

yaitu: mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia,

sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

13
III. Fungsi Pendidikan Nasional

Menurut Abu Ahmadi untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya dan

bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa maka pendidikan nasional berfungsi

sebagai alat:

a. Penegmbangan pribadi dan warga negara

b. Pengembangan kebudayaan

c. Pengembangan bangsa

Maksud pengembangan pribadi dan warga negara adalah pendidikan nasional

harus mampu menjawab tantangan yang ada. Pengembangan kebudayaan yaitu

pendidikan nasional berfungsi sebagai alat agar perkembangan bangsa dapat

berjalan secara menyeluruh, terpadu, terarah untuk mencapai keselarasan dan

keseimbangan guna mewujudkan tujuan pendidikan sebagai pengembangan

kebudayaan pendidikan nasional, tidak boleh membedakan suku, agama, adat

istiadat, bahasa dan lain-lain agar terwujud bangsa Indonesia. Pengembangan

bangsa adalah pendidikan nasional harus memandang manusia Indonesia dengan

kaca mata Indonesia yang bhineka tunggal ika.

Menurut Hasballah untuk mengimplementasikan GBHN 1993, pendidikan

berfungsi:

a. Untuk mempersiapkan tenaga kerja bagi industrialisasi mendatang, Hal ini

berarti bahwa sangat diharapkan ada keterkaitan erat antara sektor pendidikan

dengan dunia kerja.

b. Pendidikan berfungsi untuk penguasaan IPTEK

14
Pendidikan yang berwawasan teknologi perlu mendapat perhatian utama

kendatipun tidak lantas meninggalkan dimensi lain seperti budaya dan

penanaman nilai.

Sementara itu, dalam pasal 3 UU Nomor2 Tahun 1989 di sebutkan bahwa

fungsi pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta

meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

rangka upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dalam pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa.

Berdasasrkan hal itu maka pendidikan nasional berfungsi sebagai alat yang

bertujuan untuk mengembangkan pribadi, pengembangan masyarakat,

pengembangan kebudayaan dan pengembangan bangsa Indonesia untuk

meningkatkan kehidupan dan martabatnya sehingga tercapai kebahagiaan

lahiriah dan batiniah.

B. Kelembagaan, Program, dan Pengelolaan Pendidikan


Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar
dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang.
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan Indonesia
dan berdasar kepada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia. Sistem
pendidikan nasional (sisdiknas) adalah keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

15
System pendidikan nasional diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta di
bawah tanggung jawab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan menteri lainnya.
Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dilaksanakan melalui bentuk-bentuk
kelembagaan beserta program-programnya.

1. Kelembagaan Pendidikan
a. Jalur Pendidikan
Penyelenggaraan Sisdiknas melalui dua jalur, yaitu:
1) Jalur pendidikan sekolah, yang diselenggarakan di sekolah melalui
kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan serta
bersifat formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah, dan
mempunyai keseragaman pola yang bersifat nasional.
2) Jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan yang bersifat kemasyarakatan
dan tidak formal (tidak ada keseragaman pola yanng bersifat nasional),
kegiatan belajar mengajar tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan.

b. Jenjang Pendidikan
1) Jenjang Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk member bekal dasar yang
diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan dasar. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003
Pasal 6 Ayat 1 menyebutkan bahwa, “Setiap warga negara yang berusia
tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.”
2) Jenjang Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai
lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke atas
mempersiapkan peserta didikuntuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun
memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
umum, pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan menengah luar
biasa, pendidikan kedinasan dan pendidikan menengah keagamaan.
3) Jenjang Pendidikan Tinggi

16
Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian. Output
pendidikan tinggi diharapkan dapat mengisi kebutuhan yang beraneka
ragam dalam masyarakat.

2. Program Pendidikan Nasional


a. Jenis Program Pendidikan Nasional
1) Pendidikan Umum, pendidikan yang mengutamakan perluasan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang
diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan.
2) Pendidikan Kejuruan, pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu.
3) Pendidikan Luar Biasa, pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk
peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental.
4) Pendidikan Kedinasan, pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi
pegawai atau calon pegawai suatu departemen pemerintah atau lembaga
pemerintah nondepartemen.
5) Pendidikan Keagamaan, pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta
didik untuk dapat melaksanakan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan khusus tentang ajaran agama.

b. Kurikulum Program Pendidikan


Dalam hubungan dengan pembangunan nasional, kurikulum pendidikan nasional
mengisi upaya pembentukan SDM untuk pembangunan. Dalam kaitan ini,
kurikulum mengandung dua aspek (UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 36 Ayat 1
dan 2), yaitu:
a) aspek kesatuan nasional

17
b) aspek lokal

1) Kurikulum Nasional
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 36 Ayat 3 menyatakan bahwa
kurikulum disusun dengan memperhatikan:
a) peningkatan iman dan takwa;
b) peningkatan akhlak mulia;
c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d) keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f) tuntutan dunia kerja;
g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h) agama;
i) dinamika perkembangan global; dan
j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Kurikulum menjembatani tujuan pendidikan nasional dengan tujuan satuan


pendidikan yang dapat dilakukan dengan praktek belajar riil di lapangan atau
sekolah. Dalam hubungan ini Soedijarto (Soedijarto, 1991: 145) merinci
kurikulum atas lima tingkat, yaitu:
a) Tujuan institusional, yang menggambarkan berbagai kemampuan
yang harus dikuasai oleh peserta didik dari suatu satuan
pendidikan.
b) Kerangka materi yang memberikan gambaran tentang bidang-
bidang pelajaran yang perlu dipelajari peserta didik untuk
menguasai serangkaian kemampuan yang disebut struktur program
kurikulum.
c) Garis besar materi dari suatu bidang pelajaran yang telah dipilih,
biasa disebut GBPP atau silabi.
d) Panduan dan buku-buku pelajaran yang disusun untuk menunjang
terjadinya proses pembelajaran.

18
e) Bentuk dan jenis kegiatan pembelajaran yang dialami oleh peserta
didik, yaitu strategi mengajar.

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 menyebutkan bahwa


kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:
a) pendidikan agama;
b) pendidikan kewarganegaraan;
c) bahasa;
d) matematika;
e) ilmu pengetahuan alam;
f) ilmu pengetahuan sosial;
g) seni dan budaya;
h) pendidikan jasmani dan olahraga;
i) keterampilan/kejuruan; dan
j) muatan lokal.
Ayat 2 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
a. pendidikan agama;
b. pendidikan kewarganegaraan; dan
c. bahasa.
Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa kurikulum nasional mengandung ciri-ciri
sebagai berikut:
a) Diberlakukan sama pada setiap macam satuan pendidikan di
seluruh Indonesia.
b) Ditetapkan oleh pemerintah.
c) Tujuannya untuk menggalang kesatuan nasional dan pengendalian
mutu pendidikan secara nasional.

2) Kurikulum Muatan Lokal


a) Latar belakang
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap daerah Indonesia memiliki
ciri khas mengenai adat istiadat, tata cara dan tata krama pergaulan,

19
kesenian, bahasa (lisan maupun tulisan), kerajinan, dan nilai-nilai
kehidupannya masing-masing. Oleh karena itu, keanekaragaman
ciri khas daerah perlu dilestarikan dan dikembangkan melalui
upaya pendidikan yang nantinya akan memelihara jalinan antara
sekolah dengan lingkungannya. Dan dalam pengembangan
kurikulum sekolah, daerah perlu dilibatkan, agar sekolah
berkesempatan menyusun program muatan lokal yang sesuai untuk
lingkungannya.
Kesungguhan pemerintah dalam merealisasikan pemikiran
mengenai muatan lokal tersebut, yang dimulai pada sekolah dasar,
diwujudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI No. 0412/U/1987 Tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan
Muatan Lokal Sekolah Dasar. Kemudian disusul dengan
penjabaran pelaksanaanya dalam keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah No. 173/C/Kep/87 Tanggal 7
Oktober 1987.

b) Pengertian muatan lokal


Muatan lokal yaitu program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan
sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah. Isi dan
media
penyampaian muatan lokal diambil dari dan menggunakan sumber
lingkungan yang dekat dengan kehidupan peserta didik.

c) Tujuan muatan lokal


Dalam hubungannya dengan kepentingan nasional, muatan lokal
dapat:
a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas
daerah.

20
b. Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan ke
arah yang positif.

Dari sudut kepentingan peserta didik, muatan lokal dapat:


a. Mengakrabkan dan meningkatkan pemahaman peserta didik
terhadap lingkungannya sehingga mereka tidak asing dengan
lingkungannya.
b. Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari
untuk memecahkan masalah yang ditemukan di lingkungan
sekitarnya
c. Memanfaatkan sumber belajar yang kaya yang terdapat di
lingkungannya.
d. Mempermudah peserta didik menyerap materi pelajaran.

d) Cara merancang pengajaran


Pada kegiatan ini sudah harus dimanfaatkan wawasan tentang
pendekatan yang digunakan, strategi belajar, metode/teknik,
sarana, dan seterusnya.

Faktor Penghambat Pelaksanaan Muatan Lokal


1) Sifat dari pelajaran Muatan Lokal itu sendiri sebagian besar memberi
tekanan pada pembinaan tingkah laku afektif dan psikomotor.
2) Dilihat dari segi ketenagaan, pelaksanaan Muatan Lokal memerlukan
pengorganisasian secara khusus karena melibatkan pihak-pihak
lainselain sekolah. Untuk itu mungkin team teaching sebagai suatu
alternatif dapat dipikirkan pengembangannya. Di samping cara-cara
mengajar yang rutin oleh guru kelas, harus ada kerjasama yang
terpadu antara pembina, pelaksana lapangan, dan nara sumber.
Padahal penggunaan team teaching belum memasyarakat di dalam
tradisi pelajaran di sekolah.

21
3) Dilihat dari proses belajar mengajar, masih banyak guru-guru yang
belum akrab dengan pendekatan keterampilan proses dan CBSA
sehingga menghambat kelancaran implementasi Muatan Lokal.
4) Sistem ujian akhir dan ijazah yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah umumnya menciptakan iklim pengajaran yang memberikan
tekanan lebih pada mata pelajaran akademik sehingga akan
berdampak negatif pada pelaksanaan Muatan Lokal.
5) Penunjang pelaksanaan Muatan Lokal kebanyakan tidak dimiliki
sekolah, dan mungkin juga tidak tersedia di masyarakat.

Faktor Penunjang Pelaksanaan Muatan Lokal


1) Adanya keinginan dari kebanyakan peserta didik untuk cepat
memperoleh bekal kerja apapun yang membawa hasil.
2) Materi Muatan Lokal yang dapat dijadikan sasaran belajar cukup
banyak tersedia, baik macamnya maupun penyebarannya di semua
daerah, sehingga penentu daerah perintis tidak sulit.
3) Adanya materi Muatan Lokal yang sudah tercantum sebagai materi
kurikulum dan sudah dilaksanakan secara rutin, hanya tinggal
pembenahan efektifitas yang perlu ditingkatkan (misalnya pelajaran
bahasa daerah).
4) Media massa khususnya TV sudah tidak sulit untuk dimanfaatkan
guna penyebaran informasi berupa contoh-contoh model pelaksanaan
Muatan Lokal yang berhasil, dengan demikian ide tentang Muatan
Lokal lebih cepat memasyarakat.

3. Pengelolaan Pendidikan
a. Pengertian Pengelolaan Pendidikan
Secara etimologi pengelolaan berasal dari kata “kelola” yang berarti
mengusahakan; menyelenggarakan; dan mengurus. Kata ini mendapat
imbuhan pe-an maka menjadi pengelolaan yang berarti penyelenggaraan atau
pengusahaan.

22
Sedangkan pengertian pendidikan, Marimba mengatakan pendidikan
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Pengelolaan pendidikan menurut Sukirman (1998) adalah penataan,
pengaturan dan kegiatan-kegiatan lain sejenisnya yang berkenaan dengan
lembaga pendidikan beserta segala komponennya, dan dalam kaitannya
dengan pranata dan lembaga lain.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pendidikan
adalah serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi,
mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan
mendayagunakan sumber manusia sarana dan prasarana untuk mencapai
tujuan pendidikan. Sementara fungsi pengelolaan pendidikan, yakni: fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, dan pengawasan.

b. Konsep Dasar Pengelolaan Pendidikan


Pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan persoalan,
diantaranya:
1) Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus
bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapat pendidikan,
yang secara komulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan
yang memadai.
2) Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern menghendaki
dasardasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan
terus menerus, dan dengan demikian menuntut pendidikan yang
lebih sama sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup (life
long education).
3) Berkembangnya teknologi yang mempermudah manusia dalam
menguasai dan memanfatkan alam dan lingkunganya, tetapi yang
sering kali ditangani sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian
peranan manusiawi.

23
Tantangan-tantangan tersebut, lebih berat lagi dirasakan karena berbagai
persoalan datang, baik dari luar maupun dari dalam system pendidikan itu
sendiri, diantaranya:
1) Sumber-sumber yang makin terbatas dan belum dimanfaatkanya
sumber yang ada secara efektif dan efisien.
2) Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih
kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum
menarik, dan sebagainya.
3) Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap, serta
belum peka terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa
kini maupun masa yang akan datang.
4) Masih kabur dan belum mantabnya konsepsi tentang pendidikan
dan interpretasinya dalam praktik.

Keseluruhan tantangan dan persoalan tersebut memerlukan pemikiran


kembali yang mendalam dan pendekatan baru yang progresif. Pendekatan
ini harus selalu didahului denagn penjelajahan yang mendahului
percobaan, dan tidak boleh semata-mata atas dasar coba-coba.
Dalam pengelolaan pendidikan terdapat beberapa unsur yang harus
dipenuhi, yaitu :

a) Organisasi pendidikan
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan
membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang
sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkannya. Dalam hal inilah terletak
bagaimana kecakapan kepala sekolah mengorganisasi guru-guru
dan pegawai yang lainnya dalam menjalankan tugasnya sehari-hari
sehingga tercipta adanya kerjasama yang harmonis dan lancar.
Dilihat dari wewenang, tanggung jawab, serta hubungan kerja

24
dalam organisasi, dapat dikemukakan adanya empat tipe atau
bentuk organisasi, yaitu: organisasi garis, organisasi garis dan staf,
organisasi panitia, organisasi fungsional.

b) Manajemen Sekolah Kontemporer


Arcaro (2005) menjelaskan ada lima pilar yang perlu
dipahami sebelum mengembangkan sekolah bermutu total, yaitu:
fokus pada kostumer, keterlibatan total, pengukuran, komitmen,
dan perbaikan berkelanjutan. Indikasi pendidikan bermutu dapat
dilihat dari hasil pendidikan dengan menghasilkan lulusan yang:
(1) menguasai keterampilan dasar, (2) berfikir secara rasional dan
mandiri, (3) menguasai pengetahuan umum dalam berbagai bidang,
(4) memiliki keterampilan yang cukup untuk memperoleh
pekerjaan, (5) berperan serta secara aktif dalam masyarakat dan
kebudayaan, (6) memiliki dan menghargai nilai-nilai luhur yang
tumbuh dalam masyarakat dan dapat hidup di dalamnya.

c) Kepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai
tujuan pendidikan. Fungsi pemimpin adalah memudahkan
pencapaian tujuan organisasi. Sementara tipe kepemimpinan
pendidikan yaitu: tipe otokratik, paternalistik, kharismatik, laissez
faire, militeristik, demokratik. Ciri-ciri pemimpin pendidikan yang
baik yaitu: (1) punya keinginan memimpin, (2) berpengetahuan
luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang berada di
bawahnya, (3) menguasai/memahami benar-benar rencana dan
program yang telah digariskan yang akan dicapai oleh setiap
lembaga atau bagian, (4) berwibawa dan memiliki kecakapan
praktis tentang teknik-teknik kepengawasan, (5) memiliki sifat-
sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati, (6)

25
berkamauan keras, (7) kreatif, (8) penuh inisiatif, (9) tekun dan
proaktif dalam mengejar sasaran-sasaran mereka, (10) mempunyai
rasa percaya diri yang tebal, (11) fleksibel dalam berstrategi, (12)
bersedia menerima kritik, (13) berani memberikan pendapatnya
berdasarkan akal sehat, (14) memberikan contoh dan tauladan, (15)
mampu bekerjasama dengan orang-orang yang dipimpinnya.

d) Sistem Informasi Manajemen (SIM)


Menurut buku Pengenalan Komputer karya Jogiyanto H.
M., M.B.A., Akt. bahwa Sistem Informasi Manajemen (SIM)
adalah kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang
bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk
menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkatan
manajemen di dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian. SIM
merupakan kumpulan dari sistem-sistem informasi. SIM
tergantung dari besar-kecilnya organisasi dapat terdiri dari sistem-
sistem informasi sebagai berikut: sistem informasi akuntansi,
sistem informasi pemasaran, sistem informasi manajemen
persediaan, sistem informasi personalia, sistem informasi
distribusi, sistem informasi pembelian, sistem informasi kekayaan,
sistem informasi analisis kredit, sistem informasi penelitian dan
pengembangan, sistem informasi Teknik.

e) Manajemen Pelaksanaan Kurikulum


Prinsip dasar pengelolaan kurikulum adalah berusaha agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur
pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk
menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi
pembelajarannya.
Kegiatan pengelolaan kurikulum berkaitan dengan dua hal, yaitu:
a. Tugas guru, meliputi:

26
 Pembagian tugas membelajarkan.
 Pembagian tugas membina kegiatan ekstrakurikuler.
b. Proses pembelajaran, meliputi:
 Penyusunan jadwal pelajaran
 Penyusunan program pembelajaran
 Pengisian daftar kemajuan kelas
 Kegiatan mengelola kelas
 Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar
 Laporan hasil belajar
 Kegiatan bimbingan dan penyuluhan.

f) Manajemen Peserta Didik


Pengelolaan kesiswaan (peserta didik) bertujuan untuk
mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan
pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur,
serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut, bidang pengelolaan kesiswaan sedikitnya memiliki
empat tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan
murid baru, pencatatan murid dalam buku induk, kegiatan
kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.

g) Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan


Pengelolaan sarana dan prasarana dapat diartikan kegiatan
menata, mulai dari merencanakan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran, pendayagunaan, pemeliharaan,
penginventarisan dan penghapusan serta penataan lahan, bangunan,
perlengkapan, dan perabot sekolah secara tepat guna dan tepat
saran. Pada garis besarnya pengelolaan sarana dan prasarana
meliputi 5 hal, yakni: (1) penentuan kebutuhan; (2) proses
pengadaan; (3) pemakaian; (4) pencatatan; dan (5)
pertanggungjawaban.

27
h) Manajemen Tenaga Kependidikan
Pengeloaan sumber daya manusia/personel (tenaga
kependidikan) adalah segenap proses penataan yang bersangkut
paut dengan masalah memperoleh dan menggunakan tenaga kerja
secara efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Keseluruhan sumber daya manusia/personel sekolah adalah: kepala
sekolah, guru, pegawai tata usaha dan penjaga sekolah.

i) Manajemen Hubungan Sekolah dengan


Masyarakat/Kerjasama Lembaga
Hubungan sekolah dengan masyarakat (humas) di
lingkungan organisasi pendidikan merupakan rangkaian kegiatan
organisasi untuk mencapai hubungan yang harmonis dengan
masyarakat atau pihak-pihak tertentu di luar organisasi tersebut
agar mendapatkan dukungan terhadap efisiensi dan keefektifan
pelaksanaan kerja. Adapun tugas pokok humas suatu organisasi,
termasuk organisasi pendidikan meliputi: 1. Memberikan informasi
dan menyampaikan ide (gagasan) kepada masyarakat atau pihak-
pihak lain yang membutuhkannya. 2. Membantu pemimpin yang
karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung memberikan informasi
kepada masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukannya. 3.
Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang
permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang
menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu. 4. Membantu
pemimpin dalam mengembangkan rencana dan kegiatan-kegiatan
lanjutan yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat
sebagai akibat dari komunikasi timbal balik dengan pihak luar,
yang ternyata menumbuhkan harapan untuk penyempurnaan
kegiatan yang telah dilakukan oleh organisasi. Afifuddin (2005)
menjelaskan ada tiga pengelompokan hubungan sekolah dengan

28
masyarakat, yaitu: hubungan edukatif, kultural, dan hubungan
institusional.

j) Pengawasan Pendidikan
Pengawasan adalah tindakan-tindakan yang berkaitan untuk
memperbaiki kegiatan (Franklin G. Moove: 1964). Ada tiga bentuk
pengawasan, yaitu: (1) pengawasan atasan langsung, (2)
pengawasan fungsional, (3) pengawasan melekat (Waskat).
Sebagai pengawas pendidikan, tugas kepala sekolah adalah: (1)
Membantu guru untuk melihat lebih jelas tujuan pendidikan yang
sebenarnya, dan peranan khusus sekolah dalam mencapai tujuan
pendidikan; (2) Membantu guru untuk melihat lebih jelas tentang
kebutuhan dan persoalan civitas akademi, dan membantu mereka
dalam memenuhi kebutuhan tersebut; (3) Membantu guru
mengembangkan kecakapan mengajar, (4) Membantu guru dalam
melihat kesulitan belajar siswa serta merencanakan pelajaran yang
efektif; (5) Membantu moral, dan mempersatukan guru dalam satu
tim yang efektif, bekerja sama secara benar dan saling menghargai
untuk mencapai tujuan bersama, dan (6) Membantu memberi
peringatan kepada masyarakat mengenai program madrasah, agar
mereka berusaha mengerti dan membantu keperluan dan
kepentingan madrasah

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang pengertian pendidikan nasional, maka

dapat disimpulkan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaa Nasional

Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sistem

Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen yang saling terkait secara

terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut.

B. Saran

Sistem Pendidikan Nasional yang terus diperbarui untuk lebih

memantapkan dan menegakkannya, perlu terus diupayakan, sehingga Sistem

30
Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila mampu mencerdaskan

kehidupan rakyat, yang pada akhirnya akan mampu menjunjung tinggi

martabat bangsa Indonesia, karena mampu menghasilkan insan yang beriman,

bertakwa, beradab, cerdas, produktif, dan mampu memberikan manfaat, baik

bagi dirinya sendiri, sesama manusia, bangsa, maupun lingkungan pada

umumnya.

31
DAFTAR PUSTAKA

 Tim Permata press, Undang-undang SISDIKNAS ,permata press

 http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU2-1989Sisdiknas.pdf

 Drs. H. Abu Ahmadi & Drs. Nur Uhbiyati, 2015, Ilmu Pendidikan ,

Rineka cipta,

 Hasbullah, 2019, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, PT Rajagrafindo Persada

 http://komarudintasdik.wordpress.com
 Wojowasito, S. Kamus Bahasa Indonesia (Malang : CV Pengarang, 1999),
hlm. 164 11 Ahmad, D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan
(Bandung : PT. Ma‟arif , 1989), hlm. 19
 http://komarudintasdik.wordpress.com/2011/02/15/pengelolaan-
pendidikan di akses pada tanggal 12 Mei 2012
 http://komarudintasdik.wordpress.com/2011/02/15/pengelolaan-
pendidikan di akses pada tanggal 12 Mei 2012
 Udin Saefudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.
6
 http://komarudintasdik.wordpress.com/2011/02/15/pengelolaan-
pendidikan di akses pada tanggal 12 Mei 2012

32

Anda mungkin juga menyukai