Anda di halaman 1dari 31

Presentasi Kasus

Pembimbing:
dr. Elsa Ana , SpS

Dibuat oleh:
Salwa Lutfhianissofa
41191396100057

KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI


RUMAH SAKIT HAJI
FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERIODE 15 FEBRUARI - 27 FEBRUARI 2021
Anamnesis

Tn. A. 80 tahun. Masuk ke IGD dengan kelemahan separuh badan kanan


yg dirasakan 2 hari ini sejak pasien terjatuh di kamar mandi dan kepala
bagian depannya terbentur di lantai kamar mandi. Awalnya pasien
pingsan di kamar mandi kemudian beberapa jam kemudian sadar
kembali. Sejak kejadian pasien terus mengeluh sakit kepala yang makin
lama makin berat. Riwayat demam disangkal. Riwayat hipertensi ada
terkontrol dengan Amlodipin 10mg dan DM terkontrol.
Pemeriksaan Fisik

Status Umum
Keadaan umum : Sakit berat
Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Nafas : 28 x/menit
Suhu : 36,6 C
Status Generalis

Kepala : Normosefali, rambut beruban


Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), ptosis (-/-),
lagoftalmus (-/-)
Telinga : Normotia (+/+), darah (-/-), serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Leher : Trakea di tengah, tidak ada perbesaran KGB, tidak ada
perbesaran kelenjar tiroid.
Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis maupun dinamis,
Palpasi : Ekspansi dada simetris
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 1I jari LMCS
Perkusi : Batas jantung kanan ICS IV linea parasternal dextra
Batas jantung kiri ICS V 2 jari medial linea midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut datar
Auskultasi : BU (+) normal,
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen

Ekstremitas : akral hangat (+), CRT <3 detik, edema pitting


ekstremitas atas (-/-) dan ekstremitas bawah (-/-).
GCS: E3M5V3

Tanda rangsang meningeal


Kaku kuduk : (-)
Laseque : >70°/>70°
Kernig : >135°/>135°
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)

Pupil
Bundar isokor, diameter 2 mm/2mm, RCL +/+, RCTL +/+.
Nervus cranialis : sulit dinilai
Motorik : kesan lateralisasi dextra
 Gerakan Involunter
Tremor : (-)/(-)
Chorea : (-)/(-)
Atetose : (-)/(-)
Mioklonik : (-)/(-)
Tics : (-)/(-)
 Sistem Sensorik
Proprioseptif : TVD
Eksteroseptif : TVD
 Fungsi Otonom
Miksi : BAK normal
Defekasi : BAB normal
Keringat : Normohidrosis
REFLEKS
Kanan Kiri
FISIOLOGI

Bisep : (+1) (+2)


Trisep : (+1) (+2)
Patela : (+1) (+2)
Achilles : (+1) (+2)
REFLEKS PATOLOGIS Kanan Kiri
Babinsky : (+) (-)
Chaddock : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Gonda : (-) (-)
Schaeffer : (-) (-)
Hoffman Tromner : (-) (-)
Klonus Lutus : (-) (-)
Klonus Tumit : (-) (-)
Pemeriksaan Penunjang

Lab Hematologi dasar

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

- Hemoglobin 13,8 g/dl 13.2-17,3 g/dl


- Hematokrit 38.8 % 33-45 %
- Leukosit 9 ribu/ul 5-10 ribu/ul
- Trombosit 528 ribu 150-440 ribu/ul
- Eritrosit 4,61 juta 4.40 – 5.90 jt/ul
Foto Toraks

Kesan:
Kardiomegali
CT Scan Kepala Tanpa Kontras

Tampak lesi hiperdens


berbentuk crescent sign
RESUME
Tn. A. 80 tahun. Masuk ke IGD dengan Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS E3M5V3,
kelemahan separuh badan kanan yg TD 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, reguler, teraba
kuat, isi cukup, pulsus defisit (-). Napas 28x/menit,
dirasakan 2 hari ini sejak pasien terjatuh di
stridor (-), suhu 36.6oC.
kamar mandi dan kepala bagian depannya
terbentur di lantai kamar mandi. Awalnya Pemeriksaan neurologis, pupil bulat isokor,
pasien pingsan di kamar mandi kemudian diameter 2m/2mm, RCL +/+, RCTL +/+, kaku
beberapa jam kemudian sadar kembali. kuduk (-), nervus kranial SDN. Motorik kesan
Sejak kejadian pasien terus mengeluh sakit lateralisasi dextra, refleks fisiologis menurun di
ekstremitas kanan, refleks patologis babinsky +/-,
kepala yang makin lama makin berat.
Riwayat demam disangkal. Riwayat Pemeriksaan penunjang
hipertensi ada terkontrol dengan Amlodipin Laboratorium: Hematologi dasar normal.
10mg dan DM terkontrol. CT-Scan kepala non kontras: Tampak lesi
hiperdens berbentuk crescent sign.
Thorax AP: Kardiomegali
Diagnosis
Diagnosis Klinis :
- Penurunan kesadaran
- Hemiparese dextra
- Cephalgia

Diagnosis Topis :
Subdural hematoma sinistra

Diagnosis Etiologi :
Ruptur pembuluh darah vena e.c trauma

Diagnosis banding :
Epidural Hematoma
Tatalaksana

Medika mentosa Non- Medika mentosa


IVFD Nacl 500 cc/12 jam Observasi tanda- tanda vital
Oksigen 2 L nasal canul Observasi tanda- tanda
Citicholin 2x500 mg IV peningkatan TIK
Manitol 20% 250 cc selama 20 menit Elevasi kepala 30 derajat
Transamin 3x500 mg IV selama 3-5 Tirah baring
hari
Prognosis

Ad Vitam : Dubia ad bonam


Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanactionam : Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi kepala

5 lapisan kepala:
Skin
Connective Tissue
Aponeurosis
Loose Connective Tissue
Pericarnium
Trauma Kapitis

Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala,


baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis (gangguan
fisik, kognitif, fungsi psikososial) baik temporer maupun
permanen.
DERAJAT KEPARAHAN
Kriteria Ringan Sedang Berat
Gambaran radiologi Normal Normal atau Normal atau
abnormal abnormal

Penurunan 0-30 menit >30 menit dan <24 >24 jam


kesadaran jam

Alteration of <24 jam >24 jam.


conciousness /mental
state (AOC)

Post traumatic 0-1 hari >1 hari dan <7 hari >7 hari
amnesia (PTA)
GCS 13-15 9-12 <9
Mckee AC, Daneshvar DH. The neuropathology of traumatic brain
injury. Handb Clin Neurol. 2015;127:45–66
Epidemiologi

Dari seluruh kasus cedera kepala,>80% nya adalah


cedera kepala ringan.
lnsidens terbanyak adalah pada kelompok usia produktif
(terutama usia 15-24 tahun) dan usia lanjut (>65 tahun).
Cedera kepala lebih banyak dialami oleh laki-laki
dibandingkan perempuan.
Klasifikasi lesi fokal

EDH Perdarahan yang terbentuk di ruang antara tabula interna dan


duramater, ciri bikonveks seperti lensa cembung, akibat ruptur a.
Meningea media. Gejalanya ‘lucid interval’

SDH Perdarahan di antara duramater dan arakhnoid., Akibat robeknya vena


bridging antara korteks serebral dan sinus draining.

SAH Perdarah pada rongga subarakhnoid yang menyelimuti otak dan


medula spinalis, gejalanya nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran,
kaku kuduk(+).

ICH Perdarahan yang terjadi dalam jaringan (parenkim) otak.


Subdural hematoma

Terjadi ketika ada akumulasi darah diantara selaput arakhnoid dengan


lapisan dalam durameter yang disebabkan oleh robeknya bridging vein.

Perdarahan subdural dapat bersifat akut (<3 hari), subakut (3 hari-3


minggu), atau kronik (>3 minggu).

Tanda diagnostik perdarahan subdural yaitu:


• Nyeri kepala
• Kesadaran bisa menurun atau normal
• Pupil anisokor
• Defisit neurologi
• Pada CT scan otak didapatkan gambaran hiperdens di antara
durameter dan arakhnoid yang tampak seperti bulan sabit
Jallo J, Loftus C. Neurotrauma and Critical Care of the Brain. 2 ed. New York: Thieme; 2018.
Manifestasi Klinis

 Faktor yang menentukan manifestasi : beratnya cedera otak yang terjadi pada
saat benturan trauma dan kecepatan pertambahan volume SDH
 Gejala-gejala klinis terjadi akibat cedera otak primer dan tekanan oleh massa
hematoma. Pupil yang anisokor dan defisit motorik adalah gejala klinik yang
paling sering ditemukan.
 Lesi pasca trauma baik hematoma atau lesi parenkim otak biasanya terletak
ipsilateral terhadap pupil yang melebar dan kontralateral terhadap defisit
motorik.
 Gambaran pupil dan gambaran motorik tidak merupakan indikator yang mutlak
bagi menentukan letak hematoma
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium  Foto polos kepala


 Darah perifer lengkap  CT Scan Kepala –> standar
 SGOT/SGPT baku pada perdarahan
 Ur/Cr intracranial
 Elektrolit  MRI Kepala
 GDS

Anindhita T, Wiratman W. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia; 2017
Tatalaksana

Primary survey (ABCDE)


Secondary survey
Non-medikamentosa:
Elevasi kepala 30 derajat
Tirah baring
Medikamentosa:
Manitol 20% loading 1gr/kgbb  0,5 gr/kgbb setelah 6 jam pertama 
0,25 gr/kgbb setelah 12 jam dan 24 jam pertama
Analgetik
Neuroprotektor
Atasi komplikasi: anti kejang, antibiotic (fraktur terbuka), antipiretik, nimodipin
Cairan dan nutrisi
Indikasi Rawat Inap

• Penurunan kesadaran dari observasi awal


• Gangguan daya ingat
• Nyeri kepala hebat
• Mual dan muntah
• Kelainan neurologis fokal (pupil anisokor; refleks patologis)
• Fraktur melalui foto kepala maupun CT scan
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai