Anda di halaman 1dari 9

BUKU ASKEP KEGAWATDARURATAN III

PADA PASIEN ASPIRASI


OLEH :

EMA OKTAVIA SAE


19142010303
A3/VI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

FAKULTAS KEPERAWATAN

MANADO

2021
0
Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas


berkat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan buku Mini” Askep
Kegawatdaruratan III pada pasien aspirasi”. Buku ini ditulis
untuk membantu memenuhi penyelesaian ujian akhir semester
genap, dan juga membantu mahasiswa keperawatan
memahami proses tentang keperawatan sebagai landasan
dalam pengembangan profesi keperawatan dan pada akhirnya
bermanfaat bagi pelayanan kesehatan di masyarakat pada
umumnya.

Materi yang disampaikan dalam buku ini diantaranya


Asuhan keperawatan Gadar pada pasien Aspirasi Pada
akhirnya penulis menyadari modul ini masih jauh dari
sempurna, dengan mengingat buku ini penulis menulisnya
yang pertama. Untuk itu penulis menerima setiap masukan,
saran dan kritikan, agar menjadi lebih baik dan sempurna di
masa yang akan datang. Ucapan terimakasih yang tak
terhingga penulis sampaikan kepada keluarga, rekan-rekan
sejawat sekerja yang sangat membantu terbitnya buku ini.

Manado, 01 juli 2021

Ema Oktavia Sae

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benda asing yang berasal dari luar tubuh dikenal dengan
benda asing eksogen yang biasanya masuk melalui hidung
atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh dikenal
dengan benda asing endogen. Benda asing eksogen contohnya
seperti biji-bijian, tulang, jarum, paku, peniti, kelereng,
manik, pluit, batu, dll . Sementara itu, benda asing endogen
berupa sekret kental, bekuan darah, krusta membran difteri,
cairan amnion, dan mekonium
Benda-benda asing yang sering ditemukan biasanya
makanan, mainan, dan peralatan rumah tangga yang
berukuran kecil. Pada orang dewasa berupa bahan atau
makanan yang tidak dapat dicerna, seperti biji buah-buahan,
gigi palsu, tulang ikan, atau potongan daging yang melekat
pada tulang, sedangkan pada anak-anak yang paling sering
adalah uang logam.
Aspirasi benda asing harus dikeluarkan sesegera
mungkin, karena keaadaan ini merupakan keadaan yang
emergensi dan memerlukan penanganan segera.
Keterlambatan penanganan dapat meningkatkan terjadinya
komplikasi bahkan kematian (Fitri &Rusli, 2011)

2
1. Tujuan umum :
Setelah mengikuti modul ini peserta didik dipersiapkan
untuk mempunyai keterampilan di dalam mengelola benda asing
pada saluran napas, melalui pembelajaran pengalaman klinis,
dengan didahului serangkaian kegiatan berupa pre-assesment,
diskusi, role play, dan berbagai penelusuran sumber
pengetahuan.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti modul ini peserta didik akan memiliki
kemampuan untuk: 1. Mengenal dan mendiagnosis benda asing
pada saluran napas. 2. Mampu memberikan pengobatan benda
asing pada saluran napas serta komplikasinya 3. Mampu
memberikan penyuluhan mengenai benda asing pada saluran
napas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
Aspirasi adalah suatu keadaan dimana masuknya
benda asing kedalam saluran nafas yang menimbulkan
obstruksi baik parsial maupun total sehingga
menimbulkan gangguan pernafasan (sesak) yang
berakibat pada kematian.
2. Etiologi
 Makanan : jenis makanan yang menyebabkan aspirasi
antara lain kacang, buah-buahan kecil,serbuk biscuit.
 Benda-benda asing
 Sputum darah
3. Aspirasi Benda Asing
 Dapat terjadi pada semua umur
 Lebih sering terjadi pada anak usia 1-3 tahun
 Anak usia < 4 tahun (20% dari jumlah kematian yang
disebakan oleh terhisapnya atau tertelannya benda
asing)
 Pada bayi resio aspirasi disebabkan oleh posisi
menyusui atau pemberian pasi yang tidak benar.
4. Patofisiologi
 Benda asing dalam tubuh dapat memungkinkan
terjadinya kegagalan jalan nagas dari laring ke
bronkus, setelah itu menyebabkan kesulitan bernafas
dan jatuh kepada asfiksia.

4
 3
/4benda asing terhisap, setelah didalam lobus brokus
hal ini nantinya akan menyebabkan iritasi,batuk
kering,perdarahan.
 5/4 ditemukan dalam paru-paru
 20% dalam trakea
5. Manifestasi Klinis
 Cekukan, muntah,batuk,(ergantung pada lokasi
obstruksi)
 Obstruksi faringotrakeal dapat terjadi dipssnean,
stridor, sesak oleh karena penurunan suplai O2,
sianosis.
 Obstruksi bronkial dapat terjadi batuk, wheezing,
perdarahan, penurunan kesadaran, kematian.
6. Pemeriksaan Diagnostik
 X-Ray : posterior dan lateral dada
 Radiogafi : untuk memantau benda asing
 Rigic Cromcuscopy : untuk mendiagnosa benda asing
didala laring dan trakea
 Flouroscopy : untuk mendeteksi lokasi sumbatan
benda asing bronkus
7. Pengkajian
 Anamnase kejadian aspirasi
 Kaji lokasi benda lain
 Kaji tipe objek yang diaspirasi (cair ataua benda
paadat)
 Kaji tipe obstruksi pernafasan, keadaan umum pasien
( sianosi atau tidak)
8. Diagnosa Keperawatan
 Pola nafas tidak efektif
 Resiko aspirasi
 Ansietas
5
9. Pertimangan Keperawatan
 Menjaga dan memonitor status respirasi anak
 Bilah ada indikasi pembelahan : perawat perlu
mengantisipasi kedaruratan anak dan memberikan
informasi kepada keluarga
 Memberikan penkes kepada orang tua kepada orang
tua tentang tindakan pertahanan orang tua dalam
menghadapi anak yang mengalami aspirasi
 Monitor tanda-tanda distress pernapasan ( sianosis,
tidak dapat berbicara, prioritas tinndakan kedaulatan
harus segera dilakukan yaitu pemansangan ETT dan
trakeostomi, kalua tidak anak dapat meninggal
seketika).
10. Penatalaksanaan
Cara Biasa
 Inspeksi adanya benda asing
 Bila benda asing terlihat,keluarkan dengan jari
kelingking
 Bila anak dapat batuk,benda asing yang kecil dapat
dibatukkan
 Telungkupkan anak atau bayi, posisi kepala dibawah,
sambal menepuk-nepuk punggung dengan perlahan
 Bila benda asing beupa serbuk, bisa dilakukan
pengisapan
 Lakukan kompresi dada

Pada Bayi
 Letakan tangan dua jari pada prosesus xipoideus
 Kompresi dilakukan hanya jari pada satu tangan
 Dalamnya kompresi 1,3-2,5 cm
 Lakukan kompresi 80x/menit

6
Pada Anak
 Letakan punggung tangan pada prosesur xipoideus
 Dompresi dilakukan dengan satu tangan
 Dalamnya kompresi 2,5 - 3,8 cm
 Lakukan kompresi 80 – 100x/menit

 Jika nafas tidak ada, ekstensikan kepala, bila benda asing


telah terlihat, keluarkan secara manual
 Bilah nafas tidak ada, fentilasi dengan mouth-mouth
 Bayi baru lahir : 120x/menit
 < 1tahun : 100x/menit
 Anak : 80-100x/menit
Cara Hemilich Manuver
 Kaji kondisi anak
 Kaji anak jika dapat berbicara, kalua bisa anjurkan anak untuk
mengangkat tangannya diatas tengkuk
 Jika tidak bisa berbicara atau tidak bisa batuk, mulai dengan
menekan abdominal klien
 Penolong berdiri dibelakang klien, letakan tangan penolong
antara umbi ligus dan prosesur xipoideus
 Satu tangan mengupal dan satu tangan memegang
pergelangan tangan yang pegang sehingga badan anak
tersangga tangan
 Lakukan hentakan kearah atas sebanyak 6-10 kali dengan
teratur untuk dapat mengeluarkan benda asing.

7
BAB III
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif


Intervensi utama :
Manejemen jalan nafas
Tindakan :
Observasi :
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
Monitor pola nafas tambahan (mis ; gurg

Anda mungkin juga menyukai