Anda di halaman 1dari 27

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH PRAKTIK BERBASIS BUKTI

LITERATUR REVIEW: PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP


DEPRESI PADA PASIEN SKIZOFRENIA

Oleh:
Ida Wahyuni
NIM 216070300111015

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
Pengaruh Terapi Musik Terhadap Depresi Pada Pasien Dengan Skozofrenia
Ida Wahyuni *)
Universitas Brawijaya; Jl. Veteran Malang, Telp PS: 0341-567192, Fax 0341-564755
Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
email: Wahyuniida28@gmail.com

Abstrak

Skizofrenia dapat diartikan sebagai diagnosa medis pada gangguan jiwa yang sering
dialami di indonesia, pada tahun 2018 sebanyak 7% dari jumlah penduduk indonesia
mengalami skizofrenia dan 61% jumlah pendiduk mengalami depresi. Skizofrenia
terus mengalami perubahan seiring dengan ditemukan banyak gejala klinis yang
berbeda-beda. Gejala awal yang timbul pada pasien dengan gangguan skizofrenia
diantara gejala positif dan gejala negatif. Pasien dengan gejala positif yaitu
mengalami waham, halusinasi, isolasi sosial, risiko perilakuk kekerasan. Metodologi
tinjauan pelingkupan digunakan untuk memetakan bukti yang relevan dan
mensintesis temuan dengan membingkai pertanyaan penelitian menggunakan PICOT,
menentukan kata kunci, kriteria kelayakan, mencari database google sholar, progrest
untuk studi yang relevan.. Tinjauan lebih lanjut melibatkan pemilihan studi
berdasarkan diagram alir PRISMA, memetakan data, mengumpulkan, dan meringkas
temuan. Analisis kritis dari temuan dari 7 artikel yang menunjukkan bahwa terdapat
terapi musik pada pasien depresi yang skizofrenia. Gangguan depresi bisa
menurunkan kualitas hidup seseorang yang mengalaminya beserta dengan
keluarganya. Penanganan depresi pada pasien skizofrenia bisa dilakukan dengan
menggunakan terapi keperawatan. Terapi keperawatan yang bisa pakai diantaranya
terapi spesialis dan terapi komplementer atau terapi non farmakologi yaitu dengan
terapi musik. Pada gelombang otak, musik klasik dapat membantu memperkuat
kesadaran dan meningkatkan organisasi mental seseorang jika didengarkan selama
sepuluh hingga lima belas menit. Musik klasik merupakan jenis musik yang
menggunakan tangga nada diatonis. Terapi musik mampu mengatasi penyakit,
meningkatkan, memulihkan, dan memeliharan kesehatan baik secara fisik, emosional,
mental, sosial, dan juga spiritual. Hal ini disebabkan karena terapi musik dapat
memberikan efek nyaman, rileks, mampu menenangkan jiwa, berstruktur, dan juga
universal. terapi musik dapat membantu mengurangi perilaku agresif pada pasien
skizofrenia. Di antara gejala positif, halusinasi dan delusi dianggap lebih menonjol
dalam praktik klinis.

Kata Kunci: Skizofrenia, depresi, terapi musik


Pendahuluan
Gangguan jiwa berat atau skizofrenia ini masih mendapatkan stigma negatif
dari masyarakat. Kata “gila” kerap disematkan pada penderita skizofrenia. Hal ini
membuat penderita kerap tidak tertangani dengan baik. Apabila pasien dengan
skizofrenia ditangani dengan cepat dan tepat dapat disembuhkan. Pasien dengan
gangguan skizofrenia tidak bisa membedakan mana khayalan dan kenyataan. Proses
pikir terganggu menimbulkan halusinasi, delusi, pikiran yang tidak jelas, serta
bertingkah, bicara yang tidak wajar, dan kecemasan yang berlebihan. Apabila ini
dibiarkan terus menerus maka mengakibatkan gangguan jiwa yang lebih berat hingga
sampai bunuh diri (Putri I Dewa A.H, 2020).
Menurut WHO, 2019 menjelaskan bahwa pada gangguan skizofrenia adalah
tipe dari gangguan mental yang terdiri dari beberapa karakteristik yaitu distosi dalam
berfikir, persepsi, emosi, bahasa, perasaan diri dan perilaku. Diseluruh Dunia kurang
lebih 20 juta jiwa mengalami gangguan tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh
oleh RISKESDAS (2018), didapatkan bahwa setiap provinsi di indonesia mengalami
peningkatan jumlah keluarga yang terkait dengan gangguan jiwa. skizofrenia/
psikosis. Peningkatna tersebut berkisar dari 5-10 % dalam setiap provinsi. Angka
kesakitan pada kesehatan jiwa masih menjadi hal yang serius untuk diperhatikan,
kerjasama yang luas yang mengikutkan pengambil keputusan, institusi pendidikan
kesehatan, organisasi profesi keseahtan, Lembaga sosial, dan tenaga kesehatan untuk
mendukung kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sangat dibutuhkan
(Setiawan, 2018).
Sebagian besar pasien skizofrenia akan mengalami depresi untuk menangani
masalah depresi dapat menggunakan salah satu terapi nonfamakologi yaitu terapi
musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran dan kemudian
melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi yaitu
sistem limbik. Salah satu musik yang bisa digunakan dalam penyembuhan penyakit
depresi seperti musik klasik. Musik klasik (Mozart) mampu memperbaiki konsentrasi,
ingatan dan presepsi spasial.
Berdasarkan penjelasan di atas peneleliti tertarik dengan terapi musik klasik
dapat mengurangi cemas, sehingga peneliti ingin mengetahui efektifitas terapi musik
untuk menurunkan gejala pada pasien skizofrenia.
Metodelogi
Metodologi pada scoping review ini digunakan untuk memetakan bukti yang
relevan dan mensintesis hasil temuan. Langkah-langkah yang digunakan dalam
scoping review ini yaitu mengidentifikasi pertanyaan penelitian, menentukan kata
kunci, menentukan kriteria inklusi dan eksklusi, mencari artikel dengan menggunakan
beberapa database, memilih studi, pemetaan data, mengumpulkan, dan kemudian
meringkas hasil temuan.
2.1 Rumusan Pertanyaan Penelitian Menggunakan PICO
Pertanyaan penelitian dikembangkan dengan menggunakan PICO “Apakah
terapi musik dapat mengurangi tingkat depresi pada pasien skizofrenia ?”
Tujuan Studi Scoping review ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh terapi
musik terhadap depresi pada pasien skizofrenia
Tabel 1. PICO framework
PICO Content Question
P Pasien Depresi Apakah terapi musik
I Terapi Musik dapat mengurangi depresi
C Tidak ada pada pasien skizofrenia?
O Mengurangi tingkat
depresi

2.2 Kata Kunci


Kombinasi istilah berikut digunakan untuk mencari database, menggunakan
operator Boolean (“dan”): “skizofrenia”, “depresi” dan “terapi musik”
2.3 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi untuk artikel yang dicari adalah artikel teks lengkap dalam
bahasa
Inggris dari 2016 hingga 2020. academic journals, subscribed journals, research
articles, open access dan open archive.
2.4 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi untuk artikel yang dicari yaitu laporan, disertasi dan juga
skripsi yang tidak bisa diakses, manuskrip, serta artikel yang sudah direview.
2.5 Bahan-bahan dan metode-metode
Metodologi tinjauan pelingkupan digunakan untuk memetakan bukti yang
relevan dan mensintesis temuan. 6 langkah tinjauan pelingkupan oleh Pérez dkk.
memandu studi. Langkah-langkahnya meliputi identifikasi pertanyaan penelitian,
menentukan kata kunci, kriteria inklusi dan eksklusi, mencari database untuk studi
yang relevan, pemilihan studi, memetakan data, mengumpulkan, dan meringkas
temuan
Science ProQuest Google
Direct Scholar

Penelusuran
full text, pdf, 15 10 922
2016-2021

Jumlah publikasi yang diidentifikasi dari semua


sumber menggunakan kata kunci yaitu 947

Jumlah publikasi dengan judul yang


tidak terkait dengan subjek yang
diminati 940

Jumlah publikasi yang membahas topik yang


diminati dan yang sepenuhnya ditinjau yaitu 7

Jumlah publikasi lebih lanjut


dikecualikan karena tidak terkait
dan publikasi yang duplikat 0

Jumlah final publikasi yang dimasukkan dalam


tinjauan yaitu 7

Gambar. 1 Diagram PRISMA


2.6 Pemetaan Data
Pada tahap ini dilakukan ekstraksi data sesuai dengan artikel yang sudah dipilih.
Tujuannya yaitu untuk mengumpulkan informasi dan wawasan penting guna
menjawab pertanyaan penelitian yang sudah ditetapkan. Ekstraksi data yang benar
dapat membantu dalam mengidentifikasi variabel yang relevan untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Tahap ekstraksi data memabantu mengurangi terjadinya bias
dan meningkatkan reliabilitas dan juga validitas dari tinjauan keseluruhan. Informasi
artikel terdiri dari karakteristik penelitian, seperti penulis, sampel dan tempat, negara
penelitian, desain penelitian, instrument penelitian, dan temuan utama
Tabel 2. Karakteristik dari artikel

Sumber Tujuan penelitian Desain Responden Jenis terapi Temuan Hasil Dan
penelitian
(Kartina Tujuan dari penelitian ini Pre 11 Terapi musik
Semakin spesifik genre musik, maka
, 2020) adalah untuk Experimental responden dangdutsemakin baik untuk bisa dijadikan terapi
menginvestigasi untuk Kesehatan ( Leubner, 2017),
dampak terapi musik sehingga musik yang familiar dan lebih
dangdut terhadap depresi spesifik dan dimengerti baik lirik atau
pada orang dengan familiar terhadap ritme lebih
skizofrenia. disaranka untuk menjadi sebuah terapi,
seperti musik dangdut yang digunakan
pada penelitian ini. Rekomendasi musik
sebagai terapi juga didukung oleh
beberapa literatur yang meneliti
pengaruh musik terhadap depresi dengan
mengkombinasikan dengan standar
perawatan biasanya ( Therapy as
Usual/TAU)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terapi musik dangdut terbukti secara
signifikan mampu menurunkan tingkat
depresi pada orang dengan skizofrenia.
Afshinpour, Tujuan dari penelitian ini eksperimental 60 responden Terapi musik Dalam penelitian ini, teknik terapi musik
2018 adalah untuk mengetahui & kontrol campuran yang disebut musik tidak aktif, yang
ketidaknyamanan melibatkan potonganpotongan stimulan
emosional wanita depresi pendengaran, digunakan. Koleksi yang
yang dirujuk ke pusat digunakan dalam penelitian ini adalah
darurat sosial di Shiraz kombinasi musik dan suara alam yang
yang menggunakan terapi menenangkan pikiran dan menurunkan
musik detak jantung dan tubuh Anda. Dalam
studi terapi musik dalam pengobatan
pasien dengan gangguan neurobehavioral
yang disebabkan oleh cedera otak. Telah
menunjukkan bahwa terapi musik efektif
dalam mengurangi kesusahan dan
kecemasan dan mengatasi masalah dan
mempromosikan perilaku positif dalam
kelompok dengan gangguan perilaku dan
neurologis. Terdapat perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok baik
kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol baik pada tahap post-test dan
tindak lanjut, yang menunjukkan
konfirmasi hipotesis ini, dan dapat
dikatakan bahwa terapi musik
mengurangi tekanan emosional anak-
anak.
Emas Bertujuan untuk klaster-acak 1000 Terapi musik Depresi adalah penyebab utama
Kristen, menentukan efektivitas multinasional kelompok dan kecacatan di seluruh dunia. Pada orang
dkk, 2018 GMT, RCS dan terapi musik dewasa yang lebih tua, itu terjadi bersama
kombinasinya untuk nyanyian paduan dan berinteraksi dengan demensia dengan
penghuni rumah suara rekreasi cara yang kompleks. Depresi dapat
perawatan dan untuk menyebabkan gangguan kognitif dan
menguji heterogenitas efek dapat meningkatkan risiko demensia
pengobatan di Hasil utama adalah perubahan skor Skala
seluruh subkelompok. Penilaian Depresi Montgomery-Åsberg
pada 6 bulan. Hasil sekunder akan
mencakup gejala depresi, fungsi kognitif,
gejala neuropsikiatri, penggunaan obat
psikotropika, beban pengasuh, kualitas
hidup, kematian dan biaya selama
setidaknya 12 bulan.
Penchaya Untuk membandingkan eksperimental 14 pasien Terapi Musik Terapi musik adalah salah satu pilihan
Atiwannapa efek dari 1) terapi musik & kontrol rawat jalan terapi tambahan yang mungkin. Musik
t 2016 kelompok aktif dan 2) mempengaruhi kesehatan melalui
terapi musik kelompok perubahan dalam penghargaan, motivasi,
reseptif terhadap konseling dan kesenangan; stres dan gairah;
kelompok dalam kekebalan; dan afiliasi sosial. Intervensi
pengobatan gangguan musik dapat memperbaiki gejala depresi,
depresi mayor (MDD). kualitas tidur, fungsi global dan sosial
pada gangguan jiwa. Terapi musik dapat
diklasifikasikan sebagai 'aktif'
(menciptakan kembali, berimprovisasi,
atau mengarang musik) dan 'menerima'
(mendengarkan musik). Pada 1 bulan, 3
bulan, dan 6 bulan, kedua kelompok
terapi menunjukkan penurunan skor
MADRS Thai secara statistik tidak
signifikan bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol (konseling kelompok).
Penurunan tersebut sedikit lebih besar
pada kelompok aktif dibandingkan
kelompok reseptif. Meskipun ada
kecenderungan hasil yang lebih baik pada
depresi laporan diri dan kualitas hidup,
perbedaannya tidak signifikan secara
statistik.Kesimpulan: Terapi musik
kelompok, baik aktif atau reseptif,
merupakan pilihan pengobatan tambahan
yang menarik untuk pasien rawat jalan
dengan MDD. Kelompok reseptif dapat
mencapai efek terapi puncak lebih cepat,
tetapi kelompok aktif mungkin memiliki
efek puncak yang lebih tinggi. Terapi
musik kelompok layak mendapatkan
studi komprehensif lebih lanjut.
KATE G, Tujuan dari penelitian ini Korelasi 32 peserta Musik grup Bukti menunjukkan bahwa
2016 yaitu untuk menentukan mendengarkan musik dapat
efek terapi musik meningkatkan kesejahteraan orang
kelompok jangka pendek dengan mempromosikan relaksasi dan
pada tingkat depresi mengurangi stres, meningkatkan mood,
mengurabgi rasa sakit, dan meningkatkan
kualitas hidup secara keseluruhan. Terapi
musik adalah bidang yang relatif baru,
dan basis literatur, terutama penelitian
kuantitatif, kecil dibandingkan dengan
intervensi pengobatan lainnya, seperti
terapi perilaku kognitif (CBT) Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terapi
musik kelompok dalam pengaturan
psikiatri rawat inap mungkin sama
efektifnya dengan kelompok SOC, lebih
efektif dalam mempengaruhi kualitas
hidup, dan lebih efektif untuk populasi
diagnostik tertentu.
Najmeh Peneliti bertujuan untuk Eksperimen 30 Terapi musik Banyak pengalaman menunjukkan efek
Hamid, mempelajari pengaruh dengan pretest, fisiologis dan perubahan musik, tidak
2019 terapi musik terhadap posttest, follow hanya pada manusia, tetapi juga pada
depresi dan kebahagiaan up dan control hewan dan tumbuhan. kekuatan musik
wanita depresi. group dan pengaruhnya terhadap perkembangan
mental-sosial individu anakanak dan
remaja, dan menyimpulkan bahwa musik
dapat berdampak positif pada fungsi otak
dan, akibatnya, pada pemikiran dan
suasana hati orang. Hasil penelitian
menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara kelompok eksperimen dan kontrol
dalam depresi dan kebahagiaan (P
<0,001). Tingkat skor depresi menurun
secara signifikan pada kelompok
eksperimen dibandingkan dengan pretest
dan kelompok kontrol. Juga, skor
kebahagiaan meningkat secara signifikan
pada kelompok eksperimen. Hasil ini
secara signifikan bertahan setelah 2 bulan
masa bera (P <0,001).
Wisnu Mengetahui bagaimana kuantitatif 9 Responden Terapi musik Salah satu musik yang bisa digunakan
Prabowo, pengaruh musik klasik rancangan klasik dalam penyembuhan penyakit depresi
2020 dalam menurunkan skor penelitian pre seperti musik klasik. Musik klasik
depresi pada pasien eksperimen (Mozart) mampu memperbaiki
skizofrenia di ruang rawat dalam kategori konsentrasi, ingatan dan presepsi spasial.
inap Rumah Sakit Jiwa satu kelompok Pada gelombang otak, gelombang alfa
Daerah Sungai Bangkong (one group mencirikan perasaan ketenangan dan
pretest- kesadaran yang gelombangnya mulai 8
postest). hingga 13 hertz. Semakin lambat
gelombang otak, semakin santai, puas
dan perasaan kita akan terasa damai. Uji
hipotesis dengan menggunakan uji t
berpasangan menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh terapi musik klasik
terhadap tingkat depresi pada pasien
skizofrenia di ruang rawat inap di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong
dengan perbedaan nilai yang bermakna
antara pre test dan post test tingkat
depresi (p= 0,000).
Diskusi
Beberapa ulasan sebelumnya telah mengevaluasi efek terapi musik untuk
mengurangi depresi. Ulasan ini menemukan efektivitas terapi musik yang signifikan
dalam mengurangi depresi di antara orang dewasa yang lebih tua dengan gejala
depresi, penderita demensia, anak-anak, remaja serta dewasa. Sebuah meta-analisis
baru-baru ini membandingkan efek terapi musikdan pengobatan musik untuk
mengurangi depresi, dampak positif yang cukup kuat dari intervensi musik pada
depresi, tetapi tidak menemukan perbedaan antara terapi musik dan pengobatan
musik. menunjukkan efek yang berbeda dari terapi musik dan pengobatan musik
dalam mengurangi depresi, dan
pengobatan musik menghasilkan efek yang lebih baik dalam mengurangi depresi
dibandingkan dengan terapi musik. Perbedaan efek terapi musik dan pengobatan
musik dapat dijelaskan oleh partisipan yang berbeda, dan sembilan penelitian
menggunakan terapi musik untuk mengurangi depresi Gangguan jiwa merupakan
salah satu penyakit yang mempunyai kecenderungan untuk menjadi kronis dan sering
disertai dengan adanya penurunan fungsi (disability) dibidang pekerjaan, hubungan
sosial dan kemampuan merawat diri sehingga cenderung menggantungkan sebagai
aspek kehidupannya pada lingkungan sekitar. Pada pasien skizofrenia akan
mengalami gangguan alam perasaan yang ditandai ketakutan yang mendalam dan
berkelanjutan, sehingga dapat terjadi gangguan dalam menilai kenyataan, kepribadian
penuh, perilaku dapat terganggu namun masih dalam batas normal (Yuniartika,
Wachidah, 2019) Istilah skizofrenia berasal dari bahasa yunani yaitu schozo
(split/pemecahan) dan phren (jiwa). Istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan
terpecahnya atau terfragmentasinya pikiran individu dengan gangguan ini. Istilah
skozoftrenia tidak menunjukkan beragamnya kepribadian pada individu menurut
Sadock 2014. Skizofrenia terus mengalami perubahan seiring dengan ditemukan
banyak gejala klinis yang berbeda-beda. Pengertian skizofrenia ini telah mengalami
pergantian melalui tiap edisi dari Diagnostic And Statistical Manual Of Mental
Disorders (DSM) dari DSM 1 hingga DSM 5, akan tetapi definisi tersebut memiliki
tiga akar utama yaitu pandangan kraepelinian yang menekannkan adanya avolisi.
Secara umum dapat diartikan bahwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat
(psikosis) yang dapat ditandai dengan distorsi pada pikiran, persepsi, pembicaraan,
tilikan, dan perilaku. (Yudhantara Surya, 2018). Pada skizofrenia ini dapat dikatakan
tipe dari gangguan mental atau gangguan jiwa yang terdiri beberapa karakteristik
distori dalam berfikir, persepsi, emosi, bahasa, perasaan diri dan perilaku (WHO,
2019). Gangguan skizofrenia merupakan suatu jenis psikosis yang berurutan teratas
dari seluruh gangguan jiwa yang muncul (Pelealu, A.,et.al. 2018).
Skizofrenia adalah penyakit kejiwaan yang kompleks, yang selalu ditandai
dengan gejala positif dan negatif serta gangguan kognitif. Pada pasien skizofrenia
terdapat gangguan yang signifikan (Yao et al., 2020). Skizofrenia dapat diartikan
sebagai diagnosa medis pada gangguan jiwa yang sering dialami di indonesia, pada
tahun 2018 sebanyak 7% dari jumlah penduduk indonesia mengalami skizofrenia dan
61% jumlah pendiduk mengalami depresi (Riskesdas, 2018). Perjalanan skizofrenia
adalah heterogen (tidak pasti kronis/ sangat berulang), meskipun banyak orang
mengalaminya dan memerlukan kebutuhan perawatan berkelanjutan (misalnya,
pengobatan dan pemulihan) (Yu, Y. H., et.al 2020). Gejala awal yang timbul pada
pasien dengan gangguan skizofrenia diantara gejala positif dan gejala negatif. Pasien
dengan gejala positif yaitu mengalami waham, halusinasi, isolasi sosial, risiko
perilakuk kekerasan. Sedangkan dengan gejala negatif yaitu klien mengalami mata
kosong, tidak berekspresi, tak mampu berkomunikasi dengan orang lain, tidak
mempunyai motivasi serta pasien tidak melakukan aktivitas. Dengan negatif pasien
skizofrenia yang mengalami gejala positif bisa disembuhkan dengan minum obat
sedangkan timbulnya gejala negatif tidak dapat dsembuhkan melainkan akan menetap
dan bisa menjadi faktor penghambat dalam proses penyembuhan (Hawari, 2016).
Sebelum terjadinya gejala positif ataupun gejala negatif pada pasien dengan
skizofrenia mengalami depresi. Depresi itu sendiri merupakan gangguan emosional
yang diikuti oleh perasaan bersalah yang terus menerus selain itu timbulnya perasaan
sedih yang mendalam, merasa dirinya tidak berharga, dan mengalami putus asa yang
mendalam (Dirgayunita,2016). Pasien Skizofrenia yang mengalami kecemasan dapat
diatasi dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi lebih
aman digunakan karena tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obatan, karena
terapi nonfarmakologi menggunakan proses fisiologis

Menurut Guyton dan Hall pada tahun 2011 sebagai hipotesis dopaminergik,
skizofrenia dapat disebabkan oleh hiperaktivitas atau hipoaktivitas dopaminergik
pada area tertentu di otak serta ketidaknormalan reseptor dopamin (DA).
Hiperaktivitas reseptor dopamin (DA) pada area mesocaudate berkaitan dengan
munculnya gejala-gejala positif Sementara hipoaktivitas reseptor dopamin (DA) pada
area korteks prefrontal berkaitan dengan munculnya gejala-gejala negative. (Dewi,
M. et.al. 2020). Pasien dengan depresi memiliki pandangan yang negatif terhadap diri
sendiri, dunia dan masa depannya. Pasien dengan depresi akan memandang dirinya
tidak berharga, tidak memiliki kemampuan dan merasa kesepian. Orang dengan
gejala depresi ini mempunyai asumsi dan berkeyakinan bahwa permasalahan yang
dihadapi saat ini tidak akan membaik dan tidak mempunyai tujuan. Kondisi ini yang
akan menyebabkan individu melakukan tindakan bunuh diri (Kumalasari Dian Nur,
2021). Depresi ini juga mempunyai dampak pada gejala fisik, antara lain rasa lelah
akan pikiran negatif, tidak mempunyai energi (Lumonga, 2016).
Beberapa etiologi yang menyebabkan adanya perubahan biologis pada
penderita skizofrenia diantaranya disebabkan oleh : (1) genetik, munculnya gejala
klinis pada skizofrenia seperti gejala positif dan negative dikarenakan adanya
gangguan pada fungsi neurotransmitter tertentu, maka dapat diambil 7 kesimpulan
interaksi antara genetik dan lingkungan berpengaruh terhadap munculnya proses
tersebut. (2) infeksi dan inflamasi, adanya kondisi yang mempengaruhi kesejahteraan
janin dalam kandungan seperti infeksi pada masa kehamilan diperkirakan berperan
munculnya respon imun yang disalurkan kejanin dan mempengaruhi perkembangan
otak bayi sehinggu menimbulkan kerentanan untuk munculnya skizofrenia pada janin
di kemudian hari. (3) Neurokimiawi, teori klasik menyebutkan munculnya gejala
psikosis pada skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas neuron dopaminergic, selain
itu hipofungsi reseptor glutamat juga berperan dalam skizofrenia, serta dipengaruhi
juga oleh berlebihnya kadar serotonin, rendahnya kadar GABA, Perubahan sistem
kolinergik dan sistem adrenergic. (4) Faktor risiko lainnya seperti riwayat keluarga,
kesenjangan ekonomi dan diskriminasi sosial, serta dikaitkan juga karena defisiensi
vitamin D (Yudhantara & Istiqomah, 2018). Pada gejala depresi dengan skizrofrenia
dapat terjadi pada di semua fase prodromal. Gejala depresi yang muncul saat fase
prodromal akan mempercepat terjadinya skizofrenia (Niken & Heny,2018). Beberapa
faktor risiko yang menyebabkan seseorang bisa mengalami skizofrenia disebabkan
oleh faktor demografi yang terdiri atas, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan dan asal pasien. Menurut (Davies, 2009) menjelaskan bahwa
secara sosio-demogrofi orang yang lebih rentan mengalami gangguan jiwa adalah
berdasarkan umur berada pada kategori orang yang berumur dewasa, kemudian dari
status perkawinan lebih rentan terjadi pada orang yang belum menikah, dari jenis
kelamin seseorang yang rentan mengalami gangguan jiwa adalah berjenis kelamin
laki-laki, berdasarkan status pekerjaan orang yang tidak bekerja memiliki kerentanan
yang lebih dibandingkan dengan yang bekerja, serta orang yang berpendidikan rendah
juga rentan bisa mengalami gangguan jiwa. Seseorang yang mempunyai gejala gejala
depresi tidak akan maksimal dalam menjalankan perannya di keluarga dan
masyarakat (He et al., 2018). Gangguan depresi bisa menurunkan kualitas hidup
seseorang yang mengalaminya beserta dengan keluarganya. Penanganan depresi pada
pasien skizofrenia bisa dilakukan dengan menggunakan terapi keperawatan. Terapi
keperawatan yang bisa pakai diantaranya terapi spesialis dan terapi komplementer
atau terapi non farmakologi yaitu dengan terapi musik.
Depresi pada pasien skizofrenia harus segera ditangani supaya tidak terjadi
hal yang fatal terhadap pasien. Penatalaksanaan pasien skizofrenia dengan gejala
depresi di rumah sakit jiwa menggunakan terapi spesialis dan terapi komplementer.
Terapi spesialis merupakan terapi generalis yang sudah dimodifikasi. Terapi spesialis
yang sering dilakukan antara lain adalah terapi kognitif. Terapi kognitif adalah salah
satu bentuk psikoterapi yang berdasarkan konsep proses patologi jiwa tindakannya
harus dilakukan berdasarkan modifikasi dari perilaku maladaptif dan distorsi kognitif.
Saat melakukan terapi ini yang menjadi tujuan merubah pikiran otomatis negatif
menjadi pikiran positif. Pikiran negatif sering terjadi pada individu yang gagal dalam
melakukan sesuatu atau dalam situasi yang lagi membosankan. Begitu juga yang
terjadi pada individu yang tidak mengenal realita seperti halnya pasien depresi akan
sering terjadi pikiran negatif (Tang et al., 2020). Salah satu hal yang harus dilakukan
saat terapi kognitif adalah dengan adanya penerapan reframing, yaitu strategi yang
mengubah persepsi pasien dari situasi yang ada dengan cara pandang yang berbeda.
Terapi kognitif ini akan merubah proses pikir, dan akan menghilangkan perilaku yang
menyimpang secara bertahap, meningkatkan perilaku yang baik disertai dengan
penerimaan diri (Kurniawan, 2017). Terapi musik dapat digunakan sebagai media
penyembuh bagi seseorang yang membutuhkan, dimana orang tersebut mengalami
gangguan baik secara fisik, mental, intelegensi, sosial, maupun emosional.
Harapannya terapi musik dapat menarik perhatian responden agar menikmati irama
lagu yang diberikan sehingga dapat tercipta suasana yang nyaman, damai, santai, dan
juga bahagia. Hasil yang didapatkan yaitu responden merasakan adanya perubahan
positif dalam dirinya. Musik terdiri dari beberapa jenis yaitu musik keroncong, musik
etnik, musik pop, musik klasik, musik blues, musik Ska, dan musik metal (Tim KSM
Radio Crast, 2010). Terapi musik dinegara maju telah menjadi bagian dari profesi
kesehatan untuk mengatasi masalah fisik, emosi, kognitif dan sosial pada anak-anak
dan orang dewasa yang mengalami gangguan atau penyakit tertentu. Sedangkan di
Indonesia terapi musik juga digunakan sebagai terapi untuk gangguan kejiwaan,
masalah medis, cacat fisik, gangguan sensorik, cacat perkembangan,
penyalahguanaan zat, gangguan komunikasi, masalah interpersonal dan penuaan
(Rosiana, 2016).
Pada penelitian (Kartika Irna, 2020) dijelaskan bahwa terdapat signifikan
setelah dilakukan terapi musik, terjadinya perubahan antara tingkat depresi pada
pasien dengan skizofrenia sebelum diberikan terapi selama 4 sesi. Sebagian besar
pasien skizofrenia akan mengalami depresi untuk menangani masalah depresi dapat
menggunakan salah satu terapi nonfamakologi yaitu terapi musik. Terapi musik
sangat mudah diterima organ pendengaran dan kemudian melalui saraf pendengaran
disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi yaitu sistem limbik. Salah satu
musik yang bisa digunakan dalam penyembuhan penyakit depresi seperti musik
klasik. Musik klasik (Mozart) mampu memperbaiki konsentrasi, ingatan dan presepsi
spasial. Pada gelombang otak, musik klasik dapat membantu memperkuat kesadaran
dan meningkatkan organisasi mental seseorang jika didengarkan selama sepuluh
hingga lima belas menit. Musik klasik merupakan jenis musik yang menggunakan
tangga nada diatonis, yakni sebuah tangga nada yang menggunakan aturan dasar teori
perbandingan serta musik klasik telah mengenal harmoni yaitu hubungan nada-nada
dibunyikan serempak dalam akord-akord serta menciptakan struktur musik yang tidak
hanya berdasar pada pola-pola ritme dan melodi dan juga musik klasik yang
mempunyai tempo lambat atau musik klasik yang mempunyai bunyi panjang dan
lambat karena akan menyebabkan detak jantung, pendengarannya menjadi lebih
lambat sehingga ketegangan fisik menjadi lebih rendah dan menciptakan ketenangan
fisik (Rodiyah, 2012).

Musik mempunyai beberapa kelebihan yaitu mampu memberikan ketenangan


pikiran serta mempunyai manfaat sebagai pengendali emosi. Bersadarkan tempo,
irama serta tinggi rendahnya nada dapat menghasikan suatu gelombang alfa dan serat
dari gelombang beta yang terdapat pada pada gendang telinga, sehingga dapat
memberikan rasa nyaman terhadap otak dan mampu menerima rangsangan serta
memberikan efek rileks, dan dapat menidurkan. Musik dapat memberikan manfaat
bagi pasien karena dapat mengalihkan perhatian mereka dari pengalaman yang tidak
menyenangkan. Terapi musik telah diakui sebagai intervensi medis terkait dengan
manfaat klinis berbasis bukti (Arisdiani, dkk, 2021). Menurut Murtisari (2011)
intervensi musik juga dapat mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom tubuh
dengan klasik seperti munculnya beberapa respon yang bersifat spontan, misalnya
mengetukkan jari. Musik juga dapat mempengaruhi pernafasan, denyut jantung,
denyut nadi, tekanan darah, mengurangi ketegangan otot, memperbaiki gerak dan
kordinasi tubuh, memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas suhu tubuh, serta
mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stress. Sedangkan secara psikologi,
musik dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stress, efektif,
efisien, dapat meningkatkan asmara dan seksualitas, menimbulkan rasa aman dan
sejahtera, melepas rasa gembira dan sedih, menegaskan kemanusiaan bersama, dan
membantu serta melepaskan rasa sakit dan musik yang direkomendasikan (Prabowo
Wisnu, 2017). Mengenai efektifitas terapi musik sebagai terapi tambahan pada pasien
skizofrenia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi musik yang diberikan
sebagai terapi tambahan pada perawatan standar dapat membantu meningkatkan
kondisi mental pasien skizofrenia. Program kesehatan mental dapat terlaksana jika
ada perencana bisa mengendalikan seluruh pendekatan yang ada. Kesehatan mental
bisa disebut komprehensif dan efektif apabila : (1) program tersebut menjangkau
semua masyarakat dan pengobatan yang diberikan adekuat bagi setiap anggota
keluarga yang memerlukan; (2) program mencakup elemen – elemen yang dapat
meningkatkan perwujudan diri (self realization) dari seluruh warga masyarakat,
karena kesehatan mental merupakan realisasi kapasistas dari setiap orang; dan (3)
program dirancang untuk mencakup aktivitas yang dirancang untuk mencegah
munculnya gangguan mental dan emosional sejak lahir. Agar lebih efektif, program
kesehatan mental yang baik hendaknya menyediakan beberapa perlengkapan untuk
kegiatan sosial agar tercipta lingkungan yang sehat mental (Notosoedirdjo & Latipun,
2017). Intervensi musik dapat meningkatkan FC statis dan dinamis yang menonjol
antara pallidum dan subregion DMN pada subjek penderita skizofrenia.Temuan ini
memberikan bukti baru bahwa satu mekanisme saraf penting dari intervensi musik
mungkin terkait dengan sirkuit fungsional striatum- DMN dan terkait dengan remisi
gejala subjek skizofrenia (Yao et al., 2020).

Terapi musik mampu mengatasi penyakit, meningkatkan, memulihkan, dan


memeliharan kesehatan baik secara fisik, emosional, mental, sosial, dan juga spiritual.
Hal ini disebabkan karena terapi musik dapat memberikan efek nyaman, rileks,
mampu menenangkan jiwa, berstruktur, dan juga universal (Priwahyuni et al., 2020).
Courtright dan rekannya (1990) menjelaskan bahwa penggunaan terapi musik dapat
membantu mengurangi perilaku agresif pada pasien skizofrenia. Di antara gejala
positif, halusinasi dan delusi dianggap lebih menonjol dalam praktik klinis. Terapi
musik telah digunakan dalam pengobatan skizofrenia selama beberapa dekade, dan
sering digunakan sebagai terapi tambahan untuk pengobatan (Tseng et al., 2016).
Tujuan dari dilakukannya terapi musik yaitu meningkatkan potensi yang dimiliki
responden dan melatih kemampuan yang dimiliki responden yang mengalami
kelainan. Harapannya setelah diberikan terapi musik, mampu menghilangkan
ketegangan atau membuat nyaman responden baik secara sosial emosional,
intelegensi, dan juga fisik (Suryana, 2012). menggunakan terapi musik untuk
kelompok pasien skizofrenia, didapatkan hasil bahwa terapi musik dapat mengurangi
gejala negatif dan meningkatkan kontak interpersonal serta meningkatkan
kemampuan pasien untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial di masyarakat.

Kesimpulan
Skizofrenia adalah penyakit kejiwaan yang kompleks, yang selalu ditandai
dengan gejala positif dan negatif serta gangguan kognitif. Pada pasien skizofrenia
terdapat gangguan yang signifikan. Gejala awal yang timbul pada pasien dengan
gangguan skizofrenia diantara gejala positif dan gejala negatif. Pasien dengan gejala
positif yaitu mengalami waham, halusinasi, isolasi sosial, risiko perilakuk kekerasan.
Sedangkan dengan gejala negatif yaitu klien mengalami mata kosong, tidak
berekspresi, tak mampu berkomunikasi dengan orang lain, tidak mempunyai motivasi
serta pasien tidak melakukan aktivitas. Sebelum terjadinya gejala positif ataupun
gejala negatif pada pasien dengan skizofrenia mengalami depresi. Depresi itu sendiri
merupakan gangguan emosional yang diikuti oleh perasaan bersalah yang terus
menerus selain itu timbulnya perasaan sedih yang mendalam, merasa dirinya tidak
berharga, dan mengalami putus asa yang mendalam. Depresi pada pasien skizofrenia
harus segera ditangani supaya tidak terjadi hal yang fatal terhadap pasien.
Penatalaksanaan pasien skizofrenia dengan gejala depresi di rumah sakit jiwa
menggunakan terapi spesialis dan terapi komplementer. Terapi keperawatan yang
bisa pakai diantaranya terapi spesialis dan terapi komplementer atau terapi non
farmakologi yaitu dengan terapi musik. Terapi musik mampu mengatasi penyakit,
meningkatkan, memulihkan, dan memeliharan kesehatan baik secara fisik, emosional,
mental, sosial, dan juga spiritual. Hal ini disebabkan karena terapi musik dapat
memberikan efek nyaman, rileks, mampu menenangkan jiwa, berstruktur, dan juga
universal. terapi musik dapat membantu mengurangi perilaku agresif pada pasien
skizofrenia. Di antara gejala positif, halusinasi dan delusi dianggap lebih menonjol
dalam praktik klinis. Terapi musik telah digunakan dalam pengobatan skizofrenia
selama beberapa dekade, dan sering digunakan sebagai terapi tambahan untuk
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Atiwannapat, P., Thaipisuttikul, P., & Poopityastaporn, P. (2016). Complementary


Therapies in Medicine Active versus receptive group music therapy for major
depressive disorder — A pilot study. Complementary Therapies in Medicine, 26,
141–145. https://doi.org/10.1016/j.ctim.2016.03.015

Arisdiani, Diffa Risqa, dkk. (2021). Music Therapy as Nursing Intervention in


Improving Postpartum Mothers Comfort. 18.
https://doi.org/10.26714/mki.4.1.2021.72-82

Campbell, D. (2011). Efek Mozart, Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk


Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan Menyehatkan Tubuh.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Deatrich, K. G., Prout, M. F., Boyer, B. A., & Yoder, S. E. (2016). Effectiveness of
Group Music Therapy in a Psychiatric Hospital : A Randomized Pilot Study of
Treatment Outcome. International Journal of Group Psychotherapy, 66(4), 592–
617. https://doi.org/10.1080/00207284.2016.1190239

Dewi, E. P., Arum Pratiwi, S. K., & Dewi, E. (2016). Pengalaman Keluarga dalam
Merawat Pasien Skizofrenia Tak Terorganisir Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Dirgayunita, A. (2016). Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya. JournalAn-Nafs:


Kajian Penelitian Psikologi, 1(1), 1–14. https://doi.org/10.33367/psi.v1i1.235

Geraldina, A. M. (2017). Terapi Musik: Bebas Budaya atau Terikat Budaya? Buletin
Psikologi, 25(1), 45–53. https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.27193
Gold, C., Eickholt, J., Assmus, J., Stige, B., Wake, J. D., Baker, F. A., Tamplin, J.,
Clark, I., Lee, Y. E. C., Jacobsen, S. L., Ridder, H. M. O., Kreutz, G.,
Muthesius, D., Wosch, T., Ceccato, E., Raglio, A., Ruggeri, M., Vink, A.,
Zuidema, S., … Geretsegger, M. (2019). Music Interventions for Dementia and
Depression in ELderly care (MIDDEL): Protocol and statistical analysis plan for
a multinational cluster-randomised trial. BMJ Open, 9(3).
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2018-023436

Hamid, N. (2019). The effectiveness of music therapy on depression and happiness of


depressed women. NeuroQuantology, 17(12), 19–26.
https://doi.org/10.14704/nq.2019.17.12.NQ19110

Hawari. (2016). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI.


He, H., Yang, M., Duan, M., Chen, X., Lai, Y., Xia, Y., & Shao, J. (2018). Music
Intervention Leads to Increased Insular Connectivity and Improved Clinical
Symptoms in Schizophrenia. 11(January), 1–16.
https://doi.org/10.3389/fnins.2017.00744

Kartika Irna, dkk. (2020). Terapi Musik Dangdut Terhadap Depresi Pada Orang
Dengan Skizofrenia Di Rsjd Dr.Arif Zainudin SurakartA. 6(1), 27–31.

Kumalasari Dian Nur, dkk. (2021). Terapi keperawatan dalam mengatasi depresi
pada pasien skizofrenia: literatur review 1. 9(1), 105–112.

Kuriawan, Y. (2017). Terapi Kognitif Perilaku untuk Mengurangi Episode Depresi


Berat dengan Gejala Psikotik. Philantrophy Journal of Psychology, 1(1), 65–75.

https://doi.org/https://dx.doi.org/10.26623/philanthropy.v1i1.680

Kartina Irna, dkk. 2020. Terapi Musik Dangdut Terhadap Depresi Pada Orang
Dengan Skizofrenia Di Rsjd Dr.Arif Zainudin Surakarta. Vol 6 No 1
Luh, N., Suariyani, P., Studi, P., Masyarakat, K., Kedokteran, F., & Udayana, U.
(2020). Arc. Com. Health •. 7(1), 41–51.

Lumonga, N. (2016). Depresi Tinjauan Psikologis (1st ed.). Jakarta: Kencana.

Niken, S., & Heny, P. (2018). Pengaruh Pemberian Acceptance Commitment


Therapy dan Cognitive Behaviour Therapy Terhadap Penurunan Depresi pada
Ibu Post Partum. Jurnal Keperawatan, 10(1), 1–8.
Notosoedirdjo, M., & Latipun. (2017). Kesehatan Mental ; Konsep dan Penerapan
(IV). UMM Press.

Pelealu, A., Bidjuni, H., & Wowiling, F. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. VL Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Keperawatan, 6(1).

Prabowo Wisnu, dkk. (2017). Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat
Depresi pada Pasien Skizofrenia di RuangRawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Daerah Sungai Bangkong Kalimantan Barat.

Priwahyuni, Y., Gloria, C. V., Alamsyah, A., & Ikhtiaruddin. (2020). Pengaruh
Mendengarkan Al-Qur’an Dan Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Masyarakat Rt 05 Rw 12 Kelurahan Tangkerang Selatan Kota
Pekanbaru Tahun 2020. Al-Tamimi Kesmas: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Journal of Public Health Sciences), 9(2), 110–121.
https://doi.org/10.35328/kesmas.v9i2.1056

Putri I Dewa A.H, S. 1. W. (2020). Komunikasi Terapeutik: Strategi Pemulihan


Pasien Gangguan Jiwa (Skizofrenia) Berdasarkan Perspektif Ajaran Agama
Hindu di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali (Pertama). NILACAKRA.

RISKESDAS. (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018. Badan Peneltian Dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Rosiana, dkk. (2016). Efektivitas Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan
Skor Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia.
Setiawan, I. Y. 2019 . Gambaran program kesehatan jiwa: penanganan ODGJ pasung
di kabupaten Cilacap. Berita Kedokteran Masyarakat, 35(4), 7-7.

Tang, Q., Huang, Z., Zhou, H., & Id, P. Y. (2020). Effects of music therapy on
depression : A meta-analysis of randomized controlled trials.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0240862

Tseng, P., Chen, Y., Lin, P., Tu, K., Wang, H., & Cheng, Y. (2016). Significant
treatment effect of adjunct music therapy to standard treatment on the positive ,
negative , and mood symptoms of schizophrenic patients : a meta-analysis. BMC
Psychiatry. https://doi.org/10.1186/s12888-016-0718-8

Yao, Y., He, H., Duan, M., Li, S., Li, C., Chen, X., Yao, G., Chang, X., Shu, H.,
Wang, H., & Luo, C. (2020). The Effects of Music Intervention on Pallidum-
DMN Circuit of Schizophrenia. 2020. https://doi.org/10.1155/2020/4107065

Yudhantara Surya. (2018). Sinopsis Skizofrenia Untuk Mahasiswa Kedokteran


(Pertama). UB Press.

Yuniartika, Wachidah, dkk. (2019). Pernurunan kecemasan pada pasien skizofrenia


di rumah sakit jiwa menggunakan terapi musik 1). 6(1), 26–30.

Yu, Y. H., Peng, M. M., Bai, X., Luo, W., Yang, X., Li, J., ... & Ran, M. S. (2020).
Schizophrenia, social support, caregiving burden and household poverty in rural
China. Social psychiatry and psychiatric epidemiology, 55(12), 1571-1580.

WHO. (2019). Schizophrenia. https://www.who.int/en/news


room/factsheets/detail/schizophreni

Anda mungkin juga menyukai