TINJAUAN PUSTAKA
A. ANESTESI SPINAL
Sub Arachnoid Blok (SAB) atau anestesi spinal adalah salah satu teknik
dalam anestesi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestesi lokal ke
dalam ruang intratekal atau ruang subaraknoid di regio lumbal antara vertebra L2-
3, L3-4, L4-5, untuk menghasilkan onset anestesi yang cepat dengan derajat
pengetahuan anatomi, efek fisiologi dari anestesi spinal dan faktor-faktor yang
spinal.5
serebrospinal lumbal, bekerja pada lapisan superfisial dari korda spinalis, tetapi
meninggalkan korda spinal pada rami anterior. Karena serabut sistem saraf
sistem saraf simpatis selama anestesi spinal meluas kira-kira sekitar dua segmen
spinal sefalad dari tingkat anestesi sensoris. Untuk alasan yang sama, tingkat
1
B. SEJARAH ANESTESI SPINAL
dari blokade spinal, kaudal, dan epidural. Blokade spinal, kaudal, dan epidural
pertama kali digunakan untuk prosedur pembedahan pada abad ke 20. Blok sentral
sesungguhnya komplikasi jarang terjadi bila blok dilakukan dengan teknik yang
Anestesi atau analgesi spinal pertama diberikan pada tahun 1885 oleh
James Leonard Corning (1855-1923), yang merupakan seorang ahli saraf di New
York. Ia bereksperimen dengan kokain pada saraf tulang belakang anjing, tetapi
ketika itu dia secara tidak sengaja menembus duramater. Anestesi spinal pertama
direncanakan untuk operasi pada manusia dilakukan oleh Agustus Bier (1861-
pada 6 orang pasien. Setelah menggunakannya pada 6 pasien, dia dan asistennya
anestesi spinal untuk operasi kaki, tetapi mereka akhirnya tidak menggunakan lagi
anestesi spinal karena toksisitas kokain. Sampai saat ini Agustus Bier dikenal
2
C. ANATOMI VERTEBRA
anestesi, karena sebagian besar penusukan pada spinal anestesi dilakukan pada
daerah ini. Kolumna vertebralis terdiri dari 33 korpus vertebralis yang dibagi
belakang sehingga pada waktu berbaring daerah tertinggi adalah L3, sedang
seperti segmen tengah thorakal lebih kurang 2 kali panjang segmen servikal atau
lumbal atas. Terdapat dua pelebaran yang berhubungan dengan saraf servikal atas
pleksus brakhialis. Pelebaran lumbal sesuai dengan asal serabut saraf dalam
korpus vertebralis serta tulang belakang penting artinya dalam klinik untuk
3
menentukan tinggi lesi pada medulla spinalis dan juga untuk mencapainya pada
pembedahan.6
Gambar 1: Lateral view collumna vertebralis dan kurvaturnya pada org dewasa6
duramater. Arakhnoid terletak antara duramater dan piamater serta mengikuti otak
sampai medulla spinalis dan melekat pada duramater. Antara arakhnoid dan
4
Gambar 2: Gambaran cross sectional collumna vertebralis6
sehingga dibawah batas tersebut tidak terdapat cairan serebrospinal. Ruang sub
berisi cairan otak, jaringan lemak, pembuluh darah dan serabut saraf spinal yang
berasal dari medulla spinalis. Pada orang dewasa medulla spinalis berakhir pada
5
Gambar 3 : A. Potongan sagittal medulla spinalis dengan lapisan-lapisan menings,
B. Gambaran cross sectional medulla spinalis6
anestesi spinal. Dermatom adalah area kulit yang dipersarafi oleh serabut sensoris
6
Gambar 4: Dermatom sensory7
Tabel 1: Level dermatom pada anestesi spinal pada beberapa prosedur bedah6
bagian bawah (termasuk seksio sesarea), perineum, dan kaki. Anestesi ini
memberikan relaksasi yang baik, tetapi lama anestesi yang didapat dengan
7
lidokain hanya sekitar 90 menit. Bila digunakan obat ini, misalnya bupivakain,
sinkokain atau tetrakain, maka lama operasi dapat diperpanjang sampai 2-3 jam.8
masalah manajemen jalan napas yang menyertai GA. Namun, hal tersebut tidak
menunjukkan bahwa anestesi spinal selalu merupakan jalan terbaik pada pasien
dengan jalan napas yang sulit, apa pun rencana anestesi yang dipilih, maka
manajemen jalan napas harus memiliki rencana yang matang, jika diperlukan.9
pusat, lesi pada katup jantung serta kelainan bentuk anatomi spinal yang berat.
serta komplikasi operasi yang meliputi operasi lama dan kehilangan darah yang
banyak.10
pasien dengan hipovolemia yang tidak terkoneksi. Jika tidak dianestesi, pasien
dengan hipovolemia dapat mempunyai tekanan darah yang relatif normal karena
vasokontriksi luas, tapi bila terdapat blokade simpatis pada anestesi spinal, maka
8
kasus gawat darurat, anestesi umum lebih aman. Selain itu, pasien dengan anemia
berat yang tidak terkoreksi atau pasien yang mempunyai penyakit jantung tidak
boleh diberi anestesi spinal karena dapat menyebabkan keadaan semakin berat.8
Dua kelompok yang berbeda dari anestesi lokal yang digunakan dalam
anestesi spinal yaitu ester dan amida.5,11,12,13Obat yang sering digunakan adalah:
1. Golongan ester
Kokain
memproduksi cocaethylene.
Prokain
Selama lebih dari 50 tahun, obat ini merupakan obat terpilih untuk anestesi
lain, lidokain yang ternyata lebih kaut dan lebih aman dibandingkan
mg).
Tetrakain
9
Tetrakain merupakan ester lokal yang bekerja paling lama. Obat ini
2. Golongan amida
Lidokain
melewati sawar darah otak. Lidokain yang digunakan pada anestesi spinal
Bupivakain
diastolik, sehingga ada fraksi yang cukup besar tetap terhambat pada akhir
dosis besar.
10
F. LAMA DAN DERAJAT ANESTESI SPINAL
1. Lamanya anestesi
aliran darah vena sedangkan sebagain kecil melalui aliran getah bening. Lamanya
menit, dan dengan dubikain 180 menit. Lamanya anestesi dapat diperpanjang
2. Derajat anestesi
antara konus medullaris dan bagian akhir dari ruang subarachnoid untuk
menghindari kerusakan medulla spinalis. Pada orang dewasa, obat anestesi lokal
L3 dan L4. Untuk mendapatkan blokade sensorik yang luas, obat harus berdifusi
ke atas, dan hal ini tergantung pada banyak faktor, antara lain posisi pasien dan
Berat jenis: berat jenis suatu larutan anestesi lokal dapat diubah dengan
Larutan anestesi lokal dengan BJ yang lebih besar dari 1,007 disebut larutan
hiperbarik, hal ini dapat dicapai dengan menambah glukosa ke dalam larutan,
11
sebaliknya bila anestesi lokal dilarutkan ke dalam larutan NaCl hipotonis atau
Posisi pasien: distribusi anestesia dapat diatur dengan mengatur posisi pasien
dan dengan memperhatikan berat jenis obat yang digunakan. Misalnya, bila
diperlukan anestesi bagian bawah tubuh, pasien harus dalam posisi duduk
pasien dalam posisi berbaring dengan kepala lebih rendah daripada kaki
Jumlah obat: masih sulit ditentukan, apakah jumlah obat yang disuntikkan
ANESTESI SPINAL
Empat faktor yang menjadi kategori utama adalah (1) karakteristik larutan
anestesi lokal, (2) karakteristik pasien, (3) teknik blokade tulang belakang, dan (4)
dan volume yang disuntikkan. Karakteristik pasien meliputi usia, berat, tinggi,
belakang, dan posisi pasien. Teknik blokade tulang belakang termasuk tempat
injeksi, kecepatan injeksi, arah bevel jarum, kekuatan injeksi, dan penambahan
vasokonstriktor.10
12
1. Tempat injeksi
Tempat injeksi anestesi lokal untuk anestesi spinal dapat menentukan tingkat
antar saat injeksi di L2-L3, L3-L4, dan L4-L5. Namun, tidak ada perbedaan
2. Umur
3. Posisi
spinal hiperbarik dan hipobarik, tetapi tidak untuk larutan isobarik. Posisi
larutan anestesi lokal dan penentuan posisi pasien menentukan tinggi blok
efek dari gravitasi. Posisi prone jackknife digunakan pada prosedur operasi
13
4. Kecepatan injeksi
injeksi, gunakan injeksi yang halus dan lambat saat memberikan anestesi
spinal.
Saat melakukan anestesi spinal, waspadai tidak hanya dosis anestesi lokal
tetapi juga volume dan konsentrasi sehingga pasien tidak overdosis atau
kurang dosis.
dan operasi menjadi lama, maka sewaktu-waktu prosedur secara darurat dapat
1. Persiapan pasien7,8,9
terjadi selama operasi tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi.
14
kifosis,atau pasien terlalu gemuk sehingga tonjolan processus spinosus
tidak teraba.
2. Persiapan alat
Untuk melakukan anestesi spinal, diperlukan steril spinal kit yang meliputi:9
- Anestesi lokal untuk membius kulit dan jaringan lunak yang akan dilewati
subarachnoid.
- Handscoon
15
Gambar. Isi kit anestesi spinal standar10
untuk resusitasi dan intubasi. Semua pasien yang menerima anestesi spinal
harus memiliki jalur intravena. Pasien harus dimonitor selama anestesi spinal
Pengukuran tekanan darah noninvasif harus diukur pada interval 1 menit pada
16
4. Jarum
Jarum dengan diameter dan bentuk berbeda telah dikembangkan pada anestesi
spinal. Perbandingan beberapa tipe jarum yang berbeda dapat dilihat pada
17
I. TEKNIK ANESTESI SPINAL
1. Posisi pasien
Posisi pasien yang tepat sangat penting untuk membuat anestesi spinal
yang efisien dan sukses. Pilihan posisi anestesi dipengaruhi oleh kombinasi
kondisi menyakitkan seperti patah tulang pinggul), dan kekhasan larutan anestesi
lokal. Tiga posisi di mana anestesi spinal dapat dilakukan adalah lateral dekubitis,
Posisi lateral dekubitis merupakan posisi yang sangat berguna untuk operasi
durasi waktu yang digunakan dalam posisi lateral setelah injeksi intratekal.
operasi (atau brankar rumah sakit) untuk memungkinkan akses ahli anestesi
ke punggung bawah menjadi mudah. Pinggul dan lutut ditekuk untuk menarik
lutut pasien ke arah perut dan dada lebih rendah. Leher juga bisa ditekuk ke
depan. Pinggul dan bahu harus sejajar sehingga tegak lurus dengan tepi
tempat tidur, dengan demikian dapat mencegah rotasi vertebra. Kepala dan
kaki bagian bawah mungkin perlu diganjal dengan bantal atau selimut,
18
terutama jika pinggul pasien luas. Seringkali sangat membantu jika memiliki
ideal ini. Pasien harus didorong untuk aktif melengkungkan punggung bawah
b. Posisi duduk
harus duduk dengan kaki menggantung dari meja operasi dan kaki didukung
oleh pijakan kaki untuk memfasilitasi fleksi pinggul ke depan dan menjaga
stabilitas posisi. Sebuah bantal diletakkan di paha pasien juga akan membantu
lumbar. Sekali lagi, seorang asisten dapat sangat membantu untuk mendorong
bedah, pasien mungkin perlu diposisikan segera setelah injeksi intratekal. Jika
19
pasien dibiarkan dalam posisi ini selama beberapa menit setelah injeksi
untuk waktu yang lama setelah injeksi intratekal, karena akan meningkatkan
c. Posisi pronejackknife
jackknife (seperti opersai rektum atau perineum) induksi anestesi spinal yang
meja operasi dengan fleksi pada pinggul. Selain itu,bantal yang diletakkan di
20
Gambar 8: Posisi Jackknife pada anestesi spinal7
Teknik penyuntikan obat spinal yang dikenal ada dua cara yaitu median
(midline approach) yaitu penusukan jarum tepat di garis tengah diantara dua
spinal dimasukkan 1-2 cm sebelah lateral dari bagian superior processus spinosus
21
3. Manajemen setelah injeksi intratekal
diposisikan dengan tepat untuk menghindari tekanan pada saraf perifer atau tulang
yang menonjol, karena pasien tidak akan lagi bisa merasakan titik-titik tekanan
sensasi suhu sulit untuk menilai, penjepit dapat digunakan untuk menilai
terutama untuk pasien yang lebih tua atau mereka yang memiliki blok
tinggi atau tingkat sedasi yang lebih dalam. Monitoring end tidal
masih merasakan tidak nyaman (di area tubuh yang tidak teranestesi) atau
22
memperburuk kehilangan panas yang terkait dengan ruang operasi yang
dingin.
d. Pasca operasi, pasien harus terus dipantau sampai efek anestesi spinal
lambat.10,12,,15
1. Komplikasi dini
a. Kardiovaskular
sentral dan terjadi sebagai akibat dari blok simpatis yang disebabkan oleh
23
Hipotensi : dilatasi arteriol dan vena yang menyebabkan hipotensi
atas T5, operasi darurat, usia lebih dari 40, hipertensi kronis,
yang tinggi, usia yang lebih muda, status ASA kelas 1, penggunaan
24
b. Mual dan muntah
c. Menggigil (shivering)
Hal ini dapat terjadi karena dosis yang tidak sesuai selama anestesi
25
sesegera mungkin, dengan pengamanan jalan napas, ventilasi, dan
- Elevasi kaki
- Atropin
- Vasopressor
- Infus dopamin
2. Komplikasi lambat
Komplikasi ini muncul biasanya setelah beberapa hari atau minggu setelah
blok neuroaksial.
26
Faktor risiko seperti posisi litotomi, obesitas, dan penggunaan
b. Infeksi : infeksi seperti infeksi kulit lokal, abses tulang belakang, atau
tarikan pada struktur intracranial yang sangat peka terhadap nyeri (seperti
meninges, saraf kranial, dan vena), dimana nyeri akan meningkat pada
posisi tegak dan akan berkurang bila berbaring, hal ini disebabkan pada
saat berdiri LCS dari otak mengalir ke bawah dan saat berbaring LCS
intrakranial respon ”). Gejala muncul terutama ketika pasien dalam posisi
darah), dan ada penjalaran nyeri lebih lanjut melalui saraf serebral dan
27
saraf cervikal atas. Gejala klinis PDPH berupa sakit kepala, lebih buruk
dan ibu melahirkan memiliki risiko yang lebih tinggi menderita PDPH,
darah dalam jaringan areolar yang longgar antara vertebra dan kanal dura
kasus yang parah dapat terjadi kelumpuhan total anggota badan yang
terkena dampak.16
Secara umum, komplikasi dari anestesi spinal dapat dilihat pada tabel berikut:10
28
KESIMPULAN
paling sering digunakan terutama untuk prosedur bedah pada daerah abdomen
bawah serta ekstremitas bagian bawah. Banyak keuntungan yang diperoleh dari
teknik anestesia regional terutama anestesia spinal, antara lain adalah prosedur
pelaksanaan yang lebih singkat, mula kerja cepat, kualitas blokade sensorik dan
motorik yang lebih baik, mampu mencegah respons stres lebih sempurna, serta
regional spinal adalah lama kerja yang terbatas, sedangkan kita sering kali
29
DAFTAR PUSTAKA
30
12. Jankovic D. Use of Local Anesthetics in Regional Anesthesia and Pain
Therapy. In: Jankovic D, Peng P, editors. Reginal Nerve Blocks in Anesthesia
and Pain Therapy: Traditional and Ultrasound-Guided Technique.
Switzerland: Springer. 2015
13. Scarth E, Smith S. Drugs in Anaesthesia and Intensive Care Fifth Edition.
UK: Oxford. 2016
14. Kirshner JS, Furman MB. Needle Technique. In : Furman BM, editor. Atlas of
Image-Guided Spinal Procedures Second Edition. Philadelphia: Elsevier.
2018. P20-6
15. Robertis ED, Scibelli G, Maio L. Complications Associated with Neuraxial
Blokade. In: Chiumello D,editors. Practical Trends in Anesthesia and
Intensive Care 2018. Switzerland: Springer. 2019.
16. Nelson A, Benzon HT, Jabri RS. Diagnosis and Management of Spinal and
Peripheral Nerve Hematoma. In : Hadzic A,editor. Hadzic’s Textbook of
Regional Anesthesia and Acute Pain Management Second Edition. Belgium:
McGraw Hill Education. 2017. P1098-105
31