Disusun oleh :
Kelompok 1 Kelas B-17
1. Moch. Akbar Maulabi 172310101063
2. Faiq Rojannah 172310101073
3. Putri Esa Mardiana 172310101082
4. Ilfi Priwandani 172310101090
5. Arsanda Dwi Prawisdha 172310101101
6. Yulita Putri Maulidina 172310101110
Dosen Pembimbing :
Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp.Kep.MB
NIP 19840102 201504 1 002
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN
2.6 Klasifikasi
Penentuan stadium perlu dilakukan untuk merencanakan penatalaksanaan dan
penentuan diagnosis. Stadium tumor ganas laring berdasarkan American Joint Commiitte
of Cancer (AJCC) edisi 8 dalam artikel ilmiah Rahman tahun 2018 adalah:
1. Diseksi Leher
Sebuah teknik yang dilakukan pada karsinoma glotis yang
menyebabkan fiksasi, karsinoma transglotis yang berukuran besar,
karsinoma glotis dengan penyebaran subglotis lebih dari 1 cm, tumor
ganas ekstra laring, tumor ganas interaritenoid, tumor ganas yang meluas
ke krikofaring, ruang epiglotis, daerah postkrikoid, atau dengan kerusakan
kartilago laring (Indiyana dan Kenjtono, 2016).
2. Laringektomi Parsial
Pembedahan yang diindikasikan untuk tumor yang terbatas pada
pengangkatan satu pita suara saja dan trakeotomi yang dilakukan
sementara untuk mempertahankan jalan napas. Setelah pulih dari
pembedahan ini suara pasien akan terdengar parau (Bachrudin dan Najib,
2016).
3. Laringektomi Total
Laringektomi Total (LT) adalah tindakan pengangkatan seluruh
struktur laring mulai dari batas atas yaitu epiglotis dan os hioid sampai
batas bawah yaitu cincin trakhea. Pembedahan ini dilakukan dengan teknik
diseksi leher dan bisa juga dilakukan tanpa teknik diseksi leher (Indiyana
dan Kenjtono, 2016).
4. Radioterapi
Radioterapi diindikasikan untuk glotis yang masih awal dan
superglotis T1 dan T2. Dilakukan radioterapi karena mereka sudah
memiliki gejala yang jelas seperti suara yang serak. Sehingga,
memungkinkan untuk dilakukan pengobatan lebih dini dan dengan kontrol
lokal yang efektif dan kemungkinan untuk sembuh juga sangat tinggi
(Yamazaki, 2017).
5. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan kepada pasien tergantung pada struktur
tumor, tahap perkembangan, lokasi lokalisasi, dan perawatan sebelumnya.
Obat untuk kemoterapi adalah obat antineoplastik yang bertujuan untuk
menghancurkan sel kankernya. Dalam pengobatan kanker terdapat dua
jenis kemoterapi. Jenis pertama adalah pengobatan kanker dengan satu
obat atau monokemoterapi, dan pengobatan kedua dengan beberapa obat
atau polikemoterapi. Jenis kemoterapi kedua lebih efektif. Kemoterapi
sering kali dikombinasikan dengan metode pengobatan lain, yaitu
perawatan bedah atau radioterapi (Portnov, 2018).
3.1.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Terapi obat oral tanggal 03-12-2015
a) PCT 3x1
b) Ambroxol 3x1
c) Cepadroxol 3x1
2) Terapi obat injeksi tanggal; 03-12-2015
a) Ceftriaxone 1gr/vial/12 jam
b) Gentamicin 80ml/12jam
c) Ranitidine 50mg/12jam
d) Infuse RL 500ml/8jam
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Kaji TTV
2) Kaji skala nyeri
3) Berikan teknik manajemen nyeri
4) Penuhi kebutuhan nutrisi
5) Kolaborasi pemberian inhalasi
3.2 Problem List
NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
Tumor laring
Prosedur bedah
trakeostomi
Menggunakan otot bantu
pernafasan
Menekan/ mengiritasi
serabut syaraf
Nyeri dipersepsikan
2. Ds :
Do :
Proliferasi sel laring
- Frekuensi napas 25x/menit
- Terdapat suara napas tambahan yaitu
ronchi
- Terdapat banyak sekret pada daerah
Diferensiasi buruk sel
pembedahan
laring
Tumor laring
Infeksi
Akumulasi sekret
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
3 Ketidakseimbangan
Ds : Prosedur bedah
nutrisi: kurang dari
- Keluarga klien mengatakan saat sakit trakeostomi
kebutuhan tubuh
klien hanya makan bubur beberapa
sendok
Do :
Proliferasi sel laring
- Berat badan klien saat sakit 47 kg
Tumor laring
Metastase supraglotis
Obstruksi lumen
oesophagus
Disfagia progresif
Intake kurang
4 Do :
Hambatan komunikasi
verbal
5.
Do :
Tindakan invasif
- Tampak kemerahan di sekitar luka Resiko infeksi
(prosedur bedah
trakeostomi
trakeostomi)
Resiko infeksi
3.5 Implementasi
No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Formatif Paraf &
Keperawatan Nama
1 3 Desember Ketidakefektifan Memposisikan Klien merasa lebih ₯
pukul bersihan jalan napas pasien semi lega pernapasannya Putri Esa
09.00 fowler
2 3 Desember Nyeri akut Menentukan Pasien menunjuk ₯
pukul 09.20 lokasi nyeri, daerah leher yang Putri Esa
karaketristik, dirasa nyeri dan
kualitas, dan skala nyeri nya 5
keparahan nyeri
yang dialami
klien
3 3 Desember Ketidakseimbangan Menetukan klien mematuhi ₯
pukul 09.45 nutrisi: kurang dari jumlah kalori dan diet yang Putri Esa
kebutuhan tubuh jenis nutrisi yang dianjurkan
dibutuhkan untuk
memenuhi
persyaratan gizi
4 3 Desember Hambatan Menyediakan Klien menuliskan ₯
pukul 10.00 Komunikasi verbal kertas dan apa yang dirasakan Putri Esa
bulpoin sebagai di kertas yang
media sudah disediakan
komunikasi
5 3 Desember Risiko Infeksi Membersihkan Klien tampak lebih ₯
pukul 10.25 area trakeostomi nyaman setelah Putri Esa
dan mengganti balutan lukanya
balutan luka diganti
6 3 Desember Ketidakefektifan Mengauskultasi Tidak ada suara ₯
pukul 10.40 bersihan jalan napas suara napas dan napas tambahan Putri Esa
mencatat area
yang ventilasinya
menurun atau
tidak ada dan
adanya suara
tambahan
7 3 Desember Ketidakseimbangan Membangun Klien ₯
pukul 11.05 nutrisi: kurang dari harapan terkait mengganggukkan Putri Esa
kebutuhan tubuh perilaku makan kepala saat diberi
yang baik pengetahuan
mengenai
pentingnya
perilaku makan
yang baik
8 3 Desember Hambatan Mengulangi apa Klien mengedipkan ₯
pukul 11.40 Komunikasi verbal yang disampaikan mata untuk “iya” Putri Esa
klien dengan dan menggerakkan
menggunakan telunjuknya ke
pertanyaan kanan ke kiri untuk
tertutup “tidak”
9 3 Desember Nyeri akut Memberikan Klien dapat ₯
pukul 13.00 teknik guide mengikuti teknik Putri Esa
imaginery untuk yang diajarkan dan
mengalihkan rasa merasa lebih rileks
nyeri yang
dirasakan
10 3 Desember Risiko Infeksi Menganjurkan Pengunjung ₯
pukul 13.15 pengunjung untuk mematuhi anjuran Putri Esa
mencuci tangan untuk mencuci
pada saat tangan sebelum
memasuki dan memasuki dan
meninggalkan meninggalkan
ruangan pasien ruangan klien
3.6 Evaluasi
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Somatif Paraf &
(SOAP) Nama
1 3 Desember pukul Ketidakefektifan bersihan S : kien menuliskan ₯
13.25 jalan napas bahwa pernapasannya Putri Esa
sedikit lega
O : klien tampak tidak
merasa kesulitan saat
bernapas
A : masalah belum
sepenuhnya teratasi
P :lanjutkan intervensi
2 3 Desember pukul Nyeri akut S : klien menunjukkan ₯
13.30 daerah leher yang dirasa Putri Esa
nyeri
O : nyeri yang dirasakan
klien terletak di skala 5
A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
3 3 Desember pukul Ketidakseimbangan S : Klien ₯
13.35 nutrisi: kurang dari mengganggukkan kepala Putri Esa
kebutuhan tubuh saat diberi pengetahuan
mengenai pentingnya
perilaku makan yang
baik
O : klien mematuhi
anjuran diet yang
dianjurkan
A : masalah teratasi
sebagian
P :lanjutkan intervensi
4 3 Desember pukul Hambatan Komunikasi S : klien menuliskan apa ₯
13.40 verbal yang dirasakan di kertas Putri Esa
yang disediakan
O : klien terbantu dengan
disediakan kertas sebagai
media komunikasi
A : masalah teratasi
sebagaian
P : lanjutkan intervensi
5 3 Desember pukul Risiko Infeksi S : klien menunjuk ₯
13.45 daerah leher yang Putri Esa
kemerahan
O : saat membersihkan
luka trakeostomi terdapat
kemerahan di area
tersebut
A : masalah teratasi
sebagaian
P : lanjutkan intervensi
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Kanker laring adalah tumor yang tumbuh di jaringan kotak suara (laring).
Laring adalah bagian dari tenggorokan yang mempunyai fungsi penting
dalam membantu proses bernapas dan bicara manusia. Bagian tubuh ini
juga akan melindungi paru-paru dari masuknya makanan ketika menelan.
(Tiara dkk,2018)
2. Penyebab dari kanker laring diantaranya yaitu mengonsumsi minuman
beralkohol, iritasi debu kayu, debu asbes, dan debu industri kimia. Debu-
debu tersebut mengandung radikal bebas yang dapat memicu kanker
laring.
3. Faktor risiko terjadinya kanker laring diantaranya adalah usia, konsumsi
alkohol, merokok, virus HPV, makan rendah buah dan sayur.
4. Manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari kanker laring yaitu suara
menjadi serak, mengalami gangguan saat menelan, adanya sensasi seperti
ada yang tersangkut di tenggorokan, gangguan pernapasan obstruksi jalan
napas, batuk darah dan nyeri alih pada telinga
5. Penatalaksanaan medis untuk kanker laring adalah pembedahan (diseksi
leher, laringektomi parsial, dan laringektomi total), radioterapi, dan
kemoterapi.
6. Penatalaksanaan keperawatan atau non medis pada pasien kanker laring
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara holistik.
4.2 Saran
Bagi pembaca diharapkan memahami dan menelaah apa yang telah penulis
susun untuk kemajuan penulisan makalah selanjutnya. Sedangkan bagi mahasiswa
keperawatan diharapkan terus menggali mengenai pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada kanker laring dengan tujuan saat sudah bekerja atau terjun di
lapangan dapat mengatasi masalah klien secara holistik.
DAFTAR PUSTAKA
Anna, M. S. 2013. Faktor Risiko Tumor atau Kanker Rongga Mulut Dan
Tenggorokan Di Indonesia. Jakarta : Balitbangkes.
Bachrudin, M., dan M. Najib. 2016. Keperawatan Medikal Bedah I. Cetakan 1.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Indiyana, M. R., dan W. A. Kenjtono. 2016. Rehabilitasi Pasca Laringektomi
Total. Jurnal THT. 9(3) : 107-116.
Indrajati, V. 2013. HERBAL Ahli Atasi Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Irfandy, D., dan S. Rahman. 2015. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor Ganas
Laring. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 4(2): 618-625.
Jong, W. 2002. Kanker, Apakah Itu?Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan
Keluarga. Jakarta: Arcan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH I. Cetakan 1. Jakarta: Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Merokok, Tak Ada Untung
Banyak Sengsaranya. Jakarta: Kemenkes RI.
Portnov, A. 2018. Chemotherapy for Cancer.
https://iliveok.com/health/chemotherapy-cancer_105567i15957.html.
[Diakses pada 07 Maret 2019].
Priharjo, Robert. 2013. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rahman, N. 2017. Makanan dan Diet Penderita Kanker. Malang: AE Publishing
Syaifudin H. 2016. Anatomi Fisiologi. Edisi 4. Jakarta: EGC
Tiara, E., P. Tarigan, dan H. Hutabarat. 2018. Perancangan Sistem Pakar
Mendiagnosa Penyakit Kanker Tenggorokan dengan Menerapkan Metode
Case Based Reasoning. Jurnal Pelita Informatika. 17(1): 83–85.
To'bungan, N., A'liyah, S. H., Wijayanti, N., dan Fachiroh, J. 2015. Epidemiologi,
Stadium, dan Derajat Diferensiasi Kanker Kepala dan Leher. Biogenesis
Jurnal Ilmiah Biologi. 3(1): 47-52.
Utama, A. Y. A. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.
Yogyakarta: CV Budi Utama.
Waluyo, S. dan B. P. Maehaendra. 2015. 100 Questions & Answer Gangguan
Prostat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Yamazaki, H., G. Suzuki, S. Nakamura, K. Yoshida, K. Konishi, T. Thesima, dan
K. Ogawa. 2017. Radiotherapy for Laryngeal Cancer Technical Aspect
and Alternate Fractination. Journal of Radiation Research. 58(4) : 495-
508.