Model Resource Based Learning merupakan salah satu strategi penerapan paradigma
konstruktifisme. Dalam paradigma pendidikan tradisional, guru dianggap sebagai satusatunya sumber belajar. Sedangkan dalam paradigma pendidikan modern, tidak lagi
demikian. Siswa dapat belajar dari berbagai sumber lain tidak hanya guru misalnya
melalui internet.
Keberhasilan kegiatan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh faktor pengajar,
melainkan sangat dipengaruhi oleh keaktifan siswa sebagai peserta belajar. Kurikulum
tahun 2004 mempertegas bahwa proses pembelajaran harus berpusat pada peserta belajar,
pengajar bukan sebagai satu-satunya sumber belajar atau sumber informasi, melainkan
berperan sebagai fasilitator, dinamisator dan motivator dalam pembelajaran. Metode
pembelajaran resource based-learning (RBL) dengan memanfaatkan internet sebagai
sumber belajar diharapkan akan membantu siswa dalam mengakses berbagai literatur dan
referensi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dengan cepat, sehingga dapat meningkatkan
penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
RBL adalah bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau
sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok, dengan segala kegiatan yang
bertalian dengan itu. Jadi tidak dengan cara konvensional di mana guru menyampaikan
materi kepada peserta didik. Jadi dalam RBL ini guru bukan merupakan sumber belajar
satu-satunya dan utama. Belajar juga dapat dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar
kelas. Dan dalam segala hal peserta didik di tuntut untuk aktif dalam memperoleh
informasi. Anak bebas belajar dengan kemampuan dan kecepatan sesuai dengan
kemampuannya. Setiap peserta didik tidak dituntut untuk memperoleh informasi yang
sama dengan temannya. Sehingga peserta didik dapat belajar dengan senang dan
semangat.
Pembelajaran dengan hanya menggunakan satu sumber buku pelajaran sebagai pedoman
dalam pembelajaran, tidak relevan lagi dengan revolusi yang terjadi pada saat ini.
Meskipun sampai sekarang buku pelajaran memang masih menjadi pilihan utama guru
agama sebagai pedoman dalam mengajar. Pendidikan model monologis ini tidak hanya
menghalangi proses pendewasaan peserta didik secara wajar, tetapi justru menghilangkan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu model-model pendidikan
monologis tidak relevan bila diterapkan di era globalisasi ini.
B. Tujuan RBL
Dari berbagai pemaparan di atas maka dapat dirumuskan pula tujuan belajar berbasis
1.
segala macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan tertentu. RBL memberi
pengertian pada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber sumber informasi yang
dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan
lingkungan berupa manusia, museum, organisasi, bahan cetakan, perpustakaan, alat
audio-visual dan sebagainya.
RBL mengganti passivitas murid dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong
oleh minat dan keterlibatan diri dalam pembelajaran. Untuk itu apa yang dipelajari
hendaknya mengandung makna baginya, penuh variasi. Murid sendiri turut menentukan
dan memilih apa yang akan dipelajari.
RBL berusaha meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan
tentang bahan pelajaran, metode kerja, dan medium komunikasi, yang berbeda sekali
dengan kelas konvensional yang mengharuskan murid murid belajar yang sama dengan
cara yang
sama. Peserta didik akan timbul motivasinya jika pembelajaran itu menarik, yang masih
berada dalam batas kesanggupannya. Yang diutamakan dalam RBL ini bukanlah materi
yang harus dikuasai, melainkan penguasaan ketrampilan tentang belajar. RBL memberi
kesempatan kepada murid untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing
masing dan tidak dipaksa bekerja menurut kecepatan yang sama dalam hubungan kelas.
Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda, ada yang lebih cepat dan lebih
mendalam mempelajari sesuatu dari pada anak lain. Menggunakan kecepatan yang sama
pada semua peserta didik dapat berarti bahwa kecepatan itu tidak sesuai bagi kebanyakan
anak. Ini berarti bahwa tidak tercapainya hasil belajar yang diinginkan.
RBL lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar. Jadi dengan belajar cara
ini murid-murid tidak diharuskan belajar bersama dalam ruang yang sama pada waktu
yang sama. Ini tidak berarti bahwa jadwal pelajaran dibuang sama sekali. Karena belajar
bukan hanya dalam ruang tertutup.
RBL berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri sendiri dalam belajar yang
memungkinkannya belajar sepanjang hayat. Murid-murid dibiasakan untuk mencari dan
menemukan sendiri sehingga tidak
bergantung kepada orang lain.
Keuntungan dari RBL:
Memungkinkan untuk menemukan bakat terpendam pada diri seseorang yang selama ini
tidak tampak. Tidak saja pada masa sekolah, tetapi perkembangan terus berlanjut
sepanjang hidup, memungkinkan perluasan wawasan dan harapan.
Dengan menggunakan sumber belajar, memungkinkan pembelajaran berlangsung terus
menerus dan belajar menjadi mudah diserap dan lebih siap diterapkan. Keterampilan dan
pengetahuan meningkat secara bersamaan.
Manfaat RBL:
Selama pengumpulan informasi terjadi kegiatan berpikir yang kemudian akan
menimbulkan pemahaman yang mendalam dalam belajar.
Mendorong terjadinya pemusatan perhatian terhadap topic sehingga membuat peserta
didik menggali lebih banyak informasi dan menghasilkan hasil belajar yang lebih
bermutu.
Meningkatkan keterampilan berpikir seperti keterampilan memecahkan masalah,
memberikan pertimbangan-pertimbangan dan melakuka evaluasi melalui penggunaan
informasi dan penelitian secara mandiri.
D. Belajar Berbasis Aneka Sumber (BEBAS)
Belajar Berbasis Aneka Sumber merupakan nama lain dari RBL. Dimana salah satu
strategi penerapan pradigma konstruktifism. Dalam paradigma pendidikan tradisional,
guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar. Dalam paradigma pendidikan
modern, tidak lagi demikian. Siswa dapat belajar dari berbagai sumber lain tidak hanya
guru. Apalagi dalam era informasi saat ini, informasi tersedia dimana-mana dalam
berbagai bentuk dan jenis mulai dari bentuk cetak, non-cetak, bahkan sumber belajar dari
manusia itu sendiri. Siswa atau mahasiswa dari universitas XYZ katakanlah dapat belajar
tentang konsep teknologi pendidikan dengan saya yang bukan dosen di universitas
tersebut via internet (chatting, email, dll). Masalahnya adalah bagaimana seorang guru
atau dosen dapat mengemas aneka sumber belajar itu menjadi suatu bagian yang
terintegrasi dari strategi pembelajaran yang dia lakukan. Menantang dan menuntut
kreatifitas serta persiapan yang matang tentunya.
Secara gambalang dikatakan bahwa BEBAS adalah strategi pembelajaran dimana siswa
membangun pemahamannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar baik cetak,
non-cetak, maupun orang. Jadi, BEBAS sangat terkait erat dengan pendekatan
Berikan alasan yang kuat kepada siswa tentang kenapa harus mengumpulkan suatu
informasi tertentu. Dengan cara bagaimana? Dengan cara menyodorkan suatu pertanyaan
alias masalah yang terkait dengan topik yang kan dipelajari tentunya. Pertimbangkan
pengetahuan awal mereka, dan relevansi serta kekonstekstualan pertanyaan dengan
kehidupan mereka sehingga bermakna bagi mereka.
Rumuskan tujuan pembelajarannya. Kalo di kita, tujuan pembelajaran kita turunkan dari
SK, KD, dan indikator bukan? Tujuan pembelajaran ini tentu saja harus menuntut
kemampuan untuk menganalisis, sintesis, mengevaluasi dan bahkan mecipta, kalo
menuurt taxonomi Bloom yang terkini yang sudah diperbaharui oleh crathwool dkk.
Identifikasilah kemampuan melek informasi seperti apa saja yang penting dikuasai anak
melalui proses inquiry learning yang dilakukan dengan berbasis aneka sumber tadi.
Tentukan bagaimana informasi yang diperoleh oleh siswa itu dikumpulkan, apakah
melalui lembar pengamatan, rekaman audio, rekaman video, catatan lapangan, de el el.
dan jangan lupa diberikan batas waktu untuk setiap langkahnya.
Tentukan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan proses dan penyajian hasil belajar
mereka. Tentu saja, jangan hanya berfokus pada tes obyektif, autehntic assessment,
siswa yang lain, hal ini secara psikologis dapat menimbulkan keterikatan emosional
antara mereka dengan materi pelajaran dan teman mereka sendiri. selain itu metode ini
juga banyak membantu siswa untuk dapat memiliki kemampuan dialogis dan
memberikan kekuatan untuk lebih percaya diri ketika menghadapi forum. Terlepas dari
kelebihan metode ini, ada satu hal yang mungkin jadi masalah, yaitu mampukah siswa
memiliki pemahan yang mendalam tentang materi yang mereka pelajari, pertanyaan ini
bisa jadi menjadi permasalahan tersendiri mengingat para siswa secara kodrati masih
sangat membutuhkan pemahaman tentang sesuatu yang lebih luas, karena itu mereka juga
memerlukan tambahan pengetahuan dan pendalaman materi yang mungkin didapat secara
maksimal dengan cara take in give dengan teman mereka sendiri (khusunya gurunya).
Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat perlu diterapkan Pembelajaran Berbasis
Sumber (Resource Based Learning ), ini sangat penting_selain untuk pengayaan materi,
juga untuk menambah kemampuan dialogis mereka dan mengajari mereka untuk dapat
berfikir lebih sistematis.