Oleh:
Ida Wahyuni
NIM 216070300111015
Abstrak
Skizofrenia dapat diartikan sebagai diagnosa medis pada gangguan jiwa yang sering
dialami di indonesia, pada tahun 2018 sebanyak 7% dari jumlah penduduk indonesia
mengalami skizofrenia dan 61% jumlah pendiduk mengalami depresi. Skizofrenia
terus mengalami perubahan seiring dengan ditemukan banyak gejala klinis yang
berbeda-beda. Gejala awal yang timbul pada pasien dengan gangguan skizofrenia
diantara gejala positif dan gejala negatif. Pasien dengan gejala positif yaitu
mengalami waham, halusinasi, isolasi sosial, risiko perilakuk kekerasan. Metodologi
tinjauan pelingkupan digunakan untuk memetakan bukti yang relevan dan
mensintesis temuan dengan membingkai pertanyaan penelitian menggunakan PICOT,
menentukan kata kunci, kriteria kelayakan, mencari database google sholar, progrest
untuk studi yang relevan.. Tinjauan lebih lanjut melibatkan pemilihan studi
berdasarkan diagram alir PRISMA, memetakan data, mengumpulkan, dan meringkas
temuan. Analisis kritis dari temuan dari 7 artikel yang menunjukkan bahwa terdapat
terapi musik pada pasien depresi yang skizofrenia. Gangguan depresi bisa
menurunkan kualitas hidup seseorang yang mengalaminya beserta dengan
keluarganya. Penanganan depresi pada pasien skizofrenia bisa dilakukan dengan
menggunakan terapi keperawatan. Terapi keperawatan yang bisa pakai diantaranya
terapi spesialis dan terapi komplementer atau terapi non farmakologi yaitu dengan
terapi musik. Pada gelombang otak, musik klasik dapat membantu memperkuat
kesadaran dan meningkatkan organisasi mental seseorang jika didengarkan selama
sepuluh hingga lima belas menit. Musik klasik merupakan jenis musik yang
menggunakan tangga nada diatonis. Terapi musik mampu mengatasi penyakit,
meningkatkan, memulihkan, dan memeliharan kesehatan baik secara fisik, emosional,
mental, sosial, dan juga spiritual. Hal ini disebabkan karena terapi musik dapat
memberikan efek nyaman, rileks, mampu menenangkan jiwa, berstruktur, dan juga
universal. terapi musik dapat membantu mengurangi perilaku agresif pada pasien
skizofrenia. Di antara gejala positif, halusinasi dan delusi dianggap lebih menonjol
dalam praktik klinis.
Penelusuran
full text, pdf, 15 10 922
2016-2021
Sumber Tujuan penelitian Desain Responden Jenis terapi Temuan Hasil Dan
penelitian
(Kartina Tujuan dari penelitian ini Pre 11 Terapi musik
Semakin spesifik genre musik, maka
, 2020) adalah untuk Experimental responden dangdutsemakin baik untuk bisa dijadikan terapi
menginvestigasi untuk Kesehatan ( Leubner, 2017),
dampak terapi musik sehingga musik yang familiar dan lebih
dangdut terhadap depresi spesifik dan dimengerti baik lirik atau
pada orang dengan familiar terhadap ritme lebih
skizofrenia. disaranka untuk menjadi sebuah terapi,
seperti musik dangdut yang digunakan
pada penelitian ini. Rekomendasi musik
sebagai terapi juga didukung oleh
beberapa literatur yang meneliti
pengaruh musik terhadap depresi dengan
mengkombinasikan dengan standar
perawatan biasanya ( Therapy as
Usual/TAU)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terapi musik dangdut terbukti secara
signifikan mampu menurunkan tingkat
depresi pada orang dengan skizofrenia.
Afshinpour, Tujuan dari penelitian ini eksperimental 60 responden Terapi musik Dalam penelitian ini, teknik terapi musik
2018 adalah untuk mengetahui & kontrol campuran yang disebut musik tidak aktif, yang
ketidaknyamanan melibatkan potonganpotongan stimulan
emosional wanita depresi pendengaran, digunakan. Koleksi yang
yang dirujuk ke pusat digunakan dalam penelitian ini adalah
darurat sosial di Shiraz kombinasi musik dan suara alam yang
yang menggunakan terapi menenangkan pikiran dan menurunkan
musik detak jantung dan tubuh Anda. Dalam
studi terapi musik dalam pengobatan
pasien dengan gangguan neurobehavioral
yang disebabkan oleh cedera otak. Telah
menunjukkan bahwa terapi musik efektif
dalam mengurangi kesusahan dan
kecemasan dan mengatasi masalah dan
mempromosikan perilaku positif dalam
kelompok dengan gangguan perilaku dan
neurologis. Terdapat perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok baik
kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol baik pada tahap post-test dan
tindak lanjut, yang menunjukkan
konfirmasi hipotesis ini, dan dapat
dikatakan bahwa terapi musik
mengurangi tekanan emosional anak-
anak.
Emas Bertujuan untuk klaster-acak 1000 Terapi musik Depresi adalah penyebab utama
Kristen, menentukan efektivitas multinasional kelompok dan kecacatan di seluruh dunia. Pada orang
dkk, 2018 GMT, RCS dan terapi musik dewasa yang lebih tua, itu terjadi bersama
kombinasinya untuk nyanyian paduan dan berinteraksi dengan demensia dengan
penghuni rumah suara rekreasi cara yang kompleks. Depresi dapat
perawatan dan untuk menyebabkan gangguan kognitif dan
menguji heterogenitas efek dapat meningkatkan risiko demensia
pengobatan di Hasil utama adalah perubahan skor Skala
seluruh subkelompok. Penilaian Depresi Montgomery-Åsberg
pada 6 bulan. Hasil sekunder akan
mencakup gejala depresi, fungsi kognitif,
gejala neuropsikiatri, penggunaan obat
psikotropika, beban pengasuh, kualitas
hidup, kematian dan biaya selama
setidaknya 12 bulan.
Penchaya Untuk membandingkan eksperimental 14 pasien Terapi Musik Terapi musik adalah salah satu pilihan
Atiwannapa efek dari 1) terapi musik & kontrol rawat jalan terapi tambahan yang mungkin. Musik
t 2016 kelompok aktif dan 2) mempengaruhi kesehatan melalui
terapi musik kelompok perubahan dalam penghargaan, motivasi,
reseptif terhadap konseling dan kesenangan; stres dan gairah;
kelompok dalam kekebalan; dan afiliasi sosial. Intervensi
pengobatan gangguan musik dapat memperbaiki gejala depresi,
depresi mayor (MDD). kualitas tidur, fungsi global dan sosial
pada gangguan jiwa. Terapi musik dapat
diklasifikasikan sebagai 'aktif'
(menciptakan kembali, berimprovisasi,
atau mengarang musik) dan 'menerima'
(mendengarkan musik). Pada 1 bulan, 3
bulan, dan 6 bulan, kedua kelompok
terapi menunjukkan penurunan skor
MADRS Thai secara statistik tidak
signifikan bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol (konseling kelompok).
Penurunan tersebut sedikit lebih besar
pada kelompok aktif dibandingkan
kelompok reseptif. Meskipun ada
kecenderungan hasil yang lebih baik pada
depresi laporan diri dan kualitas hidup,
perbedaannya tidak signifikan secara
statistik.Kesimpulan: Terapi musik
kelompok, baik aktif atau reseptif,
merupakan pilihan pengobatan tambahan
yang menarik untuk pasien rawat jalan
dengan MDD. Kelompok reseptif dapat
mencapai efek terapi puncak lebih cepat,
tetapi kelompok aktif mungkin memiliki
efek puncak yang lebih tinggi. Terapi
musik kelompok layak mendapatkan
studi komprehensif lebih lanjut.
KATE G, Tujuan dari penelitian ini Korelasi 32 peserta Musik grup Bukti menunjukkan bahwa
2016 yaitu untuk menentukan mendengarkan musik dapat
efek terapi musik meningkatkan kesejahteraan orang
kelompok jangka pendek dengan mempromosikan relaksasi dan
pada tingkat depresi mengurangi stres, meningkatkan mood,
mengurabgi rasa sakit, dan meningkatkan
kualitas hidup secara keseluruhan. Terapi
musik adalah bidang yang relatif baru,
dan basis literatur, terutama penelitian
kuantitatif, kecil dibandingkan dengan
intervensi pengobatan lainnya, seperti
terapi perilaku kognitif (CBT) Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terapi
musik kelompok dalam pengaturan
psikiatri rawat inap mungkin sama
efektifnya dengan kelompok SOC, lebih
efektif dalam mempengaruhi kualitas
hidup, dan lebih efektif untuk populasi
diagnostik tertentu.
Najmeh Peneliti bertujuan untuk Eksperimen 30 Terapi musik Banyak pengalaman menunjukkan efek
Hamid, mempelajari pengaruh dengan pretest, fisiologis dan perubahan musik, tidak
2019 terapi musik terhadap posttest, follow hanya pada manusia, tetapi juga pada
depresi dan kebahagiaan up dan control hewan dan tumbuhan. kekuatan musik
wanita depresi. group dan pengaruhnya terhadap perkembangan
mental-sosial individu anakanak dan
remaja, dan menyimpulkan bahwa musik
dapat berdampak positif pada fungsi otak
dan, akibatnya, pada pemikiran dan
suasana hati orang. Hasil penelitian
menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara kelompok eksperimen dan kontrol
dalam depresi dan kebahagiaan (P
<0,001). Tingkat skor depresi menurun
secara signifikan pada kelompok
eksperimen dibandingkan dengan pretest
dan kelompok kontrol. Juga, skor
kebahagiaan meningkat secara signifikan
pada kelompok eksperimen. Hasil ini
secara signifikan bertahan setelah 2 bulan
masa bera (P <0,001).
Wisnu Mengetahui bagaimana kuantitatif 9 Responden Terapi musik Salah satu musik yang bisa digunakan
Prabowo, pengaruh musik klasik rancangan klasik dalam penyembuhan penyakit depresi
2020 dalam menurunkan skor penelitian pre seperti musik klasik. Musik klasik
depresi pada pasien eksperimen (Mozart) mampu memperbaiki
skizofrenia di ruang rawat dalam kategori konsentrasi, ingatan dan presepsi spasial.
inap Rumah Sakit Jiwa satu kelompok Pada gelombang otak, gelombang alfa
Daerah Sungai Bangkong (one group mencirikan perasaan ketenangan dan
pretest- kesadaran yang gelombangnya mulai 8
postest). hingga 13 hertz. Semakin lambat
gelombang otak, semakin santai, puas
dan perasaan kita akan terasa damai. Uji
hipotesis dengan menggunakan uji t
berpasangan menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh terapi musik klasik
terhadap tingkat depresi pada pasien
skizofrenia di ruang rawat inap di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong
dengan perbedaan nilai yang bermakna
antara pre test dan post test tingkat
depresi (p= 0,000).
Diskusi
Beberapa ulasan sebelumnya telah mengevaluasi efek terapi musik untuk
mengurangi depresi. Ulasan ini menemukan efektivitas terapi musik yang signifikan
dalam mengurangi depresi di antara orang dewasa yang lebih tua dengan gejala
depresi, penderita demensia, anak-anak, remaja serta dewasa. Sebuah meta-analisis
baru-baru ini membandingkan efek terapi musikdan pengobatan musik untuk
mengurangi depresi, dampak positif yang cukup kuat dari intervensi musik pada
depresi, tetapi tidak menemukan perbedaan antara terapi musik dan pengobatan
musik. menunjukkan efek yang berbeda dari terapi musik dan pengobatan musik
dalam mengurangi depresi, dan
pengobatan musik menghasilkan efek yang lebih baik dalam mengurangi depresi
dibandingkan dengan terapi musik. Perbedaan efek terapi musik dan pengobatan
musik dapat dijelaskan oleh partisipan yang berbeda, dan sembilan penelitian
menggunakan terapi musik untuk mengurangi depresi Gangguan jiwa merupakan
salah satu penyakit yang mempunyai kecenderungan untuk menjadi kronis dan sering
disertai dengan adanya penurunan fungsi (disability) dibidang pekerjaan, hubungan
sosial dan kemampuan merawat diri sehingga cenderung menggantungkan sebagai
aspek kehidupannya pada lingkungan sekitar. Pada pasien skizofrenia akan
mengalami gangguan alam perasaan yang ditandai ketakutan yang mendalam dan
berkelanjutan, sehingga dapat terjadi gangguan dalam menilai kenyataan, kepribadian
penuh, perilaku dapat terganggu namun masih dalam batas normal (Yuniartika,
Wachidah, 2019) Istilah skizofrenia berasal dari bahasa yunani yaitu schozo
(split/pemecahan) dan phren (jiwa). Istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan
terpecahnya atau terfragmentasinya pikiran individu dengan gangguan ini. Istilah
skozoftrenia tidak menunjukkan beragamnya kepribadian pada individu menurut
Sadock 2014. Skizofrenia terus mengalami perubahan seiring dengan ditemukan
banyak gejala klinis yang berbeda-beda. Pengertian skizofrenia ini telah mengalami
pergantian melalui tiap edisi dari Diagnostic And Statistical Manual Of Mental
Disorders (DSM) dari DSM 1 hingga DSM 5, akan tetapi definisi tersebut memiliki
tiga akar utama yaitu pandangan kraepelinian yang menekannkan adanya avolisi.
Secara umum dapat diartikan bahwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat
(psikosis) yang dapat ditandai dengan distorsi pada pikiran, persepsi, pembicaraan,
tilikan, dan perilaku. (Yudhantara Surya, 2018). Pada skizofrenia ini dapat dikatakan
tipe dari gangguan mental atau gangguan jiwa yang terdiri beberapa karakteristik
distori dalam berfikir, persepsi, emosi, bahasa, perasaan diri dan perilaku (WHO,
2019). Gangguan skizofrenia merupakan suatu jenis psikosis yang berurutan teratas
dari seluruh gangguan jiwa yang muncul (Pelealu, A.,et.al. 2018).
Skizofrenia adalah penyakit kejiwaan yang kompleks, yang selalu ditandai
dengan gejala positif dan negatif serta gangguan kognitif. Pada pasien skizofrenia
terdapat gangguan yang signifikan (Yao et al., 2020). Skizofrenia dapat diartikan
sebagai diagnosa medis pada gangguan jiwa yang sering dialami di indonesia, pada
tahun 2018 sebanyak 7% dari jumlah penduduk indonesia mengalami skizofrenia dan
61% jumlah pendiduk mengalami depresi (Riskesdas, 2018). Perjalanan skizofrenia
adalah heterogen (tidak pasti kronis/ sangat berulang), meskipun banyak orang
mengalaminya dan memerlukan kebutuhan perawatan berkelanjutan (misalnya,
pengobatan dan pemulihan) (Yu, Y. H., et.al 2020). Gejala awal yang timbul pada
pasien dengan gangguan skizofrenia diantara gejala positif dan gejala negatif. Pasien
dengan gejala positif yaitu mengalami waham, halusinasi, isolasi sosial, risiko
perilakuk kekerasan. Sedangkan dengan gejala negatif yaitu klien mengalami mata
kosong, tidak berekspresi, tak mampu berkomunikasi dengan orang lain, tidak
mempunyai motivasi serta pasien tidak melakukan aktivitas. Dengan negatif pasien
skizofrenia yang mengalami gejala positif bisa disembuhkan dengan minum obat
sedangkan timbulnya gejala negatif tidak dapat dsembuhkan melainkan akan menetap
dan bisa menjadi faktor penghambat dalam proses penyembuhan (Hawari, 2016).
Sebelum terjadinya gejala positif ataupun gejala negatif pada pasien dengan
skizofrenia mengalami depresi. Depresi itu sendiri merupakan gangguan emosional
yang diikuti oleh perasaan bersalah yang terus menerus selain itu timbulnya perasaan
sedih yang mendalam, merasa dirinya tidak berharga, dan mengalami putus asa yang
mendalam (Dirgayunita,2016). Pasien Skizofrenia yang mengalami kecemasan dapat
diatasi dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi lebih
aman digunakan karena tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obatan, karena
terapi nonfarmakologi menggunakan proses fisiologis
Menurut Guyton dan Hall pada tahun 2011 sebagai hipotesis dopaminergik,
skizofrenia dapat disebabkan oleh hiperaktivitas atau hipoaktivitas dopaminergik
pada area tertentu di otak serta ketidaknormalan reseptor dopamin (DA).
Hiperaktivitas reseptor dopamin (DA) pada area mesocaudate berkaitan dengan
munculnya gejala-gejala positif Sementara hipoaktivitas reseptor dopamin (DA) pada
area korteks prefrontal berkaitan dengan munculnya gejala-gejala negative. (Dewi,
M. et.al. 2020). Pasien dengan depresi memiliki pandangan yang negatif terhadap diri
sendiri, dunia dan masa depannya. Pasien dengan depresi akan memandang dirinya
tidak berharga, tidak memiliki kemampuan dan merasa kesepian. Orang dengan
gejala depresi ini mempunyai asumsi dan berkeyakinan bahwa permasalahan yang
dihadapi saat ini tidak akan membaik dan tidak mempunyai tujuan. Kondisi ini yang
akan menyebabkan individu melakukan tindakan bunuh diri (Kumalasari Dian Nur,
2021). Depresi ini juga mempunyai dampak pada gejala fisik, antara lain rasa lelah
akan pikiran negatif, tidak mempunyai energi (Lumonga, 2016).
Beberapa etiologi yang menyebabkan adanya perubahan biologis pada
penderita skizofrenia diantaranya disebabkan oleh : (1) genetik, munculnya gejala
klinis pada skizofrenia seperti gejala positif dan negative dikarenakan adanya
gangguan pada fungsi neurotransmitter tertentu, maka dapat diambil 7 kesimpulan
interaksi antara genetik dan lingkungan berpengaruh terhadap munculnya proses
tersebut. (2) infeksi dan inflamasi, adanya kondisi yang mempengaruhi kesejahteraan
janin dalam kandungan seperti infeksi pada masa kehamilan diperkirakan berperan
munculnya respon imun yang disalurkan kejanin dan mempengaruhi perkembangan
otak bayi sehinggu menimbulkan kerentanan untuk munculnya skizofrenia pada janin
di kemudian hari. (3) Neurokimiawi, teori klasik menyebutkan munculnya gejala
psikosis pada skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas neuron dopaminergic, selain
itu hipofungsi reseptor glutamat juga berperan dalam skizofrenia, serta dipengaruhi
juga oleh berlebihnya kadar serotonin, rendahnya kadar GABA, Perubahan sistem
kolinergik dan sistem adrenergic. (4) Faktor risiko lainnya seperti riwayat keluarga,
kesenjangan ekonomi dan diskriminasi sosial, serta dikaitkan juga karena defisiensi
vitamin D (Yudhantara & Istiqomah, 2018). Pada gejala depresi dengan skizrofrenia
dapat terjadi pada di semua fase prodromal. Gejala depresi yang muncul saat fase
prodromal akan mempercepat terjadinya skizofrenia (Niken & Heny,2018). Beberapa
faktor risiko yang menyebabkan seseorang bisa mengalami skizofrenia disebabkan
oleh faktor demografi yang terdiri atas, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan dan asal pasien. Menurut (Davies, 2009) menjelaskan bahwa
secara sosio-demogrofi orang yang lebih rentan mengalami gangguan jiwa adalah
berdasarkan umur berada pada kategori orang yang berumur dewasa, kemudian dari
status perkawinan lebih rentan terjadi pada orang yang belum menikah, dari jenis
kelamin seseorang yang rentan mengalami gangguan jiwa adalah berjenis kelamin
laki-laki, berdasarkan status pekerjaan orang yang tidak bekerja memiliki kerentanan
yang lebih dibandingkan dengan yang bekerja, serta orang yang berpendidikan rendah
juga rentan bisa mengalami gangguan jiwa. Seseorang yang mempunyai gejala gejala
depresi tidak akan maksimal dalam menjalankan perannya di keluarga dan
masyarakat (He et al., 2018). Gangguan depresi bisa menurunkan kualitas hidup
seseorang yang mengalaminya beserta dengan keluarganya. Penanganan depresi pada
pasien skizofrenia bisa dilakukan dengan menggunakan terapi keperawatan. Terapi
keperawatan yang bisa pakai diantaranya terapi spesialis dan terapi komplementer
atau terapi non farmakologi yaitu dengan terapi musik.
Depresi pada pasien skizofrenia harus segera ditangani supaya tidak terjadi
hal yang fatal terhadap pasien. Penatalaksanaan pasien skizofrenia dengan gejala
depresi di rumah sakit jiwa menggunakan terapi spesialis dan terapi komplementer.
Terapi spesialis merupakan terapi generalis yang sudah dimodifikasi. Terapi spesialis
yang sering dilakukan antara lain adalah terapi kognitif. Terapi kognitif adalah salah
satu bentuk psikoterapi yang berdasarkan konsep proses patologi jiwa tindakannya
harus dilakukan berdasarkan modifikasi dari perilaku maladaptif dan distorsi kognitif.
Saat melakukan terapi ini yang menjadi tujuan merubah pikiran otomatis negatif
menjadi pikiran positif. Pikiran negatif sering terjadi pada individu yang gagal dalam
melakukan sesuatu atau dalam situasi yang lagi membosankan. Begitu juga yang
terjadi pada individu yang tidak mengenal realita seperti halnya pasien depresi akan
sering terjadi pikiran negatif (Tang et al., 2020). Salah satu hal yang harus dilakukan
saat terapi kognitif adalah dengan adanya penerapan reframing, yaitu strategi yang
mengubah persepsi pasien dari situasi yang ada dengan cara pandang yang berbeda.
Terapi kognitif ini akan merubah proses pikir, dan akan menghilangkan perilaku yang
menyimpang secara bertahap, meningkatkan perilaku yang baik disertai dengan
penerimaan diri (Kurniawan, 2017). Terapi musik dapat digunakan sebagai media
penyembuh bagi seseorang yang membutuhkan, dimana orang tersebut mengalami
gangguan baik secara fisik, mental, intelegensi, sosial, maupun emosional.
Harapannya terapi musik dapat menarik perhatian responden agar menikmati irama
lagu yang diberikan sehingga dapat tercipta suasana yang nyaman, damai, santai, dan
juga bahagia. Hasil yang didapatkan yaitu responden merasakan adanya perubahan
positif dalam dirinya. Musik terdiri dari beberapa jenis yaitu musik keroncong, musik
etnik, musik pop, musik klasik, musik blues, musik Ska, dan musik metal (Tim KSM
Radio Crast, 2010). Terapi musik dinegara maju telah menjadi bagian dari profesi
kesehatan untuk mengatasi masalah fisik, emosi, kognitif dan sosial pada anak-anak
dan orang dewasa yang mengalami gangguan atau penyakit tertentu. Sedangkan di
Indonesia terapi musik juga digunakan sebagai terapi untuk gangguan kejiwaan,
masalah medis, cacat fisik, gangguan sensorik, cacat perkembangan,
penyalahguanaan zat, gangguan komunikasi, masalah interpersonal dan penuaan
(Rosiana, 2016).
Pada penelitian (Kartika Irna, 2020) dijelaskan bahwa terdapat signifikan
setelah dilakukan terapi musik, terjadinya perubahan antara tingkat depresi pada
pasien dengan skizofrenia sebelum diberikan terapi selama 4 sesi. Sebagian besar
pasien skizofrenia akan mengalami depresi untuk menangani masalah depresi dapat
menggunakan salah satu terapi nonfamakologi yaitu terapi musik. Terapi musik
sangat mudah diterima organ pendengaran dan kemudian melalui saraf pendengaran
disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi yaitu sistem limbik. Salah satu
musik yang bisa digunakan dalam penyembuhan penyakit depresi seperti musik
klasik. Musik klasik (Mozart) mampu memperbaiki konsentrasi, ingatan dan presepsi
spasial. Pada gelombang otak, musik klasik dapat membantu memperkuat kesadaran
dan meningkatkan organisasi mental seseorang jika didengarkan selama sepuluh
hingga lima belas menit. Musik klasik merupakan jenis musik yang menggunakan
tangga nada diatonis, yakni sebuah tangga nada yang menggunakan aturan dasar teori
perbandingan serta musik klasik telah mengenal harmoni yaitu hubungan nada-nada
dibunyikan serempak dalam akord-akord serta menciptakan struktur musik yang tidak
hanya berdasar pada pola-pola ritme dan melodi dan juga musik klasik yang
mempunyai tempo lambat atau musik klasik yang mempunyai bunyi panjang dan
lambat karena akan menyebabkan detak jantung, pendengarannya menjadi lebih
lambat sehingga ketegangan fisik menjadi lebih rendah dan menciptakan ketenangan
fisik (Rodiyah, 2012).
Kesimpulan
Skizofrenia adalah penyakit kejiwaan yang kompleks, yang selalu ditandai
dengan gejala positif dan negatif serta gangguan kognitif. Pada pasien skizofrenia
terdapat gangguan yang signifikan. Gejala awal yang timbul pada pasien dengan
gangguan skizofrenia diantara gejala positif dan gejala negatif. Pasien dengan gejala
positif yaitu mengalami waham, halusinasi, isolasi sosial, risiko perilakuk kekerasan.
Sedangkan dengan gejala negatif yaitu klien mengalami mata kosong, tidak
berekspresi, tak mampu berkomunikasi dengan orang lain, tidak mempunyai motivasi
serta pasien tidak melakukan aktivitas. Sebelum terjadinya gejala positif ataupun
gejala negatif pada pasien dengan skizofrenia mengalami depresi. Depresi itu sendiri
merupakan gangguan emosional yang diikuti oleh perasaan bersalah yang terus
menerus selain itu timbulnya perasaan sedih yang mendalam, merasa dirinya tidak
berharga, dan mengalami putus asa yang mendalam. Depresi pada pasien skizofrenia
harus segera ditangani supaya tidak terjadi hal yang fatal terhadap pasien.
Penatalaksanaan pasien skizofrenia dengan gejala depresi di rumah sakit jiwa
menggunakan terapi spesialis dan terapi komplementer. Terapi keperawatan yang
bisa pakai diantaranya terapi spesialis dan terapi komplementer atau terapi non
farmakologi yaitu dengan terapi musik. Terapi musik mampu mengatasi penyakit,
meningkatkan, memulihkan, dan memeliharan kesehatan baik secara fisik, emosional,
mental, sosial, dan juga spiritual. Hal ini disebabkan karena terapi musik dapat
memberikan efek nyaman, rileks, mampu menenangkan jiwa, berstruktur, dan juga
universal. terapi musik dapat membantu mengurangi perilaku agresif pada pasien
skizofrenia. Di antara gejala positif, halusinasi dan delusi dianggap lebih menonjol
dalam praktik klinis. Terapi musik telah digunakan dalam pengobatan skizofrenia
selama beberapa dekade, dan sering digunakan sebagai terapi tambahan untuk
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Deatrich, K. G., Prout, M. F., Boyer, B. A., & Yoder, S. E. (2016). Effectiveness of
Group Music Therapy in a Psychiatric Hospital : A Randomized Pilot Study of
Treatment Outcome. International Journal of Group Psychotherapy, 66(4), 592–
617. https://doi.org/10.1080/00207284.2016.1190239
Dewi, E. P., Arum Pratiwi, S. K., & Dewi, E. (2016). Pengalaman Keluarga dalam
Merawat Pasien Skizofrenia Tak Terorganisir Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Geraldina, A. M. (2017). Terapi Musik: Bebas Budaya atau Terikat Budaya? Buletin
Psikologi, 25(1), 45–53. https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.27193
Gold, C., Eickholt, J., Assmus, J., Stige, B., Wake, J. D., Baker, F. A., Tamplin, J.,
Clark, I., Lee, Y. E. C., Jacobsen, S. L., Ridder, H. M. O., Kreutz, G.,
Muthesius, D., Wosch, T., Ceccato, E., Raglio, A., Ruggeri, M., Vink, A.,
Zuidema, S., … Geretsegger, M. (2019). Music Interventions for Dementia and
Depression in ELderly care (MIDDEL): Protocol and statistical analysis plan for
a multinational cluster-randomised trial. BMJ Open, 9(3).
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2018-023436
Kartika Irna, dkk. (2020). Terapi Musik Dangdut Terhadap Depresi Pada Orang
Dengan Skizofrenia Di Rsjd Dr.Arif Zainudin SurakartA. 6(1), 27–31.
Kumalasari Dian Nur, dkk. (2021). Terapi keperawatan dalam mengatasi depresi
pada pasien skizofrenia: literatur review 1. 9(1), 105–112.
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.26623/philanthropy.v1i1.680
Kartina Irna, dkk. 2020. Terapi Musik Dangdut Terhadap Depresi Pada Orang
Dengan Skizofrenia Di Rsjd Dr.Arif Zainudin Surakarta. Vol 6 No 1
Luh, N., Suariyani, P., Studi, P., Masyarakat, K., Kedokteran, F., & Udayana, U.
(2020). Arc. Com. Health •. 7(1), 41–51.
Pelealu, A., Bidjuni, H., & Wowiling, F. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. VL Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Keperawatan, 6(1).
Prabowo Wisnu, dkk. (2017). Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat
Depresi pada Pasien Skizofrenia di RuangRawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Daerah Sungai Bangkong Kalimantan Barat.
Priwahyuni, Y., Gloria, C. V., Alamsyah, A., & Ikhtiaruddin. (2020). Pengaruh
Mendengarkan Al-Qur’an Dan Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Masyarakat Rt 05 Rw 12 Kelurahan Tangkerang Selatan Kota
Pekanbaru Tahun 2020. Al-Tamimi Kesmas: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Journal of Public Health Sciences), 9(2), 110–121.
https://doi.org/10.35328/kesmas.v9i2.1056
Rosiana, dkk. (2016). Efektivitas Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan
Skor Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia.
Setiawan, I. Y. 2019 . Gambaran program kesehatan jiwa: penanganan ODGJ pasung
di kabupaten Cilacap. Berita Kedokteran Masyarakat, 35(4), 7-7.
Tang, Q., Huang, Z., Zhou, H., & Id, P. Y. (2020). Effects of music therapy on
depression : A meta-analysis of randomized controlled trials.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0240862
Tseng, P., Chen, Y., Lin, P., Tu, K., Wang, H., & Cheng, Y. (2016). Significant
treatment effect of adjunct music therapy to standard treatment on the positive ,
negative , and mood symptoms of schizophrenic patients : a meta-analysis. BMC
Psychiatry. https://doi.org/10.1186/s12888-016-0718-8
Yao, Y., He, H., Duan, M., Li, S., Li, C., Chen, X., Yao, G., Chang, X., Shu, H.,
Wang, H., & Luo, C. (2020). The Effects of Music Intervention on Pallidum-
DMN Circuit of Schizophrenia. 2020. https://doi.org/10.1155/2020/4107065
Yu, Y. H., Peng, M. M., Bai, X., Luo, W., Yang, X., Li, J., ... & Ran, M. S. (2020).
Schizophrenia, social support, caregiving burden and household poverty in rural
China. Social psychiatry and psychiatric epidemiology, 55(12), 1571-1580.