Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mahasiswa adalah salah satu komponen penting dalam mewujudkan masa depan
suatu bangsa. Mahasiswa digambarkan sebagai ujung tombak bangsa dikarenakan dipundak
merekalah semua tuntuntan dan harapan akan kehidupan bangsa yang lebih baik dapat
terwujud. Tentunya mahasiswa yang baik bukan hanya dilihat dari segi fisik saja tetapi juga
dari segi moral, religi, dan intelektualitasnya.
Namun harapan tentang bangsa yang bermartabat seolah olah kandas dengan
fenomena yang muncul di kalangan mahasiswa berkaitan dengan gaya hidup mahasiswa
sekarang ini, misalnya pembiasaan seks bebas atau premarital intercourse (hubungan seks
pranikah) merupakan sesuatu yang lazim dikalangan remaja, termasuk didalamnya
mahasiswa. Hubungan seks pranikah responden sebagian besar dimulai pada saat menginjak
bangku kuliah. Pada saat kuliah, mahasiswa tinggal jauh dari orangtuanya, sehingga otomatis
kontrol orangtuanya relatif berkurang.
Seks bebas atau dalam populernya disebut extra material intercouse atau kinky seks
merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar. Tidak saja oleh agama dan
negara. Tetapi juga oleh filsafat. Perilaku seks bebas cenderung disukai oleh anak muda,
terutama kalangan remaja yang secara bio-psikologis sedang tumbuh menuju proses
pematangan (Amiruddin & Mariana,2005)
Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan mahasiswa khususnya yang belum
menikah cenderung meningkat. Hasil penelitian menunjukkan usia remaja ketika pertama
kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14-23 tahun dan usia
terbanyak adalah 18 24 tahun ( Fuad & Radiono 2003). Perilaku seksual pada mahasiswa
dapat diwujudkan dalam tingkah laku bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik,
berkencan, berpengangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah
dada diatas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju,
memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama (Sarwono : 2003).
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
keinginttahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani
1

menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh
dalam perilaku berisiko salah satunya seks bebas dan mungkin harus menanggung akibat
jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan sosial.
Data Depkes RI (2014) pada tahun 2007 menunjukkan laki-laki menyatakan pernah
melakukan seks pra nikah sebesar 10,5% dibandingkan perempuan sebesar 1,4%. Tahun
2012, cenderung meningkat pada laki-laki sebesar 14,5% dan perempuan 1,8%. Dengan ratarata usia 20-24 tahun. Dari survei yang sama didapatkan alasan hubungan seksual pranikah
tersebut sebagian besar karena penasaran/ingin tahu (57,5% pria), terjadi begitu saja (38%
perempuan) dan dipaksa oleh pasangan (12,6% perempuan). Hal ini mencerminkan
kurangnya pemahaman remaja tentang keterampilan hidup sehat, risiko hubungan seksual
dan kemampuan untuk menolak yang tidak mereka inginkan.
Fenomena seks bebas di kalangan mahasiswa terjadi di wilayah kampus Universitas
Padjadjaran Jatinangor, Psikolog Suherman (2001) mengungkapkan bahwa masyarakat
sekitar pemukiman mahasiswa di Jatinangor seringkali menemukan kondom bekas di selokan
dan ada kemungkinan besar kondom tersebut bekas dipakai oleh mahasiswa yang melakukan
seks bebas (Pikiran Rakyat, 2001).
Universitas Padjadjaran (UNPAD) merupakan salah satu universitas yang berada di
Provinsi Jawa Barat. Unpad memiliki jumlah mahasiswa yang banyak berasal dari berbagai
daerah yang memiliki gaya hidup yang berbeda-beda, dan di Unpad memiliki berbagai
disiplin ilmu yang terbagi menjadi 16 fakultas dan program pascasarjana. Penelitian ini
menggunakan objek penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) program
strata 1 (S1) terdiri dari 6 program studi yakni

Hubungan Masyarakat, Manajemen

Komunikasi, Ilmu Komunikasi, Ilmu Perpustakaan, Film & Televisi, dan Jurnalistik terdiri
dari angkatan 2014 dan 2015.
Selain fenomena di atas, terungkap juga kasus mahasiswa yang pesta seks bebas di
sebuah tempat kos di daerah Jatinangor yang terdapat dalam keadaan tanpa busana yang
melibatkan mahasiswa (Kompas, 2004). Hasil penelitian oleh dr. Teddy hidayat, 75%
mahasiswa Universitas Padjadjaran melakukan hubungan seks diluar nikah tanpa mengetahui
dampak terburuk setelah melakukan hubungan seks. (Pikiran Rakyat, 2012)

Data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sumedang tahun 2014, akibat seks bebas
yang dilakukan paling banyak berada di kecamatan Jatinangor yang merupakan kawasan
pendidikan khusunya Universitas Padjadjaran, menimbulkan penyakit berbahaya yaitu AIDS
sebesar 60% akibat seks bebas ( Radar Bandung, 2014).
Kawasan Jatinangor khususnya Universitas Padjadjaran memang dikenal sebagai
daerah pemukiman mahasiswa yang terletak di kecamatan Jatinangor kabupaten Sumedang.
Berdasarkan data tahun 2008 yang diperoleh peneliti dari Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Sumedang, kecamatan Jatinangor memiliki 4 desa yaitu desa Cikeruh, desa
Hegarmanah, desa Cibeusi, dan desa Sayang. Kecamatan Jatinangor juga memilki 200 tempat
kos yang tersebar dalam setiap desanya.
Menurut Otto Sukatno (2002) ketergantungan penduduk secara ekonomi juga
membuat penduduk cenderung mengambil sikap pasrah. Maka jika terjadi penyimpangan
nilai dan norma oleh mahasiswa, mereka segan untuk menegur. Sehingga kontrol sosial tidak
dapat diterapkan dengan baik. Hubungan seks bebas diluar nikah, dahulu dianggap tabu, kini
menjadi hal yang wajar bagi mahasiswa.
Dari uraian diatas, masalah seks dikalangan mahasiswa Universitas Padjadjaran
khususnya di Fakultas Komunikasi sebagai objek penelitian, perlu mendapat perhatian lebih
dari berbagai pihak. Dapat dikatakan bahwa kemungkinan akibat dari kurangnya pengetahuan
seks dan informasi yang kurang tepat tentang seksualitas, hal tersebut berdampak pada
perilaku seks yang keliru dan menyimpang di kalangan mahasiswa. Permasalahan tersebut
menunjukkan bahwa Mahasiswa perlu mendapatkan informasi dan pemahaman besar tentang
seks agar terhindar dari perilaku seks bebas yang dapat menimbulkan dampak seperti
kehamilan diluar nikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV, dan AIDS. Mengingat
dampak yang dihasilkan akibat perilaku seksual cukup serius dan dapat berpengaruh pada
kehidupan individu itu sendiri di masa datang. Disamping itu mahasiswa sebagai penerus
bangsa dan sungguh sangat disayangkan jika mereka akan terjerumus dalam dunia pergaulan
bebas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan fenomena tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah pengetahuan seks bebas pada Mahasiswa Program Strata I di FIKOM
Universitas Padjadjaran?

1.3 Identifikasi Masalah


1. Bagaimanakah

pengetahuan pada Mahasiswa Program Strata I di FIKOM

Universitas Padjadjaran tentang pengertian seks bebas?


2. Bagaimanakah tpengetahuan pada Mahasiswa Program Strata I di FIKOM
Universitas Padjadjaran tentang bentuk-bentuk seks bebas ?
3. Bagaimanakah

pengetahuan pada Mahasiswa Program Strata I di FIKOM

Universitas Padjadjaran tentang faktor-faktor seks bebas ?


4. Bagaimanakah

pengetahuan pada Mahasiswa Program Strata I di FIKOM

Universitas Padjadjaran tentang dampak seks bebas ?

1.4 Tujuan
1.Menggambarkan mengenai Pengetahuan Mahasiswa Program Strata I di FIKOM
Universitas Padjadjaran Jatinangor tentang pengertian seks bebas
2. Menggambarkan Pengetahuan Mahasiswa Program Strata I di FIKOM Universitas
Padjadjaran tentang bentuk bentuk seks bebas
3. Menggambarkan Pengetahuan Mahasiswa Program Strata I di FIKOM Universitas
Padjadjaran tentang pengertian faktor-faktor yang mendorong perilaku seks bebas
4. Menggambarkan Pengetahuan Mahasiswa Program Strata I di FIKOM Universitas
Padjadjaran Universitas Padjadjaran Jatinangor tentang dampak seks bebas
(HIV,PMS)

1.5 Manfaat Pengumpulan Data


1. Bagi Universitas
Hasil pengumpulan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Padjadjaran Jatinangor tentang seks
bebas, untuk dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak universitas sebagai upaya
pencegahan terhadap perilaku penyimpangan seks bagi mahasiswa di lingkungan
Jatinangor sebagai kawasan pendidikan dan mancegah dampak seks bebas seperti
HIV dan AIDS.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil pengumpulan ini dapat memberikan masukan dan manfaat bagi Dinas
Kesehatan

Kabupaten

Sumedang

untuk

perbaikan,

perencanaan,

maupun

implementasi program pendidikan kesehatan seksualitas di kalangan mahasiswa.


3. Bagi peneliti
Pengumpulan penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan
penelitian dan pengalaman berharga dalam melatih kemampuan peneliti dalam
melakukan penelitian selanjutnya.

1.6 Landasan Konseptual


A. Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu
ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk
perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut
dan universitas (Hartaji, 2012: 5).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan sebagai
orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa Indonesia Online,

kbbi.web.id) Menurut Siswoyo (2007: 121) mahasiswa dapat didefinisikan


sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik
negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.
Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan
dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak
dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap
mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi. Seorang mahasiswa
dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap
ini dapat digolongkan pada 19 masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan
dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini
ialah pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012: 27).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah seorang
peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani
pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah
tinggi, institut dan universitas.
2. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa
Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama
yang melibatkan perubahan dan kemungkinan stres, begitu pula masa transisi dari
sekolah menengah atas menuju universitas. Dalam banyak hal, terdapat perubahan
yang sama dalam dua transisi itu. Transisi ini melibatkan gerakan menuju satu
struktur sekolah yang lebih besar dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi
dengan kelompok sebaya dari daerah yang lebih beragam dan peningkatan
perhatian pada prestasi dan penilaiannya (Santrock, 2002: 74).
Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan pertumbuhan
kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap kurikulum yang
menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti; terhadap mahasiswa lain
yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai, terhadap kultur mahasiswa yang
berbeda dengan kultur pada umumnya, dan terhadap anggota fakultas yang
memberikan model baru. Pilihan perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran

terhadap hasrat yang menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia dkk,
2008: 672 )
Ciri-ciri perkembangan remaja lanjut atau remaja akhir (usia 18 sampai 25
tahun) dapat dilihat dalam tugas-tugas perkembangan yaitu (Gunarsa: 2001: 129131);
a) Menerima keadaan fisiknya : Perubahan fisiologis dan organis yang
sedemikian hebat pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa remaja akhir
sudah lebih tenang. Struktur dan penampilan fisik sudah menetap dan
harus diterima sebagaimana adanya. Kekecewaan karena kondisi fisik
tertentu tidak lagi mengganggu dan sedikit demi sedikit mulai menerima
keadaannya.
b) Memperoleh kebebasan emosional : masa remaja akhir sedang pada masa
proses melepaskan diri dari ketergantungan secara emosional dari orang
yang dekat dalam hidupnya (orangtua). Kehidupan emosi yang
sebelumnya banyak mendominasi sikap dan tindakannya mulai terintegrasi
dengan fungsi-fungsi lain sehingga lebih stabil dan lebih terkendali. Dia
mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang
sesuai dengan lingkungan dan kebebasan emosionalnya.
c) Mampu bergaul; dia mulai mengembangkan kemampuan mengadakan
hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain yang
berbeda tingkat kematangan sosialnya. Dia 21 mampu menyesuaikan dan
memperlihatkan kemampuan bersosialisasi dalam tingkat kematangan
sesuai dengan norma sosial yang ada.
d)

Menemukan model untuk identifikasi; dalam proses ke arah kematangan


pribadi, tokoh identifikasi sering kali menjadi faktor penting, tanpa tokoh
identifikasi timbul kekaburan akan model yang ingin ditiru dan
memberikan pengarahan bagaimana bertingkah laku dan bersikap sebaikbaiknya.

e) Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri; pengertian dan penilaian


yang objektif mengenai keadaan diri sendiri mulai terpupuk. Kekurangan
dan kegagalan yang bersumber pada keadaan kemampuan tidak lagi

mengganggu berfungsinya kepribadian dan menghambat prestasi yang


ingin dicapai.
f) Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma; nilai pribadi
yang tadinya menjadi norma dalam melakukan sesuatu tindakan bergeser
ke arah penyesuaian terhadap norma di luar dirinya. Baik yang
berhubungan dengan nilai sosial ataupun nilai moral. Nilai pribadi
adakalanya harus disesuaikan dengan nilai-nilai umum (positif) yang
berlaku dilingkungannya.
g) Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan; dunia
remaja mulai ditinggalkan dan dihadapannya terbentang dunia dewasa
yang akan dimasuki. Ketergantungan secara psikis mulai ditinggalkan dan
ia mampu mengurus dan menentukan sendiri.
Dapat dikatakan masa ini ialah masa persiapan ke arah tahapan perkembangan
berikutnya yakni masa dewasa muda. Apabila telah selesai masa remaja ini, masa
selanjutnya ialah jenjang kedewasaan. Sebagai fase perkembangan, seseorang yang
telah memiliki corak dan bentuk kepribadian tersendiri.
Menurut Langeveld (dalam Ahmadi & Sholeh, 1991: 90) ciri-ciri kedewasaan
seseorang antara lain;
a) Dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya. Ia tidak selalu minta pertolongan
orang lain dan jika ada bantuan orang lain tetap ada pada tanggung jawabnya
dalam menyelesaikan tugas-tugas hidup.
b) Dapat bertanggung jawab dalam arti sebenarnya terutama moral.
c) Memiliki sifat-sifat yang konstruktif terhadap masyarakat dimana ia berada.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik mahasiswa ialah
pada penampilan fisik tidak lagi mengganggu aktifitas dikampus, mulai memiliki
intelektualitas yang tinggi dan kecerdasan berpikir yang matang untuk masa
depannya, memiliki kebebasan emosional untuk memiliki pergaulan dan menentukan
kepribadiannya. Mahasiswa juga ingin meningkatkan prestasi dikampus, memiliki
tanggung jawab dan kemandirian dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah, 23 serta

mulai memikirkan nilai dan norma-norma di lingkungan kampus maupun di


lingkungan masyarakat dimana dia berada.

B. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2002). Panca indra
ini meliputi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Pengetahuan diperoleh sebagian besar melalui indera penglihatan dan pendengaran.
Pengetahuan merupakan hal yang sangat vital . Pengetahuan memegang peranan
yang amat penting khususnya bagi manusia untuk bertindak dan untuk bersikap.
Tanpa pengetahuan seseorang akan mengalami kesulitan untuk melakukan sesuatu.
Oleh karena itu, sangat penting bagi manusia untuk menambah pengetahuannya demi
kemajuan dirinya sendiri.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus

dapat

menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

10

d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada. 7
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2011).
3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), ada beberapa faktor yang
memperngaruhi pengetahuan, yaitu:
a. Umur
Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang
maka proses proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi
pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
secepat ketika berumur belasan tahun. Selain itu, Abu Ahmadi (2001), juga
mengemukakan bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi
oleh umur. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur
dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan
tetapi pada umur umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian
pembagian umur sebagai berikut :
1. Menurut tingkat kedewasaan :
0 14 tahun : bayi dan anak - anak
15 49 tahun : orang muda dan dewasa
50 ahun ke atas : orang tua 8

11

2. Interval 5 tahun : Kurang dari 1 tahun, 1 4 tahun, 5 9 tahun, 10


14 tahun dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Hardiwinoto, pembagian
kategori umur, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Masa balita : 0 5 tahun,


Masa kanak kanak : 5 11 tahun,
Masa remaja awal : 12 16 tahun,
Masa remaja akhir : 17 25 tahun, 5.
Masa dewasa awal : 26 35 tahun, 6.
Masa dewasa akhir : 36 45 tahun, 7.
Masa lansia awal : 46 55 tahun, 8.
Masa lansia akhir : 56 65 tahun, 9.
Masa manula : 65 sampai atas (Depkes RI, 2009).

b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia menguasai lingkungan
(Khayan,1997). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan
intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat
pengetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, di
mana seseorang dapat mempelajari hal hal yang baik dan juga hal hal yang
buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan
memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir seseorang.
d. Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang
memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena
hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan.
e. Pendidikan

12

Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses


pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu
sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied hary A.
(1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah
atau tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula
pengetahuannya.
f. Informasi
Menurut Wied Hary A. (1996), informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang
rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media
misalnya televisi, radio atau surat kabar, maka hal itu akan dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang. Informasi tidak terlepas dari sumber
informasinya.
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Rahmahayani (2010), sumber
informasi adalah asal dari suatu informasi atau data yang diperoleh. Sumber
informasi ini dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :
1. Sumber informasi dokumenter
Merupakan sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen resmi
maupun dokumen tidak resmi. Dokumen resmi adalah bentuk dokumen
yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan di bawah tanggung jawab
instansi resmi. Dokumen tidak resmi adalah segala bentuk dokumen yang
berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan instansi tidak
resmi atau perorangan. Sumber primer atau sering disebut sumber data
dengan pertama 10 dan hukum mempunyai wewenang dan tanggung
jawab terhadap informasi tersebut.
2. Sumber kepustakaan
Kita telah mengetahui bahwa di dalam perpustakaan tersimpan berbagai
bahan bacaan dan informasi dan berbagai disiplin ilmu dari buku, laporan
laporan penelitian, majalah, ilmiah, jurnal, dan sebagainya. 3. Sumber
informasi lapangan Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya
pengetahuan seseorang tentang suatu hal sehingga informasi yang
diperoleh dapat terkumpul secara keseluruhan ataupun sebagainya.
(Rahmahayani 2010).
g. Pengalaman

13

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan


bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu
cara memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi
pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997
dalam Rahmahayani, 2010).
4. Pengukuran
Pengetahuan Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkatan - tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2007).
Untuk pengetahuan aspek pengukuran menggunakan skala guttman terdiri dari
19 pertanyaan, dimana untuk setiap pertanyaan terdiri dari satu jawaban yang
benar. Jika responden menjawab benar pada pernyataan positif maka di beri
skor 1 benar sedangkan jika responden menjawab salah pada pernyataan
positif maka di beri skor 0 salah. Jika responden menjawab benar pada
pernyataan negatif maka di beri skor 1 benar sedangkan jika responden
menjawab salah pada pernyataan negatif maka di beri skor 0 salah.
(Riduwan, 2010). Jumlah nilai tertinggi yang dicapai oleh responden adalah 19
dengan kriteria objektif penelitian sebagai berikut :
Kriteria Objektif :
1) Pengetahuan baik : Apabila jumlah skor 8-19
2) Pengetahuan kurang : apabila jumlah skor 0 - 7

A. Pengetahuan tentang Seks Bebas


1. Pengertian Seks Bebas
Manusia adalah makhluk seksual. Seksualitas diartikan sebagai perbedaan antara
laki-laki dan perempuan baik secara fisik, psikologis, dan dalam istilah-istilah
perilaku :

14

a. Aktivitas, perasaan dan sikap yang dihubungkan dengan reproduksi.


b. Bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi dalam berpasangan dan di dalam
kelompok.
Dengan demikian

seksualitas

adalah

bagaimana orang

merasakan

dan

mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri seksualnya yang khusus (Nugraha&Windy,


1997)
Menurut Mutadin (2002) seks bebas secara umum merupakan sesuatu yang
berkaitan dengan kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara
dengan hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. Perilaku seks bebas adalah
segalatingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis
maupun sesame jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai
dari perasaan tertraik hingga tinkah laku berkencan,bercumbu dan bersenggama.
Objek sesual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam
khayalan atau diri sendiri.
Dalam hal ini tingkah laku seks bebas diurutkan sebagai berikut :
-

Berkencan
Berpegangan tangan
Mencium pipi
Berpelukan
Mencium bibir
Memegang buah dada di atas baju
Memegang buah dada di balik baju
Memegang alat kelamin di atas baju
Memegang alat kelamin di bawah baju
Melakukan senggama
Menurut Luthfi (2002), perilaku seks bebas Menurut Luthfie (2002), perilaku

seks bebas yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut
hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Menurut
akbar (1992),
Perilaku seksual pranikah merupakan segala bentuk perilaku atau aktivitas
seksual yang dilakukan tanpa adanya ikatan perkawinan. Perilaku seks bebas adalah
segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis
maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam,mulai

15

dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercium, bercumbu dan
bersenggama. Objek seksual dapat berupa orang, baik sesama jenis maupun lawan
jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Behrman,Kliegman & Jenson 2004).
2. Bentuk bentuk Seks Bebas
Menurut Sarwono (2002) bentuk-bentuk dari perilaku seks bebas dapat berupa
berkencan intim, berciuman, bercumbu, dan bersenggama. Sedangkan Desmita
(2005) mengemukakan berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan
intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual.
Menurut Sarwono (2002) juga mengemukakan beberapa bentuk dari perilaku
seks bebas, yaitu:
a. Kissing
Saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau pasangan yang didorong
oleh hasrat seksual.
b. Necking
Bercumbu tidak sampai pada menempelkan alat kelamin, biasanya
dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara, atau melakukan oral
seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama.
c. Petting
Bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu dengan menggesekgesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama.
d. intercourse
Mengadakan hubungan kelamin atau bersetubuh diluar pernikahan
3. Faktor yang mempengaruhi seks bebas
Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan seksual yang pertama dialami
oleh remaja menurut Soetjiningsih (2007) yaitu:
A. waktu/ saat mengalami pubertas
B. kontrol sosial kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar), kurangnya
kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh,
C. frekuensi pertemuan dengan pacarnya, hubungan antar mereka semakin
romantis, adanya keinginan untuk menunjukkkan cinta pada pacarnya,
penerimaan aktifitas seksual pacarnya.
D. Status ekonomi, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk
mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik,
E. Korban pelecehan seksual,

16

F. Tekanan dari teman sebaya, penggunaan obat-obat terlarang dan alcohol,


merasa sudah saatnya untuk melakukan aktivitas seksual sebab sudah merasa
matang secara fisik,
G. Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya,
H. Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon
reproduksi atau seksual.
Menurut Smith dan Anderson dalam Dhamayanti (2009) munculnya dorongan
seksual terjadi pada remaja pertengahan. Faktor- faktor yang meningkatkan
dorongan seksual pada remaja menurut BKKBN (2007) yaitu menonton film
porno, melihat gambar porno, mendengar cerita porno, berduaan di tempat sepi,
berkhayal tentang seksual, menggunakan zat perangsang atau napza.
4. Dampak Seks Bebas
Menurut Wilson (dalam Ghifari, 2003), bahaya free sex mencakup bahaya
bagi perkembangan mental (psikis), fisik dan masa depan remaja itu sendiri. Secara
terperinci berikut ini lima bahaya utama free seks:
1. Menciptakan kenangan buruk, jika ternyata diketahui masyarakat, tentu
yang malu bukan saja dirinya sendiri melainkan keluarganya sendiri dan
peristiwa ini tidak akan pernah terlupakan oleh masyarakat sekitar. Hal ini
tentu saja menjadi beban mental yang berat.
2. Kehamilan yang tidak diharapkan (unwanted pregnancy). Unwanted
pregnancy membawa remaja pada dua pilihan, melanjutkan kehamilan atau
menggugurkannya. Hamil dan melahirkan dalam usia remaja merupakan salah
satu faktor risiko kehamilan yang tidak jarang membawa kematian ibu.
Menurut Wibowo (1994) terjadinya perdarahan pada trisemester pertama dan
ketiga, anemi dan persalinan kasip merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada kehamilan remaja. Selain itu kehamilan di usia muda juga berdampak
pada anak yang dikandung, kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) dan
kematian perinatal sering dialami oleh bayi-bayi yang lahir dari ibu usia muda.
Menurut Affandi (1995) tingkat kematian anak pada ibu usia muda mencapai
2-3 kali dari kematian anak yang ibunya berusia 20-30 tahun.

17

Kehamilan yang terjadi akibat seks pranikah bukan saja mendatangkan


malapetaka bagi bayi yang dikandungnya juga menjadi beban mental yang
sangat berat bagi ibunya mengigat kandungan tidak bisa di sembunyikan, dan
dalam keadaan kalut seperti ini biasanya terjadi depresi, terlebih lagi jika sang
pacar kemudian pergi dan tak kembali.
3. Pengguguran kandungan dan pembunuhan bayi. Banyak kasus bayi mungil
yang baru lahir dibunuh ibunya. Sebagian dari bayi itu dibungkus plastik
hidup-hidup, dibuang di kali, dilempar di tong sampah, dan lain-lain, ini suatu
akibat dari perilaku binatang yang pernah dilakukannya. Selain melanjutkan
kehamilan

tidak

sedikit

pula

mereka

yang

mengalami unwanted

pregnancy melakukan aborsi. Lebih kurang 60 % dari 1.000.000 kebutuhan


aborsi dilakukan oleh wanita yang tidak menikah termasuk para remaja. Sekira
70-80 % dari angka itu termasuk dalam kategori aborsi yang tidak aman
(unsafe abortion) yang juga merupakan salah satu factor yang menyebabkan
kematian ibu.
4. Penyakit Menular Seksual (PMS) HIV/AIDS. Dampak lain dari perilaku
seks bebas remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah tertular PMS
termasuk HIV/AIDS. Para remaja seringkali melakukan hubungan seks yang
tidak aman dengan kebiasaan dengan berganti-ganti pasangan dan melakukan
anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS/HIV
seperti sifilis, gonore, herpes, klamidia, dan AIDS. Dari data yang ada
menunjukkan bahwa diantara penderita atau kasus HIV/AIDS 53% berusia
antara 15-29 tahun.
5. Keterlanjuran dan timbul rasa kurang hormat. Perilaku seks bebas (free
sex) menimbulkan suatu keterlibatan emosi dalam diri seorang pria dan
wanita. Semakin sering hal itu dilakukan, semakin mendalam rasa ingin
mengulangi sekalipun sebelumnya ada rasa sesal. Terlebih lagi bagi wanita,
setiap ajakan sang pacar sangat sulit untuk ditolak karena takut ditinggalkan
atau diputuskan. Sementara itu bagi laki-laki, melihat pasangannya begitu
mudah diajak, akan terus berkurang rasa hormat dan rasa cintanya.
6. Psikologis. Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat
berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah konsekuensi psikologis.

18

Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam


posisi terpojok yang sangat dilematis. Dalam pandangan masyarakat, remaja
putri yang hamil merupakan aib keluarga yang melanggar norma-norma sosial
dan agama. Penghakiman social ini tidak jarang meresap dan terus
tersosialisasi dalam diri remaja putri tersebut. Perasaan bingung, cemas, malu,
dan bersalah yang dialami relaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur
dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan yang kadang disertai
dengan rasa benci dan marah baik kepada diri sendiri maupun kepada
pasangan, dan kepada nasib yang membuat kondisi sehat secara fisik, sosial,
dan mental yang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi
remaja tidak terpenuhi.

1.7 Alat Pengukuran


1) Metode Pengumpulan data
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif sederhana dengan
pendekatan metode kuantitatif. Deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara objektif dan digunakan untuk memecahkan situasi yang sedang
dihadapi saat ini (Notoatmodjo, 2005)
Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah
suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan seks
bebas pada Mahasiswa Program Strata 1 (S1) Fikom Unpad yang meliputi pengertian
seks bebas, bentuk-bentuk, faktor yang mendorong, dan dampak yang ditimbulkan
akibat seks bebas.
2) Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner atau angket

19

Pengertian metode angket menurut Arikunto (2006:151) Angket adalah


pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Sedangkan menurut
Sugiyono (2008:199) Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan angket berupa
kuesioner kepada responden. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sendiri dan
tidak boleh diwakilkan. Kuesioner dikirim melalui google.docs kepada responden,
dan responden bisa mengisi kuesioner sendiri melalui smartphone dan hasil jawaban
kuesioner dapat disubmit dan diterima langsung oleh peneliti.
Angket yang digunakan dalam penelitian menggunakan angket tertutup.
Angket tertutup di mana responden telah diberikan alternatif jawaban oleh periset.
Responden tinggal memilih jawaban yang menurutnya sesuai dengan realitas yang
dialaminya, biasanya dengan memberikan tanda X atau checklist.
Contoh :
1. Seks adalah hubungan laki-laki dan perempuan yang didasari hasrat atau
keinginan (libido) dengan tujuan untuk mencari kenikmatan.
a. Benar
b. Salah
2 . Hubungan seks hanya boleh dilakukan bagi pasangan yang sudah menikah.
a. Benar
b. Salah
Kuesioner atau angket sering ditemui dalam berbagai riset kuantitatif. Ada
beberapa kelebihan dan kekurangan kuesioner atau angket ini (Faisal,1982:12)
a. Biaya relatif murah;
b. Mempermudah pengumpulan data pada responden yang terpencarpencar;
c. Sangat tepat untuk sampel diatas 1000;
d. Walaupun sampelnya besar, tapi dapat dilaksanakan serempak;
e. Hemat waktu.
Sedangkan kekurangannya adalah :
a. Terbatas pada responden yang bisa membaca menulis

20

b. Formulasi angket membutuhkan kecermatan tinggi, sehingga betulbetul mampu mewakili periset dalam pengumpulan data. Memerlukan
uji coba dan merevisi angket tersebut.
c. Menyebabkan periset terlalu banyak tergantung atau membutuhkan
kerja sama dengan objek riset.
Kuesioner atau angket yang digunakan menggunakan skala guttman,
disebut juga skalogram, merupakan skala kumulatif. Artinya skala ini disusun
secara kontinum (diurutkan secara hierarki) sedemikian rupa sehingga seseorang
yang setuju/menerima item pernyataan selanjutnya. Skala ini biasanya digunakan
untuk jawaban yang bersifat jelas(tegas) dan konsisten. Misalnya, yakin-tidak
yakin; ya-tidak; pernah tidak pernah; positif negatif; benar- salah; dan lainnya.
Jumlah pertanyaan dalam angket berjumlah 19 pertanyaan dengan
pertanyaan positif 11 pertanyaan ( nomor 1, 2, 6, 7, 8, 11, 12, 14, 17, 18, 19) dan
pertanyaan negatif 8 pertanyaan (nomor 3, 4, 5, 9, 10, 13, 15, 16).
2. Wawancara
Wawancara adalah (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara
dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan
dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana pewawancara
melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
Stewart dan Cash (2012) "Wawancara adalah proses komunikasi interaksi
antara dua pihak yang setidaknya satu diantara mereka memiliki tujuan serius yang
telah ditetapkan dan melibatkan proses tanya jawab tentang sesuatu"
3. Observasi
Menurut Patton, tujuan dilakukannya observasi adalah memahami aktivitasaktivitas yang berlangsung, menjelaskan siapa saja orang-orang yang terlibat di dalam
suatu aktivitas, memahami makna dari suatu kejadian, serta mendeskripsikan setting
yang terjadi pada suatu aktivitas. Namun pada dasarnya, observasi dilakukan untuk
mengamati hal-hal yang kurang disadari oleh orang lain. Observasi merupakan
metode yang paling mudah dalam pengumpulan data dan informasi bila dibandingkan
dengan metode yang lain.

21

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang
berupa peristiwa, tempat, lokasi dan benda serta rekaman gambar.Observasi dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pada observasi langsung dapat
mengambil peran ataupun tidak mengambil peran. (Sutopo, 2002:64)
4. Literature
Menurut ALA Glosary of Library and Information Science (1983), Literatur
adalah bahan bacaan yang digunakan dalam berbagai aktivitas baik secara intelektual
maupun rekreasi.
Dalam penelitian ini kami menjadikan literature atau bahan bacaan untuk
referensi adalah
Skripsi Gambaran Tingkat Pengetahuan Seks Bebas pada Remaja di SMAN 1
Cileungi Kabupaten Bogor, Naedi, 1006823245, Universitas Indonesia.
Skripsi

TINGKAT PENGETAHUAN

MAHASISWA UNIVERSITAS

GADJAH MADA TENTANG BAHAYA PENYAKIT AIDS Oryza Hidayat,


Universitas Gadjah Mada.

1.8 Populasi dan Sampel


1) Populasi
Sugiyono (2002:55) menyebut populasi sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh periset untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas
Padjadjaran Program S1 Fakultas Ilmu Komunikasi terdiri dari
Jurusan
Hubungan Masyarakat

2014
50

2015
55

Jurnalistik
Manajemen Komunikasi
Ilmu Perpustakaan
Ilmu Komunikasi
Film & Televisi

57
153
119
33
-

89
98
124
256
44

22

Jumlah

Keseluruhan

1078

Populasi

2) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2007, p.62)
Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel secara acak atau random
sampling. Dimana pengambilan sampel diambil dengan cara propotional stratified
random sampling yaitu didasarkan pada pengambilan sampel suatu populasi yang
anggota populasi secara acak dan berstrata (Sugiono, 2012).
Besar Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus slovin
dengan presisi 10 % (Notoatmodjo, 2010) :
n=
N
1 + N e2
n=
1078
1+1078(0.12)
n=
1078
1+1078 (0.01 )
n=
1078
11.78
n = 91 Responden
keterangan :
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
e2 = Presisi yang tetapkan (10 % tingkat kepercayaan)
Besar sampel yang diambil untuk penelitian ini berjumlah 91 orang dari
jumlah keseluruhan populasi yaitu 1078 orang. Kemudian ditentukan jumlah
masing masing sampel menurut tingkatkan responden yang berada di masing
masing jurusan di Fakultas Ilmu Komunikasi secara propotional stratified random
sampling dengan rumus (Riduwan dan Akdon, 2010) :
ni = N . n
n
Dimana :
ni = Jumlah sampel menurut stratum
n = Jumlah sampel seluruhnya

23

Ni = Jumlah populasi menurut stratum


N = Jumlah populasi seluruhnya
Dengan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel menurut masing masing strata sebagai berikut :
a. Jurusan Hubungan Masyarakat yaitu dengan rumus : ni = N . n = 105/1078 x
91 = 9 responden.

b. Jurusan Jurnalistik yaitu dengan rumus : ni = N . n = 146/1078 x 91 = 12


responden.
n
c. Jurusan Manajemen Komunikasi yaitu dengan rumus : ni = N . n = 251/1078 x
91 = 21 responden.
n
d. Jurusan Ilmu Perpustakaan yaitu dengan rumus : ni = N . n = 243/1078 x 91 =
21 responden.
n
e. Jurusan Ilmu Komunikasi yaitu dengan rumus : ni = N . n = 289/1078 x 91 =
24 responden.
n
f. Jurusan Film & Televisi yaitu dengan rumus : ni = N . n = 44/1078 x 91 = 4
responden.

1.9 Teknis Analisis Pengumpulan Data


1) Pengertian Analisis Data
Menurut Ardhana (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa
analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam
suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Menurut kamus Bahasa Indonesia (Suharto dan Iryanto, 1996), analisa yaitu
uraian, kupasan dan data yaitu fakta atau fenomena yang sifatnya mentah belum
dianalisis, seperti angka, nama dan sebagainya. Data merupakan kumpulan dari nilainilai yang mencerminkan karakteristik dari individu-individu dari suatu populasi.
Data bisa berupa angka, huruf, suara maupun gambar. Dari data ini diharapkan akan
diperoleh informasi sebesar-besarnya tentang populasi. Dengan demikian, diperlukan

24

pengetahuan dan penguasaan metode analisis sebagai upaya untuk mengeluarkan


informasi yang terkandung dalam data yang dimiliki.
Spradley (dalam Sugiyono, 2006: 89) menyatakan bahwa analsis dalam
penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara berfikir kritis. Hal itu berkaitan
dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian,
hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan.
Teknik analisis data ada dua, yaitu teknik analisis data kuantitatif dan teknik
analisis data kualitatif. Bagi data yang bersifat kuantitatif (numerical) tentu saja
analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan ukuran-ukuran
statistik (Wina, 2002: 296).
Untuk analisis data kuantitatif dalam penggunaan statistik deskriptif dapat
disesuaikan dengan ruang lingkup yang hendak dicapai. Apakah mengharuskan data
untuk memiliki normalitas, homogenitas atau syarat lainnya.
Analisis data kuantitatif yang digunakan adalah analisis univariat yang
menggunakan satu variabel. Jenis analisis ini dilakukan untuk riset deskriptif, dan
menggunakan statistik deskriptif. Hasil penghitungan statistik deskriptif ini nantinya
merupakan penghitungan analisis berikutnya, misalnya untuk menghitung hubungan
antara variabel. Cara analisa yang digunakan menggunakan metode distribusi
frekuensi dan persentase (%).
Teknik analisis data kuantitatif berbeda dengan kualitatif. Dalam teknik
analisis data menggunakan statistik, terdapat dua macam statistik yang digunakan
pada data kuantitatif, yaitu statistik deskriptif dan inferensial.
a.

Deskriptif
Mengukur tedensi sentral
- Mean
- Median
- Modus
Mengukur variabilitas
- Quartil
- Desil
- Persentil
- Standar deviasi
- Varian
Penyajian data
- Tabel, Diagram, Grafik
Inferensial
Parametrik

25

Statistik parametrik adalah cabang ilmu statistik inferensial


yang digunakan untuk menganalisis data-data yang memiliki sebaran
normal saja. Diartikan pula ilmu statistik yang berhubungan dengan
inferensi statistik yang membahas parameter-parameter populasi, jenis
data interval atau rasio, distribusi data normal atau mendekati normal
(Asep, tt). Statistik parametrik tidak dapat dipergunakan sebagai
metode statistik apabila data yang akan dianalisis tidak menyebar
secara normal. Dengan kata lain, data yang ingin di analisis harus
ditransformasikan terlebih dahulu. Transformasi yang dimaksud adalah
data ubah mengikuti sebaran normal. Transformasi dapat dilakukan
dengan mengubah data ke dalam bentuk logaritma natural,
menggunakan operasi matematik (membagi, menambah, atau mengali
dengan bilangan tertentu), dan mengubah skala data dari nominal
menjadi interval. Spesifikasi ini disebabkan karena metode statistik
parametrik memiliki tingkat akurasi ketepatan yang lebih tinggi
dibandingkan statistik non parametrik (akan dijelaskan selanjutnya).
Untuk itulah penyajian data dengan sebaran normal harus dilakukan
untuk mendapatkan analisis data yang akurat. Contoh statistik
parametrik yaitu Normalitas, Homogenitas, Uji T, dan Anava.
Non-parametrik
Statistik

nonparametrik

disebut

juga

statistik

bebas

sebaran. Statistik nonparametrik tidak mensyaratkan bentuk sebaran


parameter populasi. Statistik nonparametrik dapat digunakan pada data
yang memiliki sebaran normal atau tidak. Statistik nonparametrik
biasanya digunakan untuk melakukan analisis pada data nominal atau
ordinal. Keunggulan

dari

statistik nonparametrik

yaitu,

tidak

membutuhkan asumsi normalitas, secara umum metode statistik nonparametrik lebih mudah dikerjakan dan lebih mudah dimengerti jika
dibandingkan dengan statistik parametrik

karena ststistika non-

parametrik tidak membutuhkan perhitungan matematik yang rumit


seperti halnya statistik parametrik; statistik non-parametrik dapat
digantikan data numerik (nominal) dengan jenjang (ordinal), kadang-

26

kadang pada statistik non-parametrik tidak dibutuhkan urutan atau


jenjang secara formal karena sering dijumpai hasil pengamatan yang
dinyatakan dalam data kualitatif, pengujian hipotesis pada statistik
non-parametrik dilakukan secara langsung pada pengamatan yang
nyata. Walaupun pada statistik non-parametrik tidak terikat pada
distribusi normal populasi, tetapi dapat digunakan pada populasi
berdistribusi normal.

1.10 Timetable
APRIL 2016
KEGIATAN

IV
24 25 26 27 28

29

30

Pemberian Tugas Proposal


Bab I Opini Publik oleh Pak
Roro

MEI 2016
KEGIATAN
1
Penentuan tema untuk
proposal Bab I
Tema seks bebas telah
ditentukan
Pembagian Job desc
proposal Bab I +
mencari data (referenai)
Proses pengerjaan
proposal BAB I

I
4

10

II
11

12

13

14

15

27

MEI JUNI 2016


KEGIATAN

III
18

19

20

IV
21

22

23

24

25

V
26

27

28

29

30

31

Prose pengerjaan Bab I


Penyebaran angket
melalui google docs
Proses mengolah data
angket
Pengumpulan proposal
Bab I dan Presentasi

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menampilkan data hasil opini publik yang telah di analisa. Peneliti menyajikan hasil
opini publik dalam bentuk analisis univariat. Analisa univariat bertujuan untuk
mendeskripsikan variabel penelitian, yaitu tingkat pengetahuan seks bebas pada Mahasiswa
S1 Fikom Unpad angkatan 2014-2015. Dan karakteristik responden yaitu jenis kelamin dan
jurusan. Penelitian opini publik ini menggunakan desain penelitian deskriptif sederhana,
sampel dalam penelitian ini berjumlah 91 responden.
II.1 Tingkat pengetahuan seks bebas
Peneliti secara spesifik membagi variabel tingkat pengetahuan menjadi beberapa sub variabel
terkait gambaran pengetahuan tentang pengertian seks bebas, bentuk-bentuk seks bebas,
faktor yang mendorong seks bebas, dan dampak yang ditimbulkan seks bebas.
II.1.1. Pengertian seks bebas
Pengukuran mengenai gambaran pengetahuan responden tentang pengertian seks bebas,
menggunakan kuesioner nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Hasil distribusi responden berdasarkan
tingkat pengetahuan tentang pengertian seks bebas dapat dilihat pada tabel II.1

28

Tabel II.1 Gambaran Pengetahuan Pengertian Seks Bebas Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Padjadjaran (n: 91)
Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah

Frekuensi
81
10
91

Persentase(%)
89 %
11 %
100

Berdasarkan tabel II.1 diketahui persentase tingkat pengetahuan responden tentang seks
bebas persentase terbanyak adalah memiliki pengetahuan baik yaitu 81 orang (89%) dan
pengetahuan kurang 10 orang ( 11%).

II.1.2. Bentuk bentuk seks bebas


Pengukuran mengenai gambaran pengetahuan responden tentang bentuk bentuk

seks

bebas, menggunakan kuesioner nomor 7, 8, 9 10, dan 11. Hasil distribusi responden
berdasarkan tingkat pengetahuan tentang bentuk bentuk seks bebas dapat dilihat pada tabel
II.2
Tabel II.2 Gambaran Pengetahuan Bentuk - bentuk Seks Bebas Mahasiswa S1 Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (n: 91)
Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah

Frekuensi
63
28
91

Persentase(%)
69 %
31 %
100

Berdasarkan tabel II.2 diketahui persentase tingkat pengetahuan responden tentang bentukbentuk seks bebas persentase terbanyak adalah memiliki pengetahuan baik yaitu 63 orang
(69%) dan pengetahuan kurang 28 orang ( 31%)

II.1.3. Faktor yang mendorong seks bebas

29

Pengukuran mengenai gambaran pengetahuan responden tentang faktor yang mendorong seks
bebas, menggunakan kuesioner nomor 12, 13, dan 14. Hasil distribusi responden berdasarkan
tingkat pengetahuan tentang faktor yang mendorong seks bebas dapat dilihat pada tabel II.3
Tabel II.3 Gambaran Pengetahuan Faktor yang Mendorong Seks Bebas Mahasiswa S1
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (n: 91)
Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah

Frekuensi
73
18
91

Persentase(%)
80%
20 %
100

Berdasarkan tabel II.3 diketahui persentase tingkat pengetahuan responden tentang faktor
pendorong seks bebas persentase terbanyak adalah memiliki pengetahuan baik yaitu 73 orang
(80%) dan pengetahuan kurang 18 orang ( 20%)
II.1.4. Dampak seks bebas
Pengukuran mengenai gambaran pengetahuan responden tentang dampak seks bebas,
menggunakan kuesioner nomor 15, 16, 17, 18, dan 19. Hasil distribusi responden berdasarkan
tingkat pengetahuan tentang dampak seks bebas dapat dilihat pada tabel II.4
Tabel II.4 Gambaran Pengetahuan Dampak Seks Bebas Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Padjadjaran (n: 91)
Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah

Frekuensi
61
30
91

Persentase(%)
67%
33%
100

Berdasarkan tabel II.4 diketahui persentase tingkat pengetahuan responden tentang dampak
seks bebas persentase terbanyak adalah memiliki pengetahuan baik yaitu 61 orang (67%) dan
pengetahuan kurang 30 orang ( 33%)
II. 2 Karakteristik Responden

30

Karakteristik responden yang diidentifikasi dalam penelitian meliputi : jenis kelamin,


angkatan dan jurusan. Analisis Univariat terhadap karakteristik repsonden dapat dijelaskan
sebagai berikut :
II.2.1 Jenis Kelamin
Hasil distribusi responden dapat dilihat pada tabel II.1
Tabel II.1 Jenis Kelamin Responden (n: 91)
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah

Frekuensi
31
60
91

Persentase(%)
34,1%
65,9%
100%

Berdasarkan tabel II.1 diketahui persentase jenis kelamin responden terbesar adalah
perempuan yaitu 60 orang (65,9%) . Sedangkan persentase terkecil yaitu laki laki
berjummlah 31 orang
( 34,1%)
II.2.2 Jurusan
Hasil distribusi responden dapat dilihat pada tabel II.2
Tabel II.2 Jurusan Responden(n: 91)
Pengetahuan
Hubungan Masyarakat
Jurnalistik
Manajemen Komunikasi
Ilmu Perpustakaan
Ilmu Komunikasi
Film dan Televisi
Jumlah

Frekuensi
9
12
21
21
24
4
91

Persentase(%)
9,9%
13,2%
23,1%
23,1%
26,4%
4,4%
100%

Berdasarkan tabel II.2 diketahui persentase jurusan jumlah responden terbanyak adalah
jurusan ilmu komunikasi 24 orang (26,4%) . Jumlah responden terendah yaitu jurusan film
dan televisi 4 orang ( 4,4%)
II.2.3 Angkatan
Hasil distribusi responden dapat dilihat pada tabel II.3

31

Tabel II.1 Jenis Kelamin Responden (n: 91)


Jenis Kelamin
2014
2015
Jumlah

Frekuensi
35
56
91

Persentase(%)
38,5%
61,5%
100%

Berdasarkan tabel II.3 diketahui persentase angkatan responden terbanyak adalah angkatan
2015 56 orang (61,5%). Jumlah terendah adalah angkatan 2014 35 orang (38,5%).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan tingkat pengetahuan Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran mengenai seks bebas sudah baik. Dan mengacu pada tujuan proposal
iniyang telah di susun dan ditetapkan sebelum pelaksanaan proposal ini, maka penelit
mendapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengetahuan mahasiswa terkait pengertian seks bebas, menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan sudah baik karena 89% (diatas 60%).
b. Pengetahuan mahasiswa terkait bentuk bentuk seks bebas, menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang relatif baik karena 69%
(diatas 60%).
c. Pengetahuan mahasiswa terkait faktor pendorong seks bebas, menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan baik karena 80% (diatas
60%).
d. Pengetahuan mahasiswa terkait dampak seks bebas, menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan relatif cukup baik karena 67% (diatas
60%).
III.2 Saran
1. Untuk Universitas
Dengan pengetahuan mahasiswa yang sudah baik mengenai seks bebas, maka
disarankan pada pihak Universitas Padjadjaran untuk mempertahankan kondisi Unpad
dan sekitarnya agar tetap baik bahkan ditingkatkan misalnya rutin mengadakan kuliah
umum atau seminar mengenai seks bebas karena jatinangor merupakan kawasan

32

tersendiri tanpa pengawasan untuk mengantisipasi perilaku seks yang menyimpang


dan dampak seks yang nantinya akan menimbulkan bahaya bagi para mahasiswa.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Dengan pengetahuan mahasiswa yang sudah baik mengenai seks bebas, maka
disarankan instansi kesehatan wilayah Sumedang bekerja sama dengan Universitas
untuk pemeriksaan gratis yang berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan dari
seks bebas atau dapat membuat sebuah campaign bahwa seks bebas sangat berbahaya.
3. Bagi Mahasiswa
Dengan pengetahuan mahasiswa yang sudah baik mengenai seks bebas, maka
disarankan agar selalu selektif dalam menerima informasi, memilih teman, agar tidak
menimbulkan pemahaman yang keliru sehingga terbebas dari perilaku yang mengarah
pada perbuatan seks bebas.
4. Bagi Peneliti
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih
mendalam untuk mengetahui hal-hal yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dan
hendaknya tidak hanya menggunakan analisa univariat saja agar mendapatkan hasil
yang dapat digeneralisasi serta dapat mengambil sampel lebih dari satu fakultas.

33

DAFTAR PUSTAKA
BKKBN (2007). Remaja dan Seks Pranikah. www.bkbn.go.id. Diakses pada tanggal 13 Mei
2016 pukul 15.37
Desmita (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Glasier, Anna. Ed. 4. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Kauma,

Fuad.

2002. Sensasi

Remaja

di

Masa

puber:

Dampak

Negatif

dan

Penanggulangannya. Jakarta: Kalam Mulia.


Kementerian Kesehatan RI. 2014. Laporan Situasi Perkembangan Seks Bebas di Indonesia
sampai dengan Desember 2012.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Miron, Amy G. dan Miron, Charles D. 2006. Bicara Soal Cinta, Pacaran, dan Seks kepada
Remaja: Panduan Guru dan Orang Tua. Jakarta: Esensi.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Santrock, J.W(2003). Adolescence : Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Laporan Situasi Perkembangan Seks Bebas di Indonesia
sampai dengan Desember 2012.
Skripsi Gambaran Tingkat Pengetahuan Seks Bebas pada Remaja di SMAN 1 Cileungi
Kabupaten Bogor, Naedi, 1006823245, Universitas Indonesia.
Skripsi TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA
TENTANG BAHAYA PENYAKIT AIDS Oryza Hidayat, Universitas Gadjah Mada.

Referensi Website :

34

http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html
(Diakses pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 17.46)
http://www.gurupendidikan.com/8-jenis-bentuk-dan-pengertian-wawancara-menurut-paraahli-beserta-contohnya/
(Diakses pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 18.50)
http://hendriansdiamond.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-literatur-dan-jenis.html
(Diakses pada tanggal 16 Mei 2016 pukul 19.20)
http://metagunawan.blogspot.co.id/2015/09/teknik-analisis-data.html
(Diakses pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 17.13

Instrumen Penelitian

Variabel

Sub
variabel
Pengertian
Seks bebas

Indikator

Item
-

Pengetahuan
Bentuk
bentuk seks
bebas
Faktor
faktor seks
bebas
Dampak
Seks bebas

Pemahaman

Definisi
seks bebas
Tingkah
laku
Kissing
Necking
Petting
Intercours
e
Orang tua
Napza
Penasaran
Penyakit
Menular
Seksual
(PMS)
HIV &
AIDS

Skala

No pertanyaan
1-6

7-11

Ordinal

12-14

15-19

35

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN SEKS BEBAS PADA MAHASISWA STRATA


I FIKOM UNPAD JATINANGOR (google docs)
Kami Nuranny Elsha, Zahra Fatirahma, Adelya Drobopolsky, M Lucky S, dan Rima Saleha,
Mahasiswa Universitas Padjadjaran dari Fakultas Ilmu Komunikasi, kelas Hubungan
Masyarakat tahun 2014. Kami sedang melakukan penelitian tentang Tingkat pengetahuan
seks bebas pada mahasiswa Unpad untuk tugas mata kuliah Opini Publik.
Setiap respon yang anda berikan akan dirahasiakan. Respon anda akan sangat membantu
kami dalam menyelesaikan tugas ini. Demikian tujuan dari kuesioner ini dibuat. Atas
perhatian dan partisipasi anda, kami ucapkan terima kasih.
Jenis kelamin :
P
L
Jurusan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Hubungan Masyarakat
Ilmu Komunikasi
Jurnalistik
Manajemen Komunikasi
Ilmu Perpustakaan
Film & Televisi

Angkatan :
a. 2014
b. 2015

No
1
2
3
4

Pertanyaan
Seks adalah hubungan laki-laki dan perempuan yang didasari hasrat
atau keinginan (libido) dengan tujuan untuk mencari kenikmatan
Hubungan seks hanya boleh dilakukan bagi pasangan yang sudah
menikah
Hubungan seks boleh dilakukan mahasiswa sebagai ekspresi cinta yang
tulus dari pasangan
Hubungan seks boleh dilakukan mahasiswa yang penting tidak

36

5
6
7.
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

menyebabkan kehamilan
Melakukan hubungan seks dengan orang yang sangat dicintai boleh
dilakukan asalkan dengan pacar sendiri
Hubungan Seks Bebas dilarang karena merupakan perbuatan dosa
Kissing adalah ciuman yang dilakukan dengan pasangan lawan jenis
Necking adalah perilaku seks yang dilakukan dengan cara berpelukan,
memegang payudara
Necking boleh dilakukan terhadap pacarnya karena bukan merupakan
bentuk perilaku seks bebas
Petting boleh dilakukan oleh pacarnya karena bukan termasuk perilaku
seks bebas
Intercourse merupakan hubungan seks yang dilakukan melalui kontak
alat kelamin
Pengguna Napza tidak akan menyebabkan terjadinya perilaku seks
bebas
Faktor yang mendorong perilaku seks Bebas salah satunya karena
kurang pengawasan orang tua
Seks bebas dilakukan oleh mahasiswa biasanya didorong oleh rasa
ingin tahu yang besar untuk mencoba yang belum diketahuinya
Melakukan hubungan seks hanya sekali tidak akan menyebabkan
kehamilan
Kehamilan terjadi jika hubungan seks dilakukan lebih dari satu kali
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual
Penularan (PMS) terjadi jika hubungan seks dilakukan dengan Pekerja
Seks Komersial (PSK)
HIV adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS

Anda mungkin juga menyukai