Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan adanya ekskavasi


glaukomatosa, neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas
dan utamanya diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal.1

Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah


gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut
kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke
sistem drainase (glaukoma sudut tertutup). 1

Glaukoma akut terjadi ketika sistem pengaliran humor akueus di mata tiba-
tiba terhambat. Hal ini akan mengakibatkan peninggian teGlaukoma adalah
penyakit mata yang ditandai dengan adanya ekskavasi glaukomatosa, neuropati
saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya diakibatkan
oleh tekanan bola mata yang tidak normalkanan bola mata. Mata akan menjadi
sangat sakit dan juga akan terjadi penurunan penglihatan yang mendadak. Gejala
yang ditimbulkan bisa sangat berat sampai menyebabkan mual dan muntah.
Glaukoma akut dapat menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan apabila
tidak ditangani dengan segera.1,2

Glaukoma akut merupakan salah satu kegawatdaruratan pada mata. Oleh


karena itu, kewaspadaan dokter akan tanda-tanda prodromal atau tanda saat
serangan terjadi sangat diperlukan. Glaukoma akut sering salah didiagnosis
menjadi konjungtivitis akut, sakit kepala sekunder karena hipertensi, atau mual
muntah karena flu. Peran dokter umum dalam menangani kasus glaukoma akut
adalah mengenali dan mampu mendiagnisus serta segera memberikan pertolongan
pertama pada penderita. Seringkali pertolongan pertama ini menentukan prognosis
pasien akan mengalami kebutaan atau tidak.1

BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Glaukoma berasal dari kata Yunani “ glaukos” yang berarti
hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada
pupil penderita glaukoma . Glaukoma adalah suatu keadaan
tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar
untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan
menyebabkan kelainan lapang pandang. Di Amerika Serikat,
glaucoma ditemukan pada lebih 2 juta orang, yang akan beresiko
mengalami kebutaan.2,3
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar 1. Anatomi Intraokular. 4

2
Gambar 2. Anatomi Sudut Kamera Anterior.1

Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor


akueus dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata.1

Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior
dan posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250µL dengan kecepatan
pembentukannya adalah 1,5-2µL per menit. 1

Humor akueus diproduksi oleh korpus siliaris. Ultrafiltrat plasma yang


dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan
prosesus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera posterior, humor
akueus mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke jalinan trabekular di
sudut kamera anterior. Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan
kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk
suatu saringan dengan pori-pori yang semakin mengecil saat mendekati
kanalis Schlemm. Saluran eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran
pengumpul dan 12 vena akueus) menyalurkan cairan ke dalam sistem vena.
Sejumlah kecil humor akueus keluar dari mata antara berkas otot siliaris lewat
sela-sela sklera (aliran uveoskleral). 1

3
Gambar 3. Aliran Humor Akueus.1

C. EPIDEMIOLOGI
Survei Kesehatan Indera Penglihatan tahun 1993-1996
yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
mendapatkan bahwa glaukoma merupakan penyebab kedua
kebutaan sesudah katarak (prevalensi 0,16%). Katarak 1,02%,
Glaukoma 0,16%, Refraksi 0,11% dan Retina 0,09%. Akibat dari
kebutaan itu akan mempengaruhi kualitas hidup penderita terutama
pada usia produktif, sehingga akan berpengaruh juga terhadap
sumberdaya manusia pada umumnya dan khususnya Indonesia2.

D. FAKTOR RISIKO
Glaukoma lebih sering terjadi pada umur di atas 40 tahun.
Beberapa faktor resiko lainnya untuk terjadi glaukoma, antara lain 4,5:
- Faktor genetik, riwayat glaukoma dalam keluarga.
- Penyakit hipertensi
- Penyakit diabetes dan penyakit sistemik lainnya.
- Kelainan refraksi berupa miopi dan hipermetropi
- Ras tertentu.

E. KLASIFIKASI

4
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma sudut terbuka primer terdapat kecenderungan familial
yang kuat. Gambaran patologi utama berupa proses degeneratif
trabekular meshwork sehingga dapat mengakibatkan penurunan
drainase humor aquos yang menyebabkan peningkatan takanan
intraokuler. Pada 99% penderita glaukoma primer sudut terbuka
terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada sistem trabekulum
dan kanalis schlemm.

Gambar 1. Aliran humor aquos glaukoma sudut terbuka4

b. Glaukoma Sudut Tertutup Primer


Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan
predisposisi anatomis tanpa ada kelainan lainnya. Adanya
peningkatan tekanan intraokuler karena sumbatan aliran keluar humor
aquos akibat oklusi trabekular meshwork oleh iris perifer. 6,10

5
Gambar 2. Glaukoma sudut tertutup4

2. Glaukoma Sekunder
Peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sekunder
merupakan manifestasi dari penyakit lain dapat berupa peradangan,
trauma bola mata dan paling sering disebabkan oleh uveitis. 5

3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi
akibat gangguan perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma
kongenital seringkali diturunkan. Pada glaukoma kongenital
sering dijumpai adanya epifora dapat juga berupa fotofobia serta
peningkatan tekanan intraokuler. Glaukoma kongenital terbagi
atas glaukoma kongenital primer (kelainan pada sudut kamera okuli
anterior), anomali perkembangan segmen anterior, dan kelainan lain
(dapat berupa aniridia, sindrom Lowe, sindom Sturge-Weber dan rubela
kongenital). 5,12

4. Glaukoma Absolut
Glaukoma ini biasanya adalah hasil dari beberapa kejadian
glaukoma dan itu berarti mengarah pada kebutaan yang mana tekanan
intraokuler meningkat.6Glaukoma absolut merupakan stadium akhir
glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma
absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.
Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh
darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulerisasi pada iris,
keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma

6
hemoragik. 6

F. PATOFISIOLOGI
Cairan aqueus diproduksi dari korpus siliaris, kemudian mengalir
melalui pupil ke kamera okuli posterior (COP) sekitar lensa menuju kamera
okuli anterior (COA) melalui pupil. Cairan aqueus keluar dari COA melalui
jalinan trabekula menuju kanal Schlemm’s dan disalurkan ke dalam sistem
vena6.

Gambar 3. Aliran normal humor aqueus.7

Beberapa mekanisme peningkatan tekanan intraokuler: 8


a) Korpus siliaris memproduksi terlalu banyak cairan bilik mata,
sedangkan pengeluaran pada jalinan trabekular normal
b) Hambatan pengaliran pada pupil sewaktu pengaliran cairan bilik
mata belakang ke bilik mata depan
c) Pengeluaran di sudut bilik mata terganggu.

Glaukoma sudut terbuka ditandai dengan sudut bilik mata


depan yang terbuka, dan kemampuan jalinan trabekula untuk
mengalirkan cairan aqueus menurun (gambar 2A). Glaukoma sudut
tertutup ditandai dengan tertutupnya trabekulum oleh iris perifer,
sehingga aliran cairan melalui pupil tertutup dan terperangkap di
belakang iris dan mengakibatkan iris mencembung ke depan. Hal
7
ini menambah terganggunya aliran cairan menuju trabekulum.

7
(gambar 2B).

Gambar 4. (A) Aliran humor aqueus pada glaukoma sudut terbuka,


(B) Aliran humor aqueus pada glaukoma sudut tertutup.7

Mekanisme utama kehilangan penglihatan pada glaukoma


adalah apoptosis sel ganglion retina. Optik disk menjadi atropi, dengan
pembesaran cup optik. Efek dari peningkatan tekanan intraokuler
dipengaruhi oleh waktu dan besarnya peningkatan tekanan tersebut.
Pada glaukoma akut sudut tertutup, Tekanan Intra Okuler (TIO)
mencapai 60-80 mmHg, mengakibatkan iskemik iris, dan timbulnya
edem kornea serta kerusakan saraf optik. Pada glaukoma primer sudut
terbuka, TIO biasanya tidak mencapai di atas 30 mmHg dan kerusakan
sel ganglion retina berlangsung perlahan, biasanya dalam beberapa
tahun.6

G. MANIFESTASI KLINIS
Sebelum penderita mendapat serangan akut, ia mengalami
serangan prodormal, meskipun tidak selalu demikian.4
1. Fase Prodormal (Fase Nonkongestif).
Pada stadium ini terdapat penglihatan kabur, melihat halo
(gambar pelangi) sekitar lampu atau lilin, disertai sakit kepala, sakit pada
mata dan kelemahan akomodasi. Keadaan ini berlangsung 0,5-2 jam. Bila
serangannya reda, mata menjadi normal kembali.

8
2. Fase Glaukoma Akut ( Fase Kongestif).
Pada stadium ini penderita tampak sangat payah, memegangi
kepalanya karena sakit hebat. Jalannya dipapah, karena tajam
penglihatannya sangat turun, muntah- muntah, mata hiperemis dan
fotofobia. Karenanya sering disangka bukan menderita sakit mata,
melainkan suatu penyakit sistemik

Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronik


sudut terbuka) dapat tidak memberikan gejala sampai kerusakan
penglihatan yang berat terjadi, sehingga dikatakan sebagai pencuri
penglihatan. Berbeda pada glaukoma akut sudut tertutup, peningkatan
tekanan TIO berjalan cepat dan memberikan gejala mata merah, nyeri
dan gangguan penglihatan. 9

a) Peningkatan TIO
Normal TIO berkisar 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg). Tingginya
TIO menyebabkan kerusakan saraf optik tergantung beberapa faktor,
meliputi tingginya TIO dan apakah glaukoma dalam tahap awal
atau lanjut. Secara umum, TIO dalam rentang 20-30 mmHg biasanya
menyebabkan kerusakan dalam tahunan. TIO yang tinggi 40-50
mmHg dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang cepat dan
mencetuskan oklusi pembuluh darah retina.9
b) Halo sekitar cahaya dan kornea yang keruh
Kornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya pergantian
cairan oleh sel-sel endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat
(glaukoma akut sudut tertutup), kornea menjadi penuh air,
menimbulkan halo di sekitar cahay.9
Nyeri. Nyeri bukan karakteristik dari glaukoma primer sudut
terbuka.9
c) Penyempitan lapang pandang
Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada saraf

9
optik menimbulkan kerusakan dari serabut saraf retina yang biasanya
menghasilkan kehilangan lapang pandang (skotoma). Pada glaukoma
stadium akhir kehilangan lapang penglihatan terjadi sangat berat
(tunnel vision), meski visus pasien masih 6/6 .9 (gambar 4),

Gambar 3. Penglihatan tunnel vision pada penderita Glaukoma5

d) Perubahan pada diskus optik. Kenaikan TIO berakibat kerusakan


optik berupa penggaungan dan degenerasi papil saraf optik9.
e) Pada dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak. Pada
anak-anak dapat terjadi pembesaran dari mata (buftalmus) 9.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut:
1. Slit-lamp Biomikroskopi 2,9
 Konjungtiva bulbi: hiperemia kongestif, kemotis dengan injeksi
silier, injeksi konjungtiva, injeksi epislera.
 Kornea: edema dengan vesikel epithelial dan penebalan struma,
keruh, insensitif karena tekanan pada saraf kornea.
 Bilik mata depan: dangkal dengan kontak iridokorneal perifer.
Flare dan sel akuos dapat dilihat setelah edem kornea dapat
dikurangi.
 Iris: gambaran corak bergaris tak nyata karena edema,

10
berwarna kelabu, dilatasi pembuluh darah iris.
 Pupil: oval vertikal, tetap pada posisi semi-dilatasi, kadang-
kadang didapat midriasis yang total, warna kehijauan, tidak ada
reaksi terhadap cahaya dan akomodasi.

2. Perimetri
Alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan

yang disebabkan oleh kerusakan saraf optik2. Beberapa perimetri


yang digunakan antara lain ; 8
- Perimetri manual: Perimeter Lister, Tangent screen, Perimeter
Goldmann
- Perimetri otomatis
- Perimeter Oktopus

3. Tonometri
Alat ini digunakan untuk pengukuran TIO. Beberapa tonometri
yang digunakan antara lain tonometer Schiotz, tonometer aplanasi
Goldman, tonometer Pulsair, Tono-Pen, tonometer Perkins, non kontak
pneumotonometer.8

4. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya
2
kerusakan saraf optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik . Rasio
cekungan diskus (C/D) digunakan untuk mencatat ukuran diskus
otipus pada penderita glaukoma. Apabila terdapat peninggian TIO
yang signifikan, rasio C/D yang lebih besar dari 0,5 atau adanya
asimetris yang bermakna antara kedua mata, mengidentifikasikan adanya
atropi glaukomatosa.8
5. Gonioskopi
Tujuan dari gonioskopi adalah mengidentifikasi kelainan struktur
sudut, memperkirakan kedalaman sudut bilik serta untuk visualisasi

11
sudut pada prosedur operasi. 2,8

I. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan
intraokular serta meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek
samping yang minimal. Penangananya meliputi:7
Penatalaksanaan Medis
Glaukoma Primer
a) Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol,
levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan mengurangi
pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.7
b) Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka
saluran yang tersumbat.7
c) Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan
carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi
pembentukan cairan).7
d) Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan
menghentikan serangan glaukoma.7
e) Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya
acetazolamide).7
f) Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan
manitolintravena (melalui pembuluh darah).7

Glaukoma sekunder
Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Jika
penyebabnya adalah peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk
melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan.11
Glaukoma kongenitalis
Untuk mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu dilakukan
pembedahan.Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan
TIO menetap, maka terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif.5
Terapi Laser
a) Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata
yang berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal
pada mata dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles).5

12
b) Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya
pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser
trabeculoplasty tidak menyembuhkan glaukoma, namun sering dilakukan
daripada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda.
Pada beberapa kasus-kasus, dia digunakan sebagai terapi permulaan atau
terapi utama untuk open-angle glaukoma. Prosedur ini adalah metode
yang cepat, tidak sakit, dan relatif aman untuk menurunkan
tekananintraocular. Dengan mata yang dibius dengan obat-obat tetes bius,
perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang berkaca pada
sudut mata (angle of the eye).Microscopic laser yang membakar sudut
mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran.5
c) Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary
ataucyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang
umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang
parah dari glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur
ini melibatkan pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang
membuat cairan aqueous (ciliary body). Pembakaran laser ini
menghancurkan sel-sel yang membuat cairan, dengan demikian
mengurangi tekanan mata.5
Terapi Pembedahan
a) Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan
untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari
trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan
suatu pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat
untuk cairan keluar dari mata. Untk jalan-jalan kecil baru, suatu bleb
penyaringan kecil diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival
tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih mata. Filtering
bleb adalah suatu area yang timbul seperti bisul yang ditempatkan pada
bagian atas mata dibawah kelopak atas. Sistim pengaliran baru ini
mengizinkan cairan untuk meninggalkan mata, masuk ke bleb, dan
kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah kapiler (capillary blood
circulation) dengan demikian menurunkan tekanan mata. Trabeculectomy

13
adalah operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan. Jika sukses,
dia merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata.6,7,8
b) Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan
untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu
potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu
membran yang tipis dari jaringan melaluinya cairan aqueous dapat
dengan lebih mudah mengalir. Ketika dia lebih tidak invasiv dibanding
trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga bertendensi lebih
tidak efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain dari
sistim pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali
efektif, komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah
mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang
dengan cara lain tidak dapat dikontrol.6,7

Penatalaksanaan Glaukoma Absolut

Penatalaksanaan glaukoma absolut dapat ditentukan dari ada tidaknya


keluhan. Ketika terdapat sudut tertutup oleh karena total synechiae dan
tekanan bola mata yang tidak terkontrol, maka kontrol nyeri menjadi tujuan
terapetik yang utama. Penatalaksanaan glaukoma absolut dilakukan dengan
beberapa cara :
1. Medikamentosa
Kombinasi atropin topikal 1% dua kali sehari dan kortikosteroid topikal 4
kali sehari seringkali dapat menghilangkan gejala simtomatis secara
adekuat. Kecuali jika TIO lebih besar dari 60 mmHg. Ketika terdapat
edema kornea, kombinasi dari pemberian obat-obatan ini dilakukan
dengan bandage soft contact lens menjadi lebih efektif. Namun
bagaimanapun, dengan pemberian terapi ini, jika berkepanjangan, akan
terdapat potensi komplikasi. Oleh karena itu, pada glaukoma absolut,
pengobatan untuk menurunkan TIO seperti penghambat adenergik beta,
karbonik anhidrase topikal, dan sistemik, agonis adrenergik alfa, dan obat-
obatan hiperosmotik serta mencegah dekompensasi kornea kronis harus
dipertimbangkan.13

14
2. Prosedur Siklodestruktif
Merupakan tindakan untuk mengurangi TIO dengan merusakan bagian
dari epitel sekretorius dari siliaris. Indikasi utamanya adalah jika terjadinya
gejala glaukoma yang berulang dan tidak teratasi dengan medikamentosa,
biasanya berkaitan dengan glaukoma sudut tertutup dengan synechia
permanen, yang gagal dalam merespon terapi. Ada 2 macam tipe utama
yaitu : cyclocryotherapy dan cycloablasi laser dgn Nd:YAG.13
Cyclocryotherapy dapat dilakukan setelah bola mata dianaestesi lokal
dengan injeksi retrobulbar. Prosedur ini memungkinkan terjadinya efek
penurunan TIO oleh karena kerusakan epitel siliaris sekretorius, penurunan
aliran darah menuju corpus ciliaris, atau keduanya. Hilangnya rasa sakit
yang cukup berarti adalah salah satu keuntungan utama
cyclocryotheraphy.13
Dengan Cycloablasi menggunakan laser Nd:YAG, ketika difungsikan,
sinar yang dihasilkan adalah berupa sinar infrared. Laser YAG dapat
menembus jaringan 6 kali lebih dalam dibandingkan laser argon sebelum
diabsorbsi, hal ini dapat digunakan dalam merusak trans-sklera dari
prosesus siliaris.13
3. Injeksi alkohol
Nyeri pada stadium akhir dari glaukoma dapat dikontrol dengan kombinasi
atropin topikal dan kortikosteroid atau, secara jarang, dilakukan
cyclocryotheraphy. Namun demikian, beberapa menggunakan injeksi
alkohol retrobulbar 90% sebanyak 0,5 ml untuk menghilangkan nyeri yang
lebih lama. Komplikasi utama adalah blepharptosis sementara atau
ophtalmoplegia eksternal.13
4. Enukleasi bulbi
Secara jarang, enukleasi dilakukan bila rasa nyeri yang ditimbulkan tidak
dapat diatasi dengan cara lainnya.13

15
Algoritma Tatalaksana Glauma Akut

J. PROGNOSIS
Prognosa baik apabila glaukoma akut cepat terdeteksi dan mendapat
terapi yang sesegera mungkin. Sering diagnose dibuat pada stadium lanjut,
dimana lapang pandang telah hilang secara progresif, iris menjadi atrofi dan
midriasis pupil telah menetap. Penanganan episode akut yang terlambat akan
menyebabkan sinekia sudut tertutup permanent dan bahkan menyebabkan
kebutaan permanent dalam 2-3 hari.8

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Kingman S. Glaucoma is second leading cause of blindness globally. Bull


World Health Organixation; 2010
2. Arliani,Nurfifi. RS Mata YAP. Diagnosis dan Penanganan Glaukoma.
http://www.rsmyap.com [diakses 09 Maret 2019].
3. Pascotto A, Sacca SC, Fioretto M, Orfeo V. Glaucoma, Complications
and Management of Glaucoma Filtering.
http://www.emedicine.medscape.com [diakses 09 Maret 2019].
4. Blanco AA, Costa VP, Wilson RP. Handbook of Glaucoma. London:
Martin Dunitz; 2002. 17-20
5. Bascom Palmer Eye Institute. Glaucoma.
http://www.bpei.med.miami.edu [diakses 10 Maret 2019].
6. Vaughan D, Riordan-Eva P. Glaukoma. Dalam: Oftalmologi Umum Ed
14. Alih Bahasa: Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology
th
14 Ed. Jakarta: Widya Medika; 2000. 220-232.
7. Song J. Glaucoma: The Silent Killer of Eyesight.
http://www.residentandstaff.com [diakses 10 Maret 2019].
8. Kanski JJ. G l a u c o m a i n Clinical Ophthalmology 3rd Edition. Oxford:
Butterworth-Heinemann; 2016. 306-323.

9. Khaw T, Shah P, Elkington AR. ABC of Eyes 4th Edition. London: BMJ
Publishing Group; 2005. 52-59.
10. Shock JP, Harper RA. Lensa. Dalam: Oftalmologi Umum Ed 14. Alih

Bahasa: Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology 14th Ed. Jakarta:


Widya Medika; 2000.176-177.
11. Japan Glaucma Society. Glaucoma Guideline 2nd Edition. Japan. 2006.
12. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006. 205-
216.
13. Khurana AK. 2005. Ophthalmology. 3rd Edition. New Delhi: New Age

17
International. pp 235

18

Anda mungkin juga menyukai