Anda di halaman 1dari 13

PERBEDAAN PERUBAHAN BERAT BADAN ANAK GIZI KURANG PADA SISWA SEKOLAH

DASAR YANG MENDAPATKAN CLARHIZ COOKIES DENGAN ORIGINAL COOKIES

DIFFERENCES OF CHANGES IN BODY WEIGHT OF NUTRITIONAL CHILDREN IN ELEMENTARY


SCHOOL STUDENT THAT GET CLARHIZ COOKIES AND ORIGINAL COOKIES

Marcella Juliantri1 Afriyana Siregar, S.Gz, M.Biomed 2 Sartono, SKM, M.Kes 3


Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika, Poltekkes Kemenkes Palembang

Marcella Juliantri
Email: juliantrimarcella@gmail.com

ABSTRAK
Gizi kurang merupakan salah satu penyakit tidak menular. Keadaan gizi kurang pada anak dapat dilihat
jika nilai z-score yang diperoleh adalah -3 s/d <-2 SD. Kondisi tersebut diakibatkan oleh rendahnya atau tidak
sesuainya konsumsi gizi dari kebutuhan tubuh sehingga cadangan zat gizi yang terdapat pada lapisan lemak
diubah menjadi energi akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan
asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Keadaan gizi kurang pada anak-anak akan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan yang sulit disembuhkan. Sebab itu, anak yang gizi kurang tersebut memiliki
keterbatasan untuk belajar dan bekerja serta bersikap dibanding dengan anak normal. Prevalensi wasting pada
anak usia 5-12 tahun berdasarkan Indeks IMT/U di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 10,8 % terdiri dari 4,4 %
sangat kurus dan 6,4 % kurus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan berat badan anak
gizi kurang pada siswa sekolah dasar yang mendapatkan clarhiz cookies dengan cookies plasebo. Jenis
penelitian ini adalah quasi eksperiment (eksperimen semu) dengan desain penelitian pretest posttest with two
group. Sampel berjumah 60 anak gizi kurang yang dibagi dua kelompok yaitu perlakuan yang mendapatkan
clarhiz cookies dan kelompok pembanding yang mendapatkan original cookies dengan menggunakan metode
proporsional strarified quota sampling. Analisis data menggunakan paired sample t-test dengan selisih rata-rata
kenaikan berat badan kelompok perlakuan 0,62 kg (p-value =0,000) dan kelompok pembanding 0,18 kg (p-
value =0,000. Sedangkan hasil independent sample t-test adalah p-value =0,000 bahwa ada perbedaan
pemberian clarhiz cookies dengan original cookies terhadap perubahan berat badan anak gizi kurang pada siswa
sekolah dasar.

Kata Kunci : Gizi Kurang ; Berat Badan ; Clarhiz Cookies

ABSTRACT
Malnutrition is a non-communicable disease. The state of malnutrition in children can be seen if the z-
score obtained is -3 to <-2 SD. This condition is caused by low or inappropriate consumption of nutrients from
the body's needs so that the reserves of nutrients contained in the fat layer are converted into energy as a result
the child's body becomes thin. The emergence of malnutrition is not only due to lack of food intake, but also
disease. The state of malnutrition in children will have an impact on growth and development which is difficult
to cure. Therefore, these malnourished children have limitations to study and work as well as behave compared
to normal children. The prevalence of wasting in children aged 5-12 years based on the BMI/U Index in South
Sumatra Province is 10.8% consisting of 4. This study aims to determine differences in weight changes in
undernourished children in elementary school students who received clarhiz cookies with placebo cookies. This
type of research is a quasi-experimental (quasi-experimental) with a pretest posttest research design with two
groups. The sample consisted of 60 malnourished children who were divided into two groups, namely the
treatment who received clarhiz cookies and the comparison group who received original cookies using the
proportional stratified quota sampling method. Data analysis used a paired sample t-test with a difference in the
average weight gain of the treatment group 0.62 kg (p-value = 0.000) and the comparison group 0.18 kg (p-
value = 0.000. While the results of the independent sample t-test is p-value = 0.000 that there is a difference
between giving clarhiz cookies and original cookies to changes in body weight of undernourished children in
elementary school students.

Keyword : Undernutrition ; Body Weight ; Clarhiz Cookies

Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021


Introduction berat badan siswa sekolah dasar dengan nilai p value
(Pendahuluan) 0,000.
Hasil penelitian Erdiana dkk (2019) tentang
Gizi kurang merupakan salah satu penyakit tidak pengaruh pemberian cookies pelangi ikan gaguk (arius
menular yang terjadi pada kelompok masyarakat thalassinus) terhadap perubahan berat badan anak
tertentu di suatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan PAUD IT Iqra Kota Bengkulu menunjukkan bahwa
berbagai faktor multidisiplin dan harus selalu terdapat perubahan yang signifikan berat badan anak
dikontrol terutama pada masyarakat yang tinggal di PAUD setelah dilakukan intervensi pemberian
negara-negara berkembang. Keadaan gizi kurang pada cookies pelangi ikan gaguk 30 g/ 3 keping/ hari
anak dapat dilihat jika nilai z-score yang diperoleh selama 4 minggu (27 hari) dengan rata-rata
adalah -3 s/d <-2 SD. Kondisi tersebut diakibatkan sumbangan energi harian cookies sebesar 120 kkal
oleh rendahnya atau tidak sesuainya konsumsi gizi dan rata-rata kenaikan berat badan anak sekitar 0,928
dari kebutuhan tubuh sehingga cadangan zat gizi yang kg dengan nilai p value 0,001.
terdapat pada lapisan lemak diubah menjadi energi
akibatnya tubuh anak menjadi kurus karena gizi Methods
kurang. Agar tidak berlanjut pada gizi buruk, kejadian (Metode Penelitian)
gizi kurang mestinya penanganan harus segera
dilakukan (Kemenkes RI, 2013). Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN 6 Suak
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 Tapeh yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Suak
pada anak usia 5-12 tahun berdasarkan Indeks IMT/U Tapeh dan waktu penelitian dilaksanakan bulan
dengan persentase wasting 10,9 % terdiri dari 3,4 % Desember sampai April 2022. Jenis penelitian ini
sangat kurus dan 7,5 % kurus (Kemenkes RI, 2018). adalah Quasi Eksperimen dengan rancangan pre-test
Sedangkan persentase wasting pada tahun 2016 and post-test with two group. Kelompok perlakuan
terdapat 10,5 % terdiri dari 2,7 % sangat kurus dan yang mendapatkan clarhiz cookies dan kelompok
7,8 % kurus (Kemenkes RI, 2017). pembanding yang mendapatkan original cookies
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2017 (tanpa penambahan tepung ikan lele dan tepung
pada anak usia 5-12 tahun berdasarkan Indeks IMT/U tempe). Penelitian ini dilakukan selama 14 hari.
di Provinsi Sumatera Selatan presentase wasting Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
sebesar 10,8 % terdiri dari 4,4 % sangat kurus dan 6,4 SDN di Kecamatan Suak Tapeh yang menderita gizi
% kurus (Kemenkes, 2018). Sedangkan persentase kurang. Sampel dalam penelitian ini yaitu anak yang
wasting Tahun 2016 yaitu 7,7 % terdiri dari 1,8 % menderita gizi kurang yang terambil menjadi
sangat kurus dan 5,9 % kurus (Kemenkes RI, 2017). memenuhi kriteria insklusi dan eksklusi dan
Hasil Rekapitulasi Screning SD Berdasarkan dilakukan matching terhadap dua kelompok perlakuan
Indikator IMT/U Puskesmas Suak Tapeh Tahun 2018 usia dan jenis kelamin. Pengambilan sampel
didapatkan prevalensi wasting 7,04 % terdiri dari dilakukan dengan cara proporsional strarified quota
kurus sebesar 7,04 % (Puskesmas Suak Tapeh, 2018). sampling yaitu pengambilan sampel yang sesuai
Cookies adalah salah satu jenis biskuit yang dibuat kriteria pada saat penelitian.
dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relatif
renyah bila dipatahkan dan penampang potongannya Results
bertekstur padat. Bahan baku yang digunakan dalam (Hasil)
pembuatan cookies adalah tepung terigu, gula, lemak
dan bahan tambahan lainnya (Fatkurahman, 2012). Daya Terima Clarhiz Cookies
Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2017) Uji daya terima Clarhiz Cookies dilaksanakan
menyebutkan dalam 100 g tempe mengandung energi pada tanggal 04 Februari 2022 di Jurusan Gizi
201 kkal, protein 20,8 g, lemak 8,8 g, karbohidrat Poltekkes Palembang. Uji daya terima yang dilakukan
13,5 g, thiamin 0,19 mg, riboflavin 0,59 mg, niasin pada penelitian ini adalah uji hedonik, dengan
4,9 mg Sedangkan, kandungan ikan lele dalam 100 g parameter warna, aroma, rasa, dan tekstur pada
menghasilkan energi 92 kkal, protein 16,2 g, lemak Clarhiz Cookies. Uji daya terima ini dianalisis
2,82 g, karbohidrat 0 g, kalsium 14 mg, zat besi 0,25 menggunakan analisis uji friedman test. Panelis yang
mg vitamin A 70 mcg, dan ikan lele juga mengandung digunakan adalah panelis agak terlatih sebanyak 30
omega-3, vitamin D, vitamin B6, vitamin B12 orang diambil dari mahasiswa jurusan gizi Poltekkes
(Kemenkes RI, 2017). Palembang yang telah mendapatkan mata kuliah ilmu
Hasil penelitian Munawaroh (2020) tentang teknologi pangan.
pengaruh pemberian siomay ikan lele (Clarias) wortel
terhadap berat badan siswa sekolah dasar status gizi
kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Cibeureum
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata
berat badan sebesar 0,55 kg pada sampel dan
pemberian siomay ikan lele wortel berpengaruh pada

Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021


Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat dari skor ketiga
Tabel 1. Distribusi Hasil Uji Daya Terima Formula formula dalam uji daya terima terhadap warna, clarhiz
Kriteria F1 F2 F3 cookies yang memiliki total persentase tertinggi yaitu
Tekstur 86,7 % dengan kriteria suka pada formula F3,
Panelis % Panelis % Panelis % sedangkan clarhiz cookies yang memiliki total
Sangat 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Tidak
persentase terendah yaitu sebesar 3,3 % dengan
Suka kriteria tidak suka pada ketiga formula tersebut.
Tidak 5 16,7 3 10,0 0 0,0
Suka Tabel 4. Distribusi Hasil Uji Daya Terima
Agak 16 53,3 15 50,0 8 26,7 Formula Clarhiz Cookies terhadap Aroma
Suka
Suka 7 23,3 6 20,0 22 73,3
Sangat 2 6,7 6 20,0 0 0,0 Kriteria F1 F2 F3
Suka Aroma
Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0 Panelis % Panelis % Panelis %
Clarhiz Cookies terhadap Tekstur Sangat 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat dari skor ketiga Tidak
formula dalam uji daya terima terhadap tekstur, Suka
clarhiz cookies yang memiliki total persentase Tidak 0 0,0 2 6,7 0 0,0
Suka
tertinggi yaitu 73,3 % dengan kriteria suka pada Agak 12 40,0 21 70,0 8 26,7
formula F3, sedangkan clarhiz cookies yang memiliki Suka
total persentase terendah yaitu sebesar 6,7 % dengan Suka 13 43,3 7 23,3 19 63,3
kriteria sangat suka pada formula F1. Sangat 5 16,7 0 0,0 3 10,0
Suka
Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0
Tabel 2. Distribusi Hasil Uji Daya Terima Formula
Kriteria F1 F2 F3 Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat dari skor
Rasa ketiga formula dalam uji daya terima terhadap
Panelis % Panelis % Panelis % aroma, clarhiz cookies yang memiliki total
Sangat 0 0,0 0 0,0 0 0,0 persentase tertinggi yaitu 70,0 % dengan kriteria
Tidak agak suka pada formula F2, sedangkan clarhiz
Suka
cookies yang memiliki total persentase terendah
Tidak 3 10,0 1 3,3 0 0,0
Suka
yaitu sebesar 10,0 % dengan kriteria sangat suka
Agak Suka 20 66,7 14 46,7 2 6,7 pada formula F3.
Suka 6 20,0 15 50,0 18 60,0 Grafik 1 menunjukkan bahwa hasil uji friedman
Sangat 1 3,3 0 20,0 10 33,3
test didapatkan bahwa jenis formula yang paling
Suka disukai oleh panelis adalah F3 baik dari segi rasa,
Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0 aroma dan tekstur dengan nilai 3,7 pada kategori
tekstur, 4,2 pada kategori rasa, 3,5 pada kategori
Clarhiz Cookies terhadap Rasa
warna dan 3,8 pada kategori aroma dengan
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat dari skor ketiga
menggunakan bahan tepung terigu 50 g, tepung ikan
formula dalam daya terima terhadap rasa, clarhiz
lele 20 g, tepung tempe 30 g, margarin 35 g, gula
cookies yang memiliki total persentase tertinggi yaitu
halus 60 g, susu skim bubuk 30 g, kuning telur 60 g,
66,7 % dengan kriteria agak suka pada formula F1,
coklat bubuk 15 g, dan keju 15 g.
sedangkan clarhiz cookies yang memiliki total
persentase terendah yaitu sebesar 3,3 % dengan
kriteria tidak suka pada formula F2.

Tabel 3. Distribusi Hasil Uji Daya Terima Formula


Clarhiz Cookies terhadap Warna
Kriteria F1 F2 F3
Warna
Panelis % Panelis % Panelis %
Sangat 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Tidak
Suka
Tidak 1 3,3 1 3,3 1 3,3
Suka Picture 1. Formula Clarhiz CookiesTerbaik
Agak Suka 17 56,7 11 36,7 15 53,3
Suka 9 30,0 15 50,0 10 86,7
Sangat 3 10,0 3 10,0 3 13,3
Nilai Gizi Clarhiz Cookies
Suka Untuk mengetahui secara pasti kadar zat gizi yang
Total 30 100,0 30 100,0 30 100,0 terkandung pada clarhiz cookies, peneliti melakukan

Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021


pemeriksaan uji kimiawi proksimat dengan maksimal sebelum intervensi adalah 26,70 kg dan
menganalisa kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar berat badan minimal adalah 17,00 kg. sedangkan berat
protein, dan kadar karbohidrat. Pelaksanaan pengujian badan maksimal setelah intervensi adalah 27,10 kg
dilakukan di Laboratorium Kimia Jurusan Teknologi dan berat badan minimal 17,10 kg. dari hasil
Hasil Pertanian Universitas Sriwijaya (UNSRI) pada penelitian, data rata-rata berat badan pada kelompok
tanggal 1 Maret 2022. Pengujian dilakukan pada perlakuan dan pembanding sebelum dan setelah
sampel terpilih dari 3 formula yaitu formula 3 dan intervensi dapat diihat tabel 19.
diuji selama kurang lebih 4 hari didapatkan hasil pada Tabel 7. Distribusi Rata-Rata Berat Badan Sebelum
tabel 5. dan Setelah Intervensi

Tabel 5. Perbandingan Analisis Proksimat Clarhiz Kelompok Berat badan Rata-rata (kg)

Parameter Clarhiz Cookies SNI Mutu Cookies Perlakuan Sebelum 20,22


Kadar Air 5,83 Max 5
Setelah 20,83
Kadar Abu 2,66 Max 2
Energi 379,29 Min 400 Pembanding Sebelum 21,29
Protein 27,04 Min 5
Lemak 15,45 Min 9,5 Setelah 21,48
Karbohidrat 33,02 Min 70
Cookies dengan SNI Mutu Cookies Berdasarkan tabel 7, menunjukkan bahwa pada
kelompok perlakuan rata-rata berat badan sebelum
Analisis Univariat pemberian clarhiz cookies adalah 20,22 kg.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sedangkan setelah intervensi diperoleh rata-rata 20,83
kg dengan selisih kenaikan berat badan sebesar 0,62
Var Kelompok
iabel
kg.
Perlakuan Pembanding Pada kelompok pembanding rata-rata berat
n % n % badan sebelum pemberian original cookies adalah
Jenis Laki-Laki 16 53,3 19 63,3
Kelamin
21,29 kg. Sedangkan setelah intervensi diperoleh
Perempuan 14 46,7 11 36,7
rata-rata 21,48 kg dengan selisih kenaikan berat
badan sebesar 0,18 kg.
Total 30 100 30 100
Umur 7-9 Tahun 16 53,3 16 53,3
10-11 Tahun 14 46,7 14 46,7 Asupan Energi Sebelum dan Setelah Intervensi
Total 30 100 30 100 Hasil analisis data asupan energi responden pada
Jenis Kelamin dan Umur kelompok perlakuan diperoleh asupan energy
maksimal sebelum intervensi adalah 1630,00 Kkal,
Berdasarkan hasil tabel 6, dapat diketahui bahwa asupan energi minimal adalah 718,45 Kkal dan rata-
distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis rata asupan energi responden adalah 1076,21 Kkal.
kelamin pada kedua kelompok perlakuan yang Sedangkan asupan energi maksimal setelah intervensi
mendapatkan clarhiz cookies dengan original cookies adalah 1685,90 Kkal, asupan energi minimal 1235,80
sebagian besarnya laki-laki yaitu pada kelompok Kkal dan rata-rata asupan energi responden adalah
perlakuan yang mendapatkan clarhiz cookies 16 orang 1499,75 Kkal. Berdasarkan hasil ini diketahui rata-
(53,3%) dan kelompok perlakuan yang mendapatkan rata asupan energi responden mengalami peningkatan
original cookies 19 orang (63,3%). yaitu sebesar 609,69 Kkal.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Hasil analisis data asupan energi responden pada
pada kedua kelompok perlakuan adalah sebagian kelompok pembanding diperoleh asupan energi
besarnya umur 7-9 tahun yaitu pada kelompok maksimal sebelum intervensi adalah 1560,00 Kkal,
perlakuan yang mendapatkan clarhiz cookies 16 orang asupan energi minimal adalah 860,60 Kkal dan rata-
(53,3%) dan kelompok perlakuan yang mendapatkan rata asupan energi responden adalah 1118,02 Kkal.
original cookies 16 orang (53,3%). Sedangkan asupan energi maksimal setelah intervensi
adalah 1765,90 Kkal, asupan energi minimal 1135,80
Berat Badan Sebelum dan Setelah Intervensi Kkal dan rata-rata asupan energi responden adalah
Hasil analisis data berat badan responden pada 1448,47 Kkal. Berdasarkan hasil ini diketahui rata-
kelompok perlakuan diperoleh berat badan maksimal rata asupan energi responden mengalami peningkatan
sebelum intervensi adalah 26,00 kg dan berat badan yaitu sebesar 312,67 Kkal. Distribusi asupan energi
minimal adalah 16,00 kg. Sedangkan berat badan responden sebelum dan setelah intervensi dapat dilihat
maksimal setelah intervensi adalah 26,50 kg dan berat pada tabel berikut ini.
badan minimal 17,00 kg.
Hasil analisis data berat badan responden pada
kelompok pembanding diperoleh berat badan

Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021


Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Berdasarkan Asupan Energi Asupan Protein
Asupan Energi Kelompok
Asupan Protein Kelompok
Perlakuan Pembanding
Perlakuan Pembanding
n % n %
n % n %
Sebelum
Sebelum
Baik 4 13,3 4 13,3
Kurang 26 86,7 26 86,7 Baik 9 30,0 5 16,7
Total 30 100,0 30 100,0 Kurang 21 70,0 25 83,3
Total 30 100,0 30 100,0
Setelah
Baik 24 80,0 19 63,3 Setelah
Baik 22 73,3 19 63,3
Kurang 6 20,0 11 36,7
Kurang 8 26,7 11 36,7
Total 30 100,0 30 100,0
Total 30 100,0 30 100,0
Berdasarkan tabel 9 diketahui, hasil asupan protein
Berdasarkan tabel 8 diketahui, hasil asupan energi
pada kelompok perlakuan sebelum pemberian clarhiz
pada kelompok perlakuan sebelum pemberian clarhiz
cookies diperoleh sebanyak 21 responden (70,0%)
cookies diperoleh sebanyak 26 responden (86,7%)
memiliki asupan protein kurang. Sedangkan setelah
memiliki asupan energi kurang. Sedangkan setelah
intervensi diperoleh sebanyak 8 responden (26,7%)
intervensi diperoleh sebanyak 6 responden (20,0%)
memiliki asupan protein kurang.
memiliki asupan energi kurang.
Pada kelompok pembanding sebelum pemberian
Pada kelompok pembanding sebelum pemberian
original cookies diperoleh sebanyak 25 responden
original cookies diperoleh sebanyak 26 responden
(83,3%) asupan protein kurang. Sedangkan setelah
(86,7%) memiliki asupan energi kurang. Sedangkan
intervensi diperoleh 11 responden (36,7%) memiliki
pada setelah intervensi diperoleh 11 responden
asupan protein kurang.
(36,7%) memiliki asupan energi kurang.
Asupan Lemak Sebelum dan Setelah Intervensi
Asupan Protein Sebelum dan Setelah Intervensi Hasil analisis data asupan lemak responden pada
Hasil analisis data asupan protein responden pada kelompok perlakuan diperoleh asupan lemak
kelompok perlakuan diperoleh asupan protein maksimal 50,00 g, asupan lemak minimal adalah
maksimal 40,50 g, asupan protein minimal adalah 20,25 g dan rata-rata asupan lemak responden adalah
17,35 g dan rata-rata asupan protein responden adalah 32,19 g. Sedangkan asupan lemak maksimal setelah
30,34 g. Sedangkan asupan protein maksimal setelah intervensi adalah 54,70 g, asupan lemak minimal
intervensi adalah 47,75 g, asupan protein minimal 30,25 g dan rata-rata asupan lemak responden adalah
30,70 g dan rata-rata asupan protein responden adalah 45,76 g. Berdasarkan hasil ini diketahui rata-rata
38,22 g. Berdasarkan hasil ini diketahui rata-rata asupan lemak responden mengalami peningkatan
asupan protein responden mengalami peningkatan yaitu sebesar 13,57 g.
yaitu sebesar 7,88 g. Hasil analisis data asupan protein responden pada
Hasil analisis data asupan protein responden pada kelompok pembanding diperoleh asupan lemak
kelompok pembanding diperoleh asupan protein maksimal sebelum intervensi adalah 52,60 g, asupan
maksimal sebelum intervensi adalah 40,50 g, asupan lemak minimal adalah 19,55 g dan rata-rata asupan
protein minimal adalah 18,90 g dan rata-rata asupan lemak responden adalah 28,65 g. Sedangkan asupan
protein responden adalah 26,36 g. Sedangkan asupan lemak maksimal setelah intervensi adalah 56,70 g,
protein maksimal setelah intervensi adalah 46,75 g, asupan lemak minimal 35,40 g dan rata-rata asupan
asupan protein minimal 30,50 g dan rata-rata asupan lemak responden adalah 44,62 g. Berdasarkan hasil
protein responden adalah 37,16 g. Berdasarkan hasil ini diketahui rata-rata asupan protein responden
ini diketahui rata-rata asupan protein responden mengalami peningkatan yaitu sebesar 15,97 g.
mengalami peningkatan yaitu sebesar 6,66 g. Distribusi asupan lemak responden sebelum dan
Distribusi asupan protein responden sebelum dan setelah intervensi dapat dilihat pada table berikut ini.
setelah intervensi dapat dilihat pada table berikut ini.

Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021


Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tabel 11 diketahui, hasil asupan
Berdasarkan Asupan Lemak karbohidrat pada kelompok perlakuan sebelum
pemberian clarhiz cookies diperoleh sebanyak 26
Asupan Lemak Kelompok responden (86,7%) memiliki asupan karbohidrat
Perlakuan Pembanding
kurang. Sedangkan setelah intervensi diperoleh
n % n %
sebanyak 8 responden (26,7%) memiliki asupan
Sebelum
karbohidrat kurang.
Baik 2 6,7 1 3,3 Pada kelompok pembanding sebelum pemberian
Kurang 28 93,3 29 96,7 original cookies diperoleh sebanyak 27 responden
Total 30 100,0 30 100,0
Setelah
(90,0%) asupan karbohidrat kurang. Sedangkan
Baik 12 40,0 11 36,7 setelah intervensi diperoleh sebanyak 8 responden
Kurang 18 60,0 19 63,3 (26,7%) memiliki asupan karbohidrat kurang.
Total 30 100,0 30 100,0
Berdasarkan tabel 10 diketahui, hasil asupan Analisis Bivariat
lemak pada kelompok perlakuan sebelum pemberian Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
clarhiz cookies diperoleh sebanyak 28 responden pengaruh pemberian clarhiz cookies terhadap
(93,3%) memiliki asupan lemak kurang. Sedangkan perubahan berat badan anak gizi kurang pada siswa
setelah intervensi diperoleh sebanyak 18 responden sekolah dasar.
(60,0%) memiliki asupan lemak kurang.
Pada kelompok pembanding sebelum pemberian Uji Normalitas dan Homogenitas Berat Badan
original cookies diperoleh sebanyak 29 responden Tabel 12. Uji Normalitas Berat Badan
(96,7%) asupan lemak kurang. Sedangkan setelah
intervensi diperoleh 11 responden (36,7%) memiliki Kelompok Perlakuan Berat Badan p value
asupan lemak kurang.
Clarhiz Cookies Sebelum 0,200
Asupan Karbohidrat Sebelum dan Setelah
Setelah 0,200
Intervensi
Hasil analisis data asupan karbohidrat responden Original Cookies Sebelum 0,200
pada kelompok perlakuan diperoleh asupan Setelah 0,074
karbohidrat maksimal 235,00 g, asupan karbohidrat
minimal adalah 88,85 g dan rata-rata asupan
karbohidrat responden adalah 153,45 g. Sedangkan Hasil uji normalitas diatas didapatkan p-value >
asupan karbohidrat maksimal setelah intervensi adalah 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berat
265,00 g, asupan karbohidrat minimal 190,60 g dan badan sebelum dan setelah intervensi pada kedua
rata-rata asupan karbohidrat responden adalah 227,87 kelompok perlakuan terdistribusi normal.
g.
Hasil analisis data asupan karbohidrat responden Tabel 13. Uji Homogenitas Berat Badan
pada kelompok pembanding diperoleh asupan
karbohidrat maksimal sebelum intervensi adalah Berat Badan p value
240,50 g, asupan karbohidrat minimal adalah 130,45g
dan rata-rata asupan karbohidrat responden adalah Sebelum 0,473

160,42 g. Sedangkan asupan karbohidrat maksimal Setelah 0,505


setelah intervensi adalah 280,65 g, asupan karbohidrat Hasil uji homogenitas diatas didapatkan p-value
minimal 180,55 g dan rata-rata asupan karbohidrat >0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berat
responden adalah 226,84 g. Berdasarkan hasil ini badan pada kedua kelompok perlakuan adalah
diketahui rata-rata asupan karbohidrat responden homogen.
mengalami peningkatan yaitu sebesar 66,42 g.
Distribusi asupan karbohidrat responden sebelum dan
Perbedaan Rata-rata Kenaikan Berat Badan
setelah intervensi dapat dilihat pada table berikut ini Sebelum dan Setelah diberikan clarhiz cookies
dengan original cookies
Responden pada kedua kelompok perlakuan ini
sebanyak 60 orang, pada kelompok perlakuan
mendapatkan clarhiz cookies pada anak gizi kurang di
sekolah dasar selama 14 hari berturut-turut. dan pada
kelompok perlakuan mendapatkan original cookies
Asupan Karbohidrat Kelompok
Perlakuan Pembanding
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Responden n % n %
Berdasarkan Asupan Karbohidrat Sebelum

Baik 4 13,3 3 10,0


Kurang 26 86,7 27 90,0
Total 30 100,0 30 100,0
Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021
Setelah
Baik 22 80,0 22 73,3
Kurang 8 26,7 8 26,7
Total 30 100,0 30 100,0
pada anak gizi kurang di sekolah dasar selama 14 hari Sebelum 1118,02 182,867 33,386 0,000 30
berturut-turut. Untuk menjawab hipotesis, peneliti Setelah 1448,47 162,733 29,711 0,000 30
melakukan uji t-dependent pada rata-rata berat badan
pada kedua kelompok perlakuan.
Tabel 15 menunjukkan bahwa rata-rata asupan
Tabel 14. Perbedaan Rata-rata Berat Badan Sebelum energi sebelum intervensi pada kelompok perlakuan
dan Setelah Intervensi yang mendapatkan clrahiz cookies 1076,21 Kkal
dengan nilai standar deviasi 211,230. Sedangkan
Berat Badan Mean SD SE Pvalue n
setelah intervensi rata-rata asupan energi 1499,75
Kelompok
Kkal dengan nilai standar deviasi 124,604. Hasil uji
Perlakuan stastistik t–test dependent pada kelompok perlakuan
Sebelum 20,22 2,695 0,492 0,000 30 yang mendapatkan clrahiz cookies dengan tingkat
Setelah 20,83 2,714 0,495 0,000 30
kemaknaan < 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%
diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti ada
Kelompok perbedaan rata-rata asupan energi sebelum dan setelah
Pembanding
intervensi.
Sebelum 21,29 2,472 0,451 0,000 30
Pada kelompok perlakuan yang mendapatkan
Setelah 21,48 2,540 0,463 0,000 30 original cookies rata-rata asupan energi sebelum
intervensi 1118,02 Kkal dengan nilai standar deviasi
182,867. Sedangkan setelah intervensi rata-rata
Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata berat asupan energi 1448,47 Kkal dengan nilai standar
badan sebelum intervensi pada kelompok perlakuan deviasi 162,733. Hasil uji stastistik t–test dependent
yang mendapatkan clarhiz cookies 20,22 kg dengan pada kelompok perlakuan yang mendapatkan original
nilai standar deviasi 2,695. Sedangkan setelah cookies dengan tingkat kemaknaan < 0,05 dan tingkat
intervensi rata-rata berat badan 20,83 kg dengan nilai kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang
standar deviasi 2,714. Pada kelompok perlakuan yang berarti ada perbedaan rata-rata asupan energi sebelum
mendapatkan original cookies rata-rata berat badan dan setelah intervensi.
sebelum intervensi 21,29 kg dengan nilai standar
deviasi 2,472. Sedangkan setelah intervensi rata-rata Perbedaan Rata-rata Asupan Protein Sebelum dan
berat badan 21,48 kg dengan nilai standar deviasi Setelah Intervensi
2,540. Tabel 16. Perbedaan Rata-rata Asupan Protein
Hasil uji stastistik t–test dependent pada kelompok Sebelum dan Setelah Intervensi
perlakuan yang mendapatkan clarhiz cookies dengan Asupan Mean SD SE p value N
tingkat kemaknaan < 0,05 dan tingkat kepercayaan Protein
95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti ada Kelompok
perbedaan rata-rata berat badan sebelum dan setelah Perlakuan
Sebelum 30,34 6,916 1,262 0,000 30
pemberian clarhiz cookies pada anak gizi kurang.
Setelah 38,22 4,993 0,911 0,000 30
Sedangkan hasil uji stastistik t–test dependent pada
Kelompok
kelompok perlakuan yang mendapatkan original Pembanding
cookies dengan tingkat kemaknaan < 0,05 dan tingkat Sebelum 26,36 5,663 1,034 0,000 30
kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang
Setelah 37,16 4,720 0,861 0,000 30
berarti ada perbedaan rata-rata berat badan sebelum
dan setelah pemberian cookies plasebo pada anak gizi
kurang. Sehingga untuk lebih melihat tingkat Tabel 16 menunjukkan bahwa rata-rata asupan
pengaruh pemberian clarhiz cookies dengan original protein sebelum intervensi pada kelompok perlakuan
cookies terhadap perubahan berat badan maka peneliti yang mendapatkan clrahiz cookies 30,34 g dengan
melanjutkan uji t-independent. nilai standar deviasi 6,916. Sedangkan setelah
Perbedaan Rata-rata Asupan Energi Sebelum dan intervensi rata-rata asupan protein 38,22 g dengan
Setelah Intervensi nilai standar deviasi 4,993. Hasil uji stastistik t–test
Tabel 15. Perbedaan Rata-rata Asupan Energi dependent pada kelompok perlakuan yang
Sebelum dan Setelah Intervensi mendapatkan clrahiz cookies dengan tingkat
Asupan Mean SD SE p N kemaknaan < 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%
Energi value diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti ada
Kelompok perbedaan rata-rata asupan protein sebelum dan
Perlakuan
Sebelum 1076,21 211,230 38,565 0,000 30 setelah intervensi.
Pada kelompok perlakuan yang mendapatkan
Setelah 1499,75 124,604 22,749 0,000 30
original cookies rata-rata asupan protein sebelum
Kelompok intervensi 26,36 g dengan nilai standar deviasi 5,663.
Pembanding

Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021


Sedangkan setelah intervensi rata-rata asupan protein Pembanding
Sebelum 160,42 26,063 4,758 0,000 30
37,16 g dengan nilai standar deviasi 4,720. Hasil uji
stastistik t–test dependent pada kelompok perlakuan Setelah 226,84 25,590 4,672 0,000 30
yang mendapatkan original cookies dengan tingkat
kemaknaan < 0,05 dan tingkat kepercayaan 95% Tabel 18 menunjukkan bahwa rata-rata asupan
diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti ada karbohidrat sebelum intervensi pada kelompok
perbedaan rata-rata asupan protein sebelum dan perlakuan yang mendapatkan clarhiz cookies 153,45 g
setelah intervensi. dengan nilai standar deviasi 30,714. Sedangkan
setelah intervensi rata-rata asupan karbohidrat 227,87
g dengan nilai standar deviasi 20,286. Hasil uji
Perbedaan Rata-rata Asupan Lemak Sebelum dan stastistik t–test dependent pada kelompok perlakuan
Setelah Intervensi yang mendapatkan clarhiz cookies dengan tingkat
Tabel 17. Perbedaan Rata-rata Asupan Lemak kemaknaan < 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%
diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti ada
Sebelum dan Setelah Intervensi perbedaan rata-rata asupan karbohidrat sebelum dan
Asupan Me SD SE p N
Lemak an value setelah intervensi.
Kelompok Pada kelompok perlakuan yang mendapatkan
Perlakuan original cookies rata-rata asupan karbohidrat sebelum
Sebelum 32,19 9,774 1,784 0,000 30
intervensi 160,42 g dengan nilai standar deviasi
Setelah 45,76 6,018 1,098 0,000 30
26,063. Sedangkan setelah intervensi rata-rata asupan
Kelompok karbohidrat 226,84 g dengan nilai standar deviasi
Pembanding
Sebelum 28,65 8,587 1,567 0,000 30 25,590. Hasil uji stastistik t–test dependent pada
kelompok perlakuan yang mendapatkan original
Setelah 44,62 7,096 1,295 0,000 30 cookies dengan tingkat kemaknaan < 0,05 dan tingkat
kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang
Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata asupan berarti ada perbedaan rata-rata asupan karbohidrat
lemak sebelum intervensi pada kelompok perlakuan sebelum dan setelah intervensi.
yang mendapatkan clrahiz cookies 33,19 g dengan
nilai standar deviasi 9,774. Sedangkan setelah Pengaruh Pemberian Clarhiz Cookies dengan
intervensi rata-rata asupan lemak 45,76 g dengan nilai original cookies terhadap Kenaikan Berat Badan
standar deviasi 6,018. Hasil uji stastistik t–test Hasil rata-rata berat badan dari 60 responden dari
dependent pada kelompok perlakuan yang kedua kelompok perlakuan menggunakan uji t-
mendapatkan clrahiz cookies dengan tingkat independent dapat dilihat dari tabel berikut:
kemaknaan < 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%
diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti ada Tabel 19. Rata-Rata Selisih Berat Badan
perbedaan rata-rata asupan lemak sebelum dan setelah
Kelompok Mean SD SE p value N
intervensi.
Pada kelompok perlakuan yang mendapatkan Perlakuan 0,62 0,249 0,045 0,000 30
clarhiz cookies rata-rata asupan lemak sebelum
intervensi 28,65 g dengan nilai standar deviasi 8,587. Pembanding 0,18 0,171 0,031 0,000 30
Sedangkan setelah intervensi rata-rata asupan lemak
44,62 g dengan nilai standar deviasi 7,096. Hasil uji
stastistik t–test dependent pada kelompok perlakuan Tabel 19 menunjukkan bahwa rata-rata selisih
kenaikkan berat badan sebelum dan setelah intervensi
yang mendapatkan original cookies dengan tingkat
kemaknaan < 0,05 dan tingkat kepercayaan 95% pada kelompok perlakuan yang mendapatkan clrahiz
cookies sebesar 0,62 kg dengan nilai standar deviasi
diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti ada
perbedaan rata-rata asupan lemak sebelum dan setelah 0,249. Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
mendapatkan original cookies diperoleh rata-rata
intervensi.
selisih kenaikkan berat badan sebesar 0,18 kg dengan
nilai standar deviasi 0,171. hasil uji statistik (Uji t-
Perbedaan Rata-rata Asupan Karbohidrat
Sebelum dan Setelah Intervensi Independent) terdapat p value <0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
Tabel 18. Perbedaan Rata-rata Asupan
terhadap perubahan berat badan pada kedua kelompok
Karbohidrat Sebelum dan Setelah Intervensi perlakuan tersebut.
Asupan Mean SD SE p N
Karbohidrat value
Kelompok Discussion
Perlakuan (Pembahasan)
Sebelum 153,45 30,714 5,607 0,000 30
Setelah 227,87 20,286 3,703 0,000 30
Kelompok Daya Terima Clarhiz Cookies

Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021


Tekstur Kandungan energi pada Clarhiz Cookies adalah
Hasil uji daya terima terhadap tekstur diketahui sebesar 379,29 Kkal per 100 g. Berdasarkan hasil
bahwa formula yang paling banyak disukai panelis pengujian tersebut bahwa nilai energi pada sampel
adalah formula 3 dengan rata-rata 3,7 yaitu sebanyak Clarhiz Cookies terpilih belum memenuhi standar
8 (26,7%) panelis memberi nilai 3 (agak suka) dan mutu kadar energi cookies (SNI 01-2973-1992).
sebanyak 22 (73,3%) panelis memberi nilai 4 (suka).
Dari hasil uji friedman didapat rata-rata skor rangking Protein
1,63-2,35 dengan nilai p=0,003 artinya ada perbedaan Protein yang terdapat dalam Clarhiz Cookies ini
yang signifikan terhadap tekstur clarhiz cookies sebesar 27,04 g/100g. Berdasarkan hasil pengujian
terhadap daya terima tekstur dengan bahan pangan tersebut bahwa nilai protein pada sampel Clarhiz
tepung ikan lele dan tepung tempe. Cookies terpilih lebih tinggi dari standar mutu kadar
protein cookies (SNI 01-2973-1992). Tingginya kadar
Rasa protein pada cookies ini disebabkan bahan pangan
Rasa merupakan faktor penentu daya terima yang digunakan yaitu tepung ikan lele dan tepung
konsumen terhadap produk pangan yang dibuat. Dari tempe. Semakin banyak tepung ikan lele dan tepung
hasil uji daya terima terhadap rasa diketahui bahwa tempe maka semakin tinggi pula kadar protein.
formula yang paling banyak disukai panelis adalah
Formula 3 dengan rata-rata 4,2 yaitu sebanyak 2 Lemak
(6,7%) panelis memberi nilai 3 (agak suka), 18 Lemak yang terdapat dalam Clarhiz Cookies ini
(60,0%) panelis memberi nilai 4 (suka), dan 10 sebesar 15,45 g/100g. Berdasarkan hasil pengujian
(33,3%) panelis memberi nila 5 (sangat suka). Hasil tersebut bahwa nilai lemak pada sampel Clarhiz
uji friedman didapat rata-rata skor rangking 1,48-2,70 Cookies terpilih lebih tinggi dari standar mutu kadar
dengan nilai p=0,000 artinya ada perbedaan yang lemak cookies (SNI 01-2973-1992).
signifikan terhadap rasa clarhiz cookies. Hasil Uji
friedman formula dengan skor rangking tertinggi Karbohidrat
adalah formula 3 dengan nilai 2,70. Hal ini
Karbohidrat merupakan sumber zat gizi dan di
dikarenakan Semakin tinggi penambahan tepung
Indonesia sumber karbohidrat terutama beras menjadi
tempe maka cookies yang dihasilkan lebih berasa
makanan pokok. Fungsi utama dari karbohidrat adalah
tempe, begitu pula sebaliknya semakin tinggi
sebagai sumber energi, dimana dalam 1 g karbohidrat
penambahan tepung ikan lele maka rasa tempe yang
menghasilkan 4 Kkal (Sari dkk., 2020). Dari hasil uji
dihasilkan akan semakin berkurang.
laboratorium, kandungan karbohidrat pada 100 g
Clarhiz Cookies sebesar 33,02 g belum memenuhi
Warna
standar mutu kadar karbohidrat cookies (SNI 01-
Hasil uji daya terima terhadap warna diketahui 2973-1992).
bahwa formula yang paling banyak disukai panelis
adalah formula 2 dengan rata-rata 3,6 yaitu sebanyak Rata-Rata Berat Badan Sebelum dan Setelah
1 (3,3%) panelis memberi nilai 1 (tidak suka), 17
Intervensi
(56,7%) panelis memberi nilai 3 (agak suka), 9
(30,0%) panelis meberi nilai 4 (suka) dan 3 (10,0%) Berat badan sebelum intervensi pada kelompok
panelis memberi nilai 5 (sangat suka). Hasil uji perlakuan yang mendapatkan clarhiz cookies
friedman didapat rata-rata skor rangking 1,85-2,02 diperoleh rata-rata 20,22 kg sedangkan untuk berat
dengan nilai p=0,378 artinya tidak ada perbedaan badan pada kelompok perlakuan yang mendapatkan
yang signifikan terhadap warna clarhiz cookies. Hasil original cookies diperoleh rata-rata 21,29 kg. Berat
uji friedman formula dengan skor rangking tertinggi badan setelah intervensi pada kelompok perlakuan
adalah formula 2 dengan nilai 2,13. yang mendapatkan clarhiz cookies diperoleh rata-rata
20,83 kg sedangkan pada kelompok perlakuan yang
Aroma mendapatkan original cookies 21,48 kg. Walaupun
Hasil uji daya terima terhadap aroma diketahui pada kedua kelompok sama-sama terjadi peningkatan
bahwa formula yang paling banyak disukai panelis berat badan, namun pada kelompok perlakuan yang
adalah formula 3 dengan rata-rata 3,8 yaitu sebanyak mendapatkan clarhiz cookies terjadi peningkatan yang
8 (26,7%) panelis memberi nilai 3 (agak suka), 19 lebih signifikan dibandingkan dengan kelompok
(63,3%) panelis memberi nilai 4 (suka), dan 3 perlakuan yang mendapatkan original cookies.
(10,0%) panelis memberi nila 5 (sangat suka). Hasil Perbedaan rata-rata kenaikan berat badan sebelum
uji friedman didapat rata-rata skor rangking 1,45-2,32 dan sesudah pemberian clarhiz cookies pada
dengan nilai p=0,000 artinya ada perbedaan yang kelompok perlakuan diperoleh rata-rata kenaikan 0,62
signifikan terhadap aroma clarhiz cookies. kg dan pada kelompok perlakuan yang mendapatkan
original cookies diperoleh rata-rata kenaikan 0,18 kg.
Nilai Gizi Clarhiz Cookies Adanya perbedaan nilai rata-rata selisih kenaikan
Energi berat badan antara kelompok perlakuan yang

Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021


mendapatkan clarhiz cookies dan kelompok Pemberian 80 g clarhiz cookies dapat
perlakuan yang mendapatkan original cookies menyumbangkan energi sebesar 18,38% bagi anak
dikarenakan adanya peningkatan asupan energi, usia 7-9 tahun dan sebesar 15,5% bagi anak usia 10-
protein, lemak maupun karbohidrat yang lebih 11 tahun dari angka kecukupan energi anak.
signifikan pada kelompok perlakuan yang Sedangkan Pemberian 80 gram original cookies dapat
mendapatkan original cookies. menyumbangkan energi sebesar 16,6% bagi anak usia
7-9 tahun dan sebesar 14,07% bagi anak usia 10-11
Rata-Rata Asupan Zat Gizi Energi, Protein, tahun dari angka kecukupan energi anak.
Lemak, dan Karbohidrat
Asupan Energi Asupan Protein
Rata-rata asupan energi sebelum intervensi pada Rata-rata asupan protein sebelum intervensi pada
kelompok perlakuan yang mendapatkan clarhiz kelompok perlakuan 30,34 g (62,7%) dengan standar
cookies 1076,21 Kkal (58,1%) dengan standar deviasi deviasi 6,916. Sedangkan setelah intervensi rata-rata
211,230. Sedangkan setelah intervensi rata-rata asupan protein 38,22 (79%) dengan standar deviasi
asupan energi 1499,75 Kkal (81%) dengan standar 4,993. Hasil uji statistika (uji-t-dependent) pada
deviasi 124,604. Hasil uji statistika (uji-t-dependent) kelompok perlakuan mendapatkan nilai p-value 0,000
pada kelompok perlakuan yang mendapatkan clarhiz berarti α < 5% terlihat ada perbedaan rata-rata asupan
cookies mendapatkan nilai p-value 0,000 berarti α < protein sebelum dan setelah intervensi. Rata-rata
5% terlihat ada perbedaan rata-rata asupan energi asupan protein sebelum intervensi pada kelompok
sebelum dan setelah intervensi. pembanding 26,36 g (54,5%) dengan standar deviasi
Rata-rata asupan energi sebelum intervensi pada 5,663. Sedangkan setelah intervensi rata-rata asupan
kelompok perlakuan yang mendapatkan original protein 37,16 (76,8%) dengan standar deviasi 4,720.
cookies 1118,02 Kkal (60,4%) dengan standar deviasi Hasil uji statistika (uji-t-dependent) pada kelompok
182,867. Sedangkan setelah intervensi rata-rata pembanding mendapatkan nilai p-value 0,000 berarti
asupan energi 1448,47 Kkal (78,2%) dengan standar α < 5% terlihat ada perbedaan rata-rata asupan protein
deviasi 162,733. Hasil uji statistika (uji-t-dependent) sebelum dan setelah intervensi. Walaupun, mengalami
pada kelompok perlakuan yang mendapatkan original peningkatan asupan protein tersebut masih dikatakan
cookies mendapatkan nilai p-value 0,000 berarti α < kurang. Hal ini dapat disebabkan masih rendahnya
5% terlihat ada perbedaan rata-rata asupan energi konsumsi protein hewani maupun protein nabati yang
sebelum dan setelah intervensi. Peningkatan asupan dikonsumsi atau kurangnya konsumsi makanan
energi tersebut sudah termasuk baik dengan sumber protein serta dikonsumsi dalam porsi kecil.
kebutuhan energi harian anak. Adapun hasil penelitian Febie (2010) pada 62
Asupan energi dikatakan seimbang apabila orang responden anak laki-laki mendapatkan asupan
pemakaian energi sama atau setara dengan asupan protein rata-rata 42,16 g. Sedangkan pada 52
energi (Ubro et dkk., 2018) . Penelitian (Shukla dkk, responden anak perempuan memiliki rata-rata asupan
2016) menyatakan bahwa konsumsi energi yang tidak 41,07 g. Hal ini dapat terjadi kerena adanya bias pada
memadai di bawah 80% dari kebutuhan minimum hasil recall. Pada penelitian ini dilakukan uji regresi
adalah berisiko 3,6 kali lebih besar menderita wasting linear berganda menunjukkan asupan protein
dibandingkan dengan konsumsi normal. berpengaruh terhadap peningkatan berat badan
Berdasarkan hasil penelitian Hidayati (2007), dengan nilai p-value 0,580 > 0,05.
menunjukkan tingkat konsumsi baik mikronutrient Menurut Almatsier, (2009) Protein merupakan
maupun makronutrient pada anak sekolah dasar masih suatu zat yang sangat penting bagi tubuh, karena zat
rendah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Febie ini berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
(2010), dari 62 orang responden laki-laki berfungsi sebagai zat pengatur dan pembangun.
mendapatkan asupan energi rata-rata 1159,3 Kkal Fungsi protein sebagai zat pembangun yaitu bahan
sedangkan, untuk rata-rata asupan energi pada 52 pembentuk jaringan baru yang terjadi di dalam tubuh.
responden perempuan yaitu 1138,4 Kkal. Menurut Sedangkan, menurut Hardiansyah, (2012) kebutuhan
Katsilambros (2014) Energi dikatakan seimbang jika protein per kilogram berat badan pada anak termasuk
pemakaian energi setara dengan asupan energi, jadi tinggi dikarenakan pertumbuhannya yang sangat
diperlukan keseimbangan antara asupan energi cepat, dan akan berkurang seiring bertambahnya usia.
dengan kebutuhan energi. Protein dikatakan adekuat jika mengandung semua
Semakin banyak energi yang dikonsumsi dari asam amino esensial dalam jumlah yang cukup, serta
kebutuhan, jika tidak digunakan akan disimpan dan dapat dicerna dan diserap dalam tubuh.
akan terjadi kenaikan berat badan (Ferlina dkk, 2020). Protein yang terkandung dalam ketiga formulasi
Bila asupan energi rendah maka cadangan energi yang cookies lebih rendah dibandingkan protein yang
tersimpan didalam tubuh akan kekuras dan berakibat terkandung dalam tepung tempe per 100 g yakni 46,5
pada penurunan berat badan dan menurunkan status g protein. Hal ini disebabkan karena terjadinya
gizi menjadi kurus (wasting) (Anggreani, 2018). kerusakan protein akibat reaksi maillard yang terjadi
selama proses pembuatan cookies. Reaksi maillard

Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021


menyebabkan pembebasan gugus amin protein yang memberikan pengaruh pada tekstur sehingga cookies
berarti jumlah amin yang tertukar pada analisis yang dihasilkan lebih lembut dan lemak dapat
proksimat juga berkurang (Sundari dkk, 2015). memperbaiki struktur fisik seperti pengembangan,
Pengolahan bahan pangan sangat mempengaruhi kelembutan tekstur, dan aroma. Menurut Lingga
kerusakan yang terjadi pada protein. Semakin tinggi (2012), margarin terdapat dalam bentuk terikat
suhu dan semakin lama waktu pengolahan maka sebagai lipoprotein, dimana apabila margarin
semakin tinggi kerusakan protein yang terjadi pada ditambahkan pada adonan, maka adonan tersebut akan
bahan pangan tersebut (Sundari dkk, 2015). mempunyai kadar lemak yang tinggi juga.
Pemberian 80 g clarhiz cookies dapat Pemberian 80 g clarhiz cookies dapat
menyumbangkan protein sebesar 54,07% bagi anak menyumbangkan lemak sebesar 22,47% bagi anak
usia 7-9 tahun dan sebesar 43,26% bagi anak usia 10- usia 7-9 tahun dan sebesar 20,92% bagi anak usia 10-
11 tahun dari angka kecukupan protein anak. 11 tahun dari angka kecukupan lemak anak.
Sedangkan pemberian 80 g original cookies dapat Sedangkan pemberian 80 g original cookies dapat
menyumbangkan protein sebesar 30% bagi anak usia menyumbangkan lemak sebesar 22,47% bagi anak
7-9 tahun dan sebesar 24% bagi anak usia 10-11 tahun usia 7-9 tahun dan sebesar 20,92% bagi anak usia 10-
dari angka kecukupan protein anak. 11 tahun dari angka kecukupan lemak anak.

Asupan Lemak Asupan Karbohidrat


Rata-rata asupan lemak sebelum intervensi pada Rata-rata asupan karbohidrat sebelum intervensi
kelompok perlakuan 32,19 g (52,2%) dengan standar pada kelompok perlakuan 153,45 g (55,4%) dengan
deviasi 9,774. Sedangkan setelah intervensi rata-rata standar deviasi 30,714. Sedangkan setelah intervensi
asupan lemak 45,76 (74,2%) dengan standar deviasi rata-rata asupan karbohidrat 227,87 (82,3%) dengan
6,018. Hasil uji statistika (uji-t-dependent) pada standar deviasi 20,286. Hasil uji statistika (uji-t-
kelompok perlakuan mendapatkan nilai p-value 0,000 dependent) pada kelompok perlakuan mendapatkan
berarti α < 5% terlihat ada perbedaan rata-rata asupan nilai p-value 0,000 berarti α < 5% terlihat ada
lemak sebelum dan setelah intervensi. Rata-rata perbedaan rata-rata asupan karbohidrat sebelum dan
asupan lemak sebelum intervensi pada kelompok setelah intervensi. Rata-rata asupan karbohidrat
pembanding 28,65 g (46,4%) dengan standar deviasi sebelum intervensi pada kelompok pembanding
1,567. Sedangkan setelah intervensi rata-rata asupan 160,42 g (57,9%) dengan standar deviasi 26,063.
protein 44,62 (72,3%) dengan standar deviasi 7,096. Sedangkan setelah intervensi rata-rata asupan
Hasil uji statistika (uji-t-dependent) pada kelompok karbohidrat 226,84 g (82%) dengan standar deviasi
pembanding mendapatkan nilai p-value 0,000 berarti 25,590. Hasil uji statistika (uji-t-dependent) pada
α < 5% terlihat ada perbedaan rata-rata asupan lemak kelompok pembanding mendapatkan nilai p-value
sebelum dan setelah intervensi. Walaupun mengalami 0,000 berarti α < 5% terlihat ada perbedaan rata-rata
peningkatan asupan lemak tersebut masih dikatakan asupan karbohidrat sebelum dan setelah intervensi.
kurang dengan kebutuhan lemak harian anak. Peningkatan asupan karbohidrat tersebut dapat
Penelitian Soedarsono & Sumarmi (2021) tingkat dikatakan baik dengan kebutuhan karbohidrat harian
asupan lemak dengan kejadian wasting diperoleh p- anak.
value sebesar 0,259 (p>0,05) yang menunjukkan tidak Penelitian Erika dkk (2020) bahwa tidak ada
ada hubungan yang signifikan asupan lemak dengan pengaruh asupan karbohidrat dengan kejadian wasting
kejadian wasting. dengan niai p-value 0,065.
Saat tubuh kekurangan lemak, persediaan lemak Masih rendahnya konsumsi karbohidrat
akan kurang sehingga tubuh menjadi kurus. Terjadi dikarenakan kurangnya konsumsi makanan sumber
pula kekurangan asam lemak essensial, yaitu asam karbohidrat, serta responden lebih sering membeli
lemak linoleat dan linolenat. Kekurangan linoleat jajanan ringan di sekolah maupun dirumah.
menyebabkan pertumbuhan menurun, kegagalan Karbohidrat merupakan sumber energi dasar agar otot
reproduktif, perubahan struktur kulit dan rambut. tetap bekerja. Karena karbohidrat penting untuk
Kekurangan asam lemak omega 3 menyebabkan kontraksi otot maka karbohidrat sebaiknya
penurunan kemampuan belajar (Helmi, 2013). Ketika dikonsumsi 60-70% dari total energi (Hastuti, 2009).
asupan makanan tidak memenuhi kebutuhan energi, Ketidak seimbangan konsumsi karbohidrat beresiko
tubuh akan menggunakan lemak di jaringan adiposa menyebabkan masalah kesehatan terutama pada usia
untuk menghasilkan energi. Apabila hal tersebut anak-anak (Hardiansyah, 2012).
berlangsung secara berulang-ulang, berat badan anak Pemberian 80 g clarhiz cookies dapat
akan semakin berkurang (D. S. Putri & Wahyono, menyumbangkan karbohidrat sebesar 10,56% bagi
2013). anak usia 7-9 tahun dan sebesar 8,83% bagi anak usia
Menurut pendapat Lopulalan (2013) yang 10-11 tahun dari angka kecukupan lemak anak.
menyatakan bahwa kadar lemak dalam cookies lebih Sedangkan pemberian 80 g original cookies dapat
banyak disumbangkan oleh margarin dan kuning menyumbangkan karbohidrat sebesar 16,96% bagi
telur. Lemak berfungsi sebagai shortening dan anak usia 7-9 tahun dan sebesar 14,13% bagi anak

Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021


usia 10-11 tahun dari angka kecukupan lemak anak. cookies dan original cookies agar mendapatkan hasil
yang akurat. Sehingga dalam 1 hari pemberian clarhiz
Perbedaan Rata-rata Kenaikan Berat Badan cookies dapat membantu peningkatan kebutuhan
Sebelum dan Setelah Diberikan Clarhiz Cookies sebesar 23% energi, protein 17%, lemak 22%, dan
dengan Original Cookies karbohidrat 27%. Sedangkan pada original cookies
dapat membantu peningkatan energi 17%, protein
Data berat badan sebelum dan sesudah intervensi
10%, lemak 15% dan karbohidrat 18% dari total
didapat dengan cara mengukur berat badan responden
kebutuhan dalam 1 hari. Hal diatas juga dapat
menggunakan timbangan injak digital dengan
dibuktikan dengan hasil uji statistik (uji t-
ketelitian 0,1 kg. Pengukuran sebelum intervensi
independent) terdapat p-value α <0,05 yaitu p-value
dilakukan sebelum pemberian, sedangkan pengukuran
0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
setelah intervensi dilakukan setelah selesai pemberian
perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan berat
clarhiz cookies. Hasil data menunjukkan rata-rata
badan pada kedua kelompok perlakuan yang
berat badan sebelum intervensi yaitu 20,22 kg dengan
disebabkan oleh adanya pemberian cookies yang
standar deviasi 2,69 dan berat badan sesudah
berbeda pada anak sekolah wasting dengan selisih
pemberian clarhiz cookies 20,83 kg dengan standar
pada kelompok perlakuan yang mendapatkan clarhiz
deviasi 2,71. Rata-rata kenaikan berat badan sebelum
cookies 0,62 kg dan selisih kelompok perlakuan yang
dan sesudah pemberian terdapat peningkatan sebesar
mendapatkan orginal cookies 0,18 kg.
0,62 kg. Hasil uji statistika (uji-t-dependent) pada
Hasil penelitian Yustiardi (2010) tentang pengaruh
kelompok perlakuan yang mendapatkan clarhiz
suplementasi tempe sebagai sumber protein terhadap
cookies mendapatkan nilai p-value 0,000 dan
kadar hemoglobin dan berat badan anak usia sekolah
kelompok perlakuan yang mendapatkan original
dasar di Taman Asuhan Anak Yatim dan Dhuafa
cookies mendapatkan nilai p-value 0,000 berarti α <
Miftahul Jannah Kota Bogor menunjukkan bahwan
5% terlihat ada perbedaan rata-rata berat badan
suplementasi tempe mampu meningkatkan berat
sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok
badan anak, pada kelompok I tercatat meningkat 0,69
perlakuan tersebut.
kg sedangkan pada kelompok II meningkat 0,28 kg
Penelitian ini sejalan dengan Purba (2018), yang
dan pemberian suplemetasi tempe berpengaruh pada
mendapatkan hasil bahwa hasil p=0,001 yang berarti
berat badan siswa sekolah dasar pada kelompok I
ada pengaruh pemberian makanan tambahan berbahan
dengan nilai p value 0,001 dan pada kelompok II
ikan tamban terhadap peningkatan berat badan pada
dengan nilai p value 0,041.
siswa dengan kenaikan berat badan mencapai sebesar
Hasil penelitian Munawaroh (2020) tentang
0,48 kg. Berat badan adalah parameter yang sangat
pengaruh pemberian siomay ikan lele wortel terhadap
labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan
berat badan siswa sekolah dasar status gizi kurang di
kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi
Wilayah Kerja Puskesmas Cibeureum menunjukkan
dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan
bahwa berat badan sebelum dan setelah diberi siomay
berkembang mengikuti pertambahan umur.
ikan lele wortel selama 12 hari berturut-turut terdapat
Dalam keadaan abnormal perkembangan berat
peningkatan rata-rata berat badan sebesar 0,55 kg
badan dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari
dengan nilai p value 0,000.
keadaan normal (Husnita dkk., 2021). Dampak
Hasil penelitian Erdiana dkk (2019) tentang
wasting pada anak dapat menurunkan kecerdasan,
pengaruh pemberian cookies pelangi ikan gaguk (arius
produktifitas, kreatifitas, dan menyebabkan
thalassinus) terhadap perubahan berat badan anak
terganggunya perkembangan anak sehingga bisa
PAUD IT Iqra Kota Bengkulu menunjukkan bahwa
menyebabkan keterlambatan perkembangan
terdapat perubahan yang signifikan berat badan anak
(Rochmawati dkk., 2013). Masalah yang akan terjadi
PAUD setelah dilakukan intervensi pemberian
tidak hanya keterlambatan perkembangan pada balita
cookies pelangi ikan gaguk 30 g/ 3 keping/ hari
kategori gizi kurang, gizi kurang merupakan salah
selama 4 minggu (27 hari) dengan rata-rata
satu masalah kesehatan yang berkontribusi terhadap
sumbangan energi harian cookies sebesar 120 Kkal
rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
dan rata-rata kenaikan berat badan anak sekitar 0,928
(Hasyim dkk., 2021). Untuk lebih melihat tingkat
kg dengan nilai p value 0,001.
pengaruh pemberian clarhiz cookies terhadap
Hasil penelitian Muslimah, dkk (2019) tentang
peningkatan berat badan maka peneliti melanjutkan
peranan pemberian cookies kedelai mocaf terhadap
dengan uji t- independent.
peningkatan berat badan balita gizi kurang
menunjukkan bahwa berat badan sebelum dan setelah
diberi cookies selama 14 hari berturut-turut yang diuji
dengan uji t-dependent, hasil penelitian menunjukkan
Pengaruh Pemberian Clarhiz Cookies terhadap
terjadi peningkatan berat badan sebesar 0,33 kg
Perubahan Berat Badan
Pada saat penelitian, peneliti memantau kedua Conclusion
kelompok perlakuan untuk menghabiskan clarhiz (Simpulan)

Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021


Berat Badan Anak PAUD IT IQRA Kota
Hasil uji daya terima berdasarkan kriteria rasa, bengkulu. Poltekkes Kemenkes Bengkulu. 2019.
warna, aroma dan tekstur sebagian besar panelis 3. Fatkurahman, R., Atmaka, W., dan Basito.
menyukai formula 3. Karakteristik Sensori dan Sifat Fisikokimia
Hasil analisis proksimat clarhiz cookies dari Cookies Dengan Substitusi Bekatul Beras Hitam
formulasi terpilih yaitu F3 dengan kandungan energi (Oryza sativa L.) dan Tepung Jagung (Zea mays
379,29 Kkal, protein 27,04 g, lemak 15,45 g dan L.). Jurnal Teknosains Pangan 1 ( 1) : 48-57.
karbohidrat 33,02 g. Universitas Sebelas Maret. 2012.
Rata-rata berat badan sebelum intervensi pada 4. Helmi, R. Faktor-faktor yang berhubungan
kelompok perlakuan yang mendapatkan clarhiz dengan status gizi pada balita di wilayah kerja
cookies yaitu 20,22 kg kg menjadi 20,83 kg setelah Puskesmas Margototo. Jurnal Kesehatan, IV(1),
intervensi. Sedangkan pada kelompok pembanding 233–242. Poltekkes Tanjung Karang. 2013.
yang mendapatkan original cookies berat badan 5. Husnita, E., Yenni, W. G., & Silvia. Pengaruh
sebelum intervensi yaitu 21,29 kg menjadi 21,48 kg Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
setelah intervensi. (PMT-P) Inovasi Berbasis Kurma,
Ada perbedaan rata-rata kenaikan berat badan Habbatussauda Dan 74 74 Zaitun Terhadap
sebelum dan setelah pemberian clarhiz cookies Kenaikan Berat Badan Balita Wasting. Jurnal
dengan original cookies pada kelompok perlakuan Human Care, 6(3), 670–677. Universitas Fort De
dan pembanding. Kock. Bukit Tinggi. 2021.
Rata-rata asupan energi, protein, lemak, dan 6. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar
karbohidrat sebelum perlakuan pada kelompok
(RISKESDAS). Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
perlakuan dan pembanding termasuk kategori kurang
(<80% dari AKG). dan setelah intervensi pada 2013.
kelompok perlakuan dan pembanding rata-rata asupan 7. Kemenkes RI. Buku Saku Pemantauan Status
energi, protein dan karbohidrat kategori baik (80- Gizi (PSG). 2017.
110% dari AKG). 8. Kemenkes RI. Tabel Komposisi Pangan
Ada perbedaan rata-rata asupan energi, protein, Indonesia. 2017.
lemak dan karbohidrat sebelum dan setelah pemberian 9. Munawaroh dan Dzakiyyah, S. Pengaruh
clarhiz cookies dengan original cookies pada Pemberian Siomay Ikan Lele Wortel Terhadap
kelompok perlakuan dan pembanding. Berat Badan Siswa Sekolah Dasar Status Gizi
Ada pengaruh perbedaan pemberian clarhiz Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas
cookies dengan original cookies terhadap perubahan Cibeureum. Politeknik Kesehatan Kemenkes
berat badan anak gizi kurang pada siswa sekolah
Bandung : Program Studi Gizi dan Dietetika
dasar.
Program Sarjana Terapan. 2020.
Recommendations 10. Soedarsono, A. M., & Sumarmi, S. Faktor yang
(Saran) Mempengaruhi Kejadian Wasting pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya.
Diharapkan penelitian ini dapat menambah dan Media Gizi Kesmas, 10(2), 237. Universitas
mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan di Airlangga. 2021.
bidang gizi dalam memberikan produk clarhiz cookies
dan bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan lebih
lanjut untuk melihat perubahan status gizi anak
kurang dengan pemberian clarhiz cookies dalam
waktu yang lebih lama sehingga pengaruhnya lebih
terlihat pada perubahan status gizi anak anak gizi
kurang.

References
(Daftar Pustaka)

1. Erika, Sari, Y., & Hajrah, W. O. Analisis


Kejadian Wasting pada Balita Usia 6-59 Bulan.
Jurnal Bidan Cerdas, 2(3), 154–162. Polttekes
Palu. 2020.
2. Erdiana, L., Krisnasary, A., Simanjuntak, Y.B.
Pengaruh Pemberian Cookies Pelangi Ikan
Gaguk (Arius thalassinus) Terhadap Perubahan

Copyright @2021; Jurnal Riset Gizi, Vol.X No.X 2021

Anda mungkin juga menyukai