Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS KASUS CA LARING

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Bedah

Disusun oleh :
Kelompok 1 Kelas B-17
1. Moch. Akbar Maulabi 172310101063
2. Faiq Rojannah 172310101073
3. Putri Esa Mardiana 172310101082
4. Ilfi Priwandani 172310101090
5. Arsanda Dwi Prawisdha 172310101101
6. Yulita Putri Maulidina 172310101110

Dosen Pembimbing :
Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp.Kep.MB
NIP 19840102 201504 1 002

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Asal mula kanker
adalah dari abnormalnya pertumbuhan sel atau jaringan yang bersifat invasif serta
mampu bermetastasis. Di Indonesia, salah satu jenis kanker yang menyebabkan
kematian dalam jumlah yang besar adalah kanker kepala dan leher. Kanker ini
menyerang bibir, rongga mulut, langit-langit, faring, dan laring (To’bungan dkk.,
2015).
Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis tumor ganas laring primer yang
sering ditemukan, lebih dari 95% kasus. Karsinoma sel skuamosa laring
merupakan hasil dari banyak faktor penyebab diantaranya, konsumsi tembakau
dan alkohol yang lama, bahan karsinogen dari lingkungan, status sosial ekonomi,
pekerjaan yang berbahaya, faktor makanan, serta kerentanan genetik (Irfandy dan
Rahman, 2015).
Gejala dari kanker laring ini ialah suara menjadi serak, terjadi gangguan
saat menelan, serta seperti ada yang tersangkut di bagian tenggorokan. Selain itu,
juga akan mengalami sesak napas bahkan batuk berdarah dan rasa nyeri pada
telinga (Irfandy dan Rahman, 2015).
Penatalaksanaan untuk kasus kanker laring seperti laringektomi parsial
atau total, kemo-radiasi, atau terapi kombinasi. Selain itu juga dapat diberikan
asuhan keperawatan yang hakikatnya merupakan ilmu untuk menentukan
diagnosa, merencanakan tindakan keperawatan, menginterpretasi respon klien
terhadap masalah penyakitnya untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis,
sosio-kultural, dan spiritual.

1.2 Rumusan Masalah


1. bagaimana konsep dasar penyakit kanker laring?
2. bagaiamana asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan penyakit
kanker laring?
1.3 Tujuan
1. mampu memahami mengenai konsep dasar penyakit kanker laring
2. mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien dengan penyakit kanker laring.
BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi Kanker Laring


Kanker merupakan kelainan sel dan beberapa orang menyebut bahwa
tumor (bengkak) yang dibuat dari massa sel. Kanker juga merupakan sekelompok
penyakit dimana sel-sel memiliki kemampuan untuk menyerang ke jaringan di
sekitarnya dan berpotensi bermetastasis ke tempat lain (Rahman, 2017). Kanker
adalah tumor ganas yang menakutkan dikarenakan tumbuh dengan cepat,
seringkali bisa diambil, namun kadang bisa tumbuh/muncul/kambuh kembali, dan
sel-sel tumor ganas bisa menyerang dan merusak jaringan dan organ di sekitarnya
(Waluyo dan P. Maehaendra, 2015).
Laring (larynx) atau tenggorokan adalah salah satu saluran pernafasan
(tractus respiratorius). Laring membentang dari laryngoesophageal junction dan
menghubungkan antara faring (pharynx) dengan trakea. Laring terletak setinggi
Vertebrae Cervical IV-VI. Laring juga berfungsi sebagai pembentukan suara.
Laring atau bisa disebut dengan pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh sebuah
empang tenggorok yang disebut epigloittis yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang bertindak pada saat digunakan untuk menelan makanan menutupi laring
(Utama, 2018).
Kanker laring adalah tumor yang tumbuh di jaringan kotak suara (laring).
Laring adalah bagian dari tenggorokan yang mempunyai fungsi penting dalam
membantu proses bernapas dan bicara manusia. Bagian tubuh ini juga akan
melindungi paru-paru dari masuknya makanan ketika menelan (Tiara dkk., 2018).

2.2 Penyebab atau Etiologi Kanker Laring


Semua kanker terjadi karena adanya mutasi pada sel-sel. Mutasi ini yang
memicu pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Penyebab dari proses mutasi
tersebut juga belum diketahui secara pasti. Begitu pula dengan penyebab kanker
laring belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang dapat
memicu seperti merokok. Sekitar 80-90% penderita kanker adalah perokok berat.
Selain itu, ada penyebab lain yang memicu terjadinya Ca laring diantaranya,
mengonsumsi minuman beralkohol, iritasi debu kayu, debu asbes, dan debu
industri kimia. Debu-debu tersebut mengandung radikal bebas yang dapat memicu
kanker (Indrajati, 2013 dan Tiara dkk, 2018).

2.3 Anatomi Fisiologi


Struktur laring (Syaifudin H., 2016):
1. Kartilago tiroidea : ada dua
2. Kartilago krikoidea : berbentuk cincin bagian vetral, yang sempit
disebut arkus, bagian yang lebar disebut lamina.
3. Kartilago artenoidea : sepasang berbentuk segi tiga dengan apeks
di kranial, terdapat kartilago kornikulata dan kartilago epiglotika
4. Kartilago peoglotika : berbentuk kaudal meruncing, disebut
peptiolus
5. Os hioid dan kartilaines : laring (tulang lidah) bentukya seperti tapak
kuda dan terdiri dari :
a. Korpus osis hioid : bagian tengah
b. Kornuminus : tiga tonjolan tulang kecil yang mengecil ke
kranial di pertengahan tulang
c. Kornnu mayus : bagian belakang tulang yang mulai dari
bagian lateral korpus hioid.
Pada laring terdapat persendian :
1. Artikulasi krikoitiroidea : suatu sumbu hampir tegak lurus
pada fasis artikularis, terletak dalam bidang frontal.
2. Artikulasio krikoariteniodea : pergerakan artikulasi ini ke
medioventrokaudal dan laterodorsokranial, pergerakan menggeser dengan
jurusan yang sama
2.4 Faktor Risiko
Risiko terjadinya kanker laring akan meningkat seiring dengan berat dan
banyaknya faktor risiko yang terdapat pada seseorang. Faktor risiko tersebut
diantaranya adalah (Anna, 2013):
1. Usia
Kanker laring lebih sering terjadi pada orang tua daripada orang
yang lebih muda. Hanya sedikit kasus kanker laring yang terjadi pada
usia muda.
2. Konsumsi Alkohol
3. Merokok
Orang yang merokok dengan mempunyai resiko enam kali lebih
besar terkena kanker dari pada yang tidak. Merokok merupakan faktor
risiko terpenting yang menjadi penyebab kanker tenggorokan karena
dapat merusak sel-sel bagian dalam tenggorokan.
4. Virus HPV
5. Makan rendah buah dan sayur

2.5 Prevalensi dan Epidemiologi


Menurut data WHO dalam Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2017, Indonesia merupakan Negara Ketiga dengan jumlah perokok terbesar
di dunia setelah Cina dan India. Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada
makin tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian
akibat rokok. Akibat meningkatnya jumlah perokok tersebut semakin menambah
jumalah penderita kanker laring.
Kanker atau tumor ganas laring merupakan 1-2% dari seluruh kejadian
tumor ganas di seluruh dunia. Pada tahun 2011 diperkirakan 12.740 kasus baru
kanker laring di Amerika Serikat dan diperkirakan 3560 orang meninggal. Kasus
kanker atau tumor ganas laring di RS.M. Djamil Padang periode Januari 2011-
Desember 2012 tercatat 13 kasus baru dan ditatalaksana dengan laringektomi total
sebanyak 6 kasus. Kejadian kanker atau tumor ganas laring berhubungan dengan
kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Pada individu yang mengkonsumsi
keduanya, faktor resikonya menjadi sinergi dan kemungkinan terjadi kanker lebih
tinggi. (Irfandy dan Rahman, 2015).

2.6 Klasifikasi
Penentuan stadium perlu dilakukan untuk merencanakan penatalaksanaan dan
penentuan diagnosis. Stadium tumor ganas laring berdasarkan American Joint Commiitte
of Cancer (AJCC) edisi 8 dalam artikel ilmiah Rahman tahun 2018 adalah:

1) Tumor Primer (T)


1. Supraglotis
Tx : Tumor primer tidak bisa ditentukan
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Tumor terbatas pada satu subsite dari supraglotis dengan pergerakan
pita suara normal
T2 : Tumor menginvasi mukosa lebih dari satu subsite di supraglotis atau
glottis atau diluar supraglotis (seperti mukosa pangkal lidah,
valekula, atau dinding medial sinus piriormis) tanpa fiksasi laring
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksaasi pita suara dan/ atau
menginvasi postkrikoid, ruang pre-epiglotis, ruang paraglotis dan/
atau korteks dalam dari kartilago kortikoid
T4 : Moderately advanced atau sangat advanced
T4a : Moderately advanced tumor primer, tumor menginvasi korteks luar
tulang rawan tiroid dan/ atau meluas ke jaringan ekstra laring
(trakea, kartilago kortikoid, jaringan lunak leher termasuk otot
ekstrinsik dalam dari lidah, otot-otot strap, tiroid atau esofagus)
T4b : Sangat advanced tumor lokal, tumor menginvasi ruang prevertebra,
arteri karotis, atau menginvasi struktur mediastinum
2. Glotis
Tx : Tumor primer tidak bisa ditentukan
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Tumor terbatas pada pita suara/ plika vokalis (bisa melibatkan
komisura anterior ataupun posterior), pergerakan normal
T1a : Tumor terbatas pada satu pita suara
T1b : Tumor melibatkan kedua pita suara
T2 : tumor meluas sampai ke supraglotis dan/ atau subglotis dan atau
dengan gangguan pergerakan pita suara
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara dan/ atau
menginvasi ruang paraglotis dan/ atau inner cortex dari kartilago
tiroid
T4 : Moderately advanced atau sangat advanced
T4a : Moderately advanced tumor primer, tumor menginvasi korteks luar
tulang rawan tiroid dan/atau meluas ke jaringan ekstra laring (trakea,
kartilago kortikoid, jaringan lunak leher termasuk otot ekstrinsik
dalam dari lidah, otot-otot strap, tiroid atau esofagus)
T4b : Sangat advanced tumor lokal, tumor menginvasi ruang prevertebra,
arteri karotis, atau menginvasi struktur mediastinum
3. Subglotis
Tx : Tumor primer tidak bisa ditentukan
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Tumor terbatas pada subglotis
T2 : Tumor meluas ke pita suara dengan atau tanpa gangguan pergerakan
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara dan/ atau
menginvasi ruang epiglottis dan/atau korteks dalam dari kartilago
tiroid
T4 : Moderately advanced atau sangat advanced
T4a : Moderately advanced tumor primer, tumor menginvasi korteks luar
tulang rawan tiroid dan/atau meluas ke jaringan ekstra laring (trakea,
kartilago kortikoid, jaringan lunak leher termasuk otot ekstrinsik
dalam dari lidah, otot-otot strap, tiroid atau esofagus)
T4b : Sangat advanced tumor lokal, tumor menginvasi ruang prevertebra,
arteri karotis, atau menginvasi struktur mediastinum
2) Kelenjar Getah Bening Regional (N)
Nx : Kelenjar limfe regional tidak bisa ditentukan
N0 : Tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening regional
N1 : Metastasis pada suatu kelenjar limfe ipsilateral dengan ukuran diameter
terpanjang ≤ 3 cm dan ENE (-)
N2a : Metastasis pada satu kelenjar limfe ipsilateral dengan ukuran diameter
terpanjang lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm dan ENE (-)
N2b : Metastasis pada multipel kelenjar limfe ipsilateral dengan ukuran
diameter terpanjang tidak lebih dari 6 cm dan ENE (-)
N2c : Metastasis bilateral atau kontralateral kelenjar limfe ipsilateral dengan
ukuran diameter terpanjang tidak lebih dari 6 cm dan ENE (-)
N3a : Metastasis kelenjar limfe dengan ukuran diameter terpanjang lebih
dari 6 cm dan ENE (-)
N3b : Metastasis pada setiap kelenjar limfe dengan ENE (+)
3) Metastasis Jauh (M)
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
Stadium
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III : T3 N0 M0
T1, T2, T3 N1 M0
Stadium IVA : T4a N0, N1 M0
T1, T2, T3, T4a N2 M0
Stadium IVB : Semua T N3 M0
T4b semua N M0
Stadium IVC : Semua T semua N M1
2.7 Patofisiologi
Kanker laring banyak diderita oleh laki-laki yang berusia diatas 40 tahun.
Hal ini berkaitan dengan kebiasaan merokok, serta bekerja dengan debu
serbuk kayu, kimia toksik, serbuk dan logam berat. Bagaimana proses
terjadinya kanker laring ini belum diketahui secara pasti oleh para ahli.
Neoplasma laringeal 95% merupakan karsinoma sel skuamosa. Bila kanker
hanya terbatas pada pita suara (intrinsik) saja, maka akan menyebar dengan
lambat. Hal ini dikarenakan pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga
tidak terjadi penyebaran kanker (metastase) kearah pembuluh limfe.
Sedangkan apabila kanker mengenai epiglotis (ekstrinsik), maka penyebaran
kanker (metastase) akan lebih umum terjadi. Tumor supraglotis dan subglotis
yang cukup besar, sebelum mengenai pita suara akan megakibatkan suara
serak (Kemenkes RI, 2016).

2.8 Manifestasi Klinis


Klien dengan diagnosa Ca Laring akan merasakan (Irfandy dan Rahman,
2015):
1. Suara menjadi serak,
2. Klien mengalami gangguan saat menelan,
3. Klien merasa sensasi seperti ada yang tersangkut di tenggorokan,
4. Gangguan pernapasan seperti obstruksi jalan napas,
5. Batuk darah dan nyeri alih pada telinga.

2.9 Penatalaksanaan Farmakologi dan Non-farmakologi


Penatalaksanaan medis untuk tumor ganas laring tergantung stadiumnya,
meliputi operasi, kemoterapi, radiasi atau terapi kombinasi (Irfandy dan
Rahman, 2015).

1. Diseksi Leher
Sebuah teknik yang dilakukan pada karsinoma glotis yang
menyebabkan fiksasi, karsinoma transglotis yang berukuran besar,
karsinoma glotis dengan penyebaran subglotis lebih dari 1 cm, tumor
ganas ekstra laring, tumor ganas interaritenoid, tumor ganas yang meluas
ke krikofaring, ruang epiglotis, daerah postkrikoid, atau dengan kerusakan
kartilago laring (Indiyana dan Kenjtono, 2016).
2. Laringektomi Parsial
Pembedahan yang diindikasikan untuk tumor yang terbatas pada
pengangkatan satu pita suara saja dan trakeotomi yang dilakukan
sementara untuk mempertahankan jalan napas. Setelah pulih dari
pembedahan ini suara pasien akan terdengar parau (Bachrudin dan Najib,
2016).
3. Laringektomi Total
Laringektomi Total (LT) adalah tindakan pengangkatan seluruh
struktur laring mulai dari batas atas yaitu epiglotis dan os hioid sampai
batas bawah yaitu cincin trakhea. Pembedahan ini dilakukan dengan teknik
diseksi leher dan bisa juga dilakukan tanpa teknik diseksi leher (Indiyana
dan Kenjtono, 2016).
4. Radioterapi
Radioterapi diindikasikan untuk glotis yang masih awal dan
superglotis T1 dan T2. Dilakukan radioterapi karena mereka sudah
memiliki gejala yang jelas seperti suara yang serak. Sehingga,
memungkinkan untuk dilakukan pengobatan lebih dini dan dengan kontrol
lokal yang efektif dan kemungkinan untuk sembuh juga sangat tinggi
(Yamazaki, 2017).
5. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan kepada pasien tergantung pada struktur
tumor, tahap perkembangan, lokasi lokalisasi, dan perawatan sebelumnya.
Obat untuk kemoterapi adalah obat antineoplastik yang bertujuan untuk
menghancurkan sel kankernya. Dalam pengobatan kanker terdapat dua
jenis kemoterapi. Jenis pertama adalah pengobatan kanker dengan satu
obat atau monokemoterapi, dan pengobatan kedua dengan beberapa obat
atau polikemoterapi. Jenis kemoterapi kedua lebih efektif. Kemoterapi
sering kali dikombinasikan dengan metode pengobatan lain, yaitu
perawatan bedah atau radioterapi (Portnov, 2018).

2.10 Riwayat Kesehatan


1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Data awal yang ditemukan pada klien kanker laring adalah suara serak
yang sudah bertahun tahun dan disertai dengan adanya pembesaran dan
perubahan pada daerah leher.
Keluhan utama yang biasa ditemukan pada kanker laring yaitu suara serak,
gangguan menelan, nyeri menelan sensasi tersangkut di tenggorok,
gangguan pernapasan sampai obstruksi jalan nafas, batuk darah dan nyeri
alih pada telinga. (Irfandy, 2015).
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu : adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit
tenggorokan, riwayat epiglotis, merokok, penyalahgunaan alkohol.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat anggota keluarga yang terdiagnosa positif kanker laring.
2.11 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan pasien secara
keseluruhan.
1) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali bertemu
dengan pasien. Beberapa hal yang perlu diamati, yaitu identitas, suku,
jenis kelamin, perkiraan usia, status gizi, kondisi psikologis, dan
tingkat kesadaran pasien. Jika pasien mengeluh sesak nafas maka
diperlukan penilaian saluran nafas, melihat kondisi pasien apakah
tampak sakit berat (Priharjo, 2013).
2) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan suhu tubuh, tekanan darah,
respirasi, nadi.
3) Pemeriksaan penunjang
- Laringoskopi : cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi
terhadap sisi luar laring pada leher dan gerakan-gerakan saat
menelan. Pada kanker laring gerakan menelan akanbergerak ke
bawah saat inspirasi atau tidak bergerak. Pada palpasi ditemukan
adanya pembesaran dan nyeri.
- Pemeriksaan sinar X jaringan lunak : Pada kanker laring terdapat
penonjolan pada tenggorokan
- Pemeriksaan foto kontras : Pada kanker laring dengan penelanan
borium akan menunjukkan lesi-lesi local
- Pemeriksaan MRI : Pada kanker laring digunakan untuk
mengidentifikasi adanya metastasis dan evaluasi respon
pengobatan

Biopsi laring : untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasilpatologi


anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


a. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Usia : 53 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta (Kuli Bangunan)
Agama pendidikan : Islam
Pendidikan : SMP
Suku : Minangkabau
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Alamat rumah : Padang, Sumatera Barat
Sumber biaya : BPJS
Tanggal masuk RS : 3 Desember 2015
Diagnosa Medis : Ca. Laring (squamous cell carcinoma
keratinized well differentiated glotis stadium III)
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. B
Hubungan dengan klien : Istri
3.1.1 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama masuk di RSUP M. Djamil pada tanggal 3
Desember 2015 dengan keluhan sesak napas 1 bulan terakhir dan
makin berat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Suara serak
sejak 1 tahun terakhir dan sebulan terakhri suara semakin serak.
Serta klien merasa nyeri pada daerah sekitar luka trakeostomi.
b. Riwayat Kesehatan Saat Pengkajian
- Keluhan utama : sesak napas
Klien tampak gelisah dan tampak kemerahan pada luka
trakeostomi, keluarga mengatakan klien sering mengeluh sesak
napas sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
- Keluhan penyerta
Selain sesak napas, klien juga kesulitan dalam berbicara
karena suaranya yang semakin hilang. Klien juga merasa sedikit
nyeri pada bagian sekitar luka trakeostomi dengan skala nyeri 5.
c. Riwayat Kesehatan Lalu
Keluarga mengatakan pada 29 Oktober 2015 klien pernah
dilakukan trakeostomi emergensi untuk mengatasi obstruksi jalan
napas derajat II yang disebabkan tumor laring di IGD RSUP M.
Djamil. Dengan klasifikasi ca laring stadium II sebelum op :
- T3 : Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksasi
- N1 : Klinis terdaoat kelenjar homolateral
- M0 : tidak ada metastase jauh
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
memiliki penyakit sama seperti klien.
e. Riwayat Psikososial-Spiritual
1) Psikologi : klien mengatakan dengan suara serak ingin cepat
sembuh dan dapat beraktivitas lagi.
2) Spiritual : klien mengatakan dengan suara serak, sebelum sakit
klien biasa beribadah shalat 5 waktu. Saat sakit klien sulit
melakukan ibadah.
3.1.2 Lingkungan
Tempat tinggal klien di daerah desa yang jauh dari jalan raya dan
debu polusi. Namun tempat bekerja klien berada di perkotaan.
3.1.3 Pola Kebiasaan Sehari-hari Sebelum dan Saat Sakit
a. Pola Nutrisi dan Cairan
1) Sebelum sakit klien makan 3x dalam sehari, nafsu makan klien
baik.
2) Saat sakit keluarga klien mengatakan klien hanya makan bubur
beberapa sendok.
b. Pola Caitan
1) Sebelum sakit klien minum 8-9 gelas tiap hari
2) Saat sakit keluarga mengatakan klien hanya minum 2-3 gelas
saja perhari.
c. Pola Eliminasi
1) BAK
a) Sebelum sakit keluarga mengatakan BAK ± 5x/hari dengan
warna urine kuning jernih, bau yang khas seperti urine
normal, tidak berbusa, dilakukan secara mandiri dan tidak
menggunakan bantuan alat.
b) Saat sakit keluarga mengatakan klien BAK ± 3x/hari dengan
warna urine kuning jernih, bau yang khas seperti urine
normal, tidak berbusa, dilakukan secara mandiri dan tidak
menggunakan bantuan alat.
2) BAB
a) Sebelum sakit klien BAB ±1x/hari dengan tekstur lembek dan
tidak cair, dilakukan secara mandiri dan tidak menggunakan
bantuan alat.
b) Saat sakit keluarga mengatakan klien BAB 1x dalam 2 hari
dengan tekstur lembek dan tidak cair, dilakukan secara
mandiri dan tidak menggunakan bantuan alat.
d. Pola Personal Hygiene
1) Mandi
a) Sebelum sakit klien mandi secara mandiri 2x sehari
b) Saat sakit klien di seka oleh keluarganya sehari sekali
2) Oral hygiene
a) Sebelum sakit keluarga mengatakan klien menggosok gigi
2xsehari saat mandi
b) Saat sakit keluarga mengatakan klien tidak menggosok
giginya
e. Pola Istirahat dan Tidur
1) Sebelum sakit klien tidur 6-8 jam/hari
2) Saat sakit keluarga mengatakan klien hanya tidur 4-5 jam/hari,
klien sering terbangun karena merasa sesak napas
f. Pola Istirahat dan Latihan
1) Sebelum sakit, klien bekerja sehari-hari mulai jam 08.00-17.00
WIB.
2) Saat sakit, klien dibantu oleh keluarga dan perawat dalam
melakukan aktivitasnya.
g. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Aktivitas
Klien merokok kretek 1 bungkus/hari selama ± 30 tahun dan
berhenti merokok sejak 1 bulan terakhir.
3.1.4 Pengkajian Keperawatan
a. Pemeriksaan umum
Kesadaran : Komposmetis
Tekanan darah :110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 25c/menit
Suhu : 36,5 derajat Celcius
TB : 168 cm
BB :47 kg
b. Pemeriksaan persistem
1) Sistem pengelihatan
Posisi mata simetris, tajam pengelihatan sedikit
terganggu, pergerakan bola mata baik, tidsk ada tanda-tanda
peradangan, dan klien tidak mengenakan alat bantu pengelihatan
2) Sistem pendengaran
Daun telinga klien terlihat simetris, kondisi telinga
terlihat agak kotor, terdapat sedikit serumen, tidak ada cairan
yang keluar dari telinga klien, sedikit mengalami gangguan
pendengaran, sehingga harus berkomunikasi agak keras.
3) Sistem wicara
Klien mampu berbicara dengan suara yang sangat serak
bahkan sedikit menghilang. Selain itu, klien juga mengangguk,
menggeleng, dan mengerang.
4) Sistem pernapasan
Klien merasa sesak napas, RR: 25x/menit, suara napas
ronchi, menggunakan otot bantu pernapasan.
5) Sistem kardiovaskuler
a) Sirkulasi perifer
Nadi : 80x/menit, irama nadi teratur, denyut nadi kuat,
temperature kulit hangat, warna kulit kemerahan, CRT <3
detik, tidak dapat edema.
b) Sirkulasi jantung
Irama jantung teratur, bunyi jantung normal, tidak ada
kelainan bunyi jantung, klien tidak mengeluh nyeri dada.
6) Sistem neurologi
Gaslow coma skale (GCS) : 15, E:4, V:5, M:6 tidak ada
tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada tanda-tanda iritasi
meningen, tonus otot normal, klien tidak mengalami kesulitan
pergerakan pada ekstermitas.
7) Sistem pencernaan
Keadaan mulut baik (mulut dan gigi bersih), mukosa
bibir lembab, tidak ada stomatitis, klien mengalami kesulitan
menelan karena terdapat luka trakeostomi pada leher, muntah (-
), nyeri daerah perut (-), bising usus 20x/menit, tidak terdapat
massa pada abdomen, tidak terdapat distensi pada abdomen,
colostomy (-), BB sebelum sakit 53 kg, BB saat sakit 47 kg.
8) Sistem imunologi
Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
9) Sistem endokrin
Napas klien tidak berbau, tidak ada tanda-tanda
pembesaran kelenjar tyroid, , tidak ada gangrene, tidak ada
tanda-tanda peningkatan kadar gula darah.
10) Sistem urogenital
Keadaan genital sedikit kotor, tidak ada distensi
kandung kemih, tidak ada nyeri tekan, dan tidak menggunakan
kateter.
11) Sistem integumen
Terdapat luka trakeostomi pada leher, terlihat kemerahan
di sekitar luka trakeostomi, kulit klien teraba hangat dan rambut
terlihat kusam.
12) Sistem musculoskeletal
Klien tidak mengalami kesulitan dalam melakukan
pergerakan, tidak mengeluh sakit pada tulang, tidak dijumpai
tanda-tanda fraktur, tonus otot kuat, tidak ada kelainan pada
tulang dan otot, tidak ada tanda-tanda radang pada sendi.
Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555
3.1.5 Pemeriksaan Penunjang
RSUP M. Djamil
Tgl : 04-12-2015
a. Pemeriksaan lab
Hematologi tanggal : 04-12-2015
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 80 gr/dl Pa : 13,5 – 18,0 gr/dl
Pi : 12,0 – 16,0 gr/dl
Hematokrit 23% Pa : 40-54%
Pi : 38-47%
LED 30 mm/jam Pa : 0-10 mm/jam
Pi : 0-20 mm/jam

3.1.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Terapi obat oral tanggal 03-12-2015
a) PCT 3x1
b) Ambroxol 3x1
c) Cepadroxol 3x1
2) Terapi obat injeksi tanggal; 03-12-2015
a) Ceftriaxone 1gr/vial/12 jam
b) Gentamicin 80ml/12jam
c) Ranitidine 50mg/12jam
d) Infuse RL 500ml/8jam
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Kaji TTV
2) Kaji skala nyeri
3) Berikan teknik manajemen nyeri
4) Penuhi kebutuhan nutrisi
5) Kolaborasi pemberian inhalasi
3.2 Problem List
NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH

1 Ds: Lingkungan kerja berdebu Nyeri Akut

- Tn. A merasa nyeri pada daerah sekitar


luka trakeostomi

Do: Proliferasi sel laring

- Terdapat luka trakeostomi pada leher


- Tampak kemerahan di sekitar luka
trakeostomi
- Klien tampak gelisah Diferensiasi buruk sel
- Klien menggunakan otot bantu laring
penafasan

Tumor laring

Prosedur bedah
trakeostomi
Menggunakan otot bantu
pernafasan

Terdapat luka trakeostomi


pada leher

Menekan/ mengiritasi
serabut syaraf

Nyeri dipersepsikan

Gangguan rasa nyaman:


Nyeri akut

2. Ds :

- Keluarga klien mengatakan klien Lingkungan kerja berdebu Ketidakefektifan


mengeluh sesak napas sejak 4 hari bersihan jalan nafas
sebelum MRS

Do :
Proliferasi sel laring
- Frekuensi napas 25x/menit
- Terdapat suara napas tambahan yaitu
ronchi
- Terdapat banyak sekret pada daerah
Diferensiasi buruk sel
pembedahan
laring

Tumor laring

Obstruksi jalan napas

Mengiritasi sel laring

Infeksi

Akumulasi sekret

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

3 Ketidakseimbangan
Ds : Prosedur bedah
nutrisi: kurang dari
- Keluarga klien mengatakan saat sakit trakeostomi
kebutuhan tubuh
klien hanya makan bubur beberapa
sendok
Do :
Proliferasi sel laring
- Berat badan klien saat sakit 47 kg

Diferensiasi buruk sel


laring

Tumor laring

Metastase supraglotis

Obstruksi lumen
oesophagus

Disfagia progresif

Intake kurang

Berat badan menurun


Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

4 Do :

- Klien berbicara dengan suara serak Hambatan komunikasi


Hambatan fisik (prosedur
bahkan sedikit menghilang verbal
bedah trakeostomi)
Ds :

- Klien hanya mengangguk dan


menggelengkan kepala
Kesulitan berkomunikasi
secara verbal (suara serak
dan hilang)

Hambatan komunikasi
verbal

5.
Do :
Tindakan invasif
- Tampak kemerahan di sekitar luka Resiko infeksi
(prosedur bedah
trakeostomi
trakeostomi)
Resiko infeksi

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pengangkatan


glotis, sesak nafas, sekresi yang banyak

2. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur bedah trakeostomi ditandai dengan


luka trakeostomi pada leher

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan menelan makan

4. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik trakeostomi

5. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

3.4 Perencanaan Tindakan


HARI
/ DIAGNO
PARA
N TAN SA TUJUAN DAN
INTERVENSI F &
O GGA KEPERA KRITERIA HASIL
NAMA
L/JA WATAN
M
1 3 Ketidakefe Setelah dilakukan tindakan NIC : Manajemen jalan napas ₯
Dese ktifan asuhan keperawatan 1. Buka jalan nafas dg teknik chin lift
Putri
mber bersihan selama 2x24 jam. atau jaw thrust, sebagaimana mestinya
Esa
2015 jalan Diharapkan pernafasan 2. Posisikan pasien untuk
napas pasien dapat optimal dan memaksimalkan ventilasi
berhubung bersihan jalan nafas tidak 3. Auskultasi suara nafas, catat area
an dengan terganggu dengan kriteria yang ventilasinya menurun atau tidak
pengangka hasil: ada dan adanya suara tambahan
tan glotis, 1. Frekuensi pernafasan 4. Posisikan untuk meringankan sesak
sesak ditingkatkan ke skala 5 nafas
nafas, 2. Kemampuan untuk 5. Monitor status pernafasan dan
sekresi mengeluarkan sekret oksigenasi, sebagaimana mestinya
yang ditingkatkan ke skala 5
banyak 3. Batuk yang dikeluhkan NIC : Monitor pernapasan
klien ditingkatkan ke 1. Monitor kecepatan, irama,
skala 5 kedalaman dan kesulitan bernafas
2. Monitor pola nafas (misalnya,
bradipneu, takipneu, hiperventilasi,
pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1,
apneustik, respirasi biot, dan pola
ataxic)
3. Auskultasi suara nafas setelah
tindakan, untuk dicatat
4. Monitor peningkatan kelelahan,
kecemasan, dan kekurangan udara
pasien
2 3 Nyeri akut Setelah dilakuakan NIC : Pemberian analgesik ₯
Dese berhubung perawatan selama 2 x 24 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
Putri
mber an dengan jam skala nyeri pasien kualitas, dan keparahan nyeri
Esa
2015 prosedur dapat menurun dan pasien sebelum mengobati pasien
bedah menjadi lebih merasa 2. Cek perintah pengobatan meliputi
trakeosto nyaman dengan kriteria obat, dosis, dan frekuensi obat
mi hasil: analgesik yang diresepkan
ditandai 1. Ketidaknyamanan klien 3. Cek adanya riwayat alergi obat
dengan ditingkatkan ke skala 5 4. Berikan kebutuhan kenyamanan
luka 2. Gangguan pada dan aktivitas lain yang dapat
trakeosto aktivitas hidup sehari- membatu relaksasi untuk
mi pada hari ditingkatkan ke memfasilitasi penurunan nyeri
leher skala 5 5. Berikan analgesik yang sesuai
3. Gangguan aktivitas waktu paruhnya, terutama pada
fisik ditingkatkan ke nyeri yagn berat
skala 5 NIC : Manajemen nyeri
1. Gali bersama pasien faktor-faktor
yang dapat menurunkan nyeri atau
memperberat nyeri
2. Gunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan
penerimaan pasien terhadap nyeri
3. Kurangi atau eliminasi faktor-
faktor yang dapat mencetuskan
atau meningkatkan nyeri
(misalnya., ketakutan, kelelahan,
keadaan monoton dan kurang
pengetahuan.
4. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri
3. 3 Ketidaksei Setelah dilakuakan NIC : Manajemen gangguan makan ₯
Dese mbangan perawatan selama 2 x 24 1. Monitor intake/asupan dan asupan
Putri
mber nutrisi: jam status nutrisi pasien cairan secara tepat
Esa
2015 kurang dapat terpenuhi dan nafsu 2. Monitor asupan kalori makanan
dari makan pasien lebih harian
kebutuhan membaik dengan kriteria 3. Timbang berat badan klien secara
tubuh hasil: rutin (pada hari yang sama dan
berhubung 1. Asupan gizi klien setelah BAB/BAK)
an dengan ditingkatkan ke skala 5 4. Monitor perilaku klien yang
ketidakma 2. Asupan makanan klien berhubugan dengan pola makan,
mpuan ditingkatkan ke skala 5 penambahan dan kehilangan berat
menelan 3. Rasio berat badan badan
makan ditingkatkan ke skala 5 5. Bangun harapan terkait dengan
perilaku makan yang baik,
intake/asupan makanan/cairan dan
jumlah aktivitas fisik
NIC : Manajemen nutrisi
1. Tentukan status gizi pasien dan
kemampuan [pasien] untuk
memenuhi kebutuhan gizi
2. Monitor kecenderungan terjadinya
penurunan dan kenaikan berat
badan
3. Instruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi (yaitu:
membahas pedoman diet dan
piramida panganan
4. Tentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
4. 3 Hambatan Setelah dilakukan tindakan NIC : Peningkatan komunikasi: ₯
Dese komunikas asuhan keperawatan yang kurang bicara
Putri
mber i verbal dilakukan 2x24 jam, 1. Monitor pasien terkait dengan
Esa
2015 berhubung komunikasi kebutuhan perasaan frustasi, kemarahan,
an dengan klien dapat dipahami depresi, atau respon-respon lain
hambatan dengan kriteria hasil: disebabkan karena adanya
fisik gangguan kemampuan berbicara
1. Pertukaran pesan yang
trakeosto 2. Sediakan satu katup pada pasien
akurat dengan orang
mi dengan trakeostomi untuk
lainpada skala 5
mengganti kebutuhan penggunaan
2. Mengenali pesan yang
jari yang bisa membuat macet pada
diterima pada skala 5
daerah katup
3. Sediakan metode alternatif menulis
atau membaca, dengan cara yang
tepat
4. Ulangi apa yang disampaikan
pasien untuk menjamin akurasi
5. Instruksikan pasien untuk bicara
pelan
NIC : Mendengar aktif
1. Tunjukkan ketertarikan kepada
klien
2. Gunakan pertanyaan maupun
pernyataan yang mendorong klien
untuk mengekspresikan perasaan,
pikiran, dan kekhawatiran
3. Klarifikasi pesan yang diterima
dengan menggunakan pertanyaan
maupun memberikan umpan balik
4. Verifikasi pemahaman mengenai
pesan-pesan yang disampaikan
dengan menggunakan pertanyaan
maupun memberikan umpan balik
5. 3 Resiko Setelah dilakukan tindakan NIC: Kontrol infeksi ₯
Dese infeksi asuhan keperawatan yang 1. Bersihkan lingkungan dengan baik
Putri
mber berhubung dilakukan 2x24 jam, risiko setelah digunakan untuk setiap
Esa
2015 an dengan infeksi dapat menurun pasien
tindakan dengan kriteria hasil: 2. Ajarkan pasien dan keluarga
invasif 1. Mengidentifikasi faktor mengenai tanda dan gejala infeksi
risiko infeksi dan kapan harus melaporkannya
ditingkatkan ke skala 5 kepada penyedia perawatan
2. Mengidentifikasi tanda kesehatan
dan gejala infeksi 3. Anjurkan pasien mengenal teknik
ditingkatkan ke skala 5 mencuci tangan dengan tepat
4. Anjurkan pengunjung untuk
mencuci tangan pada saat
memasuki dan meninggalkan
ruangan pasien
5. Berikan terapi antibiotik yang
sesuai
NIC: Perlindungan infeksi
1. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
2. Pertahankan asepsis untuk pasien
berisiko
3. Periksa kulit dan selaput lendir
untuk adanya kemerahan,
kehangatan ekstrim, atau drainase
4. Periksa kondisi setiap sayatan
bedah atau luka

3.5 Implementasi
No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif Paraf &
Keperawatan Nama
1 3 Desember Ketidakefektifan Memposisikan Klien merasa lebih ₯
pukul bersihan jalan napas pasien semi lega pernapasannya Putri Esa
09.00 fowler
2 3 Desember Nyeri akut Menentukan Pasien menunjuk ₯
pukul 09.20 lokasi nyeri, daerah leher yang Putri Esa
karaketristik, dirasa nyeri dan
kualitas, dan skala nyeri nya 5
keparahan nyeri
yang dialami
klien
3 3 Desember Ketidakseimbangan Menetukan klien mematuhi ₯
pukul 09.45 nutrisi: kurang dari jumlah kalori dan diet yang Putri Esa
kebutuhan tubuh jenis nutrisi yang dianjurkan
dibutuhkan untuk
memenuhi
persyaratan gizi
4 3 Desember Hambatan Menyediakan Klien menuliskan ₯
pukul 10.00 Komunikasi verbal kertas dan apa yang dirasakan Putri Esa
bulpoin sebagai di kertas yang
media sudah disediakan
komunikasi
5 3 Desember Risiko Infeksi Membersihkan Klien tampak lebih ₯
pukul 10.25 area trakeostomi nyaman setelah Putri Esa
dan mengganti balutan lukanya
balutan luka diganti
6 3 Desember Ketidakefektifan Mengauskultasi Tidak ada suara ₯
pukul 10.40 bersihan jalan napas suara napas dan napas tambahan Putri Esa
mencatat area
yang ventilasinya
menurun atau
tidak ada dan
adanya suara
tambahan
7 3 Desember Ketidakseimbangan Membangun Klien ₯
pukul 11.05 nutrisi: kurang dari harapan terkait mengganggukkan Putri Esa
kebutuhan tubuh perilaku makan kepala saat diberi
yang baik pengetahuan
mengenai
pentingnya
perilaku makan
yang baik
8 3 Desember Hambatan Mengulangi apa Klien mengedipkan ₯
pukul 11.40 Komunikasi verbal yang disampaikan mata untuk “iya” Putri Esa
klien dengan dan menggerakkan
menggunakan telunjuknya ke
pertanyaan kanan ke kiri untuk
tertutup “tidak”
9 3 Desember Nyeri akut Memberikan Klien dapat ₯
pukul 13.00 teknik guide mengikuti teknik Putri Esa
imaginery untuk yang diajarkan dan
mengalihkan rasa merasa lebih rileks
nyeri yang
dirasakan
10 3 Desember Risiko Infeksi Menganjurkan Pengunjung ₯
pukul 13.15 pengunjung untuk mematuhi anjuran Putri Esa
mencuci tangan untuk mencuci
pada saat tangan sebelum
memasuki dan memasuki dan
meninggalkan meninggalkan
ruangan pasien ruangan klien

3.6 Evaluasi
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Somatif Paraf &
(SOAP) Nama
1 3 Desember pukul Ketidakefektifan bersihan S : kien menuliskan ₯
13.25 jalan napas bahwa pernapasannya Putri Esa
sedikit lega
O : klien tampak tidak
merasa kesulitan saat
bernapas
A : masalah belum
sepenuhnya teratasi
P :lanjutkan intervensi
2 3 Desember pukul Nyeri akut S : klien menunjukkan ₯
13.30 daerah leher yang dirasa Putri Esa
nyeri
O : nyeri yang dirasakan
klien terletak di skala 5
A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
3 3 Desember pukul Ketidakseimbangan S : Klien ₯
13.35 nutrisi: kurang dari mengganggukkan kepala Putri Esa
kebutuhan tubuh saat diberi pengetahuan
mengenai pentingnya
perilaku makan yang
baik
O : klien mematuhi
anjuran diet yang
dianjurkan
A : masalah teratasi
sebagian
P :lanjutkan intervensi
4 3 Desember pukul Hambatan Komunikasi S : klien menuliskan apa ₯
13.40 verbal yang dirasakan di kertas Putri Esa
yang disediakan
O : klien terbantu dengan
disediakan kertas sebagai
media komunikasi
A : masalah teratasi
sebagaian
P : lanjutkan intervensi
5 3 Desember pukul Risiko Infeksi S : klien menunjuk ₯
13.45 daerah leher yang Putri Esa
kemerahan
O : saat membersihkan
luka trakeostomi terdapat
kemerahan di area
tersebut
A : masalah teratasi
sebagaian
P : lanjutkan intervensi
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah diatas adalah:

1. Kanker laring adalah tumor yang tumbuh di jaringan kotak suara (laring).
Laring adalah bagian dari tenggorokan yang mempunyai fungsi penting
dalam membantu proses bernapas dan bicara manusia. Bagian tubuh ini
juga akan melindungi paru-paru dari masuknya makanan ketika menelan.
(Tiara dkk,2018)
2. Penyebab dari kanker laring diantaranya yaitu mengonsumsi minuman
beralkohol, iritasi debu kayu, debu asbes, dan debu industri kimia. Debu-
debu tersebut mengandung radikal bebas yang dapat memicu kanker
laring.
3. Faktor risiko terjadinya kanker laring diantaranya adalah usia, konsumsi
alkohol, merokok, virus HPV, makan rendah buah dan sayur.
4. Manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari kanker laring yaitu suara
menjadi serak, mengalami gangguan saat menelan, adanya sensasi seperti
ada yang tersangkut di tenggorokan, gangguan pernapasan obstruksi jalan
napas, batuk darah dan nyeri alih pada telinga
5. Penatalaksanaan medis untuk kanker laring adalah pembedahan (diseksi
leher, laringektomi parsial, dan laringektomi total), radioterapi, dan
kemoterapi.
6. Penatalaksanaan keperawatan atau non medis pada pasien kanker laring
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara holistik.

4.2 Saran

Bagi pembaca diharapkan memahami dan menelaah apa yang telah penulis
susun untuk kemajuan penulisan makalah selanjutnya. Sedangkan bagi mahasiswa
keperawatan diharapkan terus menggali mengenai pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada kanker laring dengan tujuan saat sudah bekerja atau terjun di
lapangan dapat mengatasi masalah klien secara holistik.
DAFTAR PUSTAKA

Anna, M. S. 2013. Faktor Risiko Tumor atau Kanker Rongga Mulut Dan
Tenggorokan Di Indonesia. Jakarta : Balitbangkes.
Bachrudin, M., dan M. Najib. 2016. Keperawatan Medikal Bedah I. Cetakan 1.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Indiyana, M. R., dan W. A. Kenjtono. 2016. Rehabilitasi Pasca Laringektomi
Total. Jurnal THT. 9(3) : 107-116.
Indrajati, V. 2013. HERBAL Ahli Atasi Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Irfandy, D., dan S. Rahman. 2015. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor Ganas
Laring. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 4(2): 618-625.
Jong, W. 2002. Kanker, Apakah Itu?Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan
Keluarga. Jakarta: Arcan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH I. Cetakan 1. Jakarta: Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Merokok, Tak Ada Untung
Banyak Sengsaranya. Jakarta: Kemenkes RI.
Portnov, A. 2018. Chemotherapy for Cancer.
https://iliveok.com/health/chemotherapy-cancer_105567i15957.html.
[Diakses pada 07 Maret 2019].
Priharjo, Robert. 2013. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rahman, N. 2017. Makanan dan Diet Penderita Kanker. Malang: AE Publishing
Syaifudin H. 2016. Anatomi Fisiologi. Edisi 4. Jakarta: EGC
Tiara, E., P. Tarigan, dan H. Hutabarat. 2018. Perancangan Sistem Pakar
Mendiagnosa Penyakit Kanker Tenggorokan dengan Menerapkan Metode
Case Based Reasoning. Jurnal Pelita Informatika. 17(1): 83–85.
To'bungan, N., A'liyah, S. H., Wijayanti, N., dan Fachiroh, J. 2015. Epidemiologi,
Stadium, dan Derajat Diferensiasi Kanker Kepala dan Leher. Biogenesis
Jurnal Ilmiah Biologi. 3(1): 47-52.
Utama, A. Y. A. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.
Yogyakarta: CV Budi Utama.
Waluyo, S. dan B. P. Maehaendra. 2015. 100 Questions & Answer Gangguan
Prostat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Yamazaki, H., G. Suzuki, S. Nakamura, K. Yoshida, K. Konishi, T. Thesima, dan
K. Ogawa. 2017. Radiotherapy for Laryngeal Cancer Technical Aspect
and Alternate Fractination. Journal of Radiation Research. 58(4) : 495-
508.

Anda mungkin juga menyukai