Anda di halaman 1dari 6

Tugas KMB

NAMA: Hikmatul Aropah

NIM: P07120419048

Pertanyaan:

1. Seorang penderita gagal ginjal kan dibatasi minumnya, apakah beresiko dehidrasi atau tidak?
(Qorin)
2. Berapa kali penderita GGA dan GGK melakukan dialisis? (Zur)
3. Jelaskan setiap pengkajian GGA dan GGK! (Nurul)

Jawaban:

1. Tidak, karena seorang penderita gagal ginjal tidak bisa mengeluarkan urinenya jadi seorang
penderita gagal ginjal tidak boleh terlalu banyak minum dan tidak boleh kurang minum.
Usahakan seorang penderita gagal ginjal minum dengan pas kebutuhan tubuhnya
2. Dialisis adalah cuci darah,metodenya ada 2 yaitu hemodialysis dan dialysis peritoneal
Penderita GGA bisa menggunakan 2 metode yaitu hemodialysis 4 jam per sesi seminggu 3 sesi,
sedangkan dialisis peritoneal dilakukan 4 kali sehari memakan waktu 30 menit
Penderita GGK melakukan cuci darah berlangsung 3-4 jam dan dilakukan 2-3 kali seminggu
3. -Pengkajian GGK
Fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita gagal ginjal kronik menurut Doeges
(2000), dan Smeltzer dan Bare (2002) ada berbagai macam, meliputi :
a. Demografi Lingkungan yang tercemar, sumber air tinggi kalsium beresiko untuk gagal ginjal
kronik, kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis kelamin lebih banyak perempuan,
kebanyakan ras kulit hitam.
b. Riwayat penyakit dahulu Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, vaskuler
hipertensif, gangguan saluran penyambung, gangguan kongenital dan herediter, penyakit
metabolik, nefropati toksik dan neropati obstruktif.
c. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit metabolik,
riwayat menderita penyakit gagal ginjal kronik.
d. Pola kesehatan fungsional
1) Pemeliharaan kesehatan Personal hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi makanan tinggi
kalsium, purin, oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum suplemen, kontrol tekanan darah dan
gula darah tidak teratur pada penderita tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.
2) Pola nutrisi dan metabolik Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia, intake cairan
inadekuat, peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), nyeri ulu
hati, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia), penggunanan diuretic, demam
karena sepsis dan dehidrasi.
3) Pola eliminasi Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen
kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.
4) Pola aktivitas dan latihan Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise, keterbatsan gerak sendi.
5) Pola istirahat dan tidur Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)
6) Pola persepsi sensori dan kognitif Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkah laku,
kedutan otot, perubahan tingkat kesadaran, nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki
(memburuk pada malam hari), perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, penglihatan kabur, kejang,
sindrom “kaki gelisah”, rasa kebas pada telapak kaki, kelemahan khusussnya ekstremitas bawah
(neuropati perifer), gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau.
7) Persepsi diri dan konsep diri Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian, kesulitan
menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran.
8) Pola reproduksi dan seksual Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi dan atropi
testikuler.
e. Pengkajian Fisik
1) Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.
2) Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.
3) Pengukuran antropometri : beratbadan menurun, lingkar lengan atas (LILA) menurun.
4) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah, disritmia, pernapasan
kusmaul, tidak teratur.
5) Kepala
a) Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur, edema periorbital.
b) Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
c) Hidung : pernapasan cuping hidung
d) Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia, mual,muntah serta cegukan,
peradangan gusi.
6) Leher : pembesaran vena leher.
7) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan kusmaul serta
krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub pericardial.
8) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
9) Genital : atropi testikuler, amenore.
10) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis, kelemahan pada
tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.
11) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau hiperpigmentasi,
gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema.
f. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik menurut Doenges
(2000) adalah :
1) Urine
a) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria).
b) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, pertikel
koloid, fosfat atau urat.
c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat)
d) Klirens kreatinin, mungkin menurun e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak
mampu mereabsobsi natrium. f) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus.
2) Darah
a) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya kurang dari 7-8 gr
b) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia.
c) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan
ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme prtein, bikarbonat
menurun, PaCO2 menurun.
d) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan seluler (asidosis) atau
pengeluaran jaringan)
e) Magnesium fosfat meningkat
f) Kalsium menurun
g) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan protein
melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau sintesa karena kurang asam amino
esensial.
h) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urin.
3) Pemeriksaan radiologik
a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan bladder/KUB): menunjukkan ukuran
ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi (batu).
b) Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler, masa
c) Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam ureter dan
retensi.
d) Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada
saluran perkemuhan bagian atas.
e) Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik, untuk menentukan seljaringan untuk
diagnosis hostologis.
f) Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelis ginjal (keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif).
g) Elektrokardiografi (EKG): mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa.
h) Fotokaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan, dapat menunjukkan demineralisasi,
kalsifikasi.
i) Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan posisi ginjal, ukuran dan bentuk
ginjal.
j) CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal (seperti penyebararn tumor).
k) Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mendeteksi struktur ginjal, luasnya lesi invasif
ginjal

-Pengkajian GGA
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita gagal ginjal kronik
menurut Prabowo (2014) dan Le Mone & Burke (2016) :
a. Anamnesa
1) Biodata Tidak ada spesifik khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-laki sering
memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat.
2) Keluhan utama Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang
menyertai. Keluhan bisa berupa urin output yang menurun dari oliguria- anuria, penurunan
kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi- ventilasi, anoreksia, mual dan muntah,
diaforesis, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus.
3) Riwayatkesehatan Keluhan anoreksia, mual, kenaikan berat badan, atau edema, penurunan
output urin, perubahan pola napas, perubahan fisiologis kulit dan bau urea pada napas.
4) Riwayat penyakit dahulu Kaji riwayat penyakit terdahulu seperti penyakit ISK, payah jantung,
penggunaan obat-obat berlebihan, diabetes melitus, hipertensi atau batu saluran kemih.
5) Riwayat kesehatan keluarga Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun,
sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun pencetus sekunder
seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis,
karena penyakit tersebut bersifat herediter.
6) Riwayat psikososial Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jka klien memiliki koping adaptif
yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan psikososial terjadi pada waktu
klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa.
7) Keadaan umum dan tanda-tandavital Kondisi klien gagal ginjal kronis biasanya lemah
(fatigue), tingkat kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan TTV sering
didapatkan RR meningkat (Tachypneu), hipertensi/hipotensi sesuai dengan kondisi.
8) Sistempernafasan Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi asidosis/alkalosis
respiratorik maka kondisi pernapasan akan mengalami patalogis gangguan. Pola napas akan
semakin cepat dan dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh mempertahankan ventilasi(Kusmaul)
9) Sistem hematologi Ditemukan adanya friction rub pada kondisi uremia berat. Selain itu,
biasanya terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT >3 detik, palpitasi jantung, chest pain,
dyspnue, gangguan irama jantung dan gangguan sirkulasi lainnya. Kondisi ini akan semakin
parah jika zat sisa metabolisme semakin tinggi dalam tubuh karena tidak efektif dalam
eksresinya. Selain itu, pada fisiologi darah sendiri sering ada gangguan anemia karena penurunan
eritropoetin.
10) Sistem neuromuskuler Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbic dan
sirkulasi cerebral terganggu. Oleh karena itu, penurunan kognitif dan terjadinya disorientasi akan
dialami klien gagal ginjal kronis.
11) Sistem kardiovaskuler Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal
kronis salah satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi diatas ambang kewajaran akan
mempengaruhi volume vaskuler. Stagnansi ini akan memicu retensi natrium dan air sehingga
akan meningkatkan bebanjantung.
12) Sistem endokrin Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal ginjal kronis akan
mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormon reproduksi. Selain itu, jika kondisi
gagal ginjal kronis berhubungan dengan penyakit diabetes militus, makan akan ada gangguan
dalam sekresi insulin yang berdampak pada prosesmetabolisme.
13) Sistem perkemihan Dengan gangguan/ kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi,
sekresi, reabsorbsi dan ekskresi), maka manifestasi yang paling menonjol adalah penurunan urin
output < 400 ml/hr bahkan sampai padaanuria
14) Sistem pencernaan Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit (stress
effect). Sering ditemukan anoreksia, mual, muntah dan diare.
15) Sistem muskuloskeletal Dengan penurunan/ kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka
berdampak pada proses demineralisasi tulang, sehingga resiko terjadinya osteoporosis tinggi.
b. Pemeriksaan fisik
1) Tanda- tanda vital :
tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah, disritmia, pernapasan kusmaul,
tidakteratur.
2) Kepala
 Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatankabur, edemaperiorbital.
 Rambut: rambut mudah rontok, tipis dankasar.
 Hidung : pernapasan cupinghidung
 Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia, mual,muntah serta cegukan,
peradangangusi.
3) Leher : pembesaran vena leher.
4) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan kusmaul serta
krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rubpericardial.
5) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
6) Genital : atropi testikuler,amenore.
7) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis, kelemahan pada
tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatanotot.
8) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau hiperpigmentasi,
gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema. Derajat edema: - Derajat I:
Kedalamannya 1-3 mm dengan waktu kembali 3 detik. - Derajat II: Kedalamannya 3-5 mm
dengan waktu kembali 5detik. - Derajat III: Kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali
7detik. - Derajat IV: Kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7detik.

Anda mungkin juga menyukai