Anda di halaman 1dari 11

PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH

DENGAN MASALAH HIPERTERMIA PADA ANAK

BAB I
PENDAHULUAN

Hipertermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan
merupakan gejala dari suatu penyakit. Menurut Maryumi, (2010). Hipertermia adalah
keadaan meningkatkan suhu tubuh di atas rentang normal tubuh (Harif dkk, 2016).
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal (Nurarif & Kusuma,
2015).
Badan Kesehatan Dunia (2013) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh
dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahunnya. Data kunjungan
ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa
karena menderita demam. Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat
sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karenamenderita demam. Sebagian besar anak usia
tiga bulan sampai 36 bulan mengalami serangan demam rata - rata enam kali pertahunnya
(Aryanti, 2016).
Rikesnas (2014) menyatakan prevelansi demam di Indonesia sebesar 1,5%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ada kasus demam 1.500 per 100.000 penduduk Indonesia.
Data dari survei kesehatan nasional menunjukan bahwa balita rentan terkena penyakit
dengan prevalensi sebesar 49.1 %. Sebagian besar anak mengalami penyakit seperti panas,
batuk, nafas cepat dan diare. Prevalensi penyakit tertinggi yang di alami anak dengan usia 0-
4 tahun adalah panas yaitu sebesar 33,4% (kemenkes RI, 2014). Insidensi demam banyak
terjadi pada anak-anak usia 5-12 tahun yang kekebalan tubuhnya belum terbentuk secara
sempurna (Setyowati, 2013).

Penanganan Hipertermia terbagi menjadi dua tindakan yaitu farmakologis dan non
farmakologis.Tindakan farmakologis yang dapat diberikan yaitu pemberian obat
paracetamol dan ibuprofen sebagai penurun demam atau yang sering disebut dengan
antipiretik.Tindakan nonfarmakologis yang dapat diberikan yaitu terapi fisik seperti
menempatkan anak di ruang yang bersuhu dan bersikulasi baik, mengganti pakaian anak
dengan pakaian yang tipis, memberikan hidrasi yang adekuat dan memberikan kompres
hangat (hamid, 2011).

Kompres yang dapat diberikan kepada anak adalah kompres hangat dan tepid
sponge. Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang
dicelupkan pada air hangat dan kemuadian ditempelkan. Kompres hangat merupakan
tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat,
yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan
menurunkan suhu tubuh (Maharani, 2011). Hasil penelitian Novikasari, Siahaan &
Maryustiana, (2019) menyatakan bahwa terdapat penurunan suhu tubuh sebelum kompres
hangat 38,7°C, setelah kompres hangat 37,7°C.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Anak

1. Paradigma Keperawatan Anak

Suryani dan Badi’ah menyatakan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang
N0.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Yuliastati dan Arnis Amelia (2016),
menyatakan paradigma Keperawatan anak merupakan suatu landasan berfikir dalam
penerapan ilmu keperawatan anak. Landasan berfikir tersebut terdiri dari empat
komponen diantaranya manusia dalam hal ini anak, keperawatan, sehat-sakit dan
lingkungan dengan penjelasan sebagai berikut .
a. Manusia ( anak )
Secara umum, anak yang menjadi individu (klien) adalah anak yang diartikan
sebagai seorang yang usianya kuramg dari 18 (Delapan belas) tahun dalam masa
tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis, sosial,
dan spiritual. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Proses berkembang anak
memiliki ciri fisik, kognitif,konsep diri, pola koping perilaku sosial.
b. Sehat- Sakit
Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang di berikan bantuan pelayanan
keperawatan pada anak adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan yang
meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini
suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap
waktu. Selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik
secara langsung maupun tidak langsung, seperti upaya perawat untuk meningkatkan
derajat kesehatan sampai mencapai taraf kesejahteraan baik fisik, sosial maupun
spiritual.
c. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan eksternal maupun internal
yang berperan dalam perubahan status kesehatan anak. Lingkungan internal, meliputi
faktor genetik, kematangan biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi, dan
predisposisi atau resistensi terhadap penyakit. Contoh: anak yang lahir dengan
penyakit bawaan cenderung lebih mudah terserang penyakit. Sedangkan lingkungan
eksternal, meliputi status nutrisi, peran orang tua, saudara, teman sebaya, masyarakat,
disiplin yang diberikan oleh orang tua, agama, budaya, status sosial-ekonomi, iklim,
cuaca dan lingkungan fisik baik dirumah maupun lingkungan sekelilingnya. Contoh
pegawasan yang kurang dari orang tua bisa jadi membuatt anak terjerumus ke
pergaulanyang tidak sehat, seperti mengkonsumsi rokok/minuman keras yang
berakibat pada status kesehatan anak.
d. Keperawatan
Fokus utama dalam pelayanan keperawatan adalah peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Selain itu, keperawatan juga diharapakan mampu memberikan
pelayanan yang mendukung anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan
secara optimal. Upaya mencapai pelayanan keperawatan anak ideal, perlu adanya
dukungan penuh dan keterlibatan langsung dari keluarga, mengigat keluarga
merupakan sistem terbuka, sehingga anggotanya dapat dirawat secara efektif.

2. Konsep Tumbuh Kembang

Pertumbuhan adalah (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,


jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang dapat diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, Kg); ukuran, panjang, dengan cm atau meter, umum
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalium dan nitrogen tubuh). Perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Proses diferensi
menyangkut adanya sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan (Suryani dan Badia’ah 2017).

3. Tahap Tumbuh Kembang

Wong (2003) dalam Suryani dan Badi’ah (2017) menyatakan tahap tumbuh
kembang anak adalah sebagai berikut :
a. Periode Pranatal
Periode ini terdiri dari :
1) Fase germinal : mulai konsepsi sampai dengan usia kehamilan 2 minggu
2) Fase embrio : usia kehamilan 2-8 minggu
3) Fase fetal : usia kehamilan 8-40 minggu
4) Adanya hubungan antara kondisi ibu dan janin akan memberi dampak pada
pertumbuhannya.

b. Periode bayi
1) Periode ini terdiri atas :
a) Masa neonates : sejak lahir sampai dengan 28 hari
b) Masa bayi : 28 hari sampai usia 12 bulan
2) Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada aspek kognitif,
motorik dan sosial serta pemebntukan rasa percaya diri anak melalui perhatian
dan pemenuhan kebutuhan dasar dari orang tua.
3) Kemampuan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan dasar dari orang tua.
4) Kemampuan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan dasar daan memberikan
stimulus sensori motoric mutlak diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan.
c. Periode Kanak- kanak Awal periode ini terdiri atas :
1) Periode Todler : usia anak 1-3 tahun
Periode ini ditandai dengan anak lebih banyak bergerak, mengembangkan
rasa ingin tahu, eksplorasi terhadap benda yang ada di sekelilingnya. Harus di
waspadai bahaya atau resiko Periode ini ditandai dengan kemampuan interaksi
sosial lebih luas, anak mempersiapkan diri untuk memasuki dunia sekolah,
dimulainya konsep diri, perkembangan fisik lebih lambat dan relative menetap,
sistem tubuh sudah matang dan sudah terlatih dengan toileting, keterampilan
motoring seperti berjalan, berlari, melompat semakin luwes terapi otot dan tulang
belum begitu sempurna. Orang tua perlu mendapatkan bimbingan antisipasi
terhadap kemungkinan bahaya atau ancaman kecelakaan.
2) Periode Prasekolah : usia 3-6 tahun
Perkembangan psikososial anak ditunjukkan dengan adanya rasa inisiatif,
konsep diri yang positif, serta mampu membentuk dan mengidentifikasi indentitas
dirinya sendiri. Perkembangan motorik kasar diawali dengan kemampuan berdiri
dengan satu kaki selama 1-5 detik, melopat dengan satu kaki, dan membuat posisi
merangkak. Sementara itu, perkembangan motorik halusnya ditandai dengan
kemampuan mencoret-coret diatas kertas, menempatkan objek ke dalam wadah,
serta mencoba makan dan minum sendiri.
Anak pada usia prasekolah juga mulai belajar mengenali warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung jumlah benda, mengerti beberapa kata
sifat dan kata depan, menirukan berbagai bunyi kata, dan merespon panggilan
orang – orang di sekitarnya. Adaptasi sosial anak ditunjukkan dengan menangis
apabila dimarahi, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan,
serta membuat permintaan sederhana dengan gaya.
d. Periode kanak-kanak pertengahan
1) Periode sekolah : usia 6-11 tahun/ 12 tahun.
2) Pertumbuhan anak laki-laki lebih meningkat dari anak perempuan.
3) Perkembangan motoric lenih sempurna.
4) Anak mempunyai lingkungan lain selain keluarga.
5) Membutuhkan aktivitas yang regular 4-5 jam/hari
6) Anak banyak mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang moral
dan budaya dari lingkungan.
7) Peran guru sangat dominan untuk dijadikan model.
8) Anak lebih mandiri.
9) Fase ini penting dalam pencapaian perkembangan konsep diri, keterampilan
membaca, menulis dan berhitung.
e. Periode Kanak-Kanak Akhir
1) Masa remaja : 11/12 tahun- 18 tahun
2) Fase pubertas anak perempuan usia 11 tahun
3) Fase pubertas anak laki-laki usia 12 tahun
4) Perkembangan yang mencolok adalah kematangan identitas seksual dengan
berkembangnya organ reproduksi
5) Pencampaian identitas diri anak sebagai remaja yang akan meninggalkan masa
kanak-kanan dan memasuki perkembangan sebagai orang dewasa.
f. Orang tua perlu memfasilitasi agara tidak terjadi krisis identitas pada anak remaja
B. Konsep Dasar Termogulasi

Termoregulasi merupakan suatu mekanisme yang dimiliki tubuh manusia untuk


mempertahankan suhu internal agar berada dalam kisaran yang dapat di tolerir usaha
yang dimiliki tubuh untuk menyetabilkan suhu dalam kisaran normal. Adapun tanda dan
gejala termoregulasi yaitu suhu tubuh mengalami hipertermia diatas 38°C, menggigil,
berkeringat dingin, kulit terasa hangat, lemas, bahkan bisa menyebabkan kejang dan
dehidrasi (Andriyani, 2015).
Termoregulasi yaitu kegagalan mempertahankan hipotalamus (Harif dkk,2017).
Kosim, et al., (2014) menyatakan termoregulasi adalah kemampuan untuk
menyeimbangkan antara produksi panas dan hilangnya panas dalam rangka menjaga
suhu tubuh dalam keadaan normal. Suhu normal bada bayi baru lahir yaitu 36,5-37,5oC.

1. Definisi Suhu Tubuh

Andriyani, (2015) menjelaskan bahwa tubuh menghasilkan panas oleh jaringan


aktif terutama dalam otot, kemudian juga dalam alat keringat, lemak, tulang, jaring
ikat, serta saraf. Energi panas yang dihasilkan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui
sirkulasi darah, namun suhu bagian-bagian tubuh tidak merata. Terdapat perbedaan
yang cukup besar (sekitar 4oC) antara suhu inti dan suhu permukaan tubuh.

2. Definisi suhu inti


Sebagian besar panas yang diproduksi di dalam tubuh merupakan hasil oksidasi,
maka sumber utama panas adalah jaringan yang paling aktif, yaitu kelenjar sekresi, dan
otot. Suhu yang diukur serentak dimulut, ketiak, dan pelepasan (rectum) biasanya
berbeda meskipun tidak lebih dari 1oC. Hasil pengukuran pelepasan suhu biasanya yang
tertinggi, sehingga suhu ini dianggap sebagai petunjuk yang terbaik bagi suhu inti
tubuh. Karena suhu rektal dapat mencapai 0,3oC lebih tinggi dari suhu aorta, maka
panas di dalam rectum itu diduga merupakan hasil kerja bakteri. Sebaliknya, mungkin
saja dijumpai suhu pelepasan yang lebih rendah dan suhu aorta bila kaki dingin.

3. Definisi Suhu Kulit


Suhu kulit seseorang juga dapat berbeda pada satu dan lain tempat. Di dalam
ruangan yang bersuhu 18oC jelas bahwa suhu kulit lengan atas jauh lebih tinggi
disbanding suhu ujung jari. Gambaran hasil pengukuran suhu tidak selalu demikian,
sebab adanya vasidilatasi maupun aktivitas otot dapat mempengaruhinya.Suhu kulit yang
sangat bervariasi dari 20oC sampai 40oC dimana dalam keadaan suhu lingkungan yang
terlalu dingin, suhunya dapat turun lagi mencapai 18 oC dan naik sampai 45oC bila panas,
(Andriyani, 2015).

C. Konsep Dasar Hipertermi

1. Definisi Hipertemia

Hipertermia adalah keadaan meningkatkan suhu tubuh di atas rentang normal


tubuh (Harif, 2016). Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
(Nurarif & Kusuma, 2015). Menurut,(Arif Muttaqin, 2014) hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh yang dapat disebabkan oleh
gangguan hormone, gangguan metabolisme, penggunaan obat-obatan atau
peningkatan suhu lingkungan sekitar/sehubungan dengan pemaparan panas dari luar
yang menyebabkan ketidakseimbangan pembentukan dan kehilangan panas (Lusia,
2015).

2. Penyebab Hipertermia

Harif dkk (2016), ada beberapa penyebab dari pertermia yaitu dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, proses penyakit (mis, infeksi, kanker), ketidaksesuaian
pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respon trauma,
aktifitas berlebihan, dan penggunaan incubator.
a) Manifestsi klinis
(Hermand, 2015 dan Wilkinson,2016) tanda dan gejala hipertermia, yaitu :
1) Suhu tinggi 37,8oC per oral atau 38,8oC
2) Takikardi
3) Hangat pada sentuhan
4) Menggigil
5) Dehidrasi
6) Kehilangn nafsu makan
Harif dkk (2017), gejala dan tanda hipertermia, yaitu :
1) Gejala dan Tanda Mayor: Suhu tubuh di atas nilai normal (>37,50C)
2) Gejala dan Tanda Minor: Kulit merah, kejang,takikardia, takipnea, dan kulit
terasa hangat.
3) Kondisi Klinis Terkait: Proses infeksi, Hiperteroid, Stroke, Dehidrasi,
Trauma, Prematuritas.

3. Patofisiologi Hipertermia
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik dari
eksogen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau
toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu
terutama monosit, makrofag,  pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam
pada tingkat termoregulasi di hipotalamus ( Hermand, 2015 dan Wilkinson, 2016).
Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan mengarah pada
meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit
dibutuhkan dalam metabolism di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di
hipotalamus anterior  (Hermand, 2015 dan Wilkinson, 2016).
Mekanisme hipertermi yang parah melibatkan anestesi yang diinduksi anestesi
kalsium (Ca) keluar dari reticulum sarkoplasma otot skeletal pada pasien yang rentan.
Reaksi biokimia yang diinduksi Ca dipercepat, menyebabkan kontaksi otot yang
parah dan peningkatan ting kat metabolisme. Hal ini kemudia meningkatkan asidosis
respiratorik dan metabolik (Haryono dan Utami, 2018).
Hipertermi biasanya disertai dengan infeksi dan penyakit lainnya. Kasus
infeksi termogenesis sangat meningkat dan termolisis dihambat oleh vasokonstriksi
perifer. Terlepas dari demam tinggi, seorang pasien merasa “dingin” dan menggigil,
karena pusat termogulasi diatur secara keliru pada tingkat tinggi oleh pirogen.
Termogulasi pasien yang terinfeksi mirip dengan salah satu orang yang mengatur
suhu tubuh pada suhu rendah. Oleh karena itu, termogenesis dipromosikan oleh
gerakan otot yang ditingkatkan sebagai “menggiggil”. Pada saat yang sama,
termolisis dihambat oleh vasokontriksi perifer dan penurunan aliran darah, oleh
karena itu tangan dan kaki pasien menjadi dingin dan tidak berkerigat (Haryono dan
Utami, 2018).

4. Komplikasi
(Hermand, 2015) Komplikasi Hipertermia yaitu:
a) Kerusakan sel-sel dan jaringan
b) Kejang
c) Hiperpireksia
d) Heat stroke

5. Penanganan hipertemi

Penanganan hipertermi menurut Lemone (2016) yakni:

a) Pantau suhu terutama selama episode menggigil; catat frekuensi dan irama
jantung. Menggigil mengidentifikasikan peningkatan suhu. Hipertemi dapat
menyebabkan disritmia.
b) Berikan antipiretik yang diresepkan sesuai dengan yang diindikasikan ketika
terjadi peningkatan suhu
c) Dukung pendinginan tubuh dengan menurunkan suhu ruangan.Pendinginan yang
cepat menstimulasi hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh; kondisi ini
meningkatkan rasa menggigil dan laju metabolisme.

D. Konsep Kompres Hangat dan Terapi Tepid Sponge

Sodikin (2021) Tindakan kompres dilakukan secara tradisonal, seperti


memakaikan pakaian minimal, memajan kulit dengan udara, menurunkan suhu kamar,
meningkatkan sirkulasi udara, dan pemberian kempres hangat. Metode penanganan
demam secara fisik, memungkinkan tubuh kehilangan panas dengan cara konduksi,
konveksi, atau penguapan.

Anda mungkin juga menyukai