PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mahasiswa adalah salah satu komponen penting dalam mewujudkan masa depan
suatu bangsa. Mahasiswa digambarkan sebagai ujung tombak bangsa dikarenakan dipundak
merekalah semua tuntuntan dan harapan akan kehidupan bangsa yang lebih baik dapat
terwujud. Tentunya mahasiswa yang baik bukan hanya dilihat dari segi fisik saja tetapi juga
dari segi moral, religi, dan intelektualitasnya.
Namun harapan tentang bangsa yang bermartabat seolah olah kandas dengan
fenomena yang muncul di kalangan mahasiswa berkaitan dengan gaya hidup mahasiswa
sekarang ini, misalnya pembiasaan seks bebas atau premarital intercourse (hubungan seks
pranikah) merupakan sesuatu yang lazim dikalangan remaja, termasuk didalamnya
mahasiswa. Hubungan seks pranikah responden sebagian besar dimulai pada saat menginjak
bangku kuliah. Pada saat kuliah, mahasiswa tinggal jauh dari orangtuanya, sehingga otomatis
kontrol orangtuanya relatif berkurang.
Seks bebas atau dalam populernya disebut extra material intercouse atau kinky seks
merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar. Tidak saja oleh agama dan
negara. Tetapi juga oleh filsafat. Perilaku seks bebas cenderung disukai oleh anak muda,
terutama kalangan remaja yang secara bio-psikologis sedang tumbuh menuju proses
pematangan (Amiruddin & Mariana,2005)
Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan mahasiswa khususnya yang belum
menikah cenderung meningkat. Hasil penelitian menunjukkan usia remaja ketika pertama
kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14-23 tahun dan usia
terbanyak adalah 18 24 tahun ( Fuad & Radiono 2003). Perilaku seksual pada mahasiswa
dapat diwujudkan dalam tingkah laku bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik,
berkencan, berpengangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah
dada diatas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju,
memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama (Sarwono : 2003).
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
keinginttahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani
1
menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh
dalam perilaku berisiko salah satunya seks bebas dan mungkin harus menanggung akibat
jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan sosial.
Data Depkes RI (2014) pada tahun 2007 menunjukkan laki-laki menyatakan pernah
melakukan seks pra nikah sebesar 10,5% dibandingkan perempuan sebesar 1,4%. Tahun
2012, cenderung meningkat pada laki-laki sebesar 14,5% dan perempuan 1,8%. Dengan ratarata usia 20-24 tahun. Dari survei yang sama didapatkan alasan hubungan seksual pranikah
tersebut sebagian besar karena penasaran/ingin tahu (57,5% pria), terjadi begitu saja (38%
perempuan) dan dipaksa oleh pasangan (12,6% perempuan). Hal ini mencerminkan
kurangnya pemahaman remaja tentang keterampilan hidup sehat, risiko hubungan seksual
dan kemampuan untuk menolak yang tidak mereka inginkan.
Fenomena seks bebas di kalangan mahasiswa terjadi di wilayah kampus Universitas
Padjadjaran Jatinangor, Psikolog Suherman (2001) mengungkapkan bahwa masyarakat
sekitar pemukiman mahasiswa di Jatinangor seringkali menemukan kondom bekas di selokan
dan ada kemungkinan besar kondom tersebut bekas dipakai oleh mahasiswa yang melakukan
seks bebas (Pikiran Rakyat, 2001).
Universitas Padjadjaran (UNPAD) merupakan salah satu universitas yang berada di
Provinsi Jawa Barat. Unpad memiliki jumlah mahasiswa yang banyak berasal dari berbagai
daerah yang memiliki gaya hidup yang berbeda-beda, dan di Unpad memiliki berbagai
disiplin ilmu yang terbagi menjadi 16 fakultas dan program pascasarjana. Penelitian ini
menggunakan objek penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) program
strata 1 (S1) terdiri dari 6 program studi yakni
Komunikasi, Ilmu Komunikasi, Ilmu Perpustakaan, Film & Televisi, dan Jurnalistik terdiri
dari angkatan 2014 dan 2015.
Selain fenomena di atas, terungkap juga kasus mahasiswa yang pesta seks bebas di
sebuah tempat kos di daerah Jatinangor yang terdapat dalam keadaan tanpa busana yang
melibatkan mahasiswa (Kompas, 2004). Hasil penelitian oleh dr. Teddy hidayat, 75%
mahasiswa Universitas Padjadjaran melakukan hubungan seks diluar nikah tanpa mengetahui
dampak terburuk setelah melakukan hubungan seks. (Pikiran Rakyat, 2012)
Data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sumedang tahun 2014, akibat seks bebas
yang dilakukan paling banyak berada di kecamatan Jatinangor yang merupakan kawasan
pendidikan khusunya Universitas Padjadjaran, menimbulkan penyakit berbahaya yaitu AIDS
sebesar 60% akibat seks bebas ( Radar Bandung, 2014).
Kawasan Jatinangor khususnya Universitas Padjadjaran memang dikenal sebagai
daerah pemukiman mahasiswa yang terletak di kecamatan Jatinangor kabupaten Sumedang.
Berdasarkan data tahun 2008 yang diperoleh peneliti dari Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Sumedang, kecamatan Jatinangor memiliki 4 desa yaitu desa Cikeruh, desa
Hegarmanah, desa Cibeusi, dan desa Sayang. Kecamatan Jatinangor juga memilki 200 tempat
kos yang tersebar dalam setiap desanya.
Menurut Otto Sukatno (2002) ketergantungan penduduk secara ekonomi juga
membuat penduduk cenderung mengambil sikap pasrah. Maka jika terjadi penyimpangan
nilai dan norma oleh mahasiswa, mereka segan untuk menegur. Sehingga kontrol sosial tidak
dapat diterapkan dengan baik. Hubungan seks bebas diluar nikah, dahulu dianggap tabu, kini
menjadi hal yang wajar bagi mahasiswa.
Dari uraian diatas, masalah seks dikalangan mahasiswa Universitas Padjadjaran
khususnya di Fakultas Komunikasi sebagai objek penelitian, perlu mendapat perhatian lebih
dari berbagai pihak. Dapat dikatakan bahwa kemungkinan akibat dari kurangnya pengetahuan
seks dan informasi yang kurang tepat tentang seksualitas, hal tersebut berdampak pada
perilaku seks yang keliru dan menyimpang di kalangan mahasiswa. Permasalahan tersebut
menunjukkan bahwa Mahasiswa perlu mendapatkan informasi dan pemahaman besar tentang
seks agar terhindar dari perilaku seks bebas yang dapat menimbulkan dampak seperti
kehamilan diluar nikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV, dan AIDS. Mengingat
dampak yang dihasilkan akibat perilaku seksual cukup serius dan dapat berpengaruh pada
kehidupan individu itu sendiri di masa datang. Disamping itu mahasiswa sebagai penerus
bangsa dan sungguh sangat disayangkan jika mereka akan terjerumus dalam dunia pergaulan
bebas.
1.4 Tujuan
1.Menggambarkan mengenai Pengetahuan Mahasiswa Program Strata I di FIKOM
Universitas Padjadjaran Jatinangor tentang pengertian seks bebas
2. Menggambarkan Pengetahuan Mahasiswa Program Strata I di FIKOM Universitas
Padjadjaran tentang bentuk bentuk seks bebas
3. Menggambarkan Pengetahuan Mahasiswa Program Strata I di FIKOM Universitas
Padjadjaran tentang pengertian faktor-faktor yang mendorong perilaku seks bebas
4. Menggambarkan Pengetahuan Mahasiswa Program Strata I di FIKOM Universitas
Padjadjaran Universitas Padjadjaran Jatinangor tentang dampak seks bebas
(HIV,PMS)
Kabupaten
Sumedang
untuk
perbaikan,
perencanaan,
maupun
terhadap hasrat yang menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia dkk,
2008: 672 )
Ciri-ciri perkembangan remaja lanjut atau remaja akhir (usia 18 sampai 25
tahun) dapat dilihat dalam tugas-tugas perkembangan yaitu (Gunarsa: 2001: 129131);
a) Menerima keadaan fisiknya : Perubahan fisiologis dan organis yang
sedemikian hebat pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa remaja akhir
sudah lebih tenang. Struktur dan penampilan fisik sudah menetap dan
harus diterima sebagaimana adanya. Kekecewaan karena kondisi fisik
tertentu tidak lagi mengganggu dan sedikit demi sedikit mulai menerima
keadaannya.
b) Memperoleh kebebasan emosional : masa remaja akhir sedang pada masa
proses melepaskan diri dari ketergantungan secara emosional dari orang
yang dekat dalam hidupnya (orangtua). Kehidupan emosi yang
sebelumnya banyak mendominasi sikap dan tindakannya mulai terintegrasi
dengan fungsi-fungsi lain sehingga lebih stabil dan lebih terkendali. Dia
mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang
sesuai dengan lingkungan dan kebebasan emosionalnya.
c) Mampu bergaul; dia mulai mengembangkan kemampuan mengadakan
hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain yang
berbeda tingkat kematangan sosialnya. Dia 21 mampu menyesuaikan dan
memperlihatkan kemampuan bersosialisasi dalam tingkat kematangan
sesuai dengan norma sosial yang ada.
d)
B. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2002). Panca indra
ini meliputi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Pengetahuan diperoleh sebagian besar melalui indera penglihatan dan pendengaran.
Pengetahuan merupakan hal yang sangat vital . Pengetahuan memegang peranan
yang amat penting khususnya bagi manusia untuk bertindak dan untuk bersikap.
Tanpa pengetahuan seseorang akan mengalami kesulitan untuk melakukan sesuatu.
Oleh karena itu, sangat penting bagi manusia untuk menambah pengetahuannya demi
kemajuan dirinya sendiri.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
10
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada. 7
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2011).
3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), ada beberapa faktor yang
memperngaruhi pengetahuan, yaitu:
a. Umur
Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang
maka proses proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi
pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
secepat ketika berumur belasan tahun. Selain itu, Abu Ahmadi (2001), juga
mengemukakan bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi
oleh umur. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur
dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan
tetapi pada umur umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian
pembagian umur sebagai berikut :
1. Menurut tingkat kedewasaan :
0 14 tahun : bayi dan anak - anak
15 49 tahun : orang muda dan dewasa
50 ahun ke atas : orang tua 8
11
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia menguasai lingkungan
(Khayan,1997). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan
intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat
pengetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, di
mana seseorang dapat mempelajari hal hal yang baik dan juga hal hal yang
buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan
memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir seseorang.
d. Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang
memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena
hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan.
e. Pendidikan
12
13
14
seksualitas
adalah
bagaimana orang
merasakan
dan
Berkencan
Berpegangan tangan
Mencium pipi
Berpelukan
Mencium bibir
Memegang buah dada di atas baju
Memegang buah dada di balik baju
Memegang alat kelamin di atas baju
Memegang alat kelamin di bawah baju
Melakukan senggama
Menurut Luthfi (2002), perilaku seks bebas Menurut Luthfie (2002), perilaku
seks bebas yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut
hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Menurut
akbar (1992),
Perilaku seksual pranikah merupakan segala bentuk perilaku atau aktivitas
seksual yang dilakukan tanpa adanya ikatan perkawinan. Perilaku seks bebas adalah
segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis
maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam,mulai
15
dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercium, bercumbu dan
bersenggama. Objek seksual dapat berupa orang, baik sesama jenis maupun lawan
jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Behrman,Kliegman & Jenson 2004).
2. Bentuk bentuk Seks Bebas
Menurut Sarwono (2002) bentuk-bentuk dari perilaku seks bebas dapat berupa
berkencan intim, berciuman, bercumbu, dan bersenggama. Sedangkan Desmita
(2005) mengemukakan berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan
intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual.
Menurut Sarwono (2002) juga mengemukakan beberapa bentuk dari perilaku
seks bebas, yaitu:
a. Kissing
Saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau pasangan yang didorong
oleh hasrat seksual.
b. Necking
Bercumbu tidak sampai pada menempelkan alat kelamin, biasanya
dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara, atau melakukan oral
seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama.
c. Petting
Bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu dengan menggesekgesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama.
d. intercourse
Mengadakan hubungan kelamin atau bersetubuh diluar pernikahan
3. Faktor yang mempengaruhi seks bebas
Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan seksual yang pertama dialami
oleh remaja menurut Soetjiningsih (2007) yaitu:
A. waktu/ saat mengalami pubertas
B. kontrol sosial kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar), kurangnya
kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh,
C. frekuensi pertemuan dengan pacarnya, hubungan antar mereka semakin
romantis, adanya keinginan untuk menunjukkkan cinta pada pacarnya,
penerimaan aktifitas seksual pacarnya.
D. Status ekonomi, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk
mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik,
E. Korban pelecehan seksual,
16
17
tidak
sedikit
pula
mereka
yang
mengalami unwanted
18
19
20
b. Formulasi angket membutuhkan kecermatan tinggi, sehingga betulbetul mampu mewakili periset dalam pengumpulan data. Memerlukan
uji coba dan merevisi angket tersebut.
c. Menyebabkan periset terlalu banyak tergantung atau membutuhkan
kerja sama dengan objek riset.
Kuesioner atau angket yang digunakan menggunakan skala guttman,
disebut juga skalogram, merupakan skala kumulatif. Artinya skala ini disusun
secara kontinum (diurutkan secara hierarki) sedemikian rupa sehingga seseorang
yang setuju/menerima item pernyataan selanjutnya. Skala ini biasanya digunakan
untuk jawaban yang bersifat jelas(tegas) dan konsisten. Misalnya, yakin-tidak
yakin; ya-tidak; pernah tidak pernah; positif negatif; benar- salah; dan lainnya.
Jumlah pertanyaan dalam angket berjumlah 19 pertanyaan dengan
pertanyaan positif 11 pertanyaan ( nomor 1, 2, 6, 7, 8, 11, 12, 14, 17, 18, 19) dan
pertanyaan negatif 8 pertanyaan (nomor 3, 4, 5, 9, 10, 13, 15, 16).
2. Wawancara
Wawancara adalah (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara
dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan
dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana pewawancara
melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
Stewart dan Cash (2012) "Wawancara adalah proses komunikasi interaksi
antara dua pihak yang setidaknya satu diantara mereka memiliki tujuan serius yang
telah ditetapkan dan melibatkan proses tanya jawab tentang sesuatu"
3. Observasi
Menurut Patton, tujuan dilakukannya observasi adalah memahami aktivitasaktivitas yang berlangsung, menjelaskan siapa saja orang-orang yang terlibat di dalam
suatu aktivitas, memahami makna dari suatu kejadian, serta mendeskripsikan setting
yang terjadi pada suatu aktivitas. Namun pada dasarnya, observasi dilakukan untuk
mengamati hal-hal yang kurang disadari oleh orang lain. Observasi merupakan
metode yang paling mudah dalam pengumpulan data dan informasi bila dibandingkan
dengan metode yang lain.
21
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang
berupa peristiwa, tempat, lokasi dan benda serta rekaman gambar.Observasi dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pada observasi langsung dapat
mengambil peran ataupun tidak mengambil peran. (Sutopo, 2002:64)
4. Literature
Menurut ALA Glosary of Library and Information Science (1983), Literatur
adalah bahan bacaan yang digunakan dalam berbagai aktivitas baik secara intelektual
maupun rekreasi.
Dalam penelitian ini kami menjadikan literature atau bahan bacaan untuk
referensi adalah
Skripsi Gambaran Tingkat Pengetahuan Seks Bebas pada Remaja di SMAN 1
Cileungi Kabupaten Bogor, Naedi, 1006823245, Universitas Indonesia.
Skripsi
TINGKAT PENGETAHUAN
MAHASISWA UNIVERSITAS
2014
50
2015
55
Jurnalistik
Manajemen Komunikasi
Ilmu Perpustakaan
Ilmu Komunikasi
Film & Televisi
57
153
119
33
-
89
98
124
256
44
22
Jumlah
Keseluruhan
1078
Populasi
2) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2007, p.62)
Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel secara acak atau random
sampling. Dimana pengambilan sampel diambil dengan cara propotional stratified
random sampling yaitu didasarkan pada pengambilan sampel suatu populasi yang
anggota populasi secara acak dan berstrata (Sugiono, 2012).
Besar Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus slovin
dengan presisi 10 % (Notoatmodjo, 2010) :
n=
N
1 + N e2
n=
1078
1+1078(0.12)
n=
1078
1+1078 (0.01 )
n=
1078
11.78
n = 91 Responden
keterangan :
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
e2 = Presisi yang tetapkan (10 % tingkat kepercayaan)
Besar sampel yang diambil untuk penelitian ini berjumlah 91 orang dari
jumlah keseluruhan populasi yaitu 1078 orang. Kemudian ditentukan jumlah
masing masing sampel menurut tingkatkan responden yang berada di masing
masing jurusan di Fakultas Ilmu Komunikasi secara propotional stratified random
sampling dengan rumus (Riduwan dan Akdon, 2010) :
ni = N . n
n
Dimana :
ni = Jumlah sampel menurut stratum
n = Jumlah sampel seluruhnya
23
24
Deskriptif
Mengukur tedensi sentral
- Mean
- Median
- Modus
Mengukur variabilitas
- Quartil
- Desil
- Persentil
- Standar deviasi
- Varian
Penyajian data
- Tabel, Diagram, Grafik
Inferensial
Parametrik
25
nonparametrik
disebut
juga
statistik
bebas
dari
statistik nonparametrik
yaitu,
tidak
membutuhkan asumsi normalitas, secara umum metode statistik nonparametrik lebih mudah dikerjakan dan lebih mudah dimengerti jika
dibandingkan dengan statistik parametrik
26
1.10 Timetable
APRIL 2016
KEGIATAN
IV
24 25 26 27 28
29
30
MEI 2016
KEGIATAN
1
Penentuan tema untuk
proposal Bab I
Tema seks bebas telah
ditentukan
Pembagian Job desc
proposal Bab I +
mencari data (referenai)
Proses pengerjaan
proposal BAB I
I
4
10
II
11
12
13
14
15
27
III
18
19
20
IV
21
22
23
24
25
V
26
27
28
29
30
31
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menampilkan data hasil opini publik yang telah di analisa. Peneliti menyajikan hasil
opini publik dalam bentuk analisis univariat. Analisa univariat bertujuan untuk
mendeskripsikan variabel penelitian, yaitu tingkat pengetahuan seks bebas pada Mahasiswa
S1 Fikom Unpad angkatan 2014-2015. Dan karakteristik responden yaitu jenis kelamin dan
jurusan. Penelitian opini publik ini menggunakan desain penelitian deskriptif sederhana,
sampel dalam penelitian ini berjumlah 91 responden.
II.1 Tingkat pengetahuan seks bebas
Peneliti secara spesifik membagi variabel tingkat pengetahuan menjadi beberapa sub variabel
terkait gambaran pengetahuan tentang pengertian seks bebas, bentuk-bentuk seks bebas,
faktor yang mendorong seks bebas, dan dampak yang ditimbulkan seks bebas.
II.1.1. Pengertian seks bebas
Pengukuran mengenai gambaran pengetahuan responden tentang pengertian seks bebas,
menggunakan kuesioner nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Hasil distribusi responden berdasarkan
tingkat pengetahuan tentang pengertian seks bebas dapat dilihat pada tabel II.1
28
Tabel II.1 Gambaran Pengetahuan Pengertian Seks Bebas Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Padjadjaran (n: 91)
Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah
Frekuensi
81
10
91
Persentase(%)
89 %
11 %
100
Berdasarkan tabel II.1 diketahui persentase tingkat pengetahuan responden tentang seks
bebas persentase terbanyak adalah memiliki pengetahuan baik yaitu 81 orang (89%) dan
pengetahuan kurang 10 orang ( 11%).
seks
bebas, menggunakan kuesioner nomor 7, 8, 9 10, dan 11. Hasil distribusi responden
berdasarkan tingkat pengetahuan tentang bentuk bentuk seks bebas dapat dilihat pada tabel
II.2
Tabel II.2 Gambaran Pengetahuan Bentuk - bentuk Seks Bebas Mahasiswa S1 Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (n: 91)
Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah
Frekuensi
63
28
91
Persentase(%)
69 %
31 %
100
Berdasarkan tabel II.2 diketahui persentase tingkat pengetahuan responden tentang bentukbentuk seks bebas persentase terbanyak adalah memiliki pengetahuan baik yaitu 63 orang
(69%) dan pengetahuan kurang 28 orang ( 31%)
29
Pengukuran mengenai gambaran pengetahuan responden tentang faktor yang mendorong seks
bebas, menggunakan kuesioner nomor 12, 13, dan 14. Hasil distribusi responden berdasarkan
tingkat pengetahuan tentang faktor yang mendorong seks bebas dapat dilihat pada tabel II.3
Tabel II.3 Gambaran Pengetahuan Faktor yang Mendorong Seks Bebas Mahasiswa S1
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (n: 91)
Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah
Frekuensi
73
18
91
Persentase(%)
80%
20 %
100
Berdasarkan tabel II.3 diketahui persentase tingkat pengetahuan responden tentang faktor
pendorong seks bebas persentase terbanyak adalah memiliki pengetahuan baik yaitu 73 orang
(80%) dan pengetahuan kurang 18 orang ( 20%)
II.1.4. Dampak seks bebas
Pengukuran mengenai gambaran pengetahuan responden tentang dampak seks bebas,
menggunakan kuesioner nomor 15, 16, 17, 18, dan 19. Hasil distribusi responden berdasarkan
tingkat pengetahuan tentang dampak seks bebas dapat dilihat pada tabel II.4
Tabel II.4 Gambaran Pengetahuan Dampak Seks Bebas Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Padjadjaran (n: 91)
Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah
Frekuensi
61
30
91
Persentase(%)
67%
33%
100
Berdasarkan tabel II.4 diketahui persentase tingkat pengetahuan responden tentang dampak
seks bebas persentase terbanyak adalah memiliki pengetahuan baik yaitu 61 orang (67%) dan
pengetahuan kurang 30 orang ( 33%)
II. 2 Karakteristik Responden
30
Frekuensi
31
60
91
Persentase(%)
34,1%
65,9%
100%
Berdasarkan tabel II.1 diketahui persentase jenis kelamin responden terbesar adalah
perempuan yaitu 60 orang (65,9%) . Sedangkan persentase terkecil yaitu laki laki
berjummlah 31 orang
( 34,1%)
II.2.2 Jurusan
Hasil distribusi responden dapat dilihat pada tabel II.2
Tabel II.2 Jurusan Responden(n: 91)
Pengetahuan
Hubungan Masyarakat
Jurnalistik
Manajemen Komunikasi
Ilmu Perpustakaan
Ilmu Komunikasi
Film dan Televisi
Jumlah
Frekuensi
9
12
21
21
24
4
91
Persentase(%)
9,9%
13,2%
23,1%
23,1%
26,4%
4,4%
100%
Berdasarkan tabel II.2 diketahui persentase jurusan jumlah responden terbanyak adalah
jurusan ilmu komunikasi 24 orang (26,4%) . Jumlah responden terendah yaitu jurusan film
dan televisi 4 orang ( 4,4%)
II.2.3 Angkatan
Hasil distribusi responden dapat dilihat pada tabel II.3
31
Frekuensi
35
56
91
Persentase(%)
38,5%
61,5%
100%
Berdasarkan tabel II.3 diketahui persentase angkatan responden terbanyak adalah angkatan
2015 56 orang (61,5%). Jumlah terendah adalah angkatan 2014 35 orang (38,5%).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan tingkat pengetahuan Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran mengenai seks bebas sudah baik. Dan mengacu pada tujuan proposal
iniyang telah di susun dan ditetapkan sebelum pelaksanaan proposal ini, maka penelit
mendapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengetahuan mahasiswa terkait pengertian seks bebas, menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan sudah baik karena 89% (diatas 60%).
b. Pengetahuan mahasiswa terkait bentuk bentuk seks bebas, menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang relatif baik karena 69%
(diatas 60%).
c. Pengetahuan mahasiswa terkait faktor pendorong seks bebas, menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan baik karena 80% (diatas
60%).
d. Pengetahuan mahasiswa terkait dampak seks bebas, menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan relatif cukup baik karena 67% (diatas
60%).
III.2 Saran
1. Untuk Universitas
Dengan pengetahuan mahasiswa yang sudah baik mengenai seks bebas, maka
disarankan pada pihak Universitas Padjadjaran untuk mempertahankan kondisi Unpad
dan sekitarnya agar tetap baik bahkan ditingkatkan misalnya rutin mengadakan kuliah
umum atau seminar mengenai seks bebas karena jatinangor merupakan kawasan
32
33
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN (2007). Remaja dan Seks Pranikah. www.bkbn.go.id. Diakses pada tanggal 13 Mei
2016 pukul 15.37
Desmita (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Glasier, Anna. Ed. 4. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Kauma,
Fuad.
2002. Sensasi
Remaja
di
Masa
puber:
Dampak
Negatif
dan
Referensi Website :
34
http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html
(Diakses pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 17.46)
http://www.gurupendidikan.com/8-jenis-bentuk-dan-pengertian-wawancara-menurut-paraahli-beserta-contohnya/
(Diakses pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 18.50)
http://hendriansdiamond.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-literatur-dan-jenis.html
(Diakses pada tanggal 16 Mei 2016 pukul 19.20)
http://metagunawan.blogspot.co.id/2015/09/teknik-analisis-data.html
(Diakses pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 17.13
Instrumen Penelitian
Variabel
Sub
variabel
Pengertian
Seks bebas
Indikator
Item
-
Pengetahuan
Bentuk
bentuk seks
bebas
Faktor
faktor seks
bebas
Dampak
Seks bebas
Pemahaman
Definisi
seks bebas
Tingkah
laku
Kissing
Necking
Petting
Intercours
e
Orang tua
Napza
Penasaran
Penyakit
Menular
Seksual
(PMS)
HIV &
AIDS
Skala
No pertanyaan
1-6
7-11
Ordinal
12-14
15-19
35
Hubungan Masyarakat
Ilmu Komunikasi
Jurnalistik
Manajemen Komunikasi
Ilmu Perpustakaan
Film & Televisi
Angkatan :
a. 2014
b. 2015
No
1
2
3
4
Pertanyaan
Seks adalah hubungan laki-laki dan perempuan yang didasari hasrat
atau keinginan (libido) dengan tujuan untuk mencari kenikmatan
Hubungan seks hanya boleh dilakukan bagi pasangan yang sudah
menikah
Hubungan seks boleh dilakukan mahasiswa sebagai ekspresi cinta yang
tulus dari pasangan
Hubungan seks boleh dilakukan mahasiswa yang penting tidak
36
5
6
7.
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
menyebabkan kehamilan
Melakukan hubungan seks dengan orang yang sangat dicintai boleh
dilakukan asalkan dengan pacar sendiri
Hubungan Seks Bebas dilarang karena merupakan perbuatan dosa
Kissing adalah ciuman yang dilakukan dengan pasangan lawan jenis
Necking adalah perilaku seks yang dilakukan dengan cara berpelukan,
memegang payudara
Necking boleh dilakukan terhadap pacarnya karena bukan merupakan
bentuk perilaku seks bebas
Petting boleh dilakukan oleh pacarnya karena bukan termasuk perilaku
seks bebas
Intercourse merupakan hubungan seks yang dilakukan melalui kontak
alat kelamin
Pengguna Napza tidak akan menyebabkan terjadinya perilaku seks
bebas
Faktor yang mendorong perilaku seks Bebas salah satunya karena
kurang pengawasan orang tua
Seks bebas dilakukan oleh mahasiswa biasanya didorong oleh rasa
ingin tahu yang besar untuk mencoba yang belum diketahuinya
Melakukan hubungan seks hanya sekali tidak akan menyebabkan
kehamilan
Kehamilan terjadi jika hubungan seks dilakukan lebih dari satu kali
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual
Penularan (PMS) terjadi jika hubungan seks dilakukan dengan Pekerja
Seks Komersial (PSK)
HIV adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS