Anda di halaman 1dari 61

TUBERKULOSIS PARU

OLEH :
DIAN ISTIQAMAH MARDHATILLAH, S.KED

PEMBIMBING :
DR. HJ. HATASE NURNA
PENDAHULUAN

• Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme


yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat
diamati dengan menggunakan mikroskop.
• Interaksinya sesama mikroorganisme dapat
berlangsung dengan cara yang aman ada yang
menguntungkan maupun merugikan. Salah satu
yang merugikan adalah Mycobacterium
tuberculosis.
• Bakteri ini dapat mengakibatkn penyakit
tuberculosis pada manusia.
• Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3
yang menyebabkan kematian didunia.
PEMBAHASAN

• Tuberkulosis adalah penyakit infeksi


Definisi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.

•Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa


terdapat 8,8 juta kasus BTA (Basil Tahan Asam )
positif.
•Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia
Epidemiologi untuk jumlah kasus TB setelah India dan Cina.
•Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor
satu diantara penyakit menular dan merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah jantung
dan penyakit pernapasan akut
PEMBAHASAN

•Bakteri Mycobacterium tuberculosis berbentuk


batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal

Etiologi juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini


pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada
tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang
jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.

•Penyakit Tuberkulosis biasanya menular melalui


udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada
saat penderita TB batuk.
Cara Penularan •Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam
paru-paru, dan dapat menyebar melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab
itulah infeksi TB dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh
PATOGENESIS

•Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara


bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan
kelembaban.
Tuberkulosis •Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia
akan menempel pada saluran napas, atau jaringan
Primer paru.
•Kuman yang bersarang di jaringan paru akan
berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan
disebut sarang primer atau efek primer atau sarang
(fokus) Ghon.

• Kuman yang dormant pada


Tuberkulosis tuberkulosis primer akan muncul
bertahun-tahun kemudian sebagai
Pasca Primer infeksi endogen menjadi
tuberkulosis dewasa
KLASIFIKASI

Berdasarkan Kelas 0 : Tidak pernah terpajan TB, tidak terinfeksi


aspek
kesehatan
masyarakat Kelas 1 : Terpajan TB, tidak ada bukti terinfeksi

Kelas 2 : Infeksi TB laten, tidak timbul penyakit

Kelas 3 : Tuberkulosis, aktif secara klinis

Kelas 4`: TB tidak aktif secara klinis

Kelas 5 : Tersangka TB
KLASIFIKASI

Berdasarkan
hasil TB paru BTA (+)
pemeriksaan
dahak TB paru BTA (-)

Berdasarkan Kasus baru


Pasien yang belum pernah
pengobatan untuk tuberkulosis
mendapatkan

tipe pasien
dari riwayat
Kasus kambuh (relaps)
pengobatan Kasus pengobatan Kasus gagal
sebelumnya ulang Kasus defaulted atau drop out

Pasien yang sputum BTA-nya tetap positif


Kasus kronik

Hasil pemeriksaan BTA (-) gambaran radiologik


Kasus Bekas TB paru (-)
Gambaran radiologik meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan.
KLASIFIKASI

Tuberkulosis ekstraparu
• Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput
otak, tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.
GEJALA KLINIS
Gejala Gejala
Gejala
Gejala sistemik Tuberkulosis Tuberkulosis
respiratori
ekstrapulmonal ekstrapulmonal

Batuk / Batuk Pleuritis Tuberkulosis


Demam
Darah dengan Efusi Genitourinarius

Peritonitis dan
Adenitis
Sesak Napas Malaise Perikarditis
Tuberkulosis
tuberkulosis

Tuberkulosis Tuberkulosis
Nyeri dada
Meningeal pada AIDS

Tuberkulosis Tuberkulosis
Laring dan Saluran
Endobronkial Makanan

Tuberkulosis
Tuberkulosis Milier
Tulang
PEMERIKSAAN FISIK

• Kelainan paru umumnya terletak di daerah lobus


superior terutama daerah apeks dan segmen posterior,
serta daerah apeks lobus inferior. Dapat ditemukan
suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah,
ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma
dan mediastinum
• Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisik
tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura.
Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara
napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi
yang terdapat cairan.
• Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran
kelenjar getah bening
PEMERIKSAAN TB
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tes Tuberkulin
Pemeriksaan Pemeriksaan
Intradermal
Bakteriologi Radiologi
(Mantoux)
• Sputum • foto toraks • Pemeriksaan ini
posterior-anterior masih banyak
dipakai utuk
membantu
menegakkan
diagnosis
tuberkulosis
terutama pada
anak-anak
(balita)
PENATALAKSANAAN

Obat Anti Tuberkulosis


• Jenis obat utama (lini 1) : INH, Rifampisin, Pirazinamid,
Etambutol, Streptomisin.
• Jenis obat tambahan lainnya (lini 2): Kanamisin, PAS
(para amino salicylic acid), Ofloksasin, Tiasetazon,
Etionamid, Sikloserin, Protionamid, Viomisin, Kapreomisin,
Amikasin, Norfloksasin, Levofloksasin, Klofazimin
Dosis Obat (mg)

Berat Rifampisin INH Pirazinamid Etambutol Streptomisin


Badan
(R) (H) (Z) (E) (S)
< 40 300 150 750 750 Sesuai BB
40-60 450 300 1000 1000 750
>60 600 450 1500 1500 1000
PENATALAKSANAAN

• Obat kombinasi dosis tetap/KDT


Tahap Lanjutan
Tahap Intensif
Berat 3 kali seminggu selama 16
tiap hari selama 56 hari
Badan minggu
RHZE (150/75/400/275)
RH (150/150)
30-37 2 tablet 2 tablet
38-54 3 tablet 3 tablet
55-70 4 tablet 4 tablet
>71 5 tablet 5 tablet
PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS

• Pasien kasus baru TB paru dengan BTA positif dan TB


dengan BTA negatif beserta gambaran foto toraks
lesi luas : 2RHZE/4RH atau 2RHZE/4R3H3atau
2RHZE/6HE.
• Pasien baru TB paru dengan BTA negatif beserta
gambaran foto toraks lesi minimal : 2RHZE/4RH atau
2RHZE/4R3H3 atau 6RHE
• Pasien TB paru kasus kambuh : Sebelum ada hasil
uji resistensi dapat diberikan 2RHZES/1RHZE. Bila
tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan
RHE selama 5 bulan
PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS

• Pasien TB paru kasus gagal pengobatan :


2RHZES/1RHZE/5RHE
• Pasien TB kasus putus obat : RHZES/1RHZE/5R3H3E3.
• Pasien TB paru kasus kronik :
1. Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil
uji resistensi berikan RHZES.
2. Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup
3. Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan
kemungkinan penyembuhan.
4. Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke dokter spesialis
paru.
EFEK SAMPING OBAT DAN
PENATALAKSANAANNYA
Efek samping ringan OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan

Tidak ada nafsu Rifampisin Semua OAT diminum malam


makan, mual, sakit sebelum tidur
perut
Nyeri Sendi Pirasinamid Beri Aspirin
Kesemutan s/d rasa INH Beri vitamin B6 (piridoxin) 100mg
terbakar di kaki per hari

Warna kemerahan Rifampisin Tidak perlu diberi apa-apa, tapi


pada air seni (urine) perlu penjelasan kepada pasien
EFEK SAMPING OBAT DAN
PENATALAKSANAANNYA
Efek samping berat OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan

Gatal dan kemerahan kulit Semua jenis OAT Ikuti petunjuk penatalaksanaan
dibawah *).
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan, ganti
Etambutol.
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan, ganti

. Etambutol
Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua Hentikan semua OAT sampai

OAT ikterus menghilang.


Bingung dan muntah- Hampir semua Hentikan semua OAT, segera
muntah (permulaan ikterus
OAT lakukan tes fungsi hati.
karena obat)

Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol.


Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin Hentikan Rifampisin.
DIRECTLY OBESERVED TREATMEN
SHORT COURSE (DOTS)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa
kunci keberhasilan program penanggulagan tuberkulosis
adalah dengan menerapkan strategi DOTS. DOTS memiliki
komponen, yaitu:
1. Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB
nasional,
2. Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara
langsung, dikenal dengan istilah DOT (Directly Obsered
Therapy),
3. Pengadaan OAT secara berkesinambungan,
4. Monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang
baku / standar
Strategi stop TB oleh WHO
• Peningkatan dan ekspansi DOTS yang bermutu, meningkatkan
penemuan kasus dan penyembuhan melalui pendekatan yang
efektif terhadap seluruh pasien terutama pasien tidak mampu.
• Memberikan perhatian pada kasus TB-HIV, Multi Drug Resistance
(MDR)-TB, dengan aktivitas gabungan TB-HIV, DOTS-PLUS, dan
pendekatan-pendekatan lain yang relevan.
• Konstribusi pada sistem kesehatan dengan kolaborasi bersama
program kesehatan yang lain dan pelayanan umum.
• Melibatkan seluruh praktisi kesehatan, masyarakat, swasta dan
non pemerintah dengan pendekatan Public-Private Mix (PPM)
untuk mematuhi International Standarts of TB care.
• Mengikutsertakan pasien dan masyarakat yang berpengruh
untuk berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan yang efektif.
• Memunkinkan dan meningkatkan penelitian untuk
pengembangan obat baru, alat diagnostik, dan vaksin.
Penelitian juga dibutuhkan untuk meningkatkan keberhasilan
program
Tujuan DOTS
• Mencapai angka kesembuhan yang tinggi.
• Mencegah putus berobat.
• Mengatasi efek samping obat jika timbul.
• Mencegah resistensi

Langkah Pelaksanaan DOT


• Dalam melaksanakan DOT, sebelum pengobatan
pertama kali dimulai, pasien diberikan penjelasan
bahwa harus ada seorang pengawasan menelan obat
(PMO) dan PMO tersebut harus ikut hadir di poliklinik
untuk mendapatkan penjelasan tentang DOT.
Persyaratan PMO
• Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui,
baik oleh petugas kesehatan maupun pasien,
selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.
• Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
• Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
• Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan
bersama-sama dengan pasien
Tugas PMO
• Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur
sampai selesai pengobatan.
• Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat
teratur.
• Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada
waktu yang telah ditentukan.
• Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB
yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk
segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.
• Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti
kewajiban pasien mengambil obat dari unit pelayanan
kesehatan (UPK)
Informasi penting oleh PMO
• TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau
kutukan
• TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
• Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan
dan cara pencegahannya
• Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif
dan lanjutan)
• Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara
teratur
• Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan
perlunya segera meminta pertolongan ke UPK
PENYULUHAN

Perorangan/Individu
• Penyuluhan terhadap perorangan (pasien maupun keluarga) dapat
dilakukan di unit rawat jalan, di apotik saat mengambil obat dan lain-lain.

Kelompok
• Penyuluhan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok pasien, kelompok
keluarga pasien, masyarakat pengunjung rumah sakit, dan lain-lain.
• Cara memberikan penyuluhan :
• Sesuaikan dengan program kesehatan yang sudah ada.
• Materi yang disampaikan perlu diuji ulang untuk diketahui tingkat
penerimaannyasebagai bahan untuk penatalaksanaan selanjutnya.
• Beri kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, terutama hal yang belum
jelasd.
• Gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang mudah dimengerti,
kalau perludengan alat peraga (brosur, leaflet dan lain-lain)
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
• Nama : FK
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Tempat / Tanggal lahir : Makassar. 15 April 1988
• Alamat : Jln. Abdul Kadir No. 2 Pesona
Mutiara RT 03 RW 05 Kelurahan
Balangbaru
• No. KTP/Tanda pengenal : 7371101504880003
• No. Telpon/HP : 081342081315
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Agama/Kepercayaan : Kristen
• Status perkawinan : Belum Kawin
• Suku/ bangsa : Makassar
ANAMNESIS

Data Biologis
• Tinggi badan :175 cm
• Berat badan : 65 kg
• Deskripsi rambut : Pendek, hitam, lurus, tidak
mudah dicabut
• Deskripsi hidung : mancung, sadle nose (-)
• Deskripsimata : Konjunctiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
• Deskripsi warna kulit : Hitam
• Kelainan bawaan : Tidak ada
• Tanda khusus : Tidak ada
Keluhan Utama :
• Batuk berdahak selama 4 bulan.
Keluhan tambahan :
• Demam, lemas, sult bernafas dan berat badan menurun.
Riwayat penyakit sekarang :
• Tn FK berusia 30 tahun datang ke poli umum Puskesmas Jongaya
dengan keluhan batuk berdahak yang tak kunjung sembuh sejak 4
bulan terakhir. Batuk disertai dahak berwarna kuning kehijauan dan
sulit dikeluarkan. Batuk semakin memberat pada malam hari. Pasien
juga mengeluh sejak 1 bulan sebelum ke puskesmas, pasien sering
demam yang tidak terlalu tinggi, berkeringat pada malam hari,
badan lemas, sulit brnafas, nafsu makan berkurang, dan berat
badan berkurang. Gejala berupa batuk dengan lendir bercampur
darah disangkal.
• Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya pernah dialami pasien.
Pasien memiliki riwayat kontak dengan pasien seperti ini sebelumnya,
yaitu teman sekamar dikos tempat kerja perokok berat dan pernah
menderita batuk lama. Riwayat alergi terhadap obat-obat tertentu
ataupun makanan disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit dahulu :
• Tidak ada
Riwayat Sosial Ekonomi:
• Pasien berasal dari sosial ekonomi menengah ke atas. Pasien
memiliki pekerjaan tetap dan mempunyai penghasilan sendiri.
Sejak didiagnosis penyakit TB paru oleh dokter puskesmas
pasien izin dari pekerjaannya dan melakukan aktivitas sehari-
hari dirumah. Sebelumnya pasien bekerja sebagai pegawai
bank di Sinjai, namun setelah sakit batuk yang dideritanya
pasien memutuskan untuk fokus pada penyembuhan
penyakitnya dan tinggal di Makassar bersama orangtua.
Selama pengobatan pasien tinggal bersama orangtua dan
saudara laki-laki. Sebelumnya selama kerja pasien tinggal di
sebuah kos di Sinjai dan sekamar dengan seorang teman
yang perokok berat dan pernah menderita batuk lama.
Riwayat Kebiasaan:
• Kebiasaan mengonsumsi makan makanan yang berminyak.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik


Vital sign
• Kesadaran : Compos Mentis
• GCS : 15
• Tek. Darah : 110/80 mmHg
• Frek. Nadi : 68 x/menit
• Frek Pernapasan : 20 x/menit
• Suhu : 36,7  C
Status Gizi
• BB : 65 Kg
• TB : 175 cm
• BB Ideal : (175 - 100) – (10 % x 75) = 67,5 kg
• IMT : BB/TB2 = 65/1,752 = 20,97 kg/m2 (Berat badan normal)
Status Generalis:
• Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam
kecoklatan tidak mudah dicabut
• Mata : Conjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
• Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan kelenjar
tiroid
• Thoraks
• Cor : BJ I – BJ II reguler, murmur (-), gallop (-)
• Pulmo : Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
• Abdomen : Datar, simetris, bising usus (+) normal, hepar dan
lien tidak teraba
• Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan laboratorium SPS : tanggal 3
November 2018
• BTA (+)

DIAGNOSIS KERJA
• Tuberkulosis Paru

DIAGNOSIS BANDING
• Pneumonia, bronkitis
PENATALAKSANAAN

Patient Center
Non medikamentosa:
• Konseling mengenai pentingnya tipe pengobatan preventif dibandingkan kuratif.
• Konseling mengenai penyakit TB pada pasien.
• Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin jika ada keluhan dan
mengambil obat di puskesmas jika obatnya habis.
• Konseling kepada pasien untuk memeriksakan kembali dahaknya setelah dua
bulan dan enam bulan pengobatan.
• Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi berupa tinggi kalori
dan tinggi protein.
• Konseling kepada pasien efek samping obat yang timbul seperti buang air kecil
yang berwarna merah yang merupakan reaksi obat. Selainitu, juga bisa timbul
pusing, mual, muntah, sakit pada tulang, dan gatal-gatal agar pasien tetap
minum obat dan tidak berhenti minum obat.
• Konseling kepada pasien untuk mengalihkan stress psikososial dengan hal-hal
bersifat positif.
• Edukasi mengenai gaya hidup bersih dan sehat seperti fungsi dari ventilasi dalam
rumah.
Medikamentosa:
• OAT kategori 2 sekali sehari
Family Focused
• Konseling mengenai penyakit TB pada pasien dan
keluarganya.
• Konseling mengenai penyakit TB yang dapat menular kepada
anggota keluarga lainnya yang dapat dicegah dengan
pemakaian masker dan tidak membuang dahak
sembarangan.
• Memberikan edukasi kepada keluarga untuk berperan dalam
mengingatkan pasien mengenai rutinitas minum obat.
• Edukasi dan motivasi mengenai perlunya perhatian dukungan
dari semua anggota keluarga terhadap perbaikan penyakit
pasien.
• Deteksi dini kuman TB pada keluarga yang tinggal serumah
dengan pasien.
Community Oriented
• Konseling mengenai pencegahan dan penularan
penyakit TB yang berdampak pada orang di
sekitarnya dalam suatu komunitas. Konseling yang
diberikan mengenai tindalan yang dilakukan
penderita TB agar tidak menularkan ke tetangga
seperti pemakaian masker dan tidak membuang
daha sembarangan.
PROGNOSIS

Prognosis dari penyakit TB paru yang diderita pasien


ini adalah dubia karena perjalanan penyakit
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan perilaku
dari pasien, keluarga dan masyarakat, serta
dipengaruhi oleh lingkungan dimana pasien tinggal.
PERKEMBANGAN PENYAKIT
Home visite I
• Didapatkan:
• Halaman rumah pasien cukup bersih, keadan rumah lantai 1 cukup bersih, sedangkan lantai
dua kondisi ruangan berantakan dengan tumpukan pakaian jualan yang terbungkus plastik
tapi berdebu, tersedia kamar mandi dan jamban yang cukup bersih. Kondisi kamar pasien
bersih, ber-AC, memiliki jendela kmar yang tertutup sepnjang hari dan tirai tidak terbuka.
Ukuran rumah 10 m x 6 m, pada lantai satu memiliki ventilasi yang cukup, namun
pencahayaan kurang, pada lantai dua memiliki ventilasi yang cukup, pencahayaan yang
cukup. Rumah dihuni oleh 4 orang yang terdiri dari orangtua dan kakak laki-laki.
• Pasien sudah bebas dari batuk berdahak, batuk hanya sekali-kali.
• Nafsu makan baik
• Memberi nasihat ke pasien untuk mengkonsumsi obat setiap hari, tidak boleh putus kembali
minum obat untuk mencegah kambuh kembali dan rutin ke puskesmas kontrol obat serta
memberi tahu keluarga untuk terus mengawasi pasien mengkonsumsi obat sesuai anjuran
dokter.
• Edukasi untuk membersihkan ruang tengah lantai dua dari tumpukan baju yang sudah
berdebu.
• Edukasi agar pasien terus memakai masker, tidak meludah sebarangan, dan membuka tirai
dan jendela pada siang hari agar cahaya matahari masuk ke kamar.
• Melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan.
PERKEMBANGAN PENYAKIT
Home visite II
• Batuk sekali-kali tapi tidak sering
• Kondisi tubuh pasien terlihat lebih baik dan terawat serta
menggunakan masker saat dirumah.
• Minum obat teratur dan setiap hari rutin ke puskesmas
untuk suntik
• Edukasi untuk mengkonsumsi makan tinggi protein dan
tinggi karbohidrat.
• Ruang tengah dilantai dua masih bertumpuk pakaian
jualan dan baru sebagian dibersihkan
• Pasien mulai membuka jendela saat pagi hingga sore hari
dan AC dimaitikan.
• Menghimbau kepada keluarga agar obat pasien rutin
diminum walaupun pasien sudah merasa sembuh.
PERKEMBANGAN PENYAKIT
Home visite III
• Batuk sekali-kali tapi tidak sering
• Kondisi tubah pasien membaik
• Minum obat teratur dan rutin ke puskesmas untuk suntik
• Ruang tengah mulai rapi walaupun tumpukan jualan
pakaian masih banyak
• Cahaya yang cukup masuk ke dalam rumah, terutama
pada kamar pasien.
• Edukasi kepada pasien agar obat tetap dikonsumsi agar
penyakit tidak kambuh kembali walaupun sudah merasa
sembuh.
• Edukasi agar pasien tetap menggunakan masker
walaupun dirumah terutama saat kontak dengan orang
rumah, tidak meludah di sembarang tempat.
ANGGOTA KELUARGA
Status Dalam
Nama Umur/JK Pendidikan Pekerjaan
Keluarga

Kepala Akademi/D-
Andreas 65 th/lk PNS
Keluarga/Ayah III/Sarjana Muda

Cheerly 59 th/pr Ibu Strata III PNS

Akademi/D-
Bernard 70 th/lk Paman PNS
III/Sarjana Muda

Akademi/D-
Doni 56 th/lk Paman PNS
III/Sarjana Muda

Sandy 35 th/lk Saudara SLTA/Sederajat Wiraswasta


Franklin 30 th/lk Pasien SLTA/Sederajat Wiraswasta
BENTUK DAN FUNGSI KELUARGA

Bentuk Keluarga
• Keluarga pasien terdiri dari kepala keluarga (KK)
yang merupakan ayah pasien bernama Andreas
berusia 65 tahun, ibu pasien bernama Cheerly
berusia 59 tahun, serta saudara laki-laki pasien
bernama Sandy berusia 35 tahun yang tinggal
bersama pasien. Bentuk keluarga adalah keluarga
inti yang terdiri dari kepala keluarga dan anak
BENTUK DAN FUNGSI KELUARGA
Fungsi Keluarga
Fungsi biologis
 Untuk meneruskan keturunan.
 Memelihara dan membesarkan anak.
 Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
 Memelihara dan merawat anggota keluarga.
Fungsi Psikologis
 Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
 Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
 Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
 Memberikan Identitas anggota keluarga.
Fungsi Sosial
 Membina sosialisasi pada anak.
 Membentuk norma-norma perilaku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
 Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
Fungsi Ekonomi
 Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
 Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
 Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang,
misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dsb.
GENOGRAM
APGAR KELUARGA
Sering/ Kadang- Jarang/
APGARSCORE
selalu kadang tidak

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


A keluarga saya bila saya menghadapai masalah 

Saya puas dengan cara keluarga saya


P membahas dan membagi masalah dengan 
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
G untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup 
yang baru
Daya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A merespon empasieni saya seperti kemarahan, 
perhatian, dll
Saya puas dengan cara keluarga saya
R 
membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10
DIAGNOSIS HOLISTIK
Aspek Personal
• Alasan kedatangan : batuk sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu.
• Kekhawatiran : batuk yang diderita tidak dapat disembuhkan dan dapat ditularkan
kepada orang-orang di sekitar.
• Persepsi : batuk yang sulit disembuhkan karena pengobatan yang tidak cocok.
• Harapan : batuk lama yang diderita dapat disembuhkan.
Aspek Klinis
• Kasus Baru TB Paru dengan BTA (+)
Aspek Faktor Intrinsik
• Pengetahuan yang kurang tentang penyakit TB paru.
• Pengetahuan yang kurang mengenai pentingnya tindakan pengobatan preventif
dibandingkan kuratif.
• Pengetahuan yang kurang tentang pencegahan penularan TB paru ke anggota
keluarga lainnya.
• Pengetahuan yang kurang tentang efektifitas terapi gizi terhadap perkembangan
penilaian klinis TB paru.
Aspek Resiko Eksternal
• Psikososial keluarga : keluarga memehami tentang penyakit pasien namun
memberikan dukungan yang baik serta bersedia menjadi pengawas minum obat.
• Lingkungan tempat tinggal : keadaan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan
yang cukup.
• Sosial ekonomi : biaya hidup pasien ditanggung oleh pasien dan orangtua pasien
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
INDIKATOR KELUARGA SEHAT
Andreas (65 Cheerly Sandy (35 Franklin (30
No. Keterangan Keluarga Poin
th) (59 th) th) th)
Keluarga mengikuti
1. N N
program KB
Ibu melakukan
2. N N
persalinan di faskes
Bayi mendapatkan
3. imunisasi dasar N
lengkap
Bayi mendapatkan
4. N
ASI eksklusif
Balita dipantau
5. N
pertumbuhannya
Penderita TB paru
mendapatkan
6. N N Y N 1
pengobatan sesuai
standar
Penderita hipertensi
melakukan
7. Y N N N 1
pengobatan secara
teratur
INDIKATOR KELUARGA SEHAT
Penderita hipertensi
melakukan
7. Y N N 1 1
pengobatan secara
teratur
Anggota keluarga tidak
8. ada yang merokok Y Y Y Y

Keluarga sudah
9. Y Y Y Y 1
menjadi anggota JKN
Keluarga mempunyai
10. akses sarana air bersih Y Y Y Y Y 1

Keluarga mempunyai
akses dan
11. Y 1
menggunakan jamban
sehat
Penderita gangguan
jiwa mendapatkan
12. N N
pengobatan dan tidak
diterlantarkan
Indeks Keluarga Sehat 1
(IKS)
INDIKATOR KELUARGA SEHAT

• Jumlah N : 6
• Jumlah Y : 6
• Jumlah T : 0

Kategori keluarga :
• Tidak sehat < 0,5
• Pra Sehat 0,5 – 0,8
• Sehat > 0,8

Berdasarkan data yang diperoleh maka kelarga pasien


didapatkan hasil satu dan dapat digolongkan kedalam
kategori keluarga sehat.
IDENTIFIKASI MASALAH PERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT
No. Kriteria yang dinilai Jawaban Skor

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kerja - -


2. Memberi ASI Ekslusi - -
3. Menimbang balita setiap bulan - -
4. Menggunakan air bersih YA 1
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun YA 1

6. Menggunakan jamban sehat YA 1


7. Memberntas jentik dirumah sekali seminggu YA 1

8. Makan buah dan sayur setiap hari YA 1


9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari YA 1
10. Tidak merokok didalam rumah YA 1
Total jawaban
Interpretasi: Total skor adalah 7 yang berarti keluara Tn. FK cukup
menerapkan PHBS.
PEMBAHASAN

• Berdasarkan kepustakaan, diagnosis dari TB paru


ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu mengenai
riwayat respiratorik seperti batuk lebih dari tiga minggu,
sesak napas, dan nyeri dada, sedangkan pada gejal
sistemik ditemukan adanya demam dan keringat
malam, penurunan berat badan, malaise, dan
anoreksia.
• Pada studi kasus yang dilakukan pada pasien Tn. FK, 30
tahun, diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan
anamnesis yaitu pasien mengalami batuk berdahak
sekitar 4 bulan, disertai demam yang tidak terlalu tinggi,
berkeringat pada malam hari, serta penurunan berat
badan yang cukup drastis, yaitu dari 75 kg menjadi 60
kg.
PEMBAHASAN

• Pada pemeriksaan fisik, ditemukan bunyi ronkhi


basah. Pada pasien dilakukan pemeriksaan sputum
BTA SPS dan mendapatkan hasil +,
• Pasien tinggal bersama orangtua dan saudara laki-
laki. Pasien bekerja sebagai pegawai disebuah
bank disinjai dan cukup untuk membiayai
kehidupannya sehari-hari. Faktor risiko dari pasien ini
akibat lingkungan di tempat tinggalnya di sinjai di
mana teman sekos pasien merokok dalam ruangan
berAC/kedap cahaya matahari.
PEMBAHASAN

Di Puskesmas, pasien diberikan terapi paket OAT


kategori 2. Tujuan pemberian obat anti TB adalah:
• Membuat konversi sputum BTA pasienitif menjadi
negative secepat mungkin melalui kegiatan
bakterisid (obat anti TB yang bersifat membunuh
kuman yang sedang tumbuh)
• Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama
setelah pengobatan dengan kegiatan sosialisasi
(obat anti TB yang bersifat membunuh kuman yang
pertumbuhannya lambat)
• Menghilangkan atau mengurangi gejala melalui
perbaikan daya tahan imunologis.
PEMBAHASAN
Konsep Mandala of Health mencakup beberapa komponen penting yaitu human
biology, lingkungan psikososial, ekonomi dan lingkungan rumahserta lingkungan
tempat tinggal.
• Human biology, pasien merasakan penyakit TB paru yang dideritanya
menimbulkan keluhan-keluhan yang menggangu aktifitasnya. Pasien tidak tahu
kalau penyakit TB harus rutin minum obat serta melakukan kontrol ke pelayanan
kesehatan. Untuk hal ini pasien diberikan edukasi bahwa pengobatan TB paru
harus rutin minum obat dan kontrol ke pelayanan kesehatan untuk mengetahui
perbaikan klinis pasien, hal ini sejalan dengan teori bahwa pengobatan TB paru
harus teratur dan rutin.
• Lingkungan psikososial, selama proses pengobatan pasien pindah kerumah
orangtuanya dan pasien merasa bahagia dengan keadaan keluarganya saat
ini, hubungan antar anggota keluarga juga terbilang dekat dan jarang
mengalami suatu masalah. Sehingga hal ini dapat mendukung pasien dalam
menjalani pengobatan yang dapat dilihat dari anggota keluarga memberikan
dukungan serta bersedia menjadi pengawas minum obat.
PEMBAHASAN

• Ekonomi, uang untuk memenuhi kebutuhan pasien tidak


bergantung pada orang tua lagi, karena pasien telah
memiliki pekerjaan tetap dan mampu membiayai diri
sendiri. Pasien mengatakan bahwa dengan
pendapatan tersebut sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Mengenai jaminan kesehatan
pasien memiliki asuransi BPJS dan pasien sering
menggunakannya untuk melakukan pengobatan atas
penyakitnya.
• Lingkungan rumah, hubungan pasien dengan tetangga
sekitar rumah terjalin akrab. Dalam hal ini pasien memiliki
hubungan antar tetangga yang baik sehingga dapat
terhindar dari stress psikososial yang dapat
memperberat penyakit pasien.
KESIMPULAN

Tn. FK didiagnosis TB paru dengan BTA +.


Penatalaksanaan yang diberikan berupa OAT
kategori 2. Terdapat perubahan perilaku pada Tn. FK
setelah diberikan intervensi yaitu Tn. FK telah
menerapkan pola hidup bersih dan sehat yang
terlihat dari pola makan yang sehat, menggunakan
masker, dan aktivitas latihan jasmani yang baik.
V
SEKIAN
DAN
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai