Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TERSTRUKTUR KEPERAWATAN KELUARGA

Pelaksanaan Keluarga Sejahtera di Indonesia

Dosen Pengampu: Ns. Dewi Setyawati, MNS

Disusun Oleh:
Kelompok II, 6C

Griselda Aramita L. (G2A017128) Astride Wulandari R (G2A017136)


Finaa Irfana (G2A017129) Dian Juliastyanissa (G2A017137)
Mutiara Ayu N. (G2A017130) Ika Milenia S (G2A017140)
Adellia Chusnatul D. (G2A017131) Ayu Chamalia R. (G2A017141)
Fadhila Ristya W. (G2A017133) Andini Reyna D.P.H (G2A017142)
Sasa Annisa (G2A017134) Selin Malinda (G2A017143)
Lusyana Nur H. (G2A017135)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi
klien (penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam
menentukan asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga
yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-
sia jika tidak dilanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik dan benar
oleh klien atau keluarganya. Secara empiris hubungan antara kesehatan
anggota keluarga terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan
atau signifikan.
Keluarga Sejahtera dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup dan memiliki hubungan yang sama, selaras dan
seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Secara
umum diketahui bahwa pengalaman orang tua berkembang dari tahun ke
tahun, di mana seorang anak bertumbuh dewasa dan orang tua menjadi
semakin tua, akan tetapi teori dan metodologi yang cukup memadai dalam
perkembangan perspektif tugas orang tua masih harus dibuktikan dan dapat
diterima.
Keluarga sejahtera dapat terbentuk apabila semua kebutuhan biologi
psikologi sosio kultural dan spiritual dapat terpenuhi, serta peran dalam
keluarga terlaksana. Pelaksanaan keluarga sejahtera di Indonesia diatur
dalam UU No 52 tahun 2009. Dalam pelaksanaan keluarga sejahtera
pemerintah membentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencama
Nasional (BKKBN) yang memiliki tugas dan fungsi sebagai pelaksana
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana Konsep Keluarga Sejahtera?
2) Bagaimana Pelaksanaan Keluarga Sejahtera di Indonesia?

1.3 Tujuan
1) Memahami Konsep Keluarga Sejahtera.
2) Memahami Pelaksanaan Keluarga Sejahtera di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keluarga Sejahtera


2.1.1 Pengertian
Definisi Keluarga Sejahtera menurut Badan Kependudukan
Berencana Nasional (BKKBN) berdasarkan Undang - Undang
Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009 yakni keluarga yang
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras
dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat
dan lingkungan (BKKBN, 2015).
2.1.2 Tahapan dan Indikator Keluarga Sejahtera
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) telah mengadakan program Pendataan Keluarga.
Pendataan ini bertujuan untuk memperoleh data tentang dasar
kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan
dan pengentasan kemiskinan yang mana program tersebut
dilakukan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga.
Tingkat kesejahteraan keluarga dapat diukur dengan
beberapa indikator, beberapa indikator operasional telah
dikembangkan untuk menggambarkan tingkat pemenuhan
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan
pengembangan, sedangkan untuk mendapatkan gambaran yang
lebih jelas tentang tingkat kesejahteraan digunakan beberapa
indikator yang telah digunakan oleh BKKBN. Tahapan dan
indikator Keluarga Sejahtera berdasarkan data dari BKKBN (2016)
adalah sebagai berikut:

a. Keluarga Pra Sejahtera

Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga yang belum


dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need)
secara minimal seperti kebutuhan akan spiritual,
pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB. Indikator
Keluarga Pra Sejahtera meliputi:

a) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh


masing-masing anggota keluarga.

b) Seluruh anggota keluarga makan dua kali atau


lebih dalam sehari.

c) Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian


yang berbeda untuk aktivitas (misalnya di
rumah, bekerja, sekolah dan bepergian).

d) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari


tanah.

e) Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur


ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera 1
Keluarga Sejahtera 1 yaitu keluarga yang telah
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB,
interaksi lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
Keluarga Sejahtera 1 yakni keluarga yang kebutuhan
dasar telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi
belum terpenuhi. Indikator Keluarga Sejahtera 1
sebagai berikut:
a) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara
teratur.
b) Paling kurang sekali seminggu keluarga makan
daging atau ikan atau telor.
c) Setahun terakhir seluruh anggota keluarga
memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru.
d) Luas lantai rumah paling kurang 8 m untuk tiap
pengguna rumah.
e) Seluruh anggota keluarga sehat dalam tiga bulan
terakhir.
f) Paling kurang satu anggota keluarga yang
umurnya diatas 15 tahun punya penghasilan
tetap.
g) Seluruh anggota keluarga yang berusia 10-60
tahun dapat baca tulis huruf latin.
h) Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah.
i) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasangan
usia subur memakai alat kontrasepsi (kecuali
sedang hamil).
c. Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat
memenuhi kebutuhan psikologisnya, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan pengembangannya, seperti
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
Pada Keluarga Sejahtera II, kebutuhan fisik dan sosial
psikologis telah terpenuhi (1 s/d 14 terpenuhi), namun
kebutuhan pengembangan belum sepenuhnya terpenuhi
anatara lain :
1) Mempunyai upaya untuk meningkatkan
pengetahuan agama.
2) Sebagian dari penghasilan dapat disisikan untuk
tabungan keluarga.
3) Biasanya makan bersama paling kurang sekali
sehari dan kesempatan itu dapat dimanfaatkan
untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di
lingkungan tempat tinggalnya
5) Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah
oaling kurang 1 X / 6 bulan.
6) Dapat memperoleh berita dari surat kabar / radio
/ TV / majalah.
7) Anggota keluarga mampu menggunakkan
sarana transportasi sesuai kondisi daerah.
d. Keluarga sejahtera III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis,
dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan yanag teratur bagi masyarakat,
seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan. Pada Keluarga Sejahtera III,
kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan
telah terpenuhi (1 s/d 21 terpenuhi), namun kepeduliaan
sosial belum terpenuhi yaitu:
1) Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela
memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial
masyarakat dalam bentuk materil
2) Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif
sebagai pengururs perkumpulan / yayasan / institusi
masyarakat
e. Keluarga Sejahtera
Keluarga Sejahtera yaitu keluarga yang telah
dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan
sosial psikologis dan perkembangan keluarganya.
Indikator Keluarga Sejahtera meliputi:
a) Keluarga mempunyai upaya untuk
meningkatkan pengetahuan agama.
b) Keluarga mempunyai tabungan.
c) Keluarga biasanya makan bersama minimal
sekali dalam sehari.
d) Turut serta dalam kegiatan masyarakat.
e) Keluarga mengadakan rekreasi bersama
minimal sekali dalam 6 bulan.
f) Keluarga dapat memperoleh berita dari surat
kabar/ radio/ televisi/ majalah.
g) Anggota keluarga dapat menggunakan sarana
transportasi.
h) Memberikan sumbangan secara teratur dan
sukarela untuk kegiatan social masyarakat
dalam bentuk materi.
i) Aktif sebagai pengurus yayasan/instansi

2.1.3 Pelaksanaan Pembangunan Keluarga Sejahtera


Peraturan pemerintah No. 21 tahun 1994 pasal 2,
menyatakan bahwa penyelenggaraan pembangunan keluarga
sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga dan
keluarga berencana yang diselenggarakan secara menyeluruh dan
terpadu oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Tujuannya mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat,
produktif, mandiri, dan memiliki kemampuan untuk membangun
diri sendiri dan lingkungan.
Pokok-pokok kegiatan :
1. Pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah kegiatan
pertumbuhan dan pengembangan perilaku usaha dan tenaga
terampil sehingga dapat melakukan usaha ekonomi produktif
untuk mewujudkan keluarga kecil, behagia, dan sejahtera.
Bentuk kegiatan pembinaan ketahan fisik keluarga adalah
sebagai berikut:
a) Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan, sikap
perilaku usaha, dan keterampilan keluarga melalui
penyuluhan, pelatihan magang, studi banding, dan
pendampingan.
b) Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha,
melalui kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga sejahtera (UPPKS)
c) Pembinaan permodalan, melalui tabungan, takesra
(tabungan keluarga sejahtera), Kukesra (Kredit
keluarga sejahtera)
d) Pembinaan pemasaran, melalui kerja sama dengan para
pengusaha dan sector terkait.
e) Pembinaan produksi, melalui bimbingan dalam
memilih dan memanfaatkan alat teknologi tepat guna
yang diperlukan dalam proses produksi.
f) Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha
dari sector terkait koperasi.
g) Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerja sama
dengan departemen koperasi dan PPKM.
2. Pembinaan ketahanan nonfisik keluarga.
Tujuannya untuk peningkatan kualitas anak, pembinaan
kesehatan reproduksi remaja, dan peningkatan keharmonisan
keluarga, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Bentuk kegiatan ketahanan nonfisik keluarga adalah
sebagai berikut.
a. Bina Keluarga Balita
Pembinaan terhadap orang tua anak balita agar
pertumbuhan dan perkembangan anaknya optimal
secara fisik dan mental melalui kelompok dengan
bantuan alat permainan edukatif (APE).
b. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan
melalui:
1) Pusat-pusat konsultasi remaja
2) Penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren,
kelompok-kelompok.
3) Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka,
dan lain-lain.
4) Kelompok Bina Keluarga Remaja ( BKR), dan
penyuluhan melalui media massa.
c. Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok Bina
Keluarga lansia (BKL).
d. Kegiatan-kegiatan lain adalah sebagai berikut.
1) Gerakan Keluarga Sejahtera Sadar Buta Aksara
2) Beasiswa supersemar.
3) Satuan Karya Pramuka Keluarga Berencana (Saka
Kencana) kegiatan lomba-lomba.
3. Pelayanan Keluarga Berencana
a. Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Kegiatan ini meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan
perubahan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan KB.
b. Pelayanan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan
kontrasepsi, pelayanan kesehatan reproduksi bagi ibu,
serta pelayanan lain yang ada hubungannnya dengan
reproduksi.
4. Pendataan Keluarga Sejahtera
Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan Gerakan
Keluarga Sejahtera setiap tahun, antara bulan Januari sampai
Maret., dilakukan pendataan keluarga untuk mengetahui
pencapaian keluarga berencana dan tahapan keluarga sejahtera.
Friedman (2010) membagi lima tugas kesehatan yang
harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang
tepat.
c. Memberikan tindakan keperawatan kepada anggota
keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian annggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara
keluarga lembaga-lembaga kesehatan yang
menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik.

2.2 Pelaksanaan Keluarga Sejahtera di Indonesia


Keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah dan dibentuk bercirikan sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depam,
bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa (UU No. 52, 2009).
Pelaksanaan keluarga sejahtera di Indonesia diatur dalam
peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan
dan pembangunan keluarga. Pada bab 1 pasal 1 menjelaskan bahwa
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas harus melakukan
rencana keluarga berencana yang artinya upaya untuk mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi.
Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga
yang memiliki keuletan dan ketangguhan seta mengandung
kemampuan fisik- meteril guna hidup mandiri dan mengencangkan diri
dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan
kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin.
Dalam rangka untuk pengendalian penduduk dan pembangunan
keluarga dalam UU No. 52 tahun 2009 dibentuklah Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencama Nasional atau BKKBN.
BKKBN memiliki tugas dan fungsi sebagai pelaksana pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan kelyarga berencana di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga Sejahtera menurut Badan Kependudukan
Berencana Nasional (BKKBN) berdasarkan Undang - Undang
Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009 yakni keluarga
yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan
yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (BKKBN, 2015).
Tingkat kesejahteraan keluarga dapat diukur dengan
beberapa indicator. Tahapan dan indikator keluarga sejahtera
berdasarkan data dari BKKBN (2016) diantaranya: keluarga pra
sejahtera, keluarga sejahtera I. keluarga sejahtera II, keluarga
sejahtera III, hingga akhirnya keluarga sejahtera.
Peraturan pemerintah No. 21 tahun 1994 pasal 2,
menyatakan bahwa penyelenggaraan pembangunan keluarga
sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga
dan keluarga berencana yang diselenggarakan secara
menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, masyarakat, dan
keluarga.
Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi
keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan seta
mengandung kemampuan fisik- meteril guna hidup mandiri
dan mengencangkan diri dan keluarganya untuk hidup
harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir
dan batin.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti,A. (2017). 20 PEMETAAN TINGKAT KESEJAHTERAAN


KELUARGA.

https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/jpg/article/download/3030/2586
diunduh 23 Maret 2020.

Harefa, E. I. J. (2019, October 4). Penerapan Konsep Dasar


Proses Keperawatan Keluarga. https://doi.org/10.31227/osf.io/xq75b

Sudiharto, S.kep.,M.kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan


Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Syaripudin, Tatang. 2008. Pedagogik Teoritis Sistematis. Percikan


Ilmu:Bandung.

Anda mungkin juga menyukai