TINJAUAN TEORI
A. Konsep Balita
1. Pengertian
Balita merupakan istilah yang digunakan untuk anak usia 1-3 tahun
(toodler) dan 4-5 tahun (preschool) (Sutomo & Anggraeni, 2010). Menurut
sampai remaja.
gizi, etnik, ras, pola asuh, infeksi dan lain- lain. Asupan gizi anak dalam
karena anak usia 2 – 5 tahun sudah mulai bermain sehingga lebih aktif.
Anak dalam masa ini ditemukan lebih menyeleksi makanan yang akan
dimakan, hanya makanan yang disukai yang dipilih. Karena alasan ini,
9
anak diberikan makanan porsi kecil dan sering, seelain kapasitas anak
1) Perkembangan motorik
sudah pandai bermain bola, lomba karung, melompat tali dan lain-lain.
10
simbol-simbol dengan cara membacakan buku. Dengan bantuan
menyebut namanya, menyebut nama benda dan lain- lain. Pada anak
3) Perkembangan emosi
a) Amarah
b) Takut
c) Cemburu
Hal ini terjadi bila perhatian orangtua dialihkan pada yang lain
d) Iri hati
Pada umumnya anak merasa iri bila tidak memiliki seperti apa yang
11
e) Gembira
f) Sedih
semangat.
12
cara untuk menciptakannya dapat ditempuh dengan melakukan kontak
1. Pengertian
seseorang. Sedangkan zat gizi yaitu ikatan kimia yang diperlukan tubuh
mengkonsumsi makanan dan zat – zat gizi digolongkan menjadi gizi buruk,
konsumsi makanan dan menggunaan zat- zat gizi dengan klasifikasi status
gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier dalam Istiany & Rusilanti,
berpengaruh terhadap status gizi orang tersebut. Status gizi baik terjadi bila
13
tubuh memperoleh cukup zat- zat gizi yang digunakan secara efisien
kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat – zat
gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat – zat gizi
membahayakan.
a. Penilaian antropometri
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai
jenis ukuran tubuh antara lain tinggi badan, berat badan, lingkar lengan
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh.
b. Penilaian klinis
masyarakat dengan melihat jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral atau pada organ- organ yang dekat dengan permukaan tubh
14
seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survey
klinis secara cepat. Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda- tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
gejala penyakit.
c. Penilaian biokimia
pemeriksaan spesimen jaringan tubuh (darah, urin, tinja, hati dan otot)
d. Penilaian biofisik
makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan
15
b. Statistik vital
c. Faktor ekologi
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal
badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
dan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) (Istiany & Rusilanti, 2013).
16
Tabel 2.1
Kategori status gizi untuk umur 0 – 60 bulan
IMT menurut umur dibedakan untuk anak laki- laki dan perempuan
Tabel 2.2
Standar IMT/U anak laki- laki umur 0 – 24 bulan
17
10 13.5 14.6 15.7 17.0 18.5 20.1 22.0
11 13.4 14.5 15.6 16.9 18.4 20.0 21.8
12 13.4 14.4 15.5 16.8 18.2 19.8 21.6
13 13.3 14.3 15.4 16.7 18.1 19.7 21.5
14 13.2 14.2 15.3 16.6 18.0 19.5 21.3
15 13.1 14.1 15.2 16.4 17.8 19.4 21.2
16 13.1 14.0 15.1 16.3 17.7 19.3 21.0
17 13.0 13.9 16.0 16.2 17.6 19.1 21.9
18 12.9 13.9 14.9 16.1 17.5 19.0 20.8
19 12.9 13.8 14.9 16.1 17.4 18.9 20.7
20 12.8 13.7 14.8 16.0 17.3 18.8 20.6
21 12.8 13.7 14.7 15.9 17.2 18.7 20.5
22 12.7 13.6 14.7 15.8 17.2 18.7 20.4
23 12.7 13.6 14.6 15.8 17.1 18.6 20.3
24 12.7 13.6 14.6 15.7 17.0 18.5 20.3
Tabel 2.3
Standar IMT/U anak perempuan umur 0 – 24 bulan
18
22 12.2 13.1 14.2 15.5 16.9 18.5 20.4
23 12.2 13.1 14.2 15.4 16.9 18.5 20.4
24 12.1 13.1 14.2 15.4 16.8 18.4 20.3
Tabel 2.4
Standar IMT/U anak laki- laki umur 24 – 60 bulan
19
56 12.0 12.9 14.0 15.2 16.6 18.2 20.1
57 12.0 12.9 14.0 15.2 16.6 18.2 20.1
58 12.0 12.9 14.0 15.2 16.6 15.3 20.2
59 12.0 12.9 15.0 15.2 16.6 18.3 20.2
60 12.0 12.9 14.0 15.2 16.6 18.3 20.3
Tabel 2.5
Standar IMT/U anak perempuan umur 24 – 60 bulan
20
56 11.7 12.7 13.9 15.2 16.8 18.5 20.9
57 11.7 12.7 13.9 15.2 16.8 18.5 20.0
58 11.7 12.7 13.9 15.2 16.8 18.5 20.0
59 11.6 12.7 13.9 15.2 16.8 18.5 20.0
60 11.6 12.7 13.9 15.2 16.8 18.5 20.1
Menurut Istiany & Rusilanti (2013), perbedaan kecukupan zat gizi antar
kelompok balita cukup besar, sehingga Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan untuk balita dibagi menjadi dua kelompok yaitu anak usia 1 – 3
tahun dengan rata- rata berat badan 12,0 kg dan tinggi badan 90 cm, anak usia
4 – 5 tahun dengan rata- rata berat badan 17,0 kg dan tinggi badan 110 cm.
1. Energi
tahun secara berturut – turut adalah 1000 kkal dan 1550 kkal. Kebutuhan
Sumber energi yang baik untuk anak dari serelia seperti variasi beras,
2. Protein
pertumbuhan, kadar protein tubuh meningkat dari 14,6% pada umur 1 tahun
21
menjadi 18,19% pada umur 4 tahun. Kebutuhan protein untuk pertumbuhan
tempe, tahu, daging, telur, ayam, hati, susu, olahan susu seperti keju dan
yoghurt.
3. Mineral
mineralisasi tulang yang tidak cukup, cadangan besi yang kurang dan
bayam, brokoli, labu kuning, tomat dan sebagainya. Buah – buahan seperti
apel, mangga, pepaya, pisang, pir, jambu biji dan sebagainya, serta daging-
4. Kalsium
Lebih dari 98% kalsium tubuh terdapat dalam tulang dan gigi. Penambahan
kalsium rata- rata sehari berkisar antara 150 – 200 mg, puncaknya adalah
kalsium pada anak berkisar antara 500 – 600 mg/ hari. Bahan makanan
sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahan yang mempunyai
ketersediaan biologis tinggi, dan sumber kalsium lain yang dimakan dengan
tulang (teri dan ikan duri lunak). Serelia, kacang- kacangan dan hasil
22
kacang- kacangan seperti tempe dan tahu serta sayuran hijau merupakan
5. Besi
sebesar 7,5% maka kecukupan besi menjadi 8,0 mg/hari. Bagi balita usia 4 –
5 tahun dengan median kebutuhan besi sebanyak 5 mg/ hari dan asumsi
Sumber besi dalam makanan hewani adalah daging, hati, unggas dan ikan.
6. Seng
biologis 15%) dengan berat badan 12 kg adalah sebesar 8,3 mg/hari. Angka
kecukupan seng bagi balita usia 4 – 5 tahun didasarkan pada kebutuhan rata-
dengan berat badan 18 kg adalah 10,3 mg/ hari. Seng dalam makanan
hewani seperti daging, ikan dan kerang. Dalam makanan nabati seperti
serealia.
7. Yodium
berat badan/hari. Dengan rata- rata berat badan 12 kg, maka angka
23
kecukupan yodium kelompok umur ini adalah 120 mcg/hari. Angka
umur ini adalah 120 mcg/hari. Sumber yodium yaitu ikan, udang dan
8. Vitamin
lemak.
penilaian terhadap konsumsi makanan dan asupan zat gizinya. Anak yang
kurang atau tidak minum susu karena alasan tertentu perlu di monitor
kurang makan sayur dan buah perlu mendapat perhatian terhadap asupan
vitamin A dan C.
Tabel 2.6
Angka Kecukupan Gizi Balita
Usia
1 – 3 tahun 4 - 5 tahun
Zat gizi
Energi (kkal) 1000 1550
Protein (gram) 25 39
Vitamin A (RE) 400 450
Vitamin D (µg) 5 5
Vitamin E (mg) 6 7
Vitamin K (µ) 15 20
Tiamin (mg) 0,5 0,6
Riboflavin (mg) 0,5 0,6
24
Niacin (mg) 6 8
Asam Folat (µg) 150 200
Piridoksin (mg) 0,5 0,6
Vitamin B12 (µg) 0,9 1,2
Vitamin C (mg) 40 45
Kalsium (mg) 500 500
Fosfor (mg) 400 400
Magnesium (mg) 60 90
Besi (mg) 8 9
Yodium (µg) 120 120
Seng (mg) 8,3 10,3
Selenium (µg) 17 20
Mangan (mg) 1,2 1,5
Flour (mg) 0,6 0,9
Sumber : Widakarya Nasional Pangan dan Gizi
dalam Istiany & Rusilanti (2013)
Menurut Istiany & Rusilanti (2013), masalah gizi pada balita yaitu:
Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB)
dan tinggi badan (TB). Indikator lain untuk menilai status gizi balita adalah
BB/TB, yang menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat
menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare. Indikator
Keadaan ini terjadi karena terlalu sedikit kandungan zat besi dalam
25
dianggap perlu anak juga harus diberi dan dibiasakan menyantap makanan
3. Karies Gigi
Karies dentis sering terjadi pada anak karena terlalu sering makan
cemilan yang lengket dan banyak mengandung gula. Sifat lengeket itu
bakteri. Plaque adalah massa gelatin lengket yang melekat pada gigi dan
gusi. Di dalam plaque ini bakteri pembentuk asam berkembang biak dan
4. Pica
hidup anak sejauh balita tidak menyantap zat toksik/racun. Pica dibedakan
dalam mulut. Pada masa balita, anak sering menggunakan mulut untuk
Menurut Istiany & Rusilanti (2013), dampak gizi kurang pada balita
adalah:
a. Marasmus
26
2) Wajah seperti orang tua
4) Kulit keriput
b. Kwashiorkor
7) Bercak merah pada kulit yang meluas dan menjadi hitam terkelupas
8) Mata sayu
2. Anemia
c. Nafas pendek
d. Lidah licin
27
i. Mudah mengantuk
3. Kekurangan yodium
b. Cebol/ kretin
d. Gangguan pendengaran
4. Kekurangan vitamin A
a. Buta senja
b. Konjungtiva mengering
c. Bercak bitot
d. Kornea mengering
1. Pengertian
Pola asuh adalah keseluruhan interaksi orang tua dan anak, dimana
orang tua yang memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah tingkah
laku, pengetahuan, dan nilai- nilai yang dianggap paling tepat bagi orang tua
agar anak bisa mandiri, tumbuh serta berkembang secara sehat dan optimal,
memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat rasa ingin tahu, bersahabat dan
28
Pola asuh makan adalah praktek- praktek pengasuhan yang diterapkan
Ibu kepada anak balita yang berkaitan dengan cara dan situasi makan
2. Pola Pengasuhan
anak, membimbing dan mengajari anak yang dilakukan oleh individu dan
dalam berinteraksi dengan anak sehari- hari, seorang ibu dapat memainkan
pengasuhnya. Pola asuh makan anak akan selalu terkait dengan kegiatan
Sebagai orang yang menentukan bahan makanan yang akan dibeli, dimasak
29
dan disiapkan, ibu memainkan peranan penting dalam menatalaksanakan
Peranan Ibu dalam masalah kesehatan anak sangat penting. Jika anak
Peran ibu bagi seorang anak memiliki pengaruh yang sangat besar,
dan anak tidak hanya terjadi sesudah anak dilahirkan, melainkan sudah
terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan. Beberapa hasil penelitian
psikologis anak. Apabila seorang ibu selalu sedih pada saat mengandung,
maka anak yang akan dilahirkan juga akan cenderung menjadi penyedih.
Demikian pula ibu yang sedang mengandung selalu taat beribadah, maka
30
a. Penerimaan makanan
tidak menyukai rasa makanan yang pahit, asam dan pedas. Makanan
yang mempunyai rasa pahit adalah brokoli, kacang buncis, pare, daun
c. Pengetahuan gizi
dengan sikap positif ibu terhadap diri sendiri, kemampuan ibu dalam
d. Model
orang tua lain yang dekat dengannya. Kebiasaan makan teman sebaya
31
e. Interaksi orang tua dan anak balita
makanan dan pengembangan pola makan anak balita. Bila orang tua
tertentu yang kurang baik, kebiasaan makan ini akan cepat berlalu.
h. Iklan Televisi
anak balita.
Tabel 2.7
Faktor – faktor yang mempengaruhi pilihan makan anak balita
32
4. Besar porsi, besar potongan makanan
5. Kemudahan memegang makanan berdasarkan umur dan
keterampilan motorik
6. Tingkat kekenyangan
Pengaruh orang tua, pengasuh dan saudara
1. Ketersediaan makanan
2. Pengetahuan gizi
3. Kandungan zat gizi makanan yang ditawarkan
4. Gaya dan kecepatan makan
5. Harapan dan model/ dimana, kapan dan dengan siapa makanan
dikonsumsi
6. Harapan dan model/jumlah makanan yang hendak dimakan
7. Model/ penggunaan makanan yang tidak bergizi
Pengaruh interaksi orang tua - anak
1. Harapan tentang kecepatan dan gaya makan anak balita
2. Menetapkan kemungkinan tentang makanan apa dan berapa banyak
hendaknya dimakan
3. Interaksi lisan yang bersifat positif, netral, atau kritis selama waktu
makan
4. Pembentukan pola makan dan snack
dicanangkan orang tua dan harus dituruti oleh anak. Pendekatan seperti
ini biasanya kurang responsif pada hak dan keinginan anak. Anak lebih
dianggap sebagai objek yang harus patuh dan menjalankan aturan, dan
33
Orang tua yang menggunakan pola asuh ini mempunyai
Komunikasi yang dilakukan lebih bersifat satu arah dan lebih sering
diam dan menutup diri. Anak melakukan sesuatu karena memang sudah
orang tua memiliki sikap yang relatif hangat dan menerima sang anak
melakukan apa saja yang dia inginkan. Tetapi kebebasan tidak diikuti
34
c. Pola asuh Demokratis (Authoritative Parenting)
7. Karakteristik Makanan
rasa, penerimaan dan keterampilan makan sendiri. Ketiga aspek ini adalah
a. Tekstur
b. Aroma
35
c. Besar porsi
Tabel 2.8
Makanan yang dapat dipegang dengan tangan (finger food)
36
Tabel 2.9
Perilaku emosional, perilaku makan, dan keterampilan makan
anak usia balita
37
persetujuan dan sama- lebih 2. Perkembangan
perhatian orang memilih bicara otot jari kecil
dewasa 2. Bersikukuh 3. Dapat
3. Suka pamer terhadap mengelap,
4. Mengerti, butuh makanan yang mencuci alat
batasan disukai/ tidak makan, menata
5. Pada umumnya disukai meja
mengikuti 3. Menolak 4. Dapat
aturan makan sampai mengupas,
6. Masih kaku keluar air mata memotong,
dalam menggiling
melakukan makanan dan
sesuatu dengan memecahkan
cara yang benar telur
5 1. Suka membantu 1. Suka makanan 1. Koordinasi
dan kooperatif yang sudah antara jari dan
dalam kegiatan dikenali tangan sudah
keluarga baik
2. Kadang masih 2. Dapat
sukar untuk memasak
melakukan masakan
sesuatu dengan sederhana
cara yang benar 3. Dapat
3. Sangat terikat menakar,
dengan orangtua menggiling,
dan keluarga mengiris dan
memotong
dalam
pengawasan
G. Kerangka Teori
adalah perubahan dalam jumlah dan ukuran sel dan pembentukan protein baru,
Perkembangan anak balita terdiri dari motorik kasar dan motorik halus (Istiany
38
pertumbuhan dan fungsi normal organ serta mempertahankan kehidupan
seseorang. Status gizi merupakan keadaan tubuh yang merupakan akibat dari
konsumsi makanan dan menggunaan zat- zat gizi dengan klasifikasi status gizi
buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier dalam Istiany & Rusilanti, 2013).
terhadap status gizi orang tersebut. M gizi pada balita yaitu gizi kurang, gizi
buruk dan gizi lebih, anemia, karies gigi, pica (Istiany & Rusilanti, 2013).
badan menurut umur (BB/U), status gizi berdasarkan BB/U untuk balita dibagi
atas: lebih, baik, kurang dan buruk. Pengasuhan didefenisikan sebagai cara
dilakukan oleh individu dan keluarga. Praktek pemberian makan pada anak
39
Pola asuh makan
Waktu pemberian ASI Asupan zat gizi balita
Waktu pemberian MP-ASI
Jenis makanan yang diberikan
Frekuensi pemberian makan anak
Perkembangan balita
Motorik halus
Motorik kasar
H. Kerangka Konsep
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu pola asuh makan pada balita,
40
Pola asuh makan Status gizi pada balita
I. Defenisi Operasional
Tabel 2.8
Defenisi Operasional
Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Variabel
Dependen
Status Gizi Kondisi fisik Antrometri Pengukuran a. Gizi Buruk Ordinal
Balita anak balita yang yaitu antara
ditentukan < -3 SD
dengan b. Gizi Kurang
melakukan yaitu antara
pengukuran > -2 SD
Berat Badan dan sampai
umur dengan > - 3
SD
c. Gizi Baik
yaitu antara
< 2 SD
sampai
dengan 2 SD
d. Gizi Lebih
(obesitas)
yaitu > 2 SD
Variabel
Independen
Pola asuh Kegiatan yang Kuisioner wawancara Baik, jika skor Ordinal
makan > mean/
dilakukan Ibu
median
41
kepada anak
balita tentang Kurang baik,
pemberian jika skor <
mean/ median
makan
J. Hipotesis Penelitian
hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji
Ha : Ada hubungan pola asuh makan dengan status gizi pada balita di
Ho : Tidak ada hubungan pola asuh makan dengan status gizi pada balita di
42