ANEMIA GRAVIS
Disusun oleh:
Elfira Sutanto
NIM 031.191.021
Pembimbing:
dr. Ridho Adriansyah, Sp.PD
Disusun oleh:
Elfira Sutanto
031.191.021
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Ridho Ardriansyah, Sp.PD selaku
pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Budhi Asih
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“ANEMIA GRAVIS” ini dengan sebaik-baiknya. Laporan kasus ini dibuat untuk
memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Budhi
Asih periode periode 03 Januari – 11 Februari 2022. Dalam menyelesaikan
laporan kasus, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan, untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Ridho Adriansyah, Sp.PD selaku pembimbing laporan kasus sekaligus
pembimbing selama menjalani Kepaniteraan Klinik yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan menjalani Kepaniteraan
Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Budhi Asih.
2. Staf dan paramedis yang bertugas di RSUD Budhi Asih.
3. Serta rekan-rekan Kepaniteraan Klinik selama di RSUD Budhi Asih.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak agar laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik. Semoga
pembuatan laporan kasus ini dapat memberikan manfaat, yaitu menambah ilmu
pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya untuk rekan-rekan kedokteran
maupun paramedis lainnya, dan masyarakat umum.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS................................................................. 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 15
3.1 Eritrosit............................................................................. 15
3.2 Definisi anemia gravis...................................................... 18
3.3 Epidemiologi anemia........................................................ 18
3.4 Klasifikasi anemia............................................................ 19
3.5 Etiologi............................................................................. 20
3.6 Patofisiologi...................................................................... 22
3.7 Manifestasi klinis.............................................................. 23
3.8 Diagnosis dan evaluasi etiologic....................................... 24
3.9 Tatalaksana....................................................................... 26
3.10 Komplikasi...................................................................... 30
3.11 Prognosis......................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Oleh karena tinngginya angka prevalensi anemia di Indonesia dan dapat
memberikan efek jangka panjang yaitu kualitas sumber daya manusia yang
menurun maka penting untuk melakukan diagnosis dini dan mencari etiologi dari
anemia tersebut serta menatalaksana kondisi anemia dan etiologinnya secara tepat.
Maka dari itu tujuan disusunnya laporan kasus ini adalaah untuk memahami
anemia secara keseluruhan, memahami etiologi anemia dan memaahami cara
menegakkan diagnosis anemia secaara tepat serta mampu mencari etiologi
penyebab anemia tersebut secara tepat dan menatalaksananya sehingga mampu
menurunkan angka prevalensi anemia di Indonesia.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 05 Januari 2022
Keluhan Merasa cepat lelah dan ngos-ngosan saat jalan sejak 2 hari
utama SMRS
Keluhan Badan terasa lemas dan BAB warna hitam sejak 3 hari SMRS
tambahan
Riwayat Os datang ke IGD RSUD Budhi Asih pada tanggann 03
penyakit Januari 2022 pukul 22.00. Os datang dengan keluhan merasa
sekarang cepat lelah dan ngos-ngosan saat jalan jarak dekat sejak 2 hari
SMRS. Pasien juga mengeluhkan lemas serta BAB berwarna
hitam sejak 3 hari SMRS. Os menyangkal adanya nyeri dada
yang menyertai keluhan sesak. Sesak yang dirasakan hanya
pada saat os berjalan dan jika os beristirahat sesak tidak
dirasakan baik dalam posisi tidur ataupun duduk. Os
menyangkal adanya muntah warna hitam, batuk berdarah, dan
3
menyangkal adanya nyeri perut kanan atas.
Dalam 7 bulan terakhir os sudah tiga kali di rawat inap
dengan keluhan yang sama. Os merasa cepat lelah dan nngos-
ngosan saat beraktivitas serta merasa lemas dan diidiagnosis
mengalami anemia. Pasien diterapi dengan transfuse darah.
2 tahun SMRS os seringkali mengeluhkan adanya nyeri ulu
hati yang hilang timbul. Nyeri kadang terasa seperti ditusuk.
Untuk keluhan nyeri ulu hati os menngonsumsi ranitidine dan
keluhan membaik. Os tidak mengeluhkan adanya BAB hitam
ataupun muntah warna hitam.
5 tahun SMRS os pernah mengalami kecelakaan yang
menyebabkan kaki kiri os patah. Os menolak untuk dilakukan
terapi baik pemasangan internal fiksasi atau eksternal fiksasi.
Oleh karena kejadiann tersebut os selalu mengeluhkan nyeri
pada kaki kiri dan diberikan anti nyeri meloxicam 15 mg. Os
minum meelixocam secara rutin dalam 5 tahun terakhir. Os
meminum obat tersebut dalam waktu yang tidak tentu.
Riwayat Os dirawat 3 kali dalam 7 bulan terakhir dengan keluhan
penyakit yang serupa
dahulu Fraktur kaki kiri 5 tahun SMRS
HT (+)
DM (-)
Jantung (-)
Asma (-)
Riwayat HT (+)
penyakit DM (+) Adik kandung
keluarga Riwayat keganasan:
o Ibu Kanker Rahim
o Adik perempuan kanker Rahim
Penyakit jantung (+)
4
Riwayat 3 kali rawat inap dengan keluhan yang sama
pengobatan Riwayat transfuse darah
Konsumsi obat antihipertensi tapi tidak ingaat namanya
Riwayat Merokok sudah 32 tahun dan baru berhenti 7 bulan terakhir
kebiasaan dengan frekuensi 2 bungkus/hari
Minum alcohol (-)
Riwayat Tidak ada alergi makanan
alergi Tidak ada alergi obat
Sosio- BPJS (+)
ekonomi
Anamnesis Sistem
Kulit Bisul (-), ikterus (-), keringat malam (-), keringat dingin (-),
sianosis (-), gatal-gatal (-), eritema (-), terkelupas/skuama (-)
Kepala Trauma (-), sakit kepala (-), nyeri pada sinus (-)
Mata Merah (-), ikterus (-), nyeri (-), diplopia (-), buram (-), secret
(-)
Hidung Berbau (-), secret (-), berdarah (-), trauma (-), nyeri (-), pilek
(-), tersumbat (-), gangguan penciuman (-)
Telinga Nyeri (-), berair (-), tinnitus (-), gangguan pendengaran (-)
Mulut Berbau (-), pahit (-), sariawan (-), gusi berdarah (-), bibir
kering (-)
Tenggorokkan Nyeri(-), serak (-)
Leher Benjolan (-), nyeri (-)
Thoraks Jantung: berdebar2 (-), nyeri dada (-)
Paru: Sesak napas (+), batuk (-), batuk berdahak, batuk
darah (-), orthopnoe (-), PND (-), DOE (+)
Abdomen Kembung (-), mual (+), muntah (-), hematemesis (-), nyeri
ulu hati (+), nyeri kolik (-), perut membesar (-), mencret (-),
5
tinja berdarah (-), tinja hitam (+)
Saluran kemih Nyeri BAK (-), poliuria (-), oligouria (-), hematuria (-)
Ekstremitas Kulit kering (-), bengkak (-), ulkus (-), nyeri otot (-),
atas deformitas (-),
sianosis (-), kebas (-)
Ekstremitas Kulit kering (-), bengkak (-), nyeri sendi (-), deformitas (-),
bawah sianosis (-), kebas (-), ulkus (-), nyeri otot (-)
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Kepala Inspeksi
Mata: konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), pupil isokor (+),
refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
6
(-)
Mulut: Oral hygiene baik, mukosa mulut kering (-), bibir sianosis
(-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-), bercak kemerahan pada
mukosa (-), gigi berlubang (-), lidah anemis
Toraks Paru
Inspeksi: pergerakan dinding simetris kiri kanan, retraksi
intercostal (-), pemakaian otot bantu pernafasan (-), sela iga
melebar (-), tipe pernapasan abdominotorakal, tidak ada kelainan
bentuk dada, benjolan (-)
Palpasi: gerak dinding simetris saat statis dan dinamis, vocal
fremitus tidak melemah atau meningkat di kedua lapang paru,
nyeri tekan (-), benjolan (-)
Perkusi: Sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: Suara napas vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung
Inspeksi: Pulsasi iktus cordis tidak terlihat
Palpasi: Pulsasi iktus cordis teraba di sela iga 5 midclavicularis
sinistra
Auskultasi: BJ I dan II reguler; gallop (-), murmur (-)
7
Ekstremitas Atas: Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, CRT <
Ekstremitas
2 detik, akral hangat +/+, oedem -/-, clubbing finger (-), ptekie -/-
Ekstremitas Bawah: Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-,
CRT < 2 detik, akral hangat +/+, oedem tungkai -/-, ptekie -/-,
jejas -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 03 Januari 2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Glukosa Sewaktu
Glukosa Darah Sewaktu 92 mg/dL 70 – 110
Hematologi (rutin)
Eritrosit (RBC) 1,8 Juta/uL 4.4 – 5.9
MCH 32.2 pg 26 – 34
MCHC 34.8 g/dL 32 – 36
MCV 92.7 fL 80 – 100
Hematokrit (HCT) 16 % 40 – 52
Hemoglobin (HGB) 5,7 g/dL 13.2 – 17.3
Leukosit (WBC) 10,0 ribu/uL 3.8 – 10.6
RDW 16,8 % < 14
Trombosit (PLT) 209 ribu/uL 150 – 440
Kreatinin
Kreatinin 1,38 mg/dL < 1.2
Na, K, CL (serum)
Kalium (K) 4.4 mmol/L 3.6 – 5.5
Klorida (Cl) 104 mmol/L 98 – 109
Natrium (Na) 138 mmol/L 135 - 155
Ureum
Ureum 33 mg/dL 13 – 43
8
Foto Rontgen Thoraks
COR: Kardiomegali
PULMO: DBN
RINGKASAN
Pasien datang dengan keluhan merasa cepat lelaah dan ngos-ngosan saat
berraktitias 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa lemas serta BAB
9
hitam 3 hari SMRS. Rasa sesak yang dirasakan oleh pasien hanya muncul pada
saat pasien bersktifitas, dan keluhan meembaik jika pasien istirahat. Rasa sesak
juga tidaak di pengaruhi oleh posisi. Pasien memiliki riwayat nyeri uluhati yang
hilang timbul serta riwayatn konsumsi meloxicam 15 mg 5 tahun terakhiir akibat
fraktur anteeecruris sinistra. Pasien juga memiliki kebiasaan merrokok 32 tahun.
Pasien menyangkal adanya keluhan nyeri dada, muntah hitam, dan adanya batuk
darah.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak sakit sedang dan lemas
dengan kesadaran komposmentis. Tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan status generalis diitemukan konnjungtiiva anemis class I, nyerri
tekan pada daerah epigastric. Hepar dan limpa tidak teraba.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 03 Januari 2022
menunnjukkan Hb pasien 5,7 g/dL, erirtrosit 1,8 juta, Hematocrit 16% dengan
MCV daan MCH dalam batas normal, fungsi ginjal dalam batas normal.
DAFTAR MASALAH
1. Anemia gravis normositik normokrom
2. Meelena e.c Gastritis ulseratif
3. Hipertensi
4. Kardiomegali
ANALISIS MASALAH
1. Anemia gravis normositik normokrom
Atas Dasar:
Anamnesis: Lemas (+), DOE (+)
Pemeriksaan fisik: Konjungtiva anemis class I
Pemeriksaan Penunjang:
Hb : 5,7 g/dL
MCV : 92,7 fl
MCH: 32,3 fl
Pasien diperkirakan mengalami anemia gravis atas indikasi
mengalami , lemas dan DOE ,serta terdapat konjungtiva anemis. Didukung
10
dengan adanya Hb 5,7 dan gambran MCV dan MCH normal yaitu
normositik normokrom.
Rencana diagnostik:
PT/APTT
SADT
Retikulosit
Fungsi hati
Fungsi ginjal
Farmakologi:
PRC 6 kantong
Non Farmakologi :
Istirahat
Maintenance cairan
Rencana diagnostik:
Endosikopi
Fungsi hati
Farmakologi:
11
Istirahat
Maintenance cairan
Puasa
NGT
3. Hipertensi
Atas Dasar:
Anamnesis: Riiwayat keluarga, riwat merokok, tensi selalu tinggi
dan ada riwayat konsumsi antihiperteensi tapi lupa apa
Pemeriksaan fisik: TD: 170/90 mmHg
Rencana diagnostik
Farmakologi:
Amlodipine 1x10 mg
Non Farmakologi :
Istirahat
Diet rendah garam
4. Kardiomegali
Atas Dasar:
Radiologis: CTR >50%
Non Farmakologi :
Evaluasi hipertensi
PROGNOSIS
Ad vitam: Bonam
Ad functionam: Dubia Ad bonam
Ad sanationam: Dubia ad bonam
12
FOLLOW UP
06 Januari 2022
S Mual (-), lemas (+) berkurang, DOE berkurang
Hasil lab -
A Anemia gravis
Melena
P Non-medikamentosa
Tirah baring
Medikamentosa
PRC
DPL
13
07 Januari 2022
S Mual (-), lemas (-) DOE (-)
Hasil lab
Hb: 15,8 g/dL
MCV: 85,2 fl
MCH : 29,3
Leukosit: 11,9
PT: 13,9
APTT: 34.8
A Anemia gravis
Melena
P Non-medikamentosa
Tirah baring
Medikamentosa
Omeprazole 2x1
Sucralfat 3x1
Curcuma
14
Fundifar
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Eritrosit
3.1.1 Struktur eritrosit
Eritrosit adalah sel berbentuk piringan bikonkaf dengan diameter 8µm,
ketebalan 2 µm di tepi luar, dan ketebalan 1 µm di bagian tengah. Bentuk
bikonkaf akan menghasilkan luas permukaan yang lebih besar untuk difusi
oksigen menembus membran dibandingkan dengan bentuk sel bulat dengan
volume yang sama. Tipisnya sel memungkinkan oksigen cepat berdifusi
antara bagian paling dalam sel dan eksterior sel.5
15
darah merah tidak mengandung nucleus, organel, atau ribosom. Selama
perkembangan sel, struktur-struktur ini dikeluarkan untuk menyediakan ruang
lebih banyak bagi hemoglobin
16
sumsum merah terdapat pluripotent stem cell yang belum berdiferensiasi,
yang kemudian secara terus-menerus membelah diri dan berdiferensiasi untuk
menghasilkan semua jenis sel darah. Myeloid stem cell adalah stem cell
yang telah berdiferensiasi sebagian yang akan berkembang menjadi eritrosit
dan beberapa jenis sel darah lainnya. Eritroblas merupakan sel yang masih
memiliki nucleus dan organel-organel sel. Retikulosit merupakan eritrosit
imatur yang masih mengandung organel remnants. Eritrosit matur sudah tidak
memiliki nucleus maupun organel, dan kemudian akan dilepaskan ke dalam
kapiler yang menembus sumsum tulang.8
Pada proses pembentukan eritrosit terdapaat dua zat yang dibutuhkan
yaitu zat besi untuk pembentukan heme dan berfungsi untuk mengikat
oksigen sertaa dibutuhkan asam folat terutama dalam proses sintesis DNA
serta berperan dalam proses differensiasi erythroblast.8
17
kerusakan abnormal eritrosit muda dalam darah, laju eritropoiesis dapat
meningkat menjadi lebih dari enam kali lipat nilai normal.8
18
Di Indonesia sendiri anemia masih merupakan suatu masalah besar dengan
prevalensi yang cukup tinggi. Berdasarkan data RISKESDAS taahun 2018,
prevalensi anemia di Indonesia mencapai 32% dari seluruh penduduk, yang
dimana jika tidak ditangani secara cepat akan memberikan efek jangka panjang
pada kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Jenis anemia yang paling sering
terjadi adalah anemia defisiensi besi akibat malnutrisi.9
B. Hipoproliferatif anemia
Hipoproliferatif anemia merupakan kondisi dimana sum-sum
tulang belakaang tidak memberikan respon terhadaap tissue hypoxia.
Kondisi ini biasanya terjadi akibat impairement stem cells, kurangnya
bahan pembentukan eritrosit, dll. Kondisi ini ditandai dengan
menurunnyaa kadar retikulosit.
19
3.4.2 Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi eritrosit
Klasifikasi anemia berdasarkaan morfologi dinilai merdasarkan nilai
MCV atau ukuran eritrosit, adapun klasifikasi anemia berdasarkan morfologi
sebagai berikut:
A. Anemia mikrositik
Annemia mikrositik merupakan anemia yang ditandai dengan
ukuraan eritrosit yang kecil yaitu dengan nilai MCV <80. Anemia jenis
ini biasa terdapat pada kasus anemia defisiensi besi, thalassemia, dan
anemia kronik akibat inflamasi kronik, serta anemia sideroblastik.
B. Anemia normositik
Anemia normositik merupakan anemia yang ditandai dengan
ukuran eritrosit normal yaitu dengan nilai MCV 82-98 fl. Kasus anemia
normositik perlu dilaakukan pemeriksaaan kadar retikulosit, karena
etiologi anemia tipe ini bergantung dengan kadar retikulosit.
C. Anemia makrositik
Anemia makrositik merupakaan anemia yang ditandai dengan
ukuran eritrosit yang besar. Anemia ini ditandaai dengan nilai MCV
>99 fl. Kasus anemia
3.5 Etiologi11
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau
hemoglobin. Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan
tidak berfungsi secara normal.
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:
Produksi sel darah merah yang kurang.
Kehilangan darah secara berlebihan.
Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat.
20
Berikut ini adalah jenis-jenis anemia yang umum terjadi berdasarkan
penyebabnya:
4. Anemia aplastik
Anemia aplastic. terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang membuat
tubuh tidak mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan optimal. Kondisi
ini diduga dipicu oleh infeksi, penyakit autoimun, paparan zat kimia beracun,
serta efek samping obat antibiotik dan obat untuk mengatasi rheumathoid
aartthrritis.
5. Anemia hemolitik
21
Anemia hemolotik. terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih
cepat daripada pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua, atau
didapat setelah lahir akibat kanker darah, infeksi bakteri atau virus, autoimun,
serta efek samping obat-obatan, seperti paracetamol, penisilin, dan obat
antimalaria.
8. Thalasemia
Thallasemia merupakan kondisi dimana sel darah merah yang dihasilkan
kecil dan memiliki umur yang lebih singkat. Etiologi dari anemia akibat
thalassemia adalah karena mutasi genetik.
3.6 Patofisiologi11
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan
pada tiga kelompok:
Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal
Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Anemia akibat kehilangan darah
22
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit
atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini
terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral
dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan
normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain Sickle
cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat
besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang
mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.
23
3.7 Manifestasi klinis
A. Keluhan
Lemas
Mudah lelah
Letargii
Sesak saat beraktivitas
Nyeri dada
Asimtomatik
B. Temuan fisik
Akral dingin
Taakipnoe
Hipotennsi
Konjungtiiva anemis
Jaundice
Splenomegali
Hepatomegali
Takiikardia
Palmar dan kuku pucat
24
Oleh karena anemia merupakan suatu manifestasi klinis maka perlu dilakukan
beberapa evaluasi unntuk mencari etiologi penyebab dari anemia tersebut.
Evaluaasi etiologic anemia dapat dilakukan dengan melakukan beberapa
pemeriksaan laboratorium. Berikut merupakan proses evaluasi yang dapat
dilakukan pada pasien dengan anemia13,14
25
o CKD eGFR
o Anemia aplastic
o Red cell aplasia
o Bleeding
Makrositik (MCV >100)
o Defisiensi asaam folate
o Hipotiroid TSH dan fT4
o Gangguan hepar
o Alkohol
3.9 Tatalaksana2
Penatalaksanaan medis anemia gravis ditentukan berdasarkan penyakit
dasar yang menyebabkan anemia tersebut. Berikut beberapa pengobatan anemia
dengan berbagai indikasi.
1. Farmakologi
b) Epoetin Alfa
d) Cryoprecipitate
e) Garam Besi
• Fereous Sulfate
• Carbonyl Iron
• Iron Dextran Complex
• Ferric Carboxymaltose
2. Transfusi
Transfusi harus dilakukan pada pasien yang secara aktif
mengalami pendarahan dan untuk pasien dengan anemia gravis.
26
Transfusi adalah paliatif dan tidak boleh digunakan sebagai pengganti
untuk terapi tertentu. Pada penyakit kronis yang berhubungan dengan
anemia gravis, erythropoietin dapat membantu dalam mencegah atau
mengurangi transfusi
3. Transplantasi Sumsum Tulang dan Stem Sel
Metode ini telah dipakai oleh pasien dengan leukimia,
lymphoma,Hodgkin disease, multiple myeloma, myelofibrosis dan
penyakit aplastik. Harapan hidup pada pasien ini meningkat, dan
kelainan hematologi membaik. Alogenik transplantasi sumsum tulang
berhasil memperbaiki ekspresi fenotipik dari penyakit sel sabit dan
talasemia dan meningkatkan harapan hidup pada pasien yang berhasil
transplantasi.
b. Vitamin A
27
Suplementasi vitamin A dapat membantu mobilisasi zat besi dari
tempat penyimpanan untuk proses eritropoesis di mana disebutkan
suplementasi vitamin A sebanyak 200.000 UI dan 60 mg ferrous
sulfate selama 12 minggu dapat meningkatkan rata – rata kadar
hemoglobin sebanyak 7 g/L dan menurunkan prevalensi anemia dari
54% menjadi 38%. Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang
dapat membantu absorpsi dan mobilisasi zat besi untuk pembentukan
eritrosit. Rendahnya status vitamin A akan membuat simpanan besi
tidak dapat dimanfaatkan untuk proses eritropoesis. Selain itu,
Vitamin A dan β-karoten akan membentuk suatu kompeks dengan
besi untuk membuat besi tetap larut dalam lumen usus sehingga
absorbsi besi dapat terbantu. Apabila asupan vitamin A diberikan
dalam jumlah cukup, akan terjadi penurunan derajat infeksi yang
selanjutnya akan membuat sintesis RBP dan transferin kembali
normal. Kondisi seperti ini mengakibatkan besi yang terjebak di
tempat penyimpanan dapat dimobilisasi untuk proses eritropoesis.
Sumber vitamin A dalam makanan sebagian besar dari sumber-
sumber makanan nabati dan hewani, misalnya sumber hewani
diantaranya susu dan produk susu, telur serta ikan dll, sumber
makanan nebati sepertipapaya, mangga, serta jeruk dan sayuran
seperti wortel.
C. Vitamin C
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada keterkaitan
antara asupan vitamin C dengan kejadian anemia di mana
korelasinya bersifat positif yang menunjukkan semakin tinggi asupan
vitamin C maka kadar hemoglobin akan semakin tinggi pula yang
berarti kejadian anemia semakin rendah. Hal ini membuktikan bahwa
vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi di dalam tubuh.
Vitamin C dapat menghambat pembentukan hemosiderin yang
sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi jika diperlukan. Vitamin
C
28
juga memiliki peran dalam pemindahan besi dari transferin di dalam
plasma ke feritin hati11
Vitamin C yang dikonsumsi untuk dibutuhkan untuk membentuk
sel darah merah yang dapat mencegah kelelahan dan anemia misalnya
buah sitrus, jeruk, lemon, blackcurrant buah-buahan lain dan sayuran
hijau.
D. Zat Besi
Besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, sebagai
faktor utama pembentuk hemoglobin. Jumlah besi yang disimpan
dalam tubuh manusia adalah sekitar 4 g. Terdapat empat bentuk zat
besi dalam tubuh. Sebagian besar zat besi yaitu kira-kira 2/3 dari
total besi tubuh terikat dalam hemoglobin yang berfungsi khusus,
yaitu mengangkut oksigen untuk keperluan metabolisme ke jaringan-
jaringan tubuh12
Zat besi (Fe) terdapat dalam bahan makanan hewani, kacang-
kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua. Zat besi terdapat dalam
makanan dalam bentuk ferri hidroksida, ferri-protein dan kompleks
heme-protein. Secara umumnya, daging terutamanya hati adalah
sumber zatbesi yang lebih baik dibanding sayur-sayuran, telur dan
lainnya12
E. Asam folat
Asam folat merupakan senyawa berwarna kuning, stabil dan larut
dalam air yang terdiri dari bagian-bagian pteridin, asam para-
aminobenzoat dan asam glutamat. Sumber makanan asam folat
banyak terdapat pada hewan, buah-buahan, gandum, dan sayur-
sayuran terutama sayur-sayuran berwarna hijau.
Asam folat bersama vitamin B 12 berfungsi dalam pembentukan
DNA inti sel dan penting dalam pembentukan myelin yang
berperan penting dalam maturasi inti sel dalam sintesis DNA sel-sel
eritroblast. Akibat dari sefisiensi asam folat adalah gangguan sintesis
DNA pada inti eritroblas sehingga maturasi inti menjadi lebih lambat,
29
akibatnya kromatin lebih longgar dan sel menjadi lebih besar
(megaloblast). Kebutuhan harian asam folat adalah 25-200 mcg
F. Vitaminn B12
Salah satu fungsi utama vitamin B12 adalah dalam pembentukan
sel-sel darah merah. Vitamin B12 penting untuk sistesis DNA dengan
cepat selama pembelahan sel pada jaringan dimana pembelahan sel
berlangsung cepat, terutama jaringan sum-sum tulang yang
bertanggungjawab untuk pembentukan sel darah merah. Terjadi
defisiensi vitamin B12, pembentukan DNA berkurang dan sel-sel
darah merah tidak normal, disebut dengan kejadian megaloblas yang
akhirnya menjadi anemia.
Vitamin B12 dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil.
Kecukupan vitamin B12 pada anak dibawah usia 4 tahun < 1 μg/hari,
pada usia 4 – 1 2 tahun sekitar 1 – 1,8 μg/hari dan bagi usia
13 tahun sampai dewasa 2,4 μg/hari. Sedangkan ibu hamil dan
menyusui memerlukan tambahan masing-masing 0,2 μg/hari dan 0,4
μg/hari. Vitamin B12 banyak ditemukan dalam pangan hewani, seperti
daging, susu, telur, ikan, kerang dan lain-lain
3.10 Komplikasi16
1. Gangguan Perkembangan Fisik dan Mental
Ada bukti menyatakan bahwa anemia dapat menyebabkan
gangguan pada perilaku dan fungsi intelektual anak 1. Anemia gravis
akibat defisiensi besi menyebabkan gangguan perkembangan neurologik
pada bayi dan menurunkan prestasi belajar pada anak usia sekolah karena
zat besi telah dibuktikan berperan penting dalam fungsi otak dan
penelitian pada hewan coba menunjukkan berlakunya perubahan perilaku
dan fungsi neurotransmitter pada hewan coba yang kekurangan zat besi.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan di Chile, Indonesia, India dan
USA didapatkan bahwa anemia defisiensi besi secara konklusifnya
mengganggu perkembanganpsikomotor dan fungsi kognitif pada anak
30
usia sekolah. Anak-anak yang diberikan suplementasi besi merasa kurang
lelah dan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi semasa pembelajaran
juga meningkat .Nilai IQ (Intelligent Quotient) pada anak yang
mengalami kurang zat besi ditemukan dengan jelas lebih rendah
berbanding anak yang tidak mengalami anemiadefisiensi besi.
31
tidak terlihat jelas kecuali pada pasien mengalami gagal jantung
kongestif. Pasien biasanya mengalami pucat,bisa terlihat kuning, denyut
jantung saat istirahat cepat, prekordial aktif dan dapat terjadi murmur
sistolik. Pada keadaan anemia, venous return jantung akan meningkat.
Pada jantung dapat terjadi hipertrofi ventrikel kiri, dengan miofibril
jantung yang memanjang dan ventrikel kiri dilatasi, akibatnya akan
memperbesar stroke volume sesuai dengan mekanisme Starling
Secara fisiologis akibat dari hal ini terjadi dilatasi ventrikel
khususnya terjadi peningkatan tekanan dinding jantung yang
mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen dan percepatan kerusakan
miosit. Pada tahap terjadi dilatasi yang progresif dinding ventrikel kiri
menebal yang disebut dengan eccentric hipertrofi yang bermanfaat
sebagai mekanisme adaptasi untuk melindungi jantung dari peningkatan
tahanan dinding jantung
32
dan oksigen dalam jumlah yang normal dikeluarkan dari dalam darah
tersebut, maka PaCO2 di dalam darah vena akan menurun dengan derajat
penurunan yang lebih besar daripada yang seharusnya terjadi dalam
keadaan normal
3.11 Prognosis2
Prognosis anemia ditentukan dari etiiologi anemia itu sendiri. Anemia
yang diakibatkan oleh karena malnutrisi biasanya akan memiliki prognosis yang
lebih baik. Tatalaksana perbaikan nutriisi harus dilakukan sedini mungkin.
Semakin cepat diitatalaksana prognosis akan semaakinn baik.
Anemia akibat perdarahann juga biasanyaa akan memiliki prognosis yang
baik jika ditatalaksana secara cepat dan tepat. Anemia yang biiasanya memiliiki
prognosis yang buruk adalah jika anemia disebabkan oleh karena penyakit kronis
seperti gagal ginjal atau karena kelainan produksi sel darah merah seperti anemia
aplastik.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Chaparro, C. M., & Suchdev, P. S. (2019). Anemia epidemiology,
pathophysiology, and etiology in low- and middle-income
countries. Annals of the New York Academy of Sciences, 1450(1), 15–31.
https://doi.org/10.1111/nyas.14092
8. Koury MJ, Ponka P. New insights into erythropoiesis: the roles of folate,
vitamin B12, and iron. Annu Rev Nutr. 2004;24:105-31. doi:
10.1146/annurev.nutr.24.012003.132306. PMID: 15189115.
34
14. Mumford J, Flanagan B, Keber B, Lam L. Hematologic Conditions:
Platelet Disorders. FP Essent. 2019 Oct;485:32-43.
16. Triscott JA, Dobbs BM, McKay RM, Babenko O, Triscott E. Prevalence
and Types of Anemia and Associations with Functional Decline in
Geriatric Inpatients. J Frailty Aging. 2015;4(1):7-12.
35