Anda di halaman 1dari 18

I.

STUDI LITERATUR DARI LIMA JURNAL ILMIAH TETANG KESEHATAN


REPRODUKSI YANG TERKAIT DENGAN PENYAKIT HIV/ AIDS

A. Jurnal Tentang Pengetahuan HIV dan AIDS Pada Remaja Di Indonesia


(Analisis Data Riskesdas 2010)

1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini merupakan Bagaimana Tingkat
Pengetahuan Tentang HIV Dan AIDS Pada Remaja Indonesia
2. Kerangka Teori
Kerangka teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor presdisposisi
Pendidik
an
Pekerjaan
o Kepercay
aan
o Prilaku
Seksual
Pranikah

Faktor Pemungkin

Wilayah Prilaku Sehat


(Lingkungan
fisik)
o Sarana kesehatan
o Media

Faktor penguat

o Sikap dan
prilaku petugas : Yang Diteliti
o Undang-undang o : Yang Tidak Diteliti
dan peraturan
o Dukungan
keluarga dan
3. Kerangka Konsep
masyarakat
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah:

Variabel Independent Variabel Dependen


- Wilayah Pengetahuan
- Jenis kelamin tentang HIV dan
- Pendidikan
AIDS pada remaja
- Pekerjaan
- Status Indonesia
ekonomi
4. Metode dan desain Penelitian

Metode dari penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian Cross
Secsional (Potong Lintang).
5. Referensi
1) Ditjen PPM dan PL Kemenkes RI. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia,
Laporan Trinitlan IV tahun 2010. Ditjen PPM & PL Depkes RI, Jakarta-
Indonesia. 2010
2) Komisi Penanggulangan AIDS. Pemahaman Remaja tentang HIV/AIDS.
www.aidsindonesia.or.id. 2 Februari 2011.
3) Sucipto, Adi (2007) Hubitngan Pengetahuan HIV/ AIDS dengan Perilaku
Seksual Pranikah pada Remaja. Undergraduate thesis, Diponegoro
University. Skripsi.
4) Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
2007. Jakarta. 2008.
5) Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Laporan penelitian: Survai
Pengetahuan Dan Perilaku Terkait HIV-AIDS Melalui Websurvey Bagi
Pengguna Internet di Indonesia (Upaya untuk mengembangkan program
penanggulangan AIDS berbasis web untuk populasi usia muda). Jakarta:
Yayasan AIDsina. 2010.

B. Jurnal Tentang Faktor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku Berisiko


Tertular Pada Siswa SLTP tahun 2009

1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa Faktor Pencegahan
HIV/AIDS Akibat Perilaku Berisiko Tertular Pada Siswa SLTP tahun 2009 ?
2. Kerangka Teori
Kerangka teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Faktor presdisposisi
usia
Pengetahuan
Sikap
Jenis Kelamin
o Prilaku
Seksual
Pranikah
o Status

Faktor Pemungkin
Prilaku Kesehatan
o Lingkungan fisik
Fasilitas
Sarana
kesehatan
o Media

Faktor penguat

o Sikap dan
prilaku petugas
o Undang-undang
dan peraturan
Lingkungan
keluarga dan
masyarakat

3. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah:

Variabel Independent Variabel Dependen

Faktor intrinsik:
- Pengetahuan
- Sikap
- Pencegahan
- Usia Pencegahan
- Jenis kelamin HIV/AIDS melalui
perilaku berisiko
tertular pada siswa
SLTP:
- Tidak mudah
dicegah
- Mudah dicegah
Faktor ekstrinsik:
- Lingkungan
(keluarga
dan masyarakat)
- Hubungan dengan
- orang lain
- Fasilitas
- Sosial dan budaya
4. Metode dan desain Penelitian

Metode dari penelitian ini adalah deskriptif korelasi dan menggunakan


rancangan cross sectional

5. Referensi
1) Oey M. Kemiskinan pedesaan: ketimpangan fasilitas social ekonomi.
Makalah Lokakarya DGB UI. Tidak dipublikasikan, 2007.
2) DepKes. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: DepKes RI, 2008.
3) DepKes. Laporan hasil riset dasar RISKESDAS propinsi Jawa Barat tahun
2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DepKes RI,
2007.

C. Jurnal tentang Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Prilaku Mengenai HIV/


AIDS Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas
Tanjungpura Tahun 2011

1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana Gambaran
Pengetahuan , Sikap Dan Prilaku Mengenai HIV/ AIDS Pada Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura Tahun 2011 ?
2. Kerangka Teori
Kerangka teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor presdisposisi
o Pendidika
n
o Pengetahu
an
o Sikap
o Kepercaya
an
o Prilaku
Seksual
Faktor Pemungkin
Prilaku Kesehatan
o Lingkungan fisik
o Sarana kesehatan
o Media

Faktor penguat

o Sikap dan
prilaku petugas
o Undang-undang
dan peraturan

3. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah:

Variabel Independent Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap HIV/AIDS

Prilaku
4. Metode dan desain Penelitian

Metode dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan menggunakan


rancangan cross sectional
5. Referensi

1. Gallant, J. 2010. 100 Tanya Jawab Mengenai HIV/ AIDS. Jakarta: Indeks.
2. Djauzi, S. 2009. Seri Buku Kecil: Hidup Dengan HIV/AIDS. Yayasan
Spiritia: Jakarta. Diunduh dari http://spiritia.or.id pada tanggal 18 Maret
2011.
3. Yatim, F. 2007. Macam-Macam Penyakit Menular dan Cara
Pencegahannya. Jilid 2. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
4. Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2011. Statistik Kasus HIV/AIDS di
Indonesia. Diunduh dari: http://spiritia.or.id pada tanggal 21 Maret 2011.
5. Murtiastutik, D. 2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Ed.2. Surabaya:
Airlangga University Press, 211-243.

D. Jurnal tentang Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku


Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja Komunitas Anak Jalanan Di Kabupaten
Kudus

1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada Hubungan Antara
Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja
Komunitas Anak Jalanan Di Kabupaten Kudus

2. Kerangka Teori
Kerangka teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor presdisposisi
o Pendidika
n
o Pengetahu
an
o Sikap
o Status
Ekonomi

Faktor Pemungkin
Prilaku Kesehatan
o Lingkungan fisik
o Sarana kesehatan
o Media
Faktor penguat

o Sikap dan
prilaku petugas
o Undang-undang
dan peraturan

3. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah:

Variabel Independent Variabel Dependen

Pengetahuan

Pencegahan
sikap HIV/AIDS Pada Remaja

Prilaku

4. Metode dan desain Penelitian

Metode dari Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan


pendekatan Cross Sectional

5. Referensi
1) Aisyaroh N. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja. Makalah pada
Seminar Kesehatan Reproduksi. Semarang: Fakultas Ilmu Kesehatan
Unissula.
2) Murni. Green. Djauzi. Setiyanto dan Okta. 2009. Hidup dengan
HIV/AIDS. Seri Buku Kecil. Jakarta: Yayasan Spiritia.
3) Kemenkes RI. 2013. Laporan Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia
Triwulan IV Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI.
4) Kemenkes RI. 2013. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Update
Terakhir 11 Maret 2014. Jakarta: Kemenkes RI.
5) KPA. 2007. Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2007-
2010. Draft Final 040107. Jakarta: Kemenkes.

E. Jurnal Tentang Pengetahuan Dan Sikap Siswa SMA Tentang HIV/AIDS Di


SMU Negeri 1 Wedi Klaten.

1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana Pengetahuan Dan
Sikap Siswa SMA Tentang HIV/AIDS Di Smu Negeri 1 Wedi Klaten.

2. Kerangka Teori
Kerangka teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor presdisposisi
o Pendidika
n
o Pengetah
uan
o Sikap
o Status

Faktor Pemungkin
Prilaku Kesehatan
o Lingkungan fisik
o Sarana kesehatan
o Media

Faktor penguat

o Sikap dan
prilaku petugas
o Undang-undang
dan peraturan
3. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah:

Variabel Independent Variabel Dependen

Pengetahuan
HIV/AIDS

sikap

4. Metode dan desain Penelitian

Metode dari penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif


korelasi dengan pendekatan cross sectional.

5. Referensi
1) Djuanda, 2007, HIV & AIDS Pendekatan Biologis Molekuler. Klinis dan
Sosial, Airlangga University Press. Surabaya
2) Hurlock,E.IB. 2007. Psikologi Perkembangan. Edisi Kelima. Erlangga :
Jakarta .
3) Imran, I. 1999. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta
II. REKOMENDASI UNTUK MENANGGULANGI MASALAH HIV/ AIDS

A. Pendekatan Melalui Life Cycle Approach


Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi perempuan dan la-ki-laki
menggunakan pendekatan siklus kehidupan.Berdasarkan masa-lah yang terjadi pada
setiap fase kehidupan, maka upaya-upaya pe-nanganan masalah kesehatan
reproduksi remaja sebagai berikut :

1. Gizi seimbang

Menurut Indriani (2009) ditinjau dari frekuensi makan perhari, cu-kup


banyak remaja yang makan kurang dari tiga kali per hari, yakni sebanyak
45,85%. Dan sebagian kebiasaan makan remaja putri me-nunjukkan belum
memenuhi PUGS, hampir setengah dari total rema-ja (remaja SMP dan SMA)
tidak makan dengan frekuensi makan 3 kali per hari. Frekuensi makan makanan
utama berhubungan positif dengan banyaknya haid yang normal, remaja yang
makan tiga kali se-hari akan mengalami haid yang lebih normal dibandingkan
dengan yang makan kurang dari 3 kali per hari. Kebiasaan makan buah ber-
hubungan negatif dengan jarak antar haid normal namun berhubungan positif
dengan lamanya haid normal. Kebiasaan makan lauk hewani berhubungan positif
dengan lamanya haid normal, namun berhubun-gan negatif dengan nyeri saat
darah keluar dan pusing saat haid.

2. Informasi tentang kesehatan reproduksi

Kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat ten-tang


kesehatan reproduksi dan seksualitas. Selain itu mereka juga ti-dak memiliki
akses terhadap pelayanan dan informasi KR, termasuk kontrasepsi (Depkes,
2006). Informasi biasanya hanya diperoleh dari teman dan atau media, yang
biasanya sering tidak akurat. Hal ini lah yang menyebabkan remaja perempuan
rentan terhadap kehamilan ma-ternal, kematian anak dan bayi, aborsi tidak aman,
infeksi menular seksual, kekerasan/pelecehan seksual, dan lain-lain.

3. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual

Upaya penghapusan kekerasan khususnya terhadap perempuan, ha-rus


dilakukan secara preventif dan interventif. Upaya preventif meru-pakan upaya-
upaya struktural untuk menghilangkan akar penyebabkekerasan terhadap
perempuan. Karena akar tersebut berasal dari pembakuan nilai-nilai bias gender
yang ada dalam keluarga, masyara-kat maupun negara, maka perlu dilakukan
dekonstruksi (pembongka-ran) nilai-nilai tersebut. Dekonstruksi nilai-nilai
tersebut dapat dilaku-kan melalui proses penyadaran msyarakat dan perubahan
kebijakan negara. Sedangkan upaya interventif adalah upaya memberikan ban-
tuan dan dampingan langsung kepada korban agar tidak mengalami dampak
jangka panjang. (Depkes RI,2006)

4. Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA

Seperti diketahui, NAPZA mempunyai dampak terhadap sistem syaraf


manusia yang menimbulkan berbagai perasaan. Sebagian NAPZA itu
meningkatkan gairah, semangat dan keberanian, mengan-tuk hingga akhirnya
apabila digunakan dalam dosis besar dapat mem-bahayakan jiwa. Dengan
sifatnya yang dapat mengakibatkan kecan-duan, hal ini dapat membuat remaja
menjadi kriminal bahkan menjadi pekerja seks demi mendapatkan uang untuk
membeli NAPZA terse-but. (Sarwono,2008) Maka diperlukan tindakan untuk
mencegah ke-tergantungan terhadap NAPZA, seperti ditingkatkannya
kepercayaan terhadap agama, meningkatkan harga diri remaja dan mengubur
gensi yang terlalu tinggi.

5. Pernikahan pada usia wajar


Angka pernikahan dini (menikah sebelum usia 15 tahun) hampir dapat
dijumpai di seluruh Indonesia. Hal ini akan meningkatkan ke-hamilan pada
remaja yang dapat menyebabkan risiko kematian dua hingga empat kali lebih
tinggi dibandingkan perempuan yang hamil pada usia lebih dari 20 tahun.
(Depkes RI,2006) Sehingga pengeta-huan mengenai pendewasaan usia nikah
harus sering digalakkan den-gan berbagai program seperti Program penundaan
UKP sangat strate-gis dalam meningkatkan hak-hak reproduksi yang sehat,
sehingga da-pat menurunkan TFR yang nantinya akan berpengaruh terhadap
penu-runan laju pertumbuhan penduduk. Penundaan UPK harus diimbangi
bimbingan dan kegiatan yang kondusif bagi remaja agar terhindar dari resiko
kehamilan dini yang tidak diinginkan.

6. Pendidikan dan peningkatan keterampilan

Dari aspek pendidikan, kebijakan wajib belajar sembilan tahun yang


dilaksanakan pemerintah belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh penduduk, lebih
dari satu persen atau sekitar 2,4 juta penduduk usia remaja (7-15 tahun) tidak
bersekolah lagi baik karena putus sekolah maupun karena tidak melanjutkan dari
SD/MI ke SMP/MTS dan dari SMP/MTs ke jenjang pendidikan menengah
disebabkan berbagai ala-san, diantaranya karena tidak dapat membayar uang
sekolah, masing-masing 51 persen remaja perempuan dan 54 persen remaja laki-
laki (SDKI-R, 2007).
Kondisi tersebut memerlukan perhatian pemerintah agar pelaksanaan
program wajib belajar sembilan tahun dapat berjalan dengan baik dan dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah mulai
merintis program Wajib Belajar 12 tahun pada 2012 dengan memberikan Bantuan
Operasional Siswa SMA (BOS SMA), dengan harapan tidak ada lagi remaja usia
sekolah tidak bersekolah/putus sekolah. (Ditjaduk,2011).

7. Peningkatan penghargaan diri

Memberikan kesempatan pada remaja agar dapat mengembangkan dirinya


secara lebih optimal, maka perlu diciptkan kondisi lingkungan yang mendukung,
khususnya lingkungan keluarga dengan menjaga keutuhan dan keharmonisan
keluarga sebaik-baiknya. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga
perkembangan stabilitas per-kembangan jiwa remaja seperti mengikuti organisasi
atau perkumpu-lan pemuda, baik formal maupun non formal.

8. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman

Pemberian kepercayaan, kemurnian hati atau ketulusan, memberi-kan


pengertian dan menghayati perasaan remaja, kejujuran dan men-gutamakan
persepsi remaja sendiri dipercaya dapat membuat remaja dapat menemukan
identitas jiwanya sendiri, sehingga diharapkan orang-orang terdekat remaja dapat
memiliki pengetahuan dan keah-lian tersebut.

B. Pendekatan Melalui Pendidikan Seks


Pendidikan seks di Indonesia mendaptak respon pro dan kon-tra yang pada
hakikatnya tergantung sekali pada bagaimana kita men-definisikan pendidikan seks
itu sendiri. Menurut Sarwono (2008) ber-pendapat bahwa pendidikan seks bukanlah
penerangan tentang seks semata-mata. Pendidikan seks, sebagaimana pendidikan
lainnya (pen-didikan agama, pendidikan moral pancasila, dll) mengandung penga-
lihan nilai-nilai dari pendidik ke subjek-didik. Dengan demikian, in-formasi tentang
seks tidak diberikan telanjang akan tetapi diberikan secara kontekstual, yaitu
dalam kaitannya dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat : apa yang
terlarang, apa yang lazim, dan bagaimana cra melakukannya tanpa melanggar aturan.
(Sarwo-no,2008) Pendidikan seks yang kontekstual ini jadinya mempunyai ruang
lingkup yang luas. Tidak terbatas pada perilaku hubungan sek-sual semata tetapi
menyangkut pula hal-hal lain, seperti peran pria dan wanita dalam masyarakat,
hubungan pria-wanita dalam pergaulan, pe-ran ayah-ibu dan anak-anak dalam
keluarga, dan sebagainya. Di Indo-nesia, pendidikan seks ini sering dinamakan juga
pendidikan kehidu-pan berkeluarga. (Sarwono,2008)
Akan tetapi banyak orang tua sendiri yang kurang mampu un-tuk memenuhi
kebutuhan anak-anak remaja mereka. Selain sikap orang tua yang belum terbuka
tentang seks, sehubungan dengan masih kuatnya berlaku tabu-tabu sehubungan
dengan masalah seks, orang tua sering sekali memang kurang paham perihal masalah
yang satu ini. Pengetahuan yang terbatas itulah yang menyebabkan orang tua kurang
dapat berfungsi sebagaimana sumber dalam pendidikan seks. Sedangkan di
pendidikan formal, Indonesia tidak memasuk-kan kurikulum pendidikan seks ke
dalam mata ajar dikarenakan ma-syarakat Indonesia memiliki pandangan yang
berbeda-beda disetiap daerahnya. Sehingga pendidikan seks di indonesia
menemukan ben-tuknya dalam jalur-jalur pendidikan nonformal.

EVIDENCE BASED TENTANG PEMBERIAN


ZAT BESI PADA IBU HAMIL

A. Latar Belakang
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi, karena
terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang
dikandung. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap
terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan yang kurang
pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin.1 Salah satu masalah gizi yang
banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah gizi
mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia.2 World Health Organization
(WHO) melaporkan bahwa terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara
berkembang. Di Indonesia (Susenas dan Survei Depkes-Unicef) dilaporkan bahwa
dari sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta
lainnya mengalami kekurangan energi kronis.
Negara Thailand telah melakukan penelitian bahwa penyebab utama anemia
pada ibu hamil adalah karena defisiensi besi (43,1%).5 Disamping itu, studi di
Malawi ditemukan dari 150 ibu hamil terdapat 32% mengalami defisiensi zat besi
dan satu atau lebih mikronutrient. Demikian pula dengan studi di Tanzania
memperlihatkan bahwa anemia ibu hamil berhubungan dengandefisiensi zat besi (p
= 0,03), vitamin A (p =0,004) dan status gizi (LILA) (p = 0,003).7 Terdapat korelasi
yang erat antara anemia pada saat kehamilan dengan kematian janin, abortus, cacat
bawaan, berat bayi lahir rendah, cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau
anak lahir dalam keadaan anemia gizi. Kondisi ini menyebabkan angka kematian
perinatal masih tinggi, demikian pula dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu.
Selain itu, dapat mengakibatkan perdarahan pada saat persalinan yang merupakan
penyebab utama (28%) kematian ibu hamil/bersalin di Indonesia.

B. Definisi Zat Besi


Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama
diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesishemoglobin
(Hb). Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit berfungsi
penting bagi tubuh. Hemoglobin terdiri dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin
(1/3 berat Hb terdiri dari Fe). Besi bebas terdapat dalam dua bentuk yaitu ferro
(Fe2+) dan ferri (Fe3+). Konversi kedua bentuk tersebut relatif mudah.
Pada konsentrasi oksigen tinggi, umumnya besi dalam bentuk ferri karena
terikat hemoglobin sedangkan pada proses transport transmembran, deposisi dalam
bentuk feritin dan sintesis heme, besi dalam bentuk ferro.5 Dalam tubuh, besi
diperlukan untuk pembentukkan kompleks besi sulfur dan heme. Kompleks besi
sulfur diperlukan dalam kompleks enzim yang berperan dalam metabolisme energi.
Heme tersusun atas cincin porfirin dengan atom besi di sentral cincin yang berperan
mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dan mioglobin dalam otot.

C. Fungsi Zat Besi


Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh : sebagai alat angkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel,
dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk
membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein
yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat
besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh.

D. Sumber Zat Besi


Sumber zat besi adalah makan hewani, seperti daging, ayam dan ikan. Sumber
baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan
beberapa jenis buah. Disamping jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas besi di
dalam makanan, dinamakan juga ketersediaan biologik (bioavability). Pada umumnya
besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi di
dalam serealia dan kacangkacangan mempunyai mempunyai ketersediaan biologik
sedang, dan besi dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam
oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah.

E. Kebutuhan zat besi selama hamil bagi ibu


Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg 1040 mg.
Kebutuhan ini diperlukan untuk : 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.
50-75 mg untuk pembentukan plasenta. 500 mg digunakan untuk meningkatkan
massa haemoglobin maternal/ sel darah merah. 200 mg lebih akan dieksresikan
lewat usus, urin dan kulit. 200 mg lenyap ketika melahirkan. Perhitungan makan 3
x sehari atau 1000-2500 kalori akan menghasilkan sekitar 1015 mg zat besi perhari,
namun hanya 1-2 mg yang di absorpsi. jika ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka
diharapkan 6-8 mg zat besidapat diabsropsi, jika dikonsumsi selama 90 hari maka
total zat besi yang diabsropsi adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari konsumsi
harian ibu.

F. Manfaat Zat Besi Bagi Ibu dan Bayi


Proses haemodilusi yang terjadi pada masa hamil dan meningkatnya kebutuhan
ibu dan janin, serta kurangnya asupan zat besi lewat makanan mengakibatkan kadar
Hb ibu hamil menurun. Untuk mencegah kejadian tersebut maka kebutuhan ibu dan
janin akan tablet besi harus dipenuhi. Anemia defisiensi besi sebagai dampak dari
kurangnya asupan zat besi pada kehamilan tidak hanya berdampak buruk pada ibu,
tetapi juga berdampak buruk pada kesejahteraan janin.
Hal tersebut dipertegas dengan penelitian yang dilakukan yang menyatakan
anemia defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan
kelahiran prematur. Lebih lanjut dalam penelitiannya tentang mekanisme biologi
dampak pemberian zat besi pada pertumbuhan janin dan kejadian kelahiran premature
melaporkan anemia dan defisiensi besi dapat menyebabkan ibu dan janin menjadi
stres sebagai akibat diproduksinya corticotropin-releasing hormone (CRH).
Peningkatan konsentrasi CRH merupakan faktor resiko terjadinya kelahiran prematur,
pregnancy-induced hypertension. Disamping itu juga berdampak pertumbuhan
janin.
Temuan lain pada penelitian yang dilakukan adalah pemberian tablet besi
sebelum hamil dapat meningkatkan berat badan lahir bayi. Penelitian tersebut juga
didukung oleh penelitian Cristian (2003) dan Palma (2007) yang menyatakan
suplemen zat besi berhubungan dengan resiko BBLR pada ibu yang mengalami
anemia. Gangguan pertumbuhan janin yang ditimbulkan tergantung pada periode
pertumbuhan apa ibu mengalami anemia. Penelitian yang dilakukan Georgieftt (2008)
menyatakan kejadian defisiensi besi pada awal kehidupan janin berdampak pada
gangguan neural, metabolisme monoamine dan proses myelinasi. Kebutuhan janin
untuk pertumbuhan dan perkembangan intra uterin diperoleh janin dari nutrisi yang
ada di tubuh ibunya. Kebutuhan janinditransfer dari tubuh ibu melaluilasenta.
Kebutuhan janin yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan janin.
G. Dampak Anemia Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil
Anemia defisiensi besi dapat berakibat fatal bagi ibu hamil
karena ibu hamil memerlukan banyak tenaga untuk melahirkan.
Setelah itu, pada saat melahirkan biasanya darah keluar dalam
jumlah banyak sehingga kondisi anemia akan merupakan
penyebab utama kematian ibu hamil saat melahirkan. Penyebab
utama kematian maternal antara lain perdarahan pascapartum
(disamping eklampsia dan penyakit infeksi) dan plasenta previa
yang kesemuanya bersumber pada anemia defisiensi.
Ibu hamil yang menderita anemia gizi besi tidak akan mampu
memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan janin dalam
kandungan. Oleh karena itu, keguguran, kematian bayi dalam
kandungan, berat bayi lahir rendah, atau kelahiran prematur rawan
terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia gizi besi. Anemia
pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya
angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia.
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani
karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada
wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian
perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan
lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat
mentolerir kehilangan darah.

H. Penelitian Pemberian Asupan 90 Tablet Besi Pada Ibu Hamil


Untuk mengetahui efek 90 tablet suplemen besi setara 60 mg elemen besi dan
0,25 mg asam folat pertablet saat hamil terhadap kejadian anemia dan status besi
pada ibu hamil. Suatu penelitian quasi-experimental dengan rancangan pretest-
posttest dilakukan pada 65 ibu hamil dengan umur kehamilan kurang dari 24
minggu, tidak memiliki riwayat hemorhoid, batuk darah, tukang lambung dan
penyakit darah lainnya di wilayah puskesmas Abiansemal Badung Bali.
Bahan perlakuan berupa tablet besi dengan kandungan 200 mg Ferus Sulfat
(setara dengan 60 mg elemen besi) dan 0,25 mg asam folat. Tablet besi diberikan
dengan dosis satu tablet perhari dan diberikan selama 13 minggu. Kadar Hb,MCV,
MCH, dan MCHC diukur dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan. Perbedaan
proporsi anemia, kadar MCV < 80 mm3, MCH < 27pg/sel, dan MCHC < 30 g/dl
antara sebelum dan sesudah perlakuan diuji dengan uji t dan uji Z dengan tingkat
kemaknaan 5%. Sekitar 76,93% ibu hamil mengalami defisiensi besi dengan MCH <
27 pg/sel dan 35,28% menderita anemia (Hb < 11 g/dl) sebelum diberikan suplemen
besi. Setelah diberikan suplemen besi sebanyak 90 tablet selama 13 minggu, ibu
hamil dengan MCH < 27 pg/sel menurun dari 76,93% menjadi 27,43% dan kejadian
anemia menurun dari 35,28% menjadi 9,35%. Secara kuantitatif, rerata Hb, MCH
dan MCH juga meningkat secara bermakna (p < 0,05) setelah mendapat suplemen
besi, sebaliknya MCV tidak berubah (p > 0,05). Akan tetapi, pada akhir perlakuan
masih terdapat sekitar 27% ibu hamil mengalami defisiensi besi dan 9% masih
anemia.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lebih dari ibu hamil mengalami
defisiensi besi dan lebih dari 1/3 mengalami anemia. Pemberian suplemen besi setara
60 mg elemen besi dan 0,25 mg asam folat per harI selama 13 minggu dapat
menurunkan angka amenia serta meningkatkan status besi ibu hamil, tetapi 1/3 dari
mereka masih menderita defisiensi bes dan 9% masih anemia. Oleh kerena itu,
adalah sangat penting memberikan asupan besi sejak masa pre-maternal supaya
cadangan besi pada saat hamil cukup memadai.
I. Kategori Evedence Based Tentang Pemberian Zat Besi Pada Ibu Hamil
Evedence Based tentang pemberian zat besi pada ibu hamil dikategorikan pada
Evedence Based yang bermanfaat karna ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi
sebanyak 90 tablet dapat mencegah terjadinya anemia pada ibu yang dapat menjadi
resiko pada ibu dan bayi. Resiko anemia pada ibu seperti mengakibatkan kematian
maternal , perdarahan pascapartum (disamping eklampsia dan
penyakit infeksi), plasenta previa, keguguran, kematian bayi dalam
kandungan. Sedangkan pada bayi seperti berat bayi lahir rendah,
kelahiran prematur dan bayi lahir dengan cacat bawaan.

Anda mungkin juga menyukai