PENGANTAR KESUSASTRAAN
TUGAS I
BUKU
OLEH :
NIM : 15016010
Sesi : 60008
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan buku yang berjudul Pengantar Ilmu Sastra.
Tujuan penulisan laporan bacaan ini untuk memenuhi tugas pertama mata kuliah pengantar
kesusastraan. Dalam penulisan laporan ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan bacaan ini, khususnya kepada
Bapak Prof. Dr. Hasanuddin WS, M.Hum sebagai dosen pembina pada mata kuliah pengantar
kesusasteraan.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penulis menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima adanya kritik
dan saran yang membangun dari pihak manapun demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
PENUTUP
Simpulan ........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Buku yang penulis gunakan adalah hasil fotokopi dengan sampul berwarna biru dan
sampul belakangnya polos. Penulis tidak dapat menemukan buku yang asli. Penulis
mendapatkan buku hasil fotokopi dari kios Cimpago. Tetapi untuk lebih mengenal buku ini
dan agar lebih menarik, penulis berusaha mencari gambar sampul depan buku yang asli di
internet.
BAB II
Pada kesempatan ini penulis hanya melaporkan bagian buku Bab enam dan Bab tujuh.
Pada Bab enam membahas Ilmu Teks yang terdiri dari subbab Teks Itu Apa?, Teks dan
Konteks, Berbagai Jenis Teks, dan Garis-garis Besar Retorika. Pada Bab tujuh membahas
Jenis-jenis Sastra (Genre) yang terdiri dari subbab Kriteria dalam Pembagian dan Manfaat
Pembagian Menurut Jenis.
Pembahasan materi teks itu apa? terdapat pada halaman 86 sampai halaman 90.
Tahap awal pada pembahasan Teks Itu Apa? penulis buku langsung menjelaskan
pengertian teks. Penulis buku menjelaskan tiga aspek yaitu pragmatik, sintaksis, dan
semantik. Pada pembahasan pragmatik, penulis buku mejelaskan pengertian pragmatik
dan menguraikan fungsi pragmatik. Pada pembahasan sintaksis, penulis buku
menjelaskan bahwa sebuah teks harus memperlihatkan kebertautan dengan menggunakan
contoh. Pada awal pembahasan semantik penulis buku menjelaskan menggunakan contoh
dan menjelaskan mengenai motif.
Pada pembahasan materi teks dan konteks penulis buku menggunakan modul
Jakobson. Menurut analisa Jakobson setiap tindak komunikasi terdiri dari enam faktor.
Modul ini dapat memberikan arah berbagai cara untuk mendekati sebuah teks. Beberapa
aspek dalam enam faktor Jakobson itu akan dibahas di bawah ini :
Pembahasan materi konteks terdapat pada halaman 91 sampai halaman 92. Penulis
buku menjelaskan tentang konteks yang terdiri dari bayangan kita mengenai dunia nyata atau
dunia yang mungkin ada. Pola kejadian dalam urutan diakronik, dilukiskan dalam motif –
motif dinamik. Apa yang diacu oleh teks merupakan bagian gambaran mengenai dunia yang
ada dalam angan – angan. Pesan itu dikaitkan dengan pikiran, perasaan dan ide – ide
mengenai segala sesuatu yang ada atau mungkin tidak ada. Hal ini yang dinamakan konteks.
Pada bagian ini penulis buku menjelaskan tentang fungsi – fungsi teks. Selain itu
penulis juga menjelaskan tentang kode – kode teks yang disebut kode sekunder. Penulis juga
mendeskripsikan perbedaan utama antara komunikasi lisan dan tertulis ialah resepsi
diperlambat.
Pada pembahasan ini penulis buku menjelaskan komunikasi teks merupakan pesan,
yaitu sebuah tanda yang menunjuk pada arti – arti. Penelitian menjawab pertanyaan,
bagaimana berbagai faktor di dalam proses komunikasi diterapkan dalam teks.
Pada pembahasan ini penulis buku menjelaskan pembagian teks menurut fungsi.
Fungsi sebuah teks yaitu keseluruhan sifat-sifat yang bersama-sama menuju tujuan yang
sama serta dampaknya dan penulis buku mendeskripsikan pembagian fungsi utama teks.
Penulis buku menjelaskan sebuah teks baru disebut referensial kalau fungsi utama
mengatakan sesuatu mengenai atau mengacu kepada konteks, yaiu dunia rill atau dunia yang
mungkin ada. Penulis juga menjelaskan tiga jenis teks yaitu teks informatif, teks diskursif dan
teks instruktif.
3.2 Teks Ekspresif
Pada pembahasan teks ekspresif penulis buku menjelaskan sebuah teks dikatakan
ekspresif bila mengungkapkan perasaan, pertimbangan dan sebagainya dalam diri seorang
pengarang. Penulis buku juga menjelaskan bentuk puisi atau karya yang bisa digolongkan
teks ekspresif dengan memberikan contoh seperti surat-surat cinta, surat-surat protes dan lain
lain.
Pada pembahasan teks persuasif penulis buku menjelaskan fungsi utama persuasif dan
menguraikan pembagian teks persuasif yaitu teks evaluatif dan teks direktif. Penulis buku
menjelaskan fungsi teks evaluatif dan fungsi teks direktif.
Pada penjelasan tahap awal teks-teks mengenai teks, penulis buku langsung
menjelaskan fungsi utama teks-teks yaitu mengadakan refleksi mengenai teks-teks. Pada
pembahasan ini penulis buku juga menjelaskan meta-bahasa, meta-sastra dan meta-puisi
meskipun hanya dijelaskan secara singkat.
Pada pembahasan ini penulis buku memberikan contoh ungkapan yang digunakan
untuk menjalin kontak dan menjelaskan kalimat-kalimat dan teks-teks yang memiliki fungsi
sosial meskipun tidak dijelaskan secara rinci.
Pada pembahasan teks-teks sastra penulis buku menguraikan batas-batas teks oleh
Jakobson dan menjelaskan syarat sebuah teks bersifat sastra ialah berfungsi sebagai sastra
yaitu bila sekelompok pembaca, termasuk sipeneliti, membaca teks itu sebagai hasil sastra.
Pada pembahasan ini, penulis buku menjelaskan bagian- bagian teks yaitu awal teks
yang disebut exordium dilanjutkan pemaparan sastra yatau narratio selanjutnya bagian akhir
yang diebut tamat atau peroratio. Setelah penulis buku menjelaskan bagian-bagian teks,
penulis buku menjelaskan fungsi dari setiap bagian-bagian teks tersebut. Penulis buku juga
menjelaskan tahap dalam penulisan sastra yang dikuasai oleh “estetika identitas” yaitu tahap
inventio,tahap dispositio, tahap elocutio, dan tahap terakhir yang belum banyak diselidiki
yaitu actio. Pembedaan tahap seperti itu dilakukan oleh retorika zaman dahulu untuk
membedakan aspek-aspek sebuah teks. Pada zaman sekarang pengarang tidak menentukan
tahap-tahap dalam proses penulisan karena bagi tiap-tiap pengarang, itu berjalan dengan
caranya sendiri.
4.2 Gaya
Pada pembahasan ini, penulis buku menguraikan kriterium yang paling umum berlaku
ialah situasi bahasa yang hanya menunjukan perbedaan dalam sikap saja. Penulis buku
menjelaskan situasi bahasa dalam berbagai jenis sastra yaitu monolog, dialog dan
pencangkokan secara skematik.
1.2 Isi Abstrak
Pada pembahasan ini, penulis buku menjelaskan pembagian situasi bahasa lebih
lanjut. Situasi bahasa berupa monolog, tetapi isinya berupa cerita. Ini disebut bentuk
campuran yang dapat didekati dari sudut naratif, puitik, atau kedua-duanya. Penulis buku
menjelaskan ciri-ciri umum yang dibicarakan sampai sekarang bersifat nisbi. Pembagian
menurut tiga jenis utama yaitu epik, drama, lirik berguna untuk mempelajari gejala-gejala
sejarah.
1.3 Tematik
Pembahasan tematik terdapat pada halaman 112 sampai halaman 114. Pada
pembahasan tematik di paragraf pertama penulis buku menguraikan tema yang dipilih sesuai
perkembangan sejarah. Tema pengasingan misalnya oleh Brecht, dibahas dalam perspektif
masyarakat, sedangkan oleh Sastre secara eksistensial. Ada kisah-kisah perjalanan, roman-
roman yang bertemakan filsafat (Grotts Azzura), puisi deskriptif, dan madah-madah ratapan
(elegi). Penulis buku menguraikan pembagian klasik pada abad ke-18 antara lirik, etik dan
dramatik. Dalam lirik pengungkapan perasaan pribadi dipandang sebagai tema terpenting.
1.4 Gaya
Penulis buku menguraikan pembagian global puisi dan prosa bersifat stilistik. Dalam
pandangan ini puisi dianggap teratur menurut irama. Pada pembahasan ini, penulis buku
membandingkan sajak “modern” ( seperti dalam kumpulan sajak Sapardi Djoko Damono,
Aquarium) dengan prosa Melayu Klasik, yang menjelaskan ciri-ciri yang dianggap khas bagi
puisi dan prosa sama sekali tidak universal dan abadi. Dampak stilistik sebuah teks
tergantung dari harapan pembaca.
Pada pembahasan ini, penulis buku langsung menguraikan pembagian teks yang
memiliki persoalan. Penulis buku menjelaskan tujuan dan akibat tidak selalu sama dengan
alasan karena akibat dan pengaruh terhadap pembaca berubah dari zaman ke zaman. Penulis
buku menjelaskan pembagian jenis-jenis sastra menurut dampaknya harus memenuhi dua
syarat. Pertama harus dibedakan antara efek primer, efek dominan dan efek samping. Selain
itu pembagian harus terikat pada suatu periode sejarah tertentu.
1.6 Bentuk Material atau Lahiriah
Pada pembahasan ini, penulis buku menjelaskan masalah-masalah besar yang timbul
bila kita membahas jenis-jenis sastra menyebabkan sementara teoritis hanya ingin bertitik
tolak dari wujud lahiriah teks yang diterbitkan. Penulis buku menjelaskan perbedaan antara
roman dan novel ditentukan oleh panjangnya teks atau jumlah kata.
Pada pembahasan ini penulis buku menjelaskan manfaat pertama yaitu bersifat
historik. Situasi tradisi menyebabkan bahwa teori-teori samping, terutama dikembangkan
pada bidang yang dapat dikaitkan dengan drama (teori drama), teks-teks naratif (naratolog),
dan puisi (teori puisi). Penulis buku menguraikan karena sukar dicapai kata sepakat mengenai
ciri-ciri sastra yang berlaku umum, maka untuk menjabarkan modul-modul analisa jenis-jenis
yang ada dijadikan tolak ukur, tanpa meragukan sahnya pembagian menurut jenis-jenis itu.
Pembagian historik berguna bila kita ingin meneliti hubungan antara berbagai jenis, yaitu
intertekstualitas.
BAB III
Untuk mengomentari buku ini penulis menggunakan satu buku pembanding berjudul
Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra Untuk Perguruan Tinggi yang disusun oleh
Melani Budianta, Ida Sundari Husen, Manneke Budiman, dan Ibnu Wahyudi untuk
membandingkan Bab VI dan VII pada buku yang dilaporkan. Berdasarkan hasil bandingan
tentang isi kedua buku ini dapat dilaporkan hal-hal sebagai berikut ini :
1. Pada buku yang penulis laporkan, penulis buku menjelaskan teks dan konteks
dengan berbagai analisa Jakobson. Menurut analisa Jakobson setiap tindak
komunikasi ada enam faktor, salah satu yang dijelaskan oleh penulis buku adalah
pemancar dan penerima. Penulis buku hanya menjelaskan pengertian pemancar
dan penerima saja. Sedangkan pada buku pembanding penulis buku menjelaskan
tidak menggunakan analisa Jakobson, penulis buku menjelaskan sastra
merupakan media komunikasi yang melibatkan tiga komponen, yakni pengarang
sebagai pengirim pesan ( pemancar), karya sastra sebagai pesan itu sendiri dan
penerima pesan yakni pembaca karya sastra maupun pembaca yang tersirat
dalam teks atau yang dibayangkan oleh pengaarangya.
2. Pada buku yang penulis laporkan, pada bagian jenis-jenis sastra (genre) penulis
buku menjelaskan secara rinci jenis-jenis sastra (genre) mulai dari situasi bahasa,
isi abstrak, tematik, gaya, akibat pragmatik dan bentuk material dan lahiriah, dan
pada bab selanjutnya membahas puisi, naratif dan drama. Sedangkan, pada buku
pembanding penulis buku tidak menjelaskan secara rinci hal-hal yang dijelaskan
didalam buku yang penulis laporkan, penulis buku langsung menjelakkan jenis-
jenis sastra (genre) seperti puisi, prosa dan drama, penulis buku hanya
menjelaskan secara umum hal-hal tersebut tetapi penulis buku tidak menjelaskan
secara keseluruhaan.
3. Pada buku yang penulis laporkan, penulis buku hanya menjelaskan teks sastra
bila berfungsi sebagai sastra, yaitu bila kelompok pembaca, termasuk si peneliti,
membaca teks itu sebagai hasil sastra. Sedangkan, pada buku pembanding
penulis buku tidak hanya menjelaskan teks sastra tetapi penulis buku juga
membandingkan teks sastra dengan teks ilmiah, membandingkan ungkapan yang
bersifat denotatif yaitu yang memberikan arti dasar suatu kata, dan yang bersifat
konotatif yaitu yang memberikan nuansa khusus. Penulis buku juga
menyampaikannya dengan contoh.
4. Pada buku yang penulis laporkan, penulis buku menjelaskan ilmu teks secara
rinci, penulis buku menjelaskan pengertian teks, teks dan konteks, jenis-jenis
teks dan garis-garis besar retorika. Sedangkan, pada buku pembanding penulis
buku tidak menjelaskannya secara rinci, penulis buku hanya menjelaskan secara
umum, sehingga informasi yang disampaikan tidak terlalu lengkap.
5. Pada buku yang penulis laporkan, penulis buku banyak menjelaskan materinya
secara rinci dan tidak banyak menggunakan contoh. Sedangkan, pada buku
pembanding penulis buku hanya menjelaskan secara umum materinya dan
menjelaskannya menggunakan contoh-contoh.
6. Pada buku yang penulis laporkan, bahasa yang digunakan buku tersebut sulit
dipahami untuk pemula yang belajar mengenai sastra, namun dari segi isi,
penjelasan materinya secara rinci oleh penulis buku. Sedangkan, pada buku
pembanding penulis buku menggunakan bahasa yang mudah dipahami karena
kalimat-kalimt yang digunakan kalimat-kalimat sederhana, namun dari segi isi,
penjelasan materinya buku pembanding kurang lengkap.
PENUTUP
Kesimpulan
Luxemburg, Jan Van, dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia
Budianta, Melani, dkk. 2003. Membaca Sastra: Pengantar Memahi Sastra untuk Perguruan
Tinggi. Magelang: Indonesia Tera