Anda di halaman 1dari 8

Resource Based Learning (RBL)

A. Resource Based Learning (RBL)


Menurut Merril (1971) pembelajaran merupakan suatu kegiatan dimana seseorang
dengan sengaja di ubah dan di control dengan maksud agar dapat bertingkah laku atau
bereaksi sesuai kondisi tertentu. Sedangkan menurut Degeng (1989) pembelajaran
merupakan upaya membelajarkan siswa.
Resource-Based Learning is the instructional strategy where students construct
meaning through interaction with a wide range of print, non-print and human resources.
Resource Based Learning (RBL) adalah belajar berbasis aneka sumber, merupakan
istilah yang masih sangat luas, bukan sesuatu yang baru karena siswa telah lama menggunakan
sumber belajar seperti buku, kemudian terjadi peningkatan penggnaan media termasuk bahanbahan belajar terbuka, petunjuk buku terks, paket video dan audio.

Model Resource Based Learning merupakan salah satu strategi penerapan paradigma
konstruktifisme. Dalam paradigma pendidikan tradisional, guru dianggap sebagai satusatunya sumber belajar. Sedangkan dalam paradigma pendidikan modern, tidak lagi
demikian. Siswa dapat belajar dari berbagai sumber lain tidak hanya guru misalnya
melalui internet.
Keberhasilan kegiatan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh faktor pengajar,
melainkan sangat dipengaruhi oleh keaktifan siswa sebagai peserta belajar. Kurikulum
tahun 2004 mempertegas bahwa proses pembelajaran harus berpusat pada peserta belajar,
pengajar bukan sebagai satu-satunya sumber belajar atau sumber informasi, melainkan
berperan sebagai fasilitator, dinamisator dan motivator dalam pembelajaran. Metode
pembelajaran resource based-learning (RBL) dengan memanfaatkan internet sebagai
sumber belajar diharapkan akan membantu siswa dalam mengakses berbagai literatur dan
referensi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dengan cepat, sehingga dapat meningkatkan
penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
RBL adalah bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau
sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok, dengan segala kegiatan yang
bertalian dengan itu. Jadi tidak dengan cara konvensional di mana guru menyampaikan
materi kepada peserta didik. Jadi dalam RBL ini guru bukan merupakan sumber belajar

satu-satunya dan utama. Belajar juga dapat dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar
kelas. Dan dalam segala hal peserta didik di tuntut untuk aktif dalam memperoleh
informasi. Anak bebas belajar dengan kemampuan dan kecepatan sesuai dengan
kemampuannya. Setiap peserta didik tidak dituntut untuk memperoleh informasi yang
sama dengan temannya. Sehingga peserta didik dapat belajar dengan senang dan
semangat.
Pembelajaran dengan hanya menggunakan satu sumber buku pelajaran sebagai pedoman
dalam pembelajaran, tidak relevan lagi dengan revolusi yang terjadi pada saat ini.
Meskipun sampai sekarang buku pelajaran memang masih menjadi pilihan utama guru
agama sebagai pedoman dalam mengajar. Pendidikan model monologis ini tidak hanya
menghalangi proses pendewasaan peserta didik secara wajar, tetapi justru menghilangkan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu model-model pendidikan
monologis tidak relevan bila diterapkan di era globalisasi ini.
B. Tujuan RBL
Dari berbagai pemaparan di atas maka dapat dirumuskan pula tujuan belajar berbasis
1.

aneka sumber sebagai berikut:


Merangsang daya penalaran dan kreativitas siswa sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya masing-masing karena berhubungan langsung dengan berbagai sumber

informasi dalam pembelajaran.


2. Meningkatkan motivasi, keaktifan dan mengembangkan rasa percaya diri siswa dalam
belajar.
3. Memberikan kesempatan proses bersosialisasi kepada siswa untuk mendapatkan dan
memperkaya pengetahuan dengan menggunakan alat, nara sumber atau tempat.
4. Meningkatkan perkembanagan siswa dalam berbahasa melalaui komunikasi dengan
mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar.
C. Ciri-Ciri RBL
Adapun ciri ciri pembelajaran berdasar sumber ialah20:
RBL memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran
termasuk alat alat audio-visual dan memberi kesempatan untuk merencanakan kegiatan
belajar dengan mempertimbangkan sumber sumber yang tersedia. Ini tidak berarti bahwa
pembelajaran ceramah atau cerita ditiadakan. Dalam pembelajaran RBL dapat digunakan

segala macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan tertentu. RBL memberi
pengertian pada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber sumber informasi yang
dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan
lingkungan berupa manusia, museum, organisasi, bahan cetakan, perpustakaan, alat
audio-visual dan sebagainya.
RBL mengganti passivitas murid dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong
oleh minat dan keterlibatan diri dalam pembelajaran. Untuk itu apa yang dipelajari
hendaknya mengandung makna baginya, penuh variasi. Murid sendiri turut menentukan
dan memilih apa yang akan dipelajari.
RBL berusaha meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan
tentang bahan pelajaran, metode kerja, dan medium komunikasi, yang berbeda sekali
dengan kelas konvensional yang mengharuskan murid murid belajar yang sama dengan
cara yang
sama. Peserta didik akan timbul motivasinya jika pembelajaran itu menarik, yang masih
berada dalam batas kesanggupannya. Yang diutamakan dalam RBL ini bukanlah materi
yang harus dikuasai, melainkan penguasaan ketrampilan tentang belajar. RBL memberi
kesempatan kepada murid untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing
masing dan tidak dipaksa bekerja menurut kecepatan yang sama dalam hubungan kelas.
Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda, ada yang lebih cepat dan lebih
mendalam mempelajari sesuatu dari pada anak lain. Menggunakan kecepatan yang sama
pada semua peserta didik dapat berarti bahwa kecepatan itu tidak sesuai bagi kebanyakan
anak. Ini berarti bahwa tidak tercapainya hasil belajar yang diinginkan.
RBL lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar. Jadi dengan belajar cara
ini murid-murid tidak diharuskan belajar bersama dalam ruang yang sama pada waktu
yang sama. Ini tidak berarti bahwa jadwal pelajaran dibuang sama sekali. Karena belajar
bukan hanya dalam ruang tertutup.
RBL berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri sendiri dalam belajar yang
memungkinkannya belajar sepanjang hayat. Murid-murid dibiasakan untuk mencari dan
menemukan sendiri sehingga tidak
bergantung kepada orang lain.
Keuntungan dari RBL:

Memungkinkan untuk menemukan bakat terpendam pada diri seseorang yang selama ini
tidak tampak. Tidak saja pada masa sekolah, tetapi perkembangan terus berlanjut
sepanjang hidup, memungkinkan perluasan wawasan dan harapan.
Dengan menggunakan sumber belajar, memungkinkan pembelajaran berlangsung terus
menerus dan belajar menjadi mudah diserap dan lebih siap diterapkan. Keterampilan dan
pengetahuan meningkat secara bersamaan.
Manfaat RBL:
Selama pengumpulan informasi terjadi kegiatan berpikir yang kemudian akan
menimbulkan pemahaman yang mendalam dalam belajar.
Mendorong terjadinya pemusatan perhatian terhadap topic sehingga membuat peserta
didik menggali lebih banyak informasi dan menghasilkan hasil belajar yang lebih
bermutu.
Meningkatkan keterampilan berpikir seperti keterampilan memecahkan masalah,
memberikan pertimbangan-pertimbangan dan melakuka evaluasi melalui penggunaan
informasi dan penelitian secara mandiri.
D. Belajar Berbasis Aneka Sumber (BEBAS)
Belajar Berbasis Aneka Sumber merupakan nama lain dari RBL. Dimana salah satu
strategi penerapan pradigma konstruktifism. Dalam paradigma pendidikan tradisional,
guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar. Dalam paradigma pendidikan
modern, tidak lagi demikian. Siswa dapat belajar dari berbagai sumber lain tidak hanya
guru. Apalagi dalam era informasi saat ini, informasi tersedia dimana-mana dalam
berbagai bentuk dan jenis mulai dari bentuk cetak, non-cetak, bahkan sumber belajar dari
manusia itu sendiri. Siswa atau mahasiswa dari universitas XYZ katakanlah dapat belajar
tentang konsep teknologi pendidikan dengan saya yang bukan dosen di universitas
tersebut via internet (chatting, email, dll). Masalahnya adalah bagaimana seorang guru
atau dosen dapat mengemas aneka sumber belajar itu menjadi suatu bagian yang
terintegrasi dari strategi pembelajaran yang dia lakukan. Menantang dan menuntut
kreatifitas serta persiapan yang matang tentunya.
Secara gambalang dikatakan bahwa BEBAS adalah strategi pembelajaran dimana siswa
membangun pemahamannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar baik cetak,
non-cetak, maupun orang. Jadi, BEBAS sangat terkait erat dengan pendekatan

konstruktifistik, metode belajar peemcahan masalah (problem-based learning, inquiry


learning, atau pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). BEBAS mendorong
siswa meningkatkan literasi informasi, meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam era informasi/global saat ini. Disamping itu
BEBAS lebih berpusat pada siswa (student centered learning) yang memungkinkan siswa
dapat menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri, dimana guru lebih berperan
sebagai fasilitator dan manajer pembelajaran.
Kelebihannya:
BEBAS mengakomodasi perbedaan individu baik dalam hal gaya belajar, kemampuan,
kebutuhan, minat, dan pengetahuan awal mereka. Dengan demikian, siswa dapat belajar
sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Sumber belajar dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan masing-masing siswa.
BEBAS mendorong pengembangan kemampuan memecahkan masalah, mengambil
keputusan, dan keterampilan mengevaluasi. Jadi, BEBAS memungkinkan siswa menjadi
kreatif dan memiliki ide-ide orisinal.
Proses pembelajaran dengan metode BEBAS mendorong siswa untuk bisa bertanggung
jawab teradap belajarnya sendiri. Jadi, dapat melatih kemandirian belajar sehingga
pembelajaran dapat menjadi lebih bermakna, lebih tertanam dalam pada dirinya karena ia
sendiri secara pribadi yang menemukan dan membangun pemahaman.
BEBAS menyediakan peluang kepada siswa untuk menjadi pengguna teknologi informasi
dan komunikasi yang efektif. Dengan demikian dapat membangun masyarakat berbasis
pengetahuan (knowledge-based society). Ia akan mampu bagaimana menemukan, dan
memilih informas yang tepat, menggunakan informasi tersebut, mengolah dan
menciptakan pengetahuan baru berdasarkan informasi tersebut serta menyebarluaskan
atau menyajikan kembali informasi tersebut kepada orang lain.
Terakhir. Dengan BEBAS, siswa akan belajar bagaimana belajar. Sekali ia melek
informasi, ia akan mengembangkan sikap positif dan keterampilan yang sangat berguna
bagi dirinya dalam era informasi yang sedang dan akan dihadapinya kelak. Jadi, pada
akhirnya BEBAS dapat membekali keterampilan hidup bagi siswa.
Kelemahan:
Menuntut kreatifitas

kemauan yang keras


persiapan yang matang dari guru
E. Langkah-Langkah Dalam Menerapkan Sistem RBL
Dalam menerapkan system RBL dalam kegiatan pembelajaran, kita harus melakukan
langkah-langkah terlebih dahulu, ada tujuh langkah seperti berikut:

Berikan alasan yang kuat kepada siswa tentang kenapa harus mengumpulkan suatu
informasi tertentu. Dengan cara bagaimana? Dengan cara menyodorkan suatu pertanyaan
alias masalah yang terkait dengan topik yang kan dipelajari tentunya. Pertimbangkan
pengetahuan awal mereka, dan relevansi serta kekonstekstualan pertanyaan dengan
kehidupan mereka sehingga bermakna bagi mereka.

Rumuskan tujuan pembelajarannya. Kalo di kita, tujuan pembelajaran kita turunkan dari
SK, KD, dan indikator bukan? Tujuan pembelajaran ini tentu saja harus menuntut
kemampuan untuk menganalisis, sintesis, mengevaluasi dan bahkan mecipta, kalo
menuurt taxonomi Bloom yang terkini yang sudah diperbaharui oleh crathwool dkk.

Identifikasilah kemampuan melek informasi seperti apa saja yang penting dikuasai anak
melalui proses inquiry learning yang dilakukan dengan berbasis aneka sumber tadi.

Pastikan bahwa sumber-sumber belajar yang potensial telah tersedia, dipersiapkan


dengan baik, dan sesuai dengan kebutuhan siswa (seperti sesuai dengan kemampuan
membaca, mengamati, dll). Ini paling crucial sekali untuk diperhatikan. Proses BEBAS
tidak akan berjalan dengan baik jika segala sumber belajarnya tidak kita rancang dan
persiapkan dengan baik dan benar.

Kemudian, tentukan bgaimana siswa akan mendemonstrasikan hasil belajarnya. Penting


sekali disini, agar siswa diberikan pilihan bagaimana ia akan membuktikan hasil proses
belajarnya. Sebaiknya jangan didikte siswa ini harus begini, atau siswa itu harus begitu.
Berikanlah option, biarkan mereka memilih, bila perlu pilihan tersebut datang dari
mereka sendiri.

Tentukan bagaimana informasi yang diperoleh oleh siswa itu dikumpulkan, apakah
melalui lembar pengamatan, rekaman audio, rekaman video, catatan lapangan, de el el.
dan jangan lupa diberikan batas waktu untuk setiap langkahnya.

Tentukan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan proses dan penyajian hasil belajar
mereka. Tentu saja, jangan hanya berfokus pada tes obyektif, autehntic assessment,

seperti prto folio mungkin akan lebih relevan.


F. Efektifitas Resource Based Learning
Sesuai dengan hasil observasi dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
kegiatan pembelajaran telah berjalan sesuai dengan baik ini terlihat dengan adanya
motivasi yang tinggi dari siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang berkualitas,
tetapi pemberian ilustrasi dengan kehidupan nyata memberikan implikasi pada proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu: siswa lebih tertarik pada materi
pembelajaran, namun hal ini berimplikasi pada pengembangan materi yang terkadang
jauh melebar dari materi yang diajarkan, secara idealis hal ini sebenarnya tidak menjadi
masalah, bahkan mungkin lebih baik. Namun hal ini menjadi masalah ketika para siswa
dihadapkan pada tuntutan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam buku,
yang sebagian besar pertanyaan tersebut bersifat tekstual.
Terkait dengan hal di atas, maka untuk proses selanjutnya, maka pemberian ilustrasi
harus rebih dispesifikasikan pada permasalahanpermasalahan yang lebih relevan dengan
materi pembelajaran.
Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap kegagalan dan keberhasilan
pembelajaran Resource Based Learning adalah kemampuansiswa untuk ikut terlibat
dalam proses pembelajaran secara aktif, artinya jika dalam proses pembelajaran siswa
tidak terlibat secara aktif, maka bisa dikatakan pembelajaran tidak efektif, sebaliknya jika
dalam proses pembelajaran siswa berperan aktif maka bisa dikatakan pembelajaran telah
berjalan dengan efektif.
Harus diakui, bahwa metode Resource Based Learning sangat membantu mengefektifkan
pembelajaran, karena masing-masing siswa belajar untuk mencari informasi yang tidak
harus sama dengan teman-temannya. Dan juga mengungkapkan gagasan mereka kepada

siswa yang lain, hal ini secara psikologis dapat menimbulkan keterikatan emosional
antara mereka dengan materi pelajaran dan teman mereka sendiri. selain itu metode ini
juga banyak membantu siswa untuk dapat memiliki kemampuan dialogis dan
memberikan kekuatan untuk lebih percaya diri ketika menghadapi forum. Terlepas dari
kelebihan metode ini, ada satu hal yang mungkin jadi masalah, yaitu mampukah siswa
memiliki pemahan yang mendalam tentang materi yang mereka pelajari, pertanyaan ini
bisa jadi menjadi permasalahan tersendiri mengingat para siswa secara kodrati masih
sangat membutuhkan pemahaman tentang sesuatu yang lebih luas, karena itu mereka juga
memerlukan tambahan pengetahuan dan pendalaman materi yang mungkin didapat secara
maksimal dengan cara take in give dengan teman mereka sendiri (khusunya gurunya).
Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat perlu diterapkan Pembelajaran Berbasis
Sumber (Resource Based Learning ), ini sangat penting_selain untuk pengayaan materi,
juga untuk menambah kemampuan dialogis mereka dan mengajari mereka untuk dapat
berfikir lebih sistematis.

Anda mungkin juga menyukai