Anda di halaman 1dari 20

MODUL FARMAKOTERAPI I

PENATALAKSANAAN PADA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

Dosen Pengampu :

Herda Ariyani, M. Farm., Apt

Disusun Oleh :

1. Aisyah 1848201110007
2. Cahya Monica 1848201110025
3. Elma Nazirah 1848201110040
4. Hidayaturrahman 1848201110052
5. Jam’iyatul Rahmawati 1848201110058
6. Muhammad Ihza 1848201110079
7. Muna Linda 1848201110085
8. Noor Mahfuzah Febriana 1848201110097
9. Nurmaulida Putri Andini 1848201110109
10. Rossa Wahyu Ningtyas 1848201110133
11. Sofra Nita Samsi 1848201110145
12. Yunita Aprilianti 1848201110160

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

BANJARMASIN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang telah memberikan rahmat-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan tugas tentang “Penatalaksanaan Pada
Gangguan Sistem Pencernaan” ini guna menyelesaikan tugas mata kuliah
Farmakoterapi 1.
Materi ini kami susun bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai
penatalaksaan pengobatan dan pencegahan yang benar pada gangguan pada sistem
pencernaan. Materi ini mencakup berbagai macam penyakit gangguan pada sistem
pencernaan beserta dengan pengobatan dan pencegahannya.
Mungkin dalam penyusunan materi ini masih terdapat banyak kekurangan
yang tidak kami sadari.Untuk itu, kami memohon maaf atas segala kekurangan
yang ada dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sebagai penyempurnaan untuk kedepannya.

Banjarmasin, 9 Oktober 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 1
2.1 Pengertian Gangguan Pada Sistem Pencernaan ................................... 3
2.2 Macam-macam Gangguan Pada Sistem Pencernaan .......................... 18
2.3 Konstipasi............................................................................................. 31
2.3.1 Pengertian ................................................................................. 31
2.3.2 Pengobatan ............................................................................... 31
2.3.3 Pencegahan ............................................................................... 31
2.3.4 Penyebab................................................................................... 31
2.4 Diare ..................................................................................................... 31
2.4.1 Pengertian ................................................................................. 31
2.4.2 Pengobatan ............................................................................... 31
2.4.3 Pencegahan ............................................................................... 31
2.4.4 Penyebab................................................................................... 31
2.5 Ulkus Peptik ......................................................................................... 31
2.5.1 Pengetian .................................................................................. 31
2.5.2 Pengobatan ............................................................................... 31
2.5.3 Pencegahan ............................................................................... 31
2.5.4 Penyebab................................................................................... 31
2.6 Gastritis ............................................................................................... 31
2.6.1 Pengertian ................................................................................. 31
2.6.2 Pengobatan ............................................................................... 31
2.6.3 Pencegahan ............................................................................... 31
2.6.4 Penyebab................................................................................... 31
2.7 Pencegahan Gangguan Pada Sistem Pencernaan ................................. 31
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 2
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 2
LATIHAN SOAL ........................................................................................... 42
A. Soal....................................................................................................... 42
B. Jawaban ............................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini, presentasi kasus-kasus penyakit yang berdampak pada
gangguan saluran pencernaan mulai mengalami peningkatan. Kecakupan
nutrisi tubuh berpengaruh besar terhadap produktifitas dan hal itu sangat
berkaitan erat dengan fungsi kerja saluran pencernaan. Saluran pencernaan
yang berfungsi secara optimal akan mampu memaksimalkan nilai
pemanfaatan ransum melalui proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.
Sistem pencenaan merupakan sistem yang memproses mengubah makanan
dan menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan
oleh tubuh. Sistem pencernaan juga akan memecah molekul makanan yang
kompleks menjadi yang sederhana dengan bantuan enzim sehingga mudah
dicerna oleh tubuh.
Gangguan saluran pencernaan ini dapat disebabkan oleh banyak
hal. Kelainan asuan, gangguan absorbsi, gangguan struktur lainnya, serta
pola makan yang tidak benar dan tidak sehat menjadi penyebab dari
timbulnya gangguan saluran pencernaan. Berbagai macam pengobatan dan
terapi dilakukan untuk mengatasi adanya gangguan saluran pencernaan.
Hanya saja tidak semua terapi dan pengobatan dilakukan dengan sesuai
dan benar. Pemilihan obat dan metode terapi yang sesuai dan benar sangat
dibutuhkan untuk dapat mengatasi gangguan saluran pencernaan tersebut.
Dalam modul ini, penulis akan lebih membahas mengenai beberapa
penyakit pada gangguan pencernaan beserta pengobatan dan
pencegahannya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari gangguan pada sistem pencernaan?
2. Apa saja macam-macam gangguan pada sistem pencernaan ?
3. Apa pengertian dari penyakit konstipasi, diare, ulkus peptik dan
gastritis?
4. Bagaimana pengobatan dan pencegahan dari penyakit konstipasi, diare,
ulkus peptik dan gastritis?
5. Apa penyebab gangguan pada sistem pencernaan?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami apa itu gangguan pada sistem pencernaan.
2. Mengetahui dan memahami apa saja macam-macam penyakit dari
gangguan pada sistem pencernaan.
3. Mengetahui dan memahami beberapa penyakit seperti konstipasi,
diare, ulkus peptik dan gastritis.
4. Mengetahui dan memahami pengobatan dan pecegahan dari penyakit
konstipasi, diare, ulkus peptik dan gastritis.
5. Mengetahui dan memahami penyebab gangguan pada sistem
pencernaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Pada Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan makanan dimulai didalam mulut dimana
makanan dihaluskan sambil diaduk dengan ludah yang mengandung suatu
enzim amilase yaitu ptialin, yang berfungsi menguraikan karbohidrat.
Setelah itu ditelan dan adukan dilanjutkan dengan gerakan peristaltik ke
lambung dengan bantuan getah lambung yang terdiri dari asam lambung
dan pepsin, yaitu suatu enzim proteolitik yang disekresi oleh selaput lendir
lambung. Pencernaan dilanjutkan didalam usus yang dibantu oleh enzim-
enzim pencernaan yang dihasilkan oleh pancreas dan mukosa usus. Setelah
terbentuk zat-zat gizi yang sangat halus dan mudah diserap oleh tubuh
maka sisa makanan masuk ke usus besar dan diolah oleh flora normal usus
hingga siap untuk dibuang.Di seluruh lambung usus inilah dapat timbul
pelbagai gangguan penyakit sistem pencernaan baik yang disebabkan oleh
terganggunya produksi enzim pencernaan maupun yang disebabkan oleh
infeksi-infeksi usus oleh kuman dan cacing.Gangguan pencernaan
merupakan salah satu gangguan penyakit yang terjadi pada bagian
pencernaan manusia. Gangguan pencernaan ini sendiri
menyebabkangangguan pada aktivitas yang sedang dijalankan oleh
penderitanya. Hal inidisebabkan oleh rasa mual, mulas, tak bertenaga dan
sebagainya. Penyebab penyakitgangguan pencernaanyang paling utama ini
adalah pola makan yang mungkin tidaksehat. Pada manusia sangat banyak
hal yang menyangkut berbagai organ yang terkaitdengan sistem
pencernaan. Penyebabnya bermacam-macam, dapat terjadi karena lukadi
bagian dalam yang terinfeksi oleh virus atau bakteri, hingga kelainan kerja
fisiologis tubuh. Oleh karena itu, kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esakarena diberi tubuh yang sehat.
2.2 Macam-macam Gangguan Pada Sistem Pencernaan
Di antaranya beberapa macam penyakit gangguan pencernaan
adalah sebagai berikut:
1. Gastritis (suatu radang yang akut atau kronis) adalah penyakit pada
sistem pencernaan pada lapisan mukosa dinding lambung. Radang
yang akutdapat disebabkan karena produksi asam lambung yang
tinggi sehinggamengiritasi dinding lambung. Selain itu, bisa
disebabkan oleh bakteri.Penderita gastritis akan merasa
lambungnya terbakar.
2. Radang hati yang menular (Hepatitis) merupakan infeksi virus
pada hati,sering meluas melalui air atau makanan yang
terkontaminasi oleh virus.
3. Diare dapat ditimbulkan karena adanya iritasi pada selaput dinding
kolonoleh bakteri disentri, diet yang jelek, zat-zat beracun, rasa
gelisah, ataumakanan yang dapat menimbulkan iritasi pada dinding
usus.
4. Sembelit yang kronis bila defekasi terlambat, usus besar
mengabsorpsi airsecara berlebihan dari feses dan menyebabkan
feses menjadi kering dankeras. Bila hal ini terjadi, pengeluaran
feses menjadi sulit. Menahan buangair besar pada waktu-waktu
yang normal dapat menyebabkan sembelit.Semebleit dapat juga
disebabkan emosi seperti rasa gelisah, cemas, takutatau stress.
5. Kanker lambung, yaitu gejala-gejala permulaan dari kanker
lambunghampir sama dengan gejala-gejala yang disebabkan
gangguan lain padaalat pencernaan, antara lain merasa panas,
kehilangan nafsu makan,ketidaksanggupan mencerna (salah cerna)
berlangsung terus menerus,sedikit rasa muak, rasa gembung dan
rasa gelisah sesudah makan, dankadang-kadang timbul rasa nyeri
pada lambung.
6. Radang usus buntu, bila usus buntu (umbai cacing)
meradang,membengkak dan terisi oleh nanah. Kondisi ini disebut
radang usus buntuatau apendistis.
7. Hemaroid, adalah pembengkakkan vena didaerah anus. Hemaroid
cenderung berkembang pada orang-orang yang terlalu lama duduk
terusmenerus atau pada orang yang menderita sembelit. Hemaroid
juga seringterjadi pada wanita hamil dan orang-orang yang terlalu
gemuk. Gejala-gejala hemaroid meliputi rasa gatal-gatal, nyeri dan
pendarahan.
8. Keracunan makanan, umumnya disebabkan oleh bakteri yang
terdapatdalam makanan. Bakteri dalam makanan dapat
membahayakan ataumenghasilkan racun yang membahayakan
tubuh. Geajala-gejala keracunanmakanan meliputi muntah-muntah,
diare, nyeri (sakit) rongga dada dan perut serta demam.
Penyakit-penyakit gangguan pencernaan seperti yang disebutkan di
atas diantaranya bisa disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini:
a. Pola makan yang salah
b. Infeksi dari bakteri, mikroba lainnya atau cacing.
c. Terdapat kelainan pada sistem pencernaan itu sendiri seperti
akibat tumor,infeksi atau pelebaran pembuluhnya.
2.3 Konstipasi
2.3.1 Pengertian
Konstipasi atau sembelit adalah frekuensi buang air besar yang
lebih sedikit dari biasanya. Jarak waktu buang air besar pada setiap
orang berbeda-beda. Namun umumnya dalam satu minggu,
manusia buang air besar setidaknya lebih dari 3 kali. Jika frekuensi
buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu, maka seseorang
disebut mengalami konstipasi. Akibatnya, tinja menjadi kering dan
keras sehingga lebih sulit dikeluarkan dari anus.
2.3.2 Pengobatan
Langkah penanganan konstipasi bertujuan untuk mempercepat
gerakan tinja melalui usus, sehingga penderita bisa buang air besar
kembali secara teratur. Penanganan yang pertama dilakukan adalah
dengan mengubah pola makan atau gaya hidup. Perubahan tersebut
meliputi:
a. Memperbanyak konsumsi serat dan buah setiap hari, serta
lebih sering minum air putih dan menghindari minuman
beralkohol.
b. Lebih rutin melakukan olahraga.
c. Jangan mengabaikan keinginan buang air besar dan upayakan
buang air besar secara teratur.
Jika penanganan awal tidak memperbaiki kondisi sembelit,
terutama jika perut menjadi nyeri atau kram, serta tidak bisa buang
angin atau buang air besar, maka dokter dapat memberi beberapa
jenis obat pencahar yang terdiri dari:
a. Obat pencahar osmotik. Pencahar ini akan meningkatkan
jumlah cairan dalam usus, sehingga feses akan menjadi lebih
lunak dan merangsang usus untuk mendorong tinja keluar.
Contoh obat ini adalah laktulosa dan macrogol.
b. Obat pencahar pelembut tinja. Obat ini menarik cairan dalam
usus sehingga tinja menjadi lembut dan mudah dikeluarkan.
Contohnya natrium docusate.
c. Obat pencahar stimulan. Obat ini akan merangsang konstraksi
usus. Beberapa contoh obat stimulan adalah bisacodyl.
d. Suplemen serat. Obat ini menambah massa pada tinja. Contoh
obat ini adalah psyllium, calcium polycarbophil, dan
methylcellulose fiber.
e. Pelumas, untuk memudahkan pergerakan tinja melalui usus.
Contohnya adalah minyak mineral.
f. Sementara pada kasus konstipasi kronis, obat yang dapat
diberikan salah satunya misoprostol.
2.3.3 Pencegahan
Beberapa langkah sederhana untuk mencegah kondisi ini adalah:
a. Memperbanyak konsumsi serat, misalnya dengan makan sayur,
buah, beras merah, sereal, biji-bijian, serta kacang-kacangan.
b. Meningkatkan konsumsi cairan, setidaknya 1,5-2 liter tiap hari.
c. Menghindari terlalu banyak mengonsumsi susu dan kafein.
Konsumsi terlalu banyak susu dapat meningkatkan
kemungkinan konstipasi, sedangkan kafein dapat menimbulkan
dehidrasi yang bisa memicu sembelit.
d. Rutin berolahraga setidaknya 30 menit sehari.
e. Jangan mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
Kebiasaan menahan keinginan buang air besar akan
meningkatkan risiko konstipasi.
f. Mengatur kebiasaan buang air besar agar dapat dilakukan
dengan leluasa dan nyaman.
2.3.4 Penyebab
Penyakit ini bisa dipicu oleh berbagai faktor yang meliputi:
a. Pola makan yang buruk, misalnya kurang mengonsumsi serat
atau kurang minum.
b. Kurang aktif bergerak, termasuk juga jarang olahraga.
c. Penyakit pada usus atau rektum, contohnya fisura ani,
penyumbatan usus, kanker usus besar, dan kanker rektum.
d. Ganguan saraf. Gangguan ini menghambat pergerakan tinja
melalui usus, dan biasanya terjadi pada penderita penyakit
Parkinson, cedera saraf tulang belakang, stroke, dan multiple
sclerosis.
e. Gangguan pada otot yang mengerakkan usus. Kondisi ini dapat
ditemui pada kondisi otot panggul yang melemah atau
dyssynergia.
f. Gangguan hormon. Beberapa jenis hormon berfungsi
menyeimbangkan cairan dalam tubuh. Gangguan pada hormon
ini dapat membuat cairan dalam tubuh tidak stabil sehingga
memicu terjadinya konstipasi. Beberapa kondisi yang dapat
menimbulkan gangguan ini, antara lain adalah diabetes,
hiperparatiroidisme, kehamilan, atau hipotiroidisme.
g. Efek samping konsumsi obat, contohnya obat antasida,
antikonvulsan, antagonis kalsium, diuretik, suplemen besi, obat
untuk penyakit Parkinson, dan antidepresan.
h. Mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
i. Gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi.
2.4 Diare
2.4.1 Pengertian
Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi
sering buang air besar, dengan kondisi tinja yang encer. Pada
umumnya, diare terjadi akibat makanan dan minuman yang
terpapar virus, bakteri, atau parasit. Biasanya diare hanya
berlangsung beberapa hari (akut), namun pada sebagian kasus
dapat memanjang hingga berminggu-minggu (kronis). Pada
umumnya, diare tidak berbahaya jika tidak terjadi dehidrasi.
Namun, jika disertai dehidrasi, penyakit ini bisa menjadi fatal, dan
penderitanya perlu segera mendapat pertolongan medis.
2.4.2 Pengobatan
Sebagian besar kasus diare dapat pulih dalam beberapa hari
tanpa memerlukan pengobatan. Penderita diare dapat menerapkan
beberapa hal berikut ini di rumah untuk meredakan gejalanya:
a. Meningkatkan konsumsi cairan.
Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit adalah
salah satu kunci penting dalam penanganan diare. Hal ini
juga diperlukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Caranya adalah dengan mengonsumsi cairan sebanyak-
banyaknya, bisa berupa air putih, jus, atau kaldu. Pada
anak-anak, pemberian oralit sangat disarankan. Pada bayi
yang masih menyusui, asupan ASI harus selalu terjaga.
b. Mengonsumsi makanan yang tepat
Saat mengalami diare, penderita dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan lunak selama beberapa hari. Selain
itu, hindari juga makanan yang sarat lemak, serat, atau
bumbu. Jika kondisi usus sudah membaik, ganti ke
makanan semi padat dengan kadar serat yang ditingkatkan
secara bertahap.
Jika upaya penangan diare secara mandiri belum berhasil, maka
dokter dapat memberi obat-obatan untuk mengatasinya. Dokter
dapat meresepkan antibiotik jika diare disebabkan oleh infeksi
bakteri.
Di samping obat antibiotik, dokter juga dapat memberikan obat
yang dapat memperlambat gerakan usus, sehingga mengurangi
diare yang parah. Contoh obat tersebut adalah loperamide dan
bismuth subsalicylate. Diskusikan kembali dengan dokter
mengenai manfaat dan risiko mengonsumsi obat anti diare.
Untuk obat pereda rasa sakit, meski tidak dapat mengobati diare,
dokter akan meresepkannya jika diare disertai demam dan nyeri.
Contohnya adalah paracetamol atau ibuprofen.
Untuk kasus diare yang berlangsung lama, misalnya akibat
radang usus, dokter perlu menangani penyakit tersebut terlebih
dahulu. Setelah kondisi penyebabnya tertangani, maka diare akan
otomatis mereda.
2.4.3 Pencegahan
Upaya pencegahan diare tergantung kepada kedisiplinan
seseorang dalam menjaga kebersihan makanan dan minuman.
Dengan menerapkan kebiasaan bersih, seseorang dapat terhindar
dari virus atau mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan
diare. Dianjurkan untuk:
a. Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan.
b. Mengonsumsi makanan yang sudah dimasak.
c. Minum air matamg.
2.4.4 Penyebab
a. Infeksi bakteri, seperti Campylobacter, Clostridum difficile,
Escherichia coli, Salmonella, dan Shigella.
b. Infeksi parasit, contohnya Giardia.
c. Alergi makanan.
d. Makanan yang mengandung pemanis buatan.
e. Intoleransi fruktosa (pemanis alami pada madu dan buah-
buahan) dan intoleransi laktosa (zat gula yang terdapat pada
susu dan produk sejenisnya).
f. Pasca operasi batu empedu.
g. Efek samping obat-obatan, misalnya antibiotik yang dapat
mengganggu keseimbangan alami bakteri dalam usus sehingga
menimbulkan diare.
2.5 Ulkus Peptik
2.5.1 Pengertian
Tukak lambung adalah luka pada lambung yang menyebabkan
keluhan sakit maag. Selain di lambung, luka tersebut dapat
terbentuk di usus 12 jari atau di bagian bawah kerongkongan.
Sebagian besar kasus tukak lambung disebabkan oleh infeksi
bakteri H. pylori atau karena konsumsi obat pereda nyeri yang
berlebihan. Pada kasus yang jarang terjadi, tukak lambung juga
dapat disebabkan oleh tumor di lambung, atau komplikasi dari
radioterapi.
2.5.2 Pengobatan
a. Penghambat Pompa Proton (PPI)
Obat PPI digunakan untuk menurunkan kadar asam lambung
dan meredakan gejala. Contoh obat ini adalah esomeprazole,
lansoprazole, omeprazole, pantoprazole, dan rabeprazole.
b. Antagonis H2
Antagonis H2 dikenal sebagai obat penurun produksi asam
lambung. Contoh obat ini adalah cimetidine, famotidine, dan
ranitidin.
c. Bismuth subsalicylate
Obat ini berfungsi untuk melapisi dan melindungi luka dari
asam lambung. Obat ini bekerja dengan cara membunuh
organisme penyebab infeksi.
d. Antibiotik
Antibiotik bertujuan untuk membunuh bakteri H. pylori. Contoh
antibiotik yang akan diberikan adalah amoxicillin,
clarithromycin, atau metronidazole.
Di samping beberapa obat di atas, dokter dapat meresepkan
misoprostol dan sukralfat untuk melindungi selaput lambung.
Untuk mengobati tukak lambung yang disebabkan oleh konsumsi
OAINS secara berlebihan, pasien dianjurkan untuk menghentikan
konsumsi obat tersebut dan dokter akan memberikan alternatif obat
lain.
2.5.3 Pencegahan
Tukak lambung dapat dicegah dengan beberapa langkah sederhana
berikut:
a. Rutin cuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah dari
toilet.
b. Cuci bahan makanan dan masak hingga benar-benar matang.
c. Hindari mengonsumsi minuman beralkohol.
d. Pastikan air yang diminum bersih dan sudah dimasak.
e. Batasi penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
f. Perbanyak makan sayur, buah, dan biji-bijian.
g. Berhenti merokok.
2.5.4 Penyebab
Luka di lambung terbentuk ketika selaput yang melapisi
lambung terkikis. Pengikisan selaput lambung umumnya
disebabkan oleh:
a. Infeksi bakteri
Infeksi Helicobacter pylori merupakan penyebab utama
timbulnya luka pada lapisan lambung.
b. Konsumsi obat antiiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Konsumsi ibuprofen, diclofenac, atau meloxicam secara
berlebihan dapat menyebabkan iritasi atau peradangan pada
jaringan lambung hingga menimbulkan luka.Selain OAINS, obat
lain yang bisa menyebabkan tukak lambung adalah aspirin,
kortikosteroid, dan obat antidepresan golongan SSRI.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
tukak lambung atau memperparah gejala tukak lambung, yaitu:
a. Merokok, terutama pada seseorang yang terinfeksi bakteri
pylori.
b. Stres yang tidak terkelola dengan baik.
c. Konsumsi makanan asam atau pedas.
d. Konsumsi minuman beralkohol.
2.6 Gastritis
2.6.1 Pengertian
Gastritis merupakan penyakit pada lambung yang terjadi akibat
peradangan dinding lambung. Pada dinding lambung atau lapisan
mukosa lambung ini terdapat kelenjar yang menghasilkan asam
lambung dan enzim pencernaan yang bernama pepsin. Untuk
melindungi lapisan mukosa lambung dari kerusakan yang
diakibatkan asam lambung, dinding lambung dilapisi oleh lendir
(mukus) yang tebal. Apabila mukus tersebut rusak, dinding
lambung rentan mengalami peradangan.
Secara umum, gastritis dibagi menjadi dua jenis, yaitu gastritis
akut dan kronis. Dikatakan gastritis akut ketika peradangan pada
lapisan lambung terjadi secara tiba-tiba. Gastritis akut akan
menyebabkan nyeri ulu hati yang hebat, namun hanya bersifat
sementara.
Sedangkan pada gastritis kronis, peradangan di lapisan lambung
terjadi secara perlahan dan dalam waktu yang lama. Nyeri yang
ditimbulkan oleh gastritis kronis merupakan nyeri yang lebih
ringan dibandingkan dengan gastritis akut, namun terjadi dalam
waktu yang lebih lama dan muncul lebih sering.
2.6.2 Pengobatan
Untuk mengobati gastritis dan meredakan gejala-gejala yang
ditimbulkan, dokter dapat memberikan obat-obatan berupa:
a. Obat antasida. Antasida mampu meredakan gejala gastritis
(terutama rasa nyeri) secara cepat, dengan cara menetralisir
asam lambung. Obat ini efektif untuk meredakan gejala-
gejala gastritis, terutama gastritis akut. Contoh obat antasida
yang dapat dikonsumsi oleh pasien adalah aluminium
hidroksida dan magnesium hidroksida.
b. Obat penghambat histamin 2 (H2 blocker). Obat ini mampu
meredakan gejala gastritis dengan cara menurunkan
produksi asam di dalam lambung. Contoh obat penghambat
histamin 2 adalah ranitidin, cimetidine, dan famotidine.
c. Obat penghambat pompa proton (PPI). Obat ini memiliki
tujuan yang sama seperti penghambat histamin 2, yaitu
menurunkan produksi asam lambung, namun dengan
mekanisme kerja yang berbeda. Contoh obat penghambat
pompa proton adalah omeprazole, lansoprazole,
esomeprazole, rabeprazole, dan pantoprazole.
d. Obat antibiotik. Obat ini diresepkan pada penderita gastritis
yang disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu Helicobacter
pylori. Contoh obat antibiotik yang dapat diberikan kepada
penderita gastritis adalah amoxicillin, clarithromycin,
tetracycline, dan metronidazole.
e. Obat antidiare. Diberikan kepada penderita gastritis dengan
keluhan diare. Contoh obat antidiare yang dapat diberikan
kepada penderita gastritis adalah bismut subsalisilat.
2.6.3 Pencegaha
Jika seseorang tahu apa yang menyebabkan gastritis, pendekatan
yang paling sederhana adalah menghindari penyebabnya.
a. Aspirin dan alkohol adalah dua zat yang paling banyak
dokonsumsi yang menyebabkan gastriti
b. Alkohol harus dihindari jika orang tersebut mengalami sakit
perut dan mual setelah minum alkohol.
Yang utama dari pencegahan gastritis adalah menghindari hal-
hal yang mengganggu atau mengiritasi lapisan perut, di antaranya:
a. Aspirin
b. NSAID seperti ibuprofen (Motrin, Advil), naproxen (Naprosyn),
atau asam mefenamat
c. Merokok
d. Kafein
e. Alkohol
2.6.4 Penyebab
a. Infeksi bakteri
b. Penambahan usia
c. Mengonsumsi minuman beralkohol
d. Terlalu sering mengonsumsi obat pereda nyer
e. Autoimun
2.7 Pencegahan Gangguan Pada Sistem Pencernaan
Gangguan pencernaan dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat,
antara lain:
a. Mempertahankan berat badan ideal, atau menurunkan secara perlahan
bila berat badan berlebih.
b. Memperbanyak makanan berserat, seperti buah dan sayur.
c. Rutin berolahraga.
d. Mencukupi asupan cairan.
e. Tidak menunda bila terasa hendak BAB.
f. Tidak mengejan terlalu keras saat BAB.
g. Menghindari duduk atau jongkok terlalu lama di toilet.
h. Menghindari konsumsi alkohol.
i. Menerapkan perilaku seksual yang aman dengan menggunakan
kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan, serta menghindari berbagi
penggunaan jarum suntik, untuk mencegah hepatitis akibat virus.
2.8 bbb
BAB III
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Pearce Evelin C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT


Gramedia Pustaka
Utama Irianto. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Jakarta : Yrama Widia.

Anda mungkin juga menyukai