Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan
tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang
diusulkan.
RINGKASAN
Indonesia merupakan negara dengan prvelnsi stunting paling tinggi di Asia Tenggara dan
nomor empat di dunia. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan prosentase stunting
terus meningkat dari tahun 2014 - 2018, dari angka 28,9% di tahun 2014, dan terus
meningkat sampai 2018 sebesar 30,8%. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan
Provinsi dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi yaitu sebesar 12,37% dan tertinggi
adalah di Kabupaten Gunung Kidul sebesar 17.94%. Kondisi ini terbalik dengan potensi
kearifan lokal di Gunung Kidul yaitu pangan lokal tinggi kandungan gizi yaitu kelor dimana
beberapa wilayah di Kabupaten Gunung Kidul telah mengembangkan desa wisata agrotourism
tanaman kelor.
Kelor dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi dan WHO telah memperkenalkan kelor
sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi. Berdasarkan hasil
penelitian, daun kelor memiliki banyak kandungan gizi, sehingga, daun ini bisa menjadi
sumber makanan bergizi bagi balita. Masyarakat Gunung Kidul belum memanfaatkan kelor
untuk terapi dan pencegahan stunting pada balita. Rendahnya pemanfaatan kelor dikarenakan
pengetahuan, pengolahan dan pemanfaatan sorgum masih sangat terbatas di masyarakat.
Desain pada penelitian ini berupa metode penelitian kuantitatif menggunakan rancangan
penelitian quasi eksperiment dengan pendekatan kelompok kontrol (pretest postest design with
control group). Kelompok intervensi pada penelitian ini akan diberikan perlakuan
pemberdayaan keluarga dalam pemanfaatan daun kelor. Sedangkan kelompok kontrol,
menerima intervensi standar yang sudah ada dari pemerintah berupa posyandu balita. Sampel
dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita berusia 6-59 bulan di wilayah
Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul karena merupakan wilayah dengan angka kejadian
stunting tertinggi. Hasil penghitungan sampel dengan menggunakan Perhitungan perkiraan
jumlah sampel menggunakan rumus dasar estimasi sampel uji klinis 2 kelompok independen
didapatkan jumlah sampel 45 orang untuk masing-masing kelompok sehingga total sampel
adalah 90 orang ibu balita. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random
sampling.
Instrumen yang dugunakan adalah e-modul dan kuesioner pengetahuan, sikap dan psikomotor
ibu. Analisis yang akan dilakukan adalah dengan uji non parametric karena variable terikat
berupa skala ordinal. Uji etik akan dilakukan di komisi etik FKIK UMY. Luaran dalam
penelitian ini adalah menu kelor untuk balita, peningkatan perilaku ibu dalam pencegahan
stunting, publikasi artikel di jurnal internasional dan HKI
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus dan studi kelayakannya. Pada bagian ini perlu dijelaskan
uraian tentang spesifikasi keterkaitan skema dengan bidang fokus atau renstra penelitian PT.
LATAR BELAKANG
Stunting masih menjadi masalah gizi utama di seluruh dunia. Secara global di tahun 2020 lebih
dari 149,2 juta anak dibawah 5 tahun mengalami stunting. Asia memiliki prevalensi stunting
tertinggi di dunia sebesar 78,2 juta dengan 13,9 juta berada di Asia Tenggara (UNICEF, WHO
and World Bank, 2020). Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting tertinggi ke dua di
Asia Tenggara dengan 36,4% setelah Laos yang mencapai 43,8% (UNICEF), 2017).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan, 1 dari 4 balita berusia kurang dari 5
tahun mengalami stunting atau sebesar 27,67%, dimana angka ini masih dibawah standar WHO
sebesar 20%.
Salah satu provinsi yang masih memiliki kasus balita stunting cukup tinggi adalah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada tahun 2018, prevalensi balita di provinsi ini sebesar
12,37%, kemudian terjadi penurunan angka prevalensi balita stunting pada tahun 2019 yakni di
angka 10,69%. Dari lima kabupaten dan kota yang ada di provinsi DIY, bahwa Kabupaten
Gunung Kidul memiliki prevalensi balita stunting yang paling besar yaitu 17,94% (Dinas
Kesehatan DIY, 2019). Kondisi ini terbalik dengan potensi kearifan lokal di Gunung Kidul
yaitu pangan lokal tinggi kandungan gizi yaitu kelor dimana beberapa wilayah di Kabupaten
Gunung Kidul telah mengembangkan desa wisata agrotourism tanaman kelor.
WHO (2018) menjadikan stunting sebagai fokus Global Nutrition Target 2025 dan program
Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. Pemerintah Indonesia juga berupaya dalam
penanganan masalah status gizi buruk dengan menggalakkan Program Indonesia Sehat melalui
Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Guna menunjang program tersebut, maka dikampanyekan juga
Program Keluarga Sadar Gizi. Pelibatan keluarga untuk menurunkan stunting salah satu
upayanya yaitu pembuatan menu makanan sehat, mudah didapat, serta harga terjangkau yang
bersumber dari lingkungan sekitar, seperti sayur daun kelor (Rahmawati et al., 2019).
Berdasarkan hasil penelitian, daun kelor memiliki banyak kandungan gizi. Sehingga, daun ini
bisa menjadi sumber makanan bergizi bagi balita. Jika dicermati dari IMT/umur balita, bahwa
ekstrak daun kelor jika diberikan ke balita akan mampu meningkatkan rata - rata IMT sebesar
0,13. Sehingga, orang tua direkomendasikan untuk memanfaatkan daun kelor sebagai makanan
pendamping ASI untuk balita yang harapannya bisa meningkatkan status gizi balita (Dyah
Muliawati & Nining Sulistyawati, 2019).
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam
bidang yang diteliti/teknologi yang dikembangkan. Sumber pustaka/referensi primer yang
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang
terkini.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stunting
Stunting atau gagal tumbuh adalah suatu kondisi yang menggambarkan status gizi kurang yang
memiliki sifat kronis pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sejak awal masa
kehidupan yang dipresentasikan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur kurang dari
minus dua standar deviasi berdasarkan standar pertumbuhan menurut WHO (Abeway et al.,
2018).Kondisi stunting dapat dilihat sejak anak berusia dua tahun. Stunting merupakan kondisi
yang disebabkan oleh kurang seimbangnya asupan gizi pada masa periode emas, bukan
disebabkan oleh kelainan hormon pertumbuhan maupun akibat dari penyakit tertentu. (Teja,
2019).
Faktor penyebab stunting terdiri dari tiga faktor yaitu faktor orang tua, faktor anak dan faktor
lingkungan (Huriah dan Nurjannah, 2020). Faktor orang tua terdiri status gizi ibu saat hamil
dan pada 100 hari pertama kehidupan anak, sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu,
pekerjaan ayah dan tinggi badan ibu. Faktor anak terdiri dari asupan nutrisi, penyakit infeksi,
proses penyapihan, jenis kelamin dan usia anak (Larasati, Nindya and Arief, 2018). Faktor
lingkungan terdiri dari sumber air, penggunaan MCK umum dan perilaku hidup bersih dan
sehat (Lynawati, 2020). (Akmal et al., 2019) menyatakan bahwa stunting bisa disebabkan oleh
banyak faktor antara lain pemahaman orang tua tentang gizi, faktor ekonomi, budaya, pola
asuh tidak tepat, perawatan diri serta pola perilaku hidup sehat.
Kurniati & Sunarti, (2020) menyatakan bahwa gejala utama stunting adalah tinggi badan anak
dibawah rata-rata atau pendek. Tanda gejala stunting antara lain berat dan panjang badan lahir
bisa normal atau BBLR (berat badan lahir rendah) memperlambat pertumbuhan intra uterin
sehingga pertumbuhan kelenjar tidak sempurna, pertumbuhan melambat dimana batas bawah
laju pertumbuhan adalah 5 cm / tahun desimal, tinggi badan <4 cm / tahun dapat terjadi
kelainan hormonal, bone age (usia tulang) bisa normal atau terlambat dan terhambatnya
pertumbuhan pubertas.
B. Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga merupakan suatu langkah atau upaya untuk menumbuhkan kesadaran
dan kemauan keluarga dalam memelihara dan meningkatkan status kesehatan. Peningkatan
pengetahuan dan kesadaran tentang cara-cara memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah
awal dari pemberdayaan kesehatan. Selanjutnya, menimbulkan kemauan untuk melaksanakan
tindakan kesehatan. Sehingga, keluarga dapat melaksanakan tindakan untuk berperilaku sehat.
Melalui pemberdayaan keluarga, keluarga diharapkan melakukan upaya persuasi demi
terlaksanakannya tindakan-tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan didasarkan pada pengetahuan dan
kesadaran melalui proses pembelajaran. Sehingga, perilaku tersebut diharapkan dapat
berlangsung lama dan menetap karena didasari dengan kesadaran (Notoatmodjo, 2012).
C. Daun Kelor
Kelor Daun kelor kaya akan mineral seperti kalsium, potassium, zinc, magnesium, besi,
dan tembaga. Vitamin seperti beta-karoten dari vitamin A, vitamin B seperti asam folat,
vitamin C, vitamin D, dan vitamin E juga terkandung dalam tanaman kelor. Daun kelor
segar merupakan sumber karotenoid seperti trans-lutein (sekitar 37 mg/100 g), trans-β-
karoten (sekitar 18 mg/100 g) dan trans-zeaxanthin (sekitar 6 mg/100 daun kelor memiliki
kandungan asam askorbat (271 mg/100 g) dan tokoferol (36,9 mg/100 g). Kandungan
fitokimia seperti tanin, sterol, terpenoid, flavonoid, saponin, antrakinon, alkaloid, gula
pereduksi juga terdapat dalam daun kelor. Tanaman kelor juga mengandung senyawa yang
disinyalir memiliki aktivitas antikanker (glukosinolat, isotiosianat, komponen glikosida dan
gliserol-1-9-octadecenoate) (Karina et al., 2019).
Menurut penelitian yang dilakukan Sugianto (2016) menunjukkan bahwa daun dengan
kandungan terbaik adalah daun kelor pada lapisan daun muda dengan hasil analisis
proksimat kadar air 13,19%, kadar abu 16,77%, kadar lemak 8,42%, kadar protein 39,00%,
dan karbohidrat 35,88% (Letlora & Sineke, 2020).Tanaman kelor merupakan salah satu
jawaban untuk mengatasi permasalahan ketidak-seimbangan nutrisi yang dihadapi oleh
sebagian besar masyarakat dunia. Kelor dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi
dan WHO telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif untuk
mengatasi masalah gizi (malnutrisi) (Letlora & Sineke, 2020)
Hipotesis pada penelitian ini adalah pemberdayaan keluarga dalam memanfaatkan daun
kelor dapat meningkatkan perilaku pencegahan stunting pada ibu balita di Kecamatan Patuk
Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang akan dikerjakan selama waktu yang
diusulkan. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang jelas, semua
tahapan untuk mecapai luaran beserta indikator capaian yang ditargetkan. Pada bagian ini harus
juga dijelaskan tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan penelitian yang
diusulkan.
METODA
Desain pada penelitian ini berupa metode penelitian kuantitatif menggunakan rancangan
penelitian quasi eksperiment dengan pendekatan kelompok kontrol (pretest postest design with
control group). Kelompok intervensi pada penelitian ini akan diberikan perlakuan
pemberdayaan keluarga dalam pemanfaatan daun kelor. Sedangkan kelompok kontrol,
menerima intervensi standar yang sudah ada dari pemerintah berupa posyandu balita. Sampel
dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita berusia 6-59 bulan di wilayah
Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul karena merupakan wilayah dengan angka kejadian
stunting tertinggi. Hasil penghitungan sampel dengan menggunakan Perhitungan perkiraan
jumlah sampel menggunakan rumus dasar estimasi sampel uji klinis 2 kelompok independen
didapatkan jumlah sampel 45 orang untuk masing-masing kelompok sehingga total sampel
adalah 90 orang ibu balita. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random
sampling.
Instrumen yang digunakan adalah e-modul dan kuesioner pengetahuan, sikap dan psikomotor
ibu. Analisis yang akan dilakukan adalah dengan uji non parametric karena variable terikat
berupa skala ordinal. Uji etik akan dilakukan di komisi etik FKIK UMY. Luaran dalam
penelitian ini adalah menu kelor untuk balita, peningkatan perilaku ibu dalam pencegahan
stunting, publikasi artikel di jurnal internasional dan HKI. Alur penelitian dapat dilihat pada
diagram alir dibawah ini:
TIM PENELITIAN
No Nama Asal Tugas
1 Dr. Titih Huriah, Magister Keperawatan - Ketua penelitian
M.Kep.,Sp.Kom UMY - Menyusun proposal, hasil
penelitian dan manuskrip
- Mendaftarkan etik penelitian
- Melakukan analisis data
- Submit artikel penelitian dan
HKI
2 Imam Akbar, S.Kep.,Ns Mahasiswa Magister - Anggota penelitian
Keperawatan - Menyusun proposal, hasil
Peminatan penelitian dan manuskrip
Keperawatan - Menyusun instrumen
Komunitas UMY - Mengurus peizinan,
- Pelaksana intervensi penelitian
- Melakukan pengolahan dan
analisis data
Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL PENELITIAN
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyusunan proposal penelitian X
2 Pengurusan etik penelitian X
3 Persiapan instrument penelitian X
4 Perizinan penelitian X
5 Koordinasi dengan lokasi penelitian X
Rangkaian intervensi penelitian:
- Pendampingan intensif
6 X X X
- Pendampingan mandiri
- Pendampingan penguatan
7 Analisis data penelitian X
8 Penyusunan laporan penelitian X
9 Penulisan draft publikasi X
10 Submit naskah publikasi X
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
1. ………………………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………..……………………… dst.