PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mahasiswa adalah salah satu komponen penting dalam mewujudkan masa depan suatu
bangsa. Mahasiswa digambarkan sebagai ujung tombak bangsa dikarenakan dipundak
merekalah semua tuntuntan dan harapan akan kehidupan bangsa yang lebih baik dapat
terwujud. Tentunya mahasiswa yang baik bukan hanya dilihat dari segi fisik saja tetapi juga
dari segi moral, religi, dan intelektualitasnya.
Namun harapan tentang bangsa yang bermartabat seolah olah kandas dengan
fenomena yang muncul di kalangan mahasiswa berkaitan dengan gaya hidup mahasiswa
sekarang ini, misalnya pembiasaan seks bebas atau premarital intercourse (hubungan seks
pranikah) merupakan sesuatu yang lazim dikalangan remaja, termasuk didalamnya mahasiswa.
Hubungan seks pranikah responden sebagian besar dimulai pada saat menginjak bangku kuliah.
Pada saat kuliah, mahasiswa tinggal jauh dari orangtuanya, sehingga otomatis kontrol
orangtuanya relatif berkurang.
Seks bebas atau dalam populernya disebut extra material intercouse atau kinky seks
merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar. Tidak saja oleh agama dan
negara. Tetapi juga oleh filsafat. Perilaku seks bebas cenderung disukai oleh anak muda,
terutama kalangan remaja yang secara bio-psikologis sedang tumbuh menuju proses
pematangan (Amiruddin & Mariana,2005)
Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan mahasiswa khususnya yang belum
menikah cenderung meningkat. Hasil penelitian menunjukkan usia remaja ketika pertama kali
mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14-23 tahun dan usia terbanyak
adalah 18 24 tahun ( Fuad & Radiono 2003). Perilaku seksual pada mahasiswa dapat
diwujudkan dalam tingkah laku bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan,
berpengangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada diatas
baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat
kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama (Sarwono : 2003).
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
keinginttahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani
1
menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh
dalam perilaku berisiko salah satunya seks bebas dan mungkin harus menanggung akibat
jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan sosial.
Data Depkes RI (2014) pada tahun 2007 menunjukkan laki-laki menyatakan pernah
melakukan seks pra nikah sebesar 10,5% dibandingkan perempuan sebesar 1,4%. Tahun 2012,
cenderung meningkat pada laki-laki sebesar 14,5% dan perempuan 1,8%. Dengan rata-rata
usia 20-24 tahun. Dari survei yang sama didapatkan alasan hubungan seksual pranikah tersebut
sebagian besar karena penasaran/ingin tahu (57,5% pria), terjadi begitu saja (38% perempuan)
dan dipaksa oleh pasangan (12,6% perempuan). Hal ini mencerminkan kurangnya pemahaman
remaja tentang keterampilan hidup sehat, risiko hubungan seksual dan kemampuan untuk
menolak yang tidak mereka inginkan.
Fenomena seks bebas di kalangan mahasiswa terjadi di wilayah kampus Universitas
Padjadjaran Jatinangor, Psikolog Suherman (2001) mengungkapkan bahwa masyarakat sekitar
pemukiman mahasiswa di Jatinangor seringkali menemukan kondom bekas di selokan dan ada
kemungkinan besar kondom tersebut bekas dipakai oleh mahasiswa yang melakukan seks
bebas (Pikiran Rakyat, 2001).
Universitas Padjadjaran (UNPAD) merupakan salah satu universitas yang berada di
Provinsi Jawa Barat. Unpad memiliki jumlah mahasiswa yang banyak berasal dari berbagai
daerah yang memiliki gaya hidup yang berbeda-beda, dan di Unpad memiliki berbagai disiplin
ilmu yang terbagi menjadi 16 fakultas dan program pascasarjana. Penelitian ini menggunakan
objek penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) program strata 1 (S1) terdiri
dari 6 program studi yakni
Komunikasi, Ilmu Perpustakaan, Film & Televisi, dan Jurnalistik terdiri dari angkatan 2014
dan 2015.
Selain fenomena di atas, terungkap juga kasus mahasiswa yang pesta seks bebas di
sebuah tempat kos di daerah Jatinangor yang terdapat dalam keadaan tanpa busana yang
melibatkan mahasiswa (Kompas, 2004). Hasil penelitian oleh dr. Teddy hidayat, 75%
mahasiswa Universitas Padjadjaran melakukan hubungan seks diluar nikah tanpa mengetahui
dampak terburuk setelah melakukan hubungan seks. (Pikiran Rakyat, 2012)
Data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sumedang tahun 2014, akibat seks bebas
yang dilakukan paling banyak berada di kecamatan Jatinangor yang merupakan kawasan
pendidikan khusunya Universitas Padjadjaran, menimbulkan penyakit berbahaya yaitu AIDS
sebesar 60% akibat seks bebas ( Radar Bandung, 2014).
Kawasan Jatinangor khususnya Universitas Padjadjaran memang dikenal sebagai
daerah pemukiman mahasiswa yang terletak di kecamatan Jatinangor kabupaten Sumedang.
Berdasarkan data tahun 2008 yang diperoleh peneliti dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Sumedang, kecamatan Jatinangor memiliki 4 desa yaitu desa Cikeruh, desa Hegarmanah, desa
Cibeusi, dan desa Sayang. Kecamatan Jatinangor juga memilki 200 tempat kos yang tersebar
dalam setiap desanya.
Menurut Otto Sukatno (2002) ketergantungan penduduk secara ekonomi juga membuat
penduduk cenderung mengambil sikap pasrah. Maka jika terjadi penyimpangan nilai dan
norma oleh mahasiswa, mereka segan untuk menegur. Sehingga kontrol sosial tidak dapat
diterapkan dengan baik. Hubungan seks bebas diluar nikah, dahulu dianggap tabu, kini menjadi
hal yang wajar bagi mahasiswa.
Dari uraian diatas, masalah seks dikalangan mahasiswa Universitas Padjadjaran
khususnya di Fakultas Komunikasi sebagai objek penelitian, perlu mendapat perhatian lebih
dari berbagai pihak. Dapat dikatakan bahwa kemungkinan akibat dari kurangnya pengetahuan
seks dan informasi yang kurang tepat tentang seksualitas, hal tersebut berdampak pada perilaku
seks yang keliru dan menyimpang di kalangan mahasiswa. Permasalahan tersebut
menunjukkan bahwa Mahasiswa perlu mendapatkan informasi dan pemahaman besar tentang
seks agar terhindar dari perilaku seks bebas yang dapat menimbulkan dampak seperti
kehamilan diluar nikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV, dan AIDS. Mengingat
dampak yang dihasilkan akibat perilaku seksual cukup serius dan dapat berpengaruh pada
kehidupan individu itu sendiri di masa datang. Disamping itu mahasiswa sebagai penerus
bangsa dan sungguh sangat disayangkan jika mereka akan terjerumus dalam dunia pergaulan
bebas.
1.4 Tujuan
1.Menggambarkan mengenai Pengetahuan Mahasiswa Program Strata I di FIKOM
Universitas Padjadjaran Jatinangor tentang pengertian seks bebas
2. Menggambarkan Pengetahuan Mahasiswa Program Strata I di FIKOM Universitas
Padjadjaran tentang bentuk bentuk seks bebas
3. Menggambarkan Pengetahuan Mahasiswa Program Strata I di FIKOM Universitas
Padjadjaran tentang pengertian faktor-faktor yang mendorong perilaku seks bebas
4. Menggambarkan Pengetahuan Mahasiswa Program Strata I di FIKOM Universitas
Padjadjaran Universitas Padjadjaran Jatinangor tentang dampak seks bebas (HIV,PMS)
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun
belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan
tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas
(Hartaji, 2012: 5).
sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau
lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.
Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama
yang melibatkan perubahan dan kemungkinan stres, begitu pula masa transisi dari
sekolah menengah atas menuju universitas. Dalam banyak hal, terdapat perubahan
yang sama dalam dua transisi itu. Transisi ini melibatkan gerakan menuju satu
struktur sekolah yang lebih besar dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan
kelompok sebaya dari daerah yang lebih beragam dan peningkatan perhatian pada
prestasi dan penilaiannya (Santrock, 2002: 74).
Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan pertumbuhan
kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap kurikulum yang
menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti; terhadap mahasiswa lain yang
berbeda dalam soal pandangan dan nilai, terhadap kultur mahasiswa yang berbeda
dengan kultur pada umumnya, dan terhadap anggota fakultas yang memberikan
model baru. Pilihan perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat
yang menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia dkk, 2008: 672 )
f) Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma; nilai pribadi
yang tadinya menjadi norma dalam melakukan sesuatu tindakan bergeser ke
arah penyesuaian terhadap norma di luar dirinya. Baik yang berhubungan
dengan nilai sosial ataupun nilai moral. Nilai pribadi adakalanya harus
disesuaikan
dengan
nilai-nilai
umum
(positif)
yang
berlaku
dilingkungannya.
Dapat dikatakan masa ini ialah masa persiapan ke arah tahapan perkembangan
berikutnya yakni masa dewasa muda. Apabila telah selesai masa remaja ini, masa
selanjutnya ialah jenjang kedewasaan. Sebagai fase perkembangan, seseorang yang
telah memiliki corak dan bentuk kepribadian tersendiri.
Menurut Langeveld (dalam Ahmadi & Sholeh, 1991: 90) ciri-ciri kedewasaan
seseorang antara lain;
a) Dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya. Ia tidak selalu minta pertolongan
orang lain dan jika ada bantuan orang lain tetap ada pada tanggung jawabnya
dalam menyelesaikan tugas-tugas hidup.
b) Dapat bertanggung jawab dalam arti sebenarnya terutama moral.
c) Memiliki sifat-sifat yang konstruktif terhadap masyarakat dimana ia berada.
B. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2002). Panca indra
ini meliputi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Pengetahuan diperoleh sebagian besar melalui indera penglihatan dan pendengaran.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
10
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada. 7
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2011).
3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), ada beberapa faktor yang
memperngaruhi pengetahuan, yaitu:
a. Umur
Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka
proses proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada
umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat
ketika berumur belasan tahun. Selain itu, Abu Ahmadi (2001), juga
mengemukakan bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh
umur. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur dapat
11
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia menguasai lingkungan
(Khayan,1997). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan
intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
12
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, di mana
seseorang dapat mempelajari hal hal yang baik dan juga hal hal yang buruk
tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan
memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir seseorang.
d. Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang
memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena
hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan.
e. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses
pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu
sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied hary A.
(1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah
atau tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula
pengetahuannya.
f. Informasi
Menurut Wied Hary A. (1996), informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya
televisi, radio atau surat kabar, maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang. Informasi tidak terlepas dari sumber informasinya.
13
instansi resmi. Dokumen tidak resmi adalah segala bentuk dokumen yang
berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan instansi tidak
resmi atau perorangan. Sumber primer atau sering disebut sumber data
dengan pertama 10 dan hukum mempunyai wewenang dan tanggung jawab
terhadap informasi tersebut.
2. Sumber kepustakaan
Kita telah mengetahui bahwa di dalam perpustakaan tersimpan berbagai
bahan bacaan dan informasi dan berbagai disiplin ilmu dari buku, laporan
laporan penelitian, majalah, ilmiah, jurnal, dan sebagainya. 3. Sumber
informasi lapangan Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya
pengetahuan seseorang tentang suatu hal sehingga informasi yang diperoleh
dapat terkumpul secara keseluruhan ataupun sebagainya. (Rahmahayani
2010).
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu
cara memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi
pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997
dalam Rahmahayani, 2010).
4. Pengukuran
Pengetahuan Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan - tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2007).
Untuk pengetahuan aspek pengukuran menggunakan skala guttman terdiri dari
19 pertanyaan, dimana untuk setiap pertanyaan terdiri dari satu jawaban yang
benar. Jika responden menjawab benar pada pernyataan positif maka di beri
skor 1 benar sedangkan jika responden menjawab salah pada pernyataan
positif maka di beri skor 0 salah. Jika responden menjawab benar pada
14
15
Berkencan
Berpegangan tangan
Mencium pipi
Berpelukan
Mencium bibir
Melakukan senggama
Menurut Luthfi (2002), perilaku seks bebas Menurut Luthfie (2002), perilaku
seks bebas yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum
maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Menurut akbar
(1992),
16
Saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau pasangan yang didorong
oleh hasrat seksual.
b. Necking
Bercumbu tidak sampai pada menempelkan alat kelamin, biasanya
dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara, atau melakukan oral
seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama.
c. Petting
Bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu dengan menggesekgesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama.
d. intercourse
Mengadakan hubungan kelamin atau bersetubuh diluar pernikahan
17
18
tidak
sedikit
pula
mereka
yang
mengalami
unwanted
5. Keterlanjuran dan timbul rasa kurang hormat. Perilaku seks bebas (free sex)
menimbulkan suatu keterlibatan emosi dalam diri seorang pria dan wanita.
Semakin sering hal itu dilakukan, semakin mendalam rasa ingin mengulangi
sekalipun sebelumnya ada rasa sesal. Terlebih lagi bagi wanita, setiap ajakan
sang pacar sangat sulit untuk ditolak karena takut ditinggalkan atau diputuskan.
Sementara itu bagi laki-laki, melihat pasangannya begitu mudah diajak, akan
terus berkurang rasa hormat dan rasa cintanya.
6. Psikologis. Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan
dengan kesehatan reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Kodrat untuk
hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam posisi terpojok
yang sangat dilematis. Dalam pandangan masyarakat, remaja putri yang hamil
merupakan aib keluarga yang melanggar norma-norma sosial dan agama.
Penghakiman social ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam diri
19
remaja putri tersebut. Perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yang
dialami relaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan perasaan
depresi, pesimis terhadap masa depan yang kadang disertai dengan rasa benci
dan marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib
yang membuat kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang berhubungan
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi remaja tidak terpenuhi.
20
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan angket berupa kuesioner
kepada responden. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sendiri dan tidak boleh
diwakilkan. Kuesioner dikirim melalui google.docs kepada responden, dan responden
bisa mengisi kuesioner sendiri melalui smartphone dan hasil jawaban kuesioner dapat
disubmit dan diterima langsung oleh peneliti.
Angket yang digunakan dalam penelitian menggunakan angket tertutup. Angket
tertutup di mana responden telah diberikan alternatif jawaban oleh periset. Responden
tinggal memilih jawaban yang menurutnya sesuai dengan realitas yang dialaminya,
biasanya dengan memberikan tanda X atau checklist.
Contoh :
1. Seks adalah hubungan laki-laki dan perempuan yang didasari hasrat atau
keinginan (libido) dengan tujuan untuk mencari kenikmatan.
a. Benar
b. Salah
2 . Hubungan seks hanya boleh dilakukan bagi pasangan yang sudah menikah.
a. Benar
b. Salah
Kuesioner atau angket sering ditemui dalam berbagai riset kuantitatif. Ada
beberapa kelebihan dan kekurangan kuesioner atau angket ini (Faisal,1982:12)
a. Biaya relatif murah;
b. Mempermudah pengumpulan data pada responden yang terpencarpencar;
c. Sangat tepat untuk sampel diatas 1000;
d. Walaupun sampelnya besar, tapi dapat dilaksanakan serempak;
e. Hemat waktu.
Sedangkan kekurangannya adalah :
a. Terbatas pada responden yang bisa membaca menulis
21
b. Formulasi angket membutuhkan kecermatan tinggi, sehingga betulbetul mampu mewakili periset dalam pengumpulan data. Memerlukan
uji coba dan merevisi angket tersebut.
c. Menyebabkan periset terlalu banyak tergantung atau membutuhkan
kerja sama dengan objek riset.
Kuesioner atau angket yang digunakan menggunakan skala guttman, disebut
juga skalogram, merupakan skala kumulatif. Artinya skala ini disusun secara
kontinum (diurutkan secara hierarki) sedemikian rupa sehingga seseorang yang
setuju/menerima item pernyataan selanjutnya. Skala ini biasanya digunakan untuk
jawaban yang bersifat jelas(tegas) dan konsisten. Misalnya, yakin-tidak yakin; yatidak; pernah tidak pernah; positif negatif; benar- salah; dan lainnya.
Jumlah pertanyaan dalam angket berjumlah 19 pertanyaan dengan
pertanyaan positif 11 pertanyaan ( nomor 1, 2, 6, 7, 8, 11, 12, 14, 17, 18, 19) dan
pertanyaan negatif 8 pertanyaan (nomor 3, 4, 5, 9, 10, 13, 15, 16).
2. Wawancara
Wawancara adalah (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara
dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari
wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana pewawancara melontarkan
pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
Stewart dan Cash (2012) "Wawancara adalah proses komunikasi interaksi
antara dua pihak yang setidaknya satu diantara mereka memiliki tujuan serius yang
telah ditetapkan dan melibatkan proses tanya jawab tentang sesuatu"
3. Observasi
Menurut Patton, tujuan dilakukannya observasi adalah memahami aktivitasaktivitas yang berlangsung, menjelaskan siapa saja orang-orang yang terlibat di dalam
suatu aktivitas, memahami makna dari suatu kejadian, serta mendeskripsikan setting
yang terjadi pada suatu aktivitas. Namun pada dasarnya, observasi dilakukan untuk
mengamati hal-hal yang kurang disadari oleh orang lain. Observasi merupakan metode
yang paling mudah dalam pengumpulan data dan informasi bila dibandingkan dengan
metode yang lain.
22
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa
peristiwa, tempat, lokasi dan benda serta rekaman gambar.Observasi dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung. Pada observasi langsung dapat mengambil
peran ataupun tidak mengambil peran. (Sutopo, 2002:64)
4. Literature
Menurut ALA Glosary of Library and Information Science (1983), Literatur
adalah bahan bacaan yang digunakan dalam berbagai aktivitas baik secara intelektual
maupun rekreasi.
Dalam penelitian ini kami menjadikan literature atau bahan bacaan untuk
referensi adalah
Skripsi Gambaran Tingkat Pengetahuan Seks Bebas pada Remaja di SMAN 1
Cileungi Kabupaten Bogor, Naedi, 1006823245, Universitas Indonesia.
Skripsi TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA UNIVERSITAS
GADJAH MADA TENTANG BAHAYA PENYAKIT AIDS Oryza Hidayat,
Universitas Gadjah Mada.
2014
2015
Hubungan Masyarakat
50
55
Jurnalistik
57
89
23
Manajemen Komunikasi
153
98
Ilmu Perpustakaan
119
124
Ilmu Komunikasi
33
256
44
Jumlah
Keseluruhan
1078
Populasi
2) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2007, p.62)
Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel secara acak atau random
sampling. Dimana pengambilan sampel diambil dengan cara propotional stratified
random sampling yaitu didasarkan pada pengambilan sampel suatu populasi yang
anggota populasi secara acak dan berstrata (Sugiono, 2012).
Besar Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus slovin
dengan presisi 10 % (Notoatmodjo, 2010) :
n=
N
1 + N e2
n=
1078
1+1078(0.12)
n=
1078
1+1078 (0.01 )
n=
1078
11.78
n = 91 Responden
24
keterangan :
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
e2 = Presisi yang tetapkan (10 % tingkat kepercayaan)
Besar sampel yang diambil untuk penelitian ini berjumlah 91 orang dari jumlah
keseluruhan populasi yaitu 1078 orang. Kemudian ditentukan jumlah masing
masing sampel menurut tingkatkan responden yang berada di masing masing
jurusan di Fakultas Ilmu Komunikasi secara propotional stratified random sampling
dengan rumus (Riduwan dan Akdon, 2010) :
ni = N . n
n
Dimana :
ni = Jumlah sampel menurut stratum
n = Jumlah sampel seluruhnya
Ni = Jumlah populasi menurut stratum
N = Jumlah populasi seluruhnya
Dengan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel menurut masing - masing
strata sebagai berikut :
a. Jurusan Hubungan Masyarakat yaitu dengan rumus : ni = N . n = 105/1078 x 91
= 9 responden.
responden.
91 = 21 responden.
21 responden.
responden.
f.
25
26
antara variabel. Cara analisa yang digunakan menggunakan metode distribusi frekuensi
dan persentase (%).
Teknik analisis data kuantitatif berbeda dengan kualitatif. Dalam teknik analisis
data menggunakan statistik, terdapat dua macam statistik yang digunakan pada data
kuantitatif, yaitu statistik deskriptif dan inferensial.
a.
Deskriptif
Mengukur tedensi sentral
-
Mean
Median
Modus
Mengukur variabilitas
-
Quartil
Desil
Persentil
Standar deviasi
Varian
Penyajian data
-
Parametrik
Statistik parametrik adalah cabang ilmu statistik inferensial yang
digunakan untuk menganalisis data-data yang memiliki sebaran normal
saja. Diartikan pula ilmu statistik yang berhubungan dengan inferensi
statistik yang membahas parameter-parameter populasi, jenis data
interval atau rasio, distribusi data normal atau mendekati normal (Asep,
tt). Statistik parametrik tidak dapat dipergunakan sebagai metode
statistik apabila data yang akan dianalisis tidak menyebar secara normal.
Dengan kata lain, data yang ingin di analisis harus ditransformasikan
terlebih dahulu. Transformasi yang dimaksud adalah data ubah
mengikuti sebaran normal. Transformasi dapat dilakukan dengan
mengubah data ke dalam bentuk logaritma natural, menggunakan
operasi matematik (membagi, menambah, atau mengali dengan bilangan
tertentu), dan mengubah skala data dari nominal menjadi interval.
27
nonparametrik
disebut
juga
statistik
bebas
28
1.10 Timetable
APRIL 2016
KEGIATAN
IV
24 25 26 27 28
29
30
MEI 2016
KEGIATAN
1
I
4
10
II
11
12
13
14
15
III
18
19
20
IV
21
22
23
24
25
V
26
27
28
29
30
31
III
16
17
29
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menampilkan data hasil opini publik yang telah di analisa. Peneliti menyajikan hasil
opini publik dalam bentuk analisis univariat. Analisa univariat bertujuan untuk
mendeskripsikan variabel penelitian, yaitu tingkat pengetahuan seks bebas pada Mahasiswa S1
Fikom Unpad angkatan 2014-2015. Dan karakteristik responden yaitu jenis kelamin dan
jurusan. Penelitian opini publik ini menggunakan desain penelitian deskriptif sederhana,
sampel dalam penelitian ini berjumlah 91 responden.
Tabel II.1 Gambaran Pengetahuan Pengertian Seks Bebas Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Padjadjaran (n: 91)
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase(%)
Baik
81
89 %
Kurang
10
11 %
Jumlah
91
100
Berdasarkan tabel II.1 diketahui persentase tingkat pengetahuan responden tentang seks bebas
persentase terbanyak adalah memiliki pengetahuan baik yaitu 81 orang (89%) dan pengetahuan
kurang 10 orang ( 11%).
30
Tabel II.2 Gambaran Pengetahuan Bentuk - bentuk Seks Bebas Mahasiswa S1 Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (n: 91)
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase(%)
Baik
63
69 %
Kurang
28
31 %
Jumlah
91
100
Berdasarkan tabel II.2 diketahui persentase tingkat pengetahuan responden tentang bentukbentuk seks bebas persentase terbanyak adalah memiliki pengetahuan baik yaitu 63 orang
(69%) dan pengetahuan kurang 28 orang ( 31%)
Tabel II.3 Gambaran Pengetahuan Faktor yang Mendorong Seks Bebas Mahasiswa S1
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (n: 91)
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase(%)
Baik
73
80%
Kurang
18
20 %
Jumlah
91
100
31
Berdasarkan tabel II.3 diketahui persentase tingkat pengetahuan responden tentang faktor
pendorong seks bebas persentase terbanyak adalah memiliki pengetahuan baik yaitu 73 orang
(80%) dan pengetahuan kurang 18 orang ( 20%)
Tabel II.4 Gambaran Pengetahuan Dampak Seks Bebas Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Padjadjaran (n: 91)
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase(%)
Baik
61
67%
Kurang
30
33%
Jumlah
91
100
Berdasarkan tabel II.4 diketahui persentase tingkat pengetahuan responden tentang dampak
seks bebas persentase terbanyak adalah memiliki pengetahuan baik yaitu 61 orang (67%) dan
pengetahuan kurang 30 orang ( 33%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Frekuensi
Persentase(%)
31
34,1%
32
Perempuan
60
65,9%
Jumlah
91
100%
Berdasarkan tabel II.1 diketahui persentase jenis kelamin responden terbesar adalah perempuan
yaitu 60 orang (65,9%) . Sedangkan persentase terkecil yaitu laki laki berjummlah 31 orang
( 34,1%)
II.2.2 Jurusan
Hasil distribusi responden dapat dilihat pada tabel II.2
Tabel II.2 Jurusan Responden(n: 91)
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase(%)
Hubungan Masyarakat
9,9%
Jurnalistik
12
13,2%
Manajemen Komunikasi
21
23,1%
Ilmu Perpustakaan
21
23,1%
Ilmu Komunikasi
24
26,4%
4,4%
Jumlah
91
100%
Berdasarkan tabel II.2 diketahui persentase jurusan jumlah responden terbanyak adalah jurusan
ilmu komunikasi 24 orang (26,4%) . Jumlah responden terendah yaitu jurusan film dan televisi
4 orang ( 4,4%)
II.2.3 Angkatan
Hasil distribusi responden dapat dilihat pada tabel II.3
Tabel II.1 Jenis Kelamin Responden (n: 91)
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase(%)
2014
35
38,5%
2015
56
61,5%
Jumlah
91
100%
33
Berdasarkan tabel II.3 diketahui persentase angkatan responden terbanyak adalah angkatan
2015 56 orang (61,5%). Jumlah terendah adalah angkatan 2014 35 orang (38,5%).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan tingkat pengetahuan Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Padjadjaran mengenai seks bebas sudah baik. Dan mengacu pada tujuan proposal iniyang telah
di susun dan ditetapkan sebelum pelaksanaan proposal ini, maka penelit mendapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengetahuan mahasiswa terkait pengertian seks bebas, menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan sudah baik karena 89% (diatas 60%).
b. Pengetahuan mahasiswa terkait bentuk bentuk seks bebas, menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang relatif baik karena 69%
(diatas 60%).
c. Pengetahuan mahasiswa terkait faktor pendorong seks bebas, menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan baik karena 80% (diatas
60%).
d. Pengetahuan mahasiswa terkait dampak seks bebas, menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan relatif cukup baik karena 67% (diatas
60%).
III.2 Saran
1. Untuk Universitas
Dengan pengetahuan mahasiswa yang sudah baik mengenai seks bebas, maka
disarankan pada pihak Universitas Padjadjaran untuk mempertahankan kondisi Unpad
dan sekitarnya agar tetap baik bahkan ditingkatkan misalnya rutin mengadakan kuliah
umum atau seminar mengenai seks bebas karena jatinangor merupakan kawasan
tersendiri tanpa pengawasan untuk mengantisipasi perilaku seks yang menyimpang dan
dampak seks yang nantinya akan menimbulkan bahaya bagi para mahasiswa.
2. Bagi Instansi Kesehatan
34
Dengan pengetahuan mahasiswa yang sudah baik mengenai seks bebas, maka
disarankan instansi kesehatan wilayah Sumedang bekerja sama dengan Universitas
untuk pemeriksaan gratis yang berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan dari
seks bebas atau dapat membuat sebuah campaign bahwa seks bebas sangat berbahaya.
3. Bagi Mahasiswa
Dengan pengetahuan mahasiswa yang sudah baik mengenai seks bebas, maka
disarankan agar selalu selektif dalam menerima informasi, memilih teman, agar tidak
menimbulkan pemahaman yang keliru sehingga terbebas dari perilaku yang mengarah
pada perbuatan seks bebas.
4. Bagi Peneliti
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih
mendalam untuk mengetahui hal-hal yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dan
hendaknya tidak hanya menggunakan analisa univariat saja agar mendapatkan hasil
yang dapat digeneralisasi serta dapat mengambil sampel lebih dari satu fakultas.
35
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN (2007). Remaja dan Seks Pranikah. www.bkbn.go.id. Diakses pada tanggal 13 Mei
2016 pukul 15.37
Desmita (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Glasier, Anna. Ed. 4. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Kauma,
Fuad.
2002.
Sensasi
Remaja
di
Masa
puber:
Dampak
Negatif
dan
Referensi Website :
http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html
(Diakses pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 17.46)
http://www.gurupendidikan.com/8-jenis-bentuk-dan-pengertian-wawancara-menurut-paraahli-beserta-contohnya/
36
Instrumen Penelitian
Variabel
Sub
variabel
Pengertian
Seks bebas
Indikator
Item
-
Pengetahuan
Bentuk
bentuk seks
bebas
Faktor
faktor seks
bebas
Dampak
Seks bebas
Pemahaman
Definisi
seks bebas
Tingkah
laku
Kissing
Necking
Petting
Intercourse
Orang tua
Napza
Penasaran
Penyakit
Menular
Seksual
(PMS)
HIV &
AIDS
Skala
No pertanyaan
1-6
7-11
Ordinal
12-14
15-19
37
Hubungan Masyarakat
Ilmu Komunikasi
Jurnalistik
Manajemen Komunikasi
Ilmu Perpustakaan
Film & Televisi
Angkatan :
a. 2014
b. 2015
No
1
2
3
4
5
6
7.
8
Pertanyaan
Seks adalah hubungan laki-laki dan perempuan yang didasari hasrat atau
keinginan (libido) dengan tujuan untuk mencari kenikmatan
Hubungan seks hanya boleh dilakukan bagi pasangan yang sudah
menikah
Hubungan seks boleh dilakukan mahasiswa sebagai ekspresi cinta yang
tulus dari pasangan
Hubungan seks boleh dilakukan mahasiswa yang penting tidak
menyebabkan kehamilan
Melakukan hubungan seks dengan orang yang sangat dicintai boleh
dilakukan asalkan dengan pacar sendiri
Hubungan Seks Bebas dilarang karena merupakan perbuatan dosa
Kissing adalah ciuman yang dilakukan dengan pasangan lawan jenis
Necking adalah perilaku seks yang dilakukan dengan cara berpelukan,
memegang payudara
38
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19