Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN

HIPERTENSI

Disusun Oleh:
CHAERUL FAHMI
NIM: 02127011

AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA

JAKARTA 2024

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kesehatan jasmani maupun rohani sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Materi
Hipertensi”. Sholawat beriring salam tidak lupa pula kami sampaikan kepada
junjungan kami nabi besar Muhamad SAW, yang safaatnya selalu kita nanti-
nantikan di yaumul ahir nanti, aminn.

Prnulis juga berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah


Keperawatan Keluarga yang telah membimbing kami, sehingga kami dapat
mengetahui bagaimana penulisan makalah yang benar berikut dengan materi di
dalamanya, sehingga makalah dapat di selesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari, masih banyak kekurangan-kekurangan dalam segi


penulisan maupun materi makalah. Sehingga kelompok mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 9 Januari 2024

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................1

D. Manfaat........................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3

A. Konsep Dasar Keluarga..............................................................................3

1. Pengertian keluarga...................................................................................3

2. Tahap perkembangan keluarga..................................................................4

3. Keluarga sebagai sistem............................................................................6

4. Peran keluarga...........................................................................................7

5. Pelaksanaan keluarga sejahtera.................................................................7

6. Fungsi keluarga.........................................................................................9

7. Tipe keluarga.............................................................................................9

8. Karakteristik keluarga sebagai sistem.....................................................12

9. Struktur Keluarga....................................................................................13

10. Tugas keluarga.....................................................................................14

11. Pelaksanaan keluarga sejahtera............................................................14

B. Konsep Dasar Penyakit............................................................................15

1. Pengertian................................................................................................15

iii
2. Anatomi dan Fisiologi.............................................................................16

3. Etiologi....................................................................................................18

4. Patofisiologi.............................................................................................18

5. Tanda dan Gejala.....................................................................................20

6. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................20

7. Penatalaksanaan Medis............................................................................20

8. Patoflowdiagram.....................................................................................21

9. Komplikasi..............................................................................................22

A. Pengkajian.................................................................................................24

B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................28

C. Intervensi...................................................................................................30

D. Implementasi.............................................................................................30

E. Evaluasi......................................................................................................31

BAB V....................................................................................................................32

PENUTUP.............................................................................................................32

A. Kesimpulan................................................................................................32

B. Saran..........................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk
Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus
meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini
salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak,
kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup
sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan
terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup
modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi
(Anindya, 2009).
Data Worlh Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar 972 juta
orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Hipertensi juga
menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan
dirumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%) dan pria
(29%) sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara
berkembang (Triyanto, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %. Prevelensi
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang
minum obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 % yang minum obat sendiri. Penyakit
terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
adalah hipertensi dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada
usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi dalam suatu rumah tangga yang berinteraksi
satu dengan yang lainnya dalam peran serta menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya. (Ali, 2010). Keluarga sebagai unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga yang sehat sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup yang
sejahtera. Dengan memiliki keluarga yang sehat tanpa memiliki penyakit akan
menjamin kesejahteraan keluarga yang harmonis dan bahagia. Beberapa ahli
berpendapat bahwa bertambah umur, merupakan faktor terjadinya Hipertensi.
Oleh sebab itu pengawasan dan pengelolaan keluarga terhadap faktor pencetus
dari peningkatan tekanan darah sangat disarankan agar terhindar dari keadaan
yang lebih parah (Harmoko, 2012).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka berdasarkan uraian data diatas


penulis tertarik mengetahui lebih mendalam pada kasus yang berkaitan dengan
Hipertensi pada mata kuliah Keperawatan Keluarga.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan
Hipertensi?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Berdasarkan latar belakang masalah yang ingin dicapai penulis
memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan yang baik pada klien
melalui proses asuhan keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian pada pasien hipertensi
b. Mengetahuin diagnosa pada pasien hipertensi
c. Mengetahui intervensi pada pasien hipertensi
d. Mengetahui implementasi pada pasien hipertensi
e. Mengetahui evaluasi pada pasien hipertensi

2
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengkajian pada pasien hipertensi
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara mendiagnosa pada pasien hipertensi
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengintervensi pada pasien hipertensi
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengimplementasi pada pasien
hipertensi
5. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengevaluasi pada pasien hipertensi

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian keluarga
Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya
mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk budaya dan
perilaku sehat. Keluargalah yang memberikan pendidikan kepada individu
dimulai, tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan perilaku
sehat dapat lebih dini ditanamkan. Keluarga mempunyai posisi yang
strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah
kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar
anggota keluarga, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi juga
keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya (Wahyudiyanto, 2014).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan
entry point dalam upaya mencapai kesehatan masyarakat secara optimal.
Keluarga juga disebut sebagai sistem sosial karena terdiri dari individu-
individu yang bergabung dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan
yang lain yang diwujudkan dengan adanya saling ketergantungan dan
berhubungan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini, keluarga
mempunyai anggota yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau sesama
individu yang tinggal di rumah tangga tersebut (Harefa, 2019).
Pengertian keluarga dalam (Harmoko, 2012), antara lain:
a. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu sama lain
b. Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan
dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota
c. Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang
saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

4
d. Menurut Bergess (1962), keluarga terdiri atas kelompok orang yang
mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil
adopsi, anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi
dan komunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai
kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai
keunikan tersendiri
e. Menurut Helvie (1981), keluarga adalah sekelompok manuasia yang
tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan
hubungan yang erat
f. Menurut Departemen kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil
dari suatu masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan keluarga adalah
peranan yang sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat.
Keluarga juga disebut sebagai sistem sosial karena terdiri dari individu-
individu yang bergabung dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan
yang lain yang diwujudkan dengan adanya saling ketergantungan dan
berhubungan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini, keluarga
mempunyai anggota yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau sesama
individu yang tinggal di rumah tangga tersebut

2. Tahap perkembangan keluarga


Menurut (Harmoko, 2012), tahan perkembangan keluarga dapat dibagi
menjadi:
a. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family)
Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga
tersebut sudah memiliki keluarga baru.
b. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing
family)

5
Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orangtua adlah salah
satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak
pertama, keluarga menjadi kelompok trio, membuat sistem yang
permanen pada keluarga untuk pertama kalinya (yaitu, sistem
berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari pernikahan).
c. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl)
Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 21/2 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga
saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi
pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-
saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan berbeda.
d. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing anak
memiliki aktifitas di sekolah, masing-masing akan memiliki aktifitas
dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas
berbeda dengan anak.
e. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini
berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih
singkat jika anak meningglakan keluarga lebih awal atau lebih lama
jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun.
Anak lainnya yang tinggal di rumah biasanya anak usia sekolah.
Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggrakan
kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi
seorang dewasa muda.

6
f. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lama tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau
jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orangtua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi
kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepaskan anaknya
untuk hidup sendiri.
g. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meningglakan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit
karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan
gagal sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak meninggallkan
rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan
dengan berbagai aktifitas.
h. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun
salah satu atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian
pasangan lainnya.

3. Keluarga sebagai sistem


Menurut (Harmoko, 2012), sebagai berikut:
a. Masukan (input) terdiri atas: anggota keluarga, fungsi keluarga, aturan
dari keluarga (masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan
sebagainya.
b. Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam
melaksanakan fungsi keluarga.
c. Keluaran (output) adalah hsil dari suatu proses yang berbentuk
perilaku keluarga yang terdiri atas perilaku sosial, perilaku kesehatan,
perilaku sebagai warga negara, dan lain-lain.
d. Umpan balik (feedback) adalah pengontrol dalam masukan dan proses
yang berasal dari keluaran.

7
4. Peran keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Peranan Ayah: ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu: sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anakanaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peran Anak: anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

5. Pelaksanaan keluarga sejahtera


a. Keluarga pra-sejahtera
1) Keluarga belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal
2) Kebutuhan dasar: Sandang, papan dan pangan
3) Variabelnya: Keluarga tidak memenuhi syarat sebagai keluarga
sejahtera I
b. Keluarga sejahtera I
1) keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar makan, minum
dalam hal sandang pangan dan papan.
2) Pelayanan kesehatan yang sangat mendasar.
3) Variabel: Seluruh anggota keluarga makan 2 X/lebih sehari.
4) Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda untuk
di rumah, bekerja, sekolah dan bepergian.

8
5) Sebagian luas lantai rumah bukan dari tanah.
6) Bila anggota keluarga sakit, dibawa ke sarana/petugas kesehatan.

c. Keluarga sejahtera II
1) Anggota keluarga telah memenuhi kebutuhan dasar, tapi belum
dapat memenuhi kebutuhan pengembanganya.
2) Variabelnya
a) keluarga sejahtera I ditambah dengan tiap tahun anggota
keluarga mendapat 1 stel pakaian baru.
b) Luas lantai rumah minimal 8 m2 per huni rumah.
c) Minimal I anggota mempunyai penghasilan tetap.
d) Umur 6 tahun ke atas bisa membaca.
e) Melakukan ibadah secara teratur anggota keluarga.
f) Dalam satu bulan terahkir ini dalam keadaan sehat.
d. Keluarga sejahtera III
1) Jika keluarga mampu memenuhi kebutuhan pengembangan, tetapi
belum aktif menyumbang.
2) Variabel:
a) Sejahtera II.
b) Keluarga mengetahui kegunaan KB.
c) Penghasilan keluarga dapat ditabung sebagian.
d) Keluarga makan bersama I kali sehari.
e) Keluarga bersama ikut kegiatan lingkungan.
f) Mengadalan rekreasi ke luar rumah minimal 3 bulan sekali.
g) Dapat memperoleh berita dari surat kabar, radio.
h) Anggota keluarga mampu memberi sarana transportasi sesuai
kondisi daerahnya.
e. Keluarga sejahtera III plus
1) Variabel keluarga sejahtera III.
2) Keluarga dan anggota keluarga secara teratur memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi.
3) Keluarga aktif sebagai pengurus kumpulan atau yayasan tertentu.

9
6. Fungsi keluarga
Menurut (Friedman, Mariyn, 2010), fungsi keluarga antara lain:
a. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga
b. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak
sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status
pada anggota keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan.
7. Tipe keluarga
Tipe keluarga menurut (Friedman, Mariyn, 2010), antara lain:
a. Tradisional :
1) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri.
4) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.

10
5) The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua
(kakak-nenek), keponakan, dll).
6) The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan
anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian
dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja
diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir
pekan (week-end).
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
10) Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian
atau ditinggal mati.
b. Non-Tradisional
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family

11
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan
anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/
saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.

12
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
8. Karakteristik keluarga sebagai sistem
Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik keluarga sebagai
suatu sistem (Harmoko, 2012):
a. Pola komunikasi keluarga
Secara umum ada dua pola komunikasi dalam keluarga yaitu sistem
terbuka dan sitem tertutup. Sistem terbuka pola komunikasi dilakukan
secara langsung, jelas, spesifik, tulus, jujur dan tanpa hambatan.
Sedangkan pola komunikasi seitem tertutup adalah tidak langsung,
tidak jelas, tidak spesifik, tidak selaras, saling menyalahkan, kacau
dan membingungkan.
b. Aturan keluarga
1) Sistem terbuka: hasil musyawarah, tidak ketinggalan zaman,
berubah sesuai kebutuhan keluarga, dan bebas mengeluarkan
pendapat. sesuia dengan kemampuan keluarga memiliki kesiapan,
mampu berkembang sesuai kondisi. Harga diri:percaya diri,
mengikat, dan mampu mengembangkan dirinya.
2) Sitem tertutup: ditentukan tanpa musyawarah tidak sesuai
perkembangan zaman, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan
pendapat terbatas. memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap
(selalu bergantung), tidak berkembang, harga diri: kurang percaya
diri, ragu-ragu, dan kurang dapat dukungan untuk
mengembangkan.

13
9. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut (Harmoko, 2012), sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada
hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin
mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan
menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,
memberikan umpan balik, dan valid.
b. Struktur peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
Posisi/ status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status
sebagai istri/ suami.
c. Struktur kekuatan
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau
mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent
power), keahlian (exper power), hadiah (reward power_, paksa
(coercive power), dan effektif power.
d. Strukur nilai dan norma
1) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau
tidak dapat mempersatukan annggota keluarga.
2) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
3) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
10. Tugas keluarga
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antara para anggotanya

14
e. Pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga
f. Pengaturan jumlah anggota keluarga
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
11. Pelaksanaan keluarga sejahtera
Pelaksanaan keluarga sejahtera menurut (Friedman, Mariyn, 2010), antara
lain:
a. Keluarga pra-sejahtera
1) Keluarga belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal
2) Kebutuhan dasar: Sandang, papan dan pangan
3) Variabelnya: Keluarga tidak memenuhi syarat sebagai keluarga
sejahtera I
f. Keluarga sejahtera I
1) Keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar makan, minum
dalam hal sandang pangan dan papan.
2) Pelayanan kesehatan yang sangat mendasar.
3) Variabel: Seluruh anggota keluarga makan 2 X/lebih sehari.
4) Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda untuk
di rumah, bekerja, sekolah dan bepergian.
5) Sebagian luas lantai rumah bukan dari tanah.
6) Bila anggota keluarga sakit, dibawa ke sarana/petugas kesehatan.
g. Keluarga sejahtera II
1) Anggota keluarga telah memenuhi kebutuhan dasar, tapi belum
dapat memenuhi kebutuhan pengembanganya.
2) Variabelnya
a) Keluarga sejahtera I ditambah dengan tiap tahun anggota
keluarga mendapat 1 stel pakaian baru.
b) Luas lantai rumah minimal 8 m2 per huni rumah.
c) Minimal I anggota mempunyai penghasilan tetap.
d) Umur 6 tahun ke atas bisa membaca.
e) Melakukan ibadah secara teratur anggota keluarga.
f) Dalam satu bulan terahkir ini dalam keadaan sehat.

15
h. Keluarga sejahtera III
1) Jika keluarga mampu memenuhi kebutuhan pengembangan, tetapi
belum aktif menyumbang.
2) Variabel:
a) Sejahtera II.
b) Keluarga mengetahui kegunaan KB.
c) Penghasilan keluarga dapat ditabung sebagian.
d) Keluarga makan bersama I kali sehari.
e) Keluarga bersama ikut kegiatan lingkungan.
f) Mengadalan rekreasi ke luar rumah minimal 3 bulan sekali.
g) Dapat memperoleh berita dari surat kabar, radio.
h) Anggota keluarga mampu memberi sarana transportasi sesuai
kondisi daerahnya.
i. Keluarga sejahtera III plus
1) Variabel keluarga sejahtera III.
2) Keluarga dan anggota keluarga secara teratur memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi.
3) Keluarga aktif sebagai pengurus kumpulan atau yayasan tertentu.

B. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah
penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun
diastolik yang naik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik
adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan
memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah diastolik
diambil tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi
darah kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut
darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ
tubuh secara terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014).

16
Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan
darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80
mmHg (Muttaqin, 2009).

2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat
kalasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu :
a. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan
Diastolik (Smeltzer, et al, 2012)
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
b. Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang
Dewasa (Triyanto, 2014)
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg

3. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin
penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses
labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara
bertahap “ menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan
berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan
kondisi pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer
atau esensial adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang
berlebihan, kopi, obat – obatan, factor keturunan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang
berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh

17
genetik dan pengaruh lingkungan seperti: stress, kegemukan,
merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam
jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner &
Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab
hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,
diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya
seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian
obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan kartikosteroid.
Faktor Resiko
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang
dapat diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks
(2014) adalah sebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada
seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi
dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat
menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien
dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko
hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.
Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang
berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan
darah sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolik karena
merupakan prediktor yang lebih baik untuk kemungkinan

18
kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke,
gagal jantung, dan penyakit ginjal.
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita
hamper sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko
lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar
rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap
vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien
diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis
dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh
darah besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung
serta menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah
permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang
menciptakan banyak stressor dan respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut,
dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi
obesitas dengan factor faktor lain dapat ditandai dengan sindrom
metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi
pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan

19
hormone natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak
langsung meningkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga
menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat.
Penelitan juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim,
kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam
pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko
hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta
obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah
secara langsung.

4. Patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi
ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang
bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi
lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular
melalui baroreseptor, reflek kemorereptor, respon iskemia susunan saraf
pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot
polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon perubahan tekanan darah
melibatkan respon ginjal dengan pengaturan hormon angiotensin dan
vasopresor.
Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang
merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri).
Antherosklerosis
ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri
sehingga

20
mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri
tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan
pada arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur
tekanan darah kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan
kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat
yang dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan
gangguan fungsi diastolic karena gangguan relaksasi ventrikel kiri
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem
sirkulasi (Hull, 1996; dalam Bustan 2007).
Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan
bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak
terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume
cairan darah ke jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian
terjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan
darah tidak dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan
terjadi gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan
darah.

5. Pathways
6. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan
pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus
optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).’
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejal
sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri
koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang

21
menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban
kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa
sebagian besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntah
akibat peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasikonstriksi dan hipertensi.

22
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme
primer (penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat
digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang
timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
resiko terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar
rennin dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
(Anonim, 2013)

8. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang
mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat
terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai
berikut :

23
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit
jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya,
yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu
memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun
jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema.
Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila
tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat
lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan
dapat menimbulkan kebutaan.

9. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas
setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya
perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner &
Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan

24
hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi
obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah
kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil
menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik
dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan
konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan
tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak
2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alcohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi
alcohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat mempunyai
resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada
mereka yang tidak meminum berakohol.
4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan
diet potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi
diet tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk,
apel kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan
menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan
jumlah natrium yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi
buah-buahan sebanyak 3 - 5 kali dalam sehari, seseorang bisa
mencapai asupan potassium yang cukup.

25
5) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok
memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya
hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi
pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka
perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi.
6) Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak
menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress
sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat
tinggi.
7) Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya
pijat yang dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk
memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan
hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur
energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain
maka risiko hipertensi dapat ditekan.
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam
tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk
menghambat aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya
pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)

26
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat
angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi akan
mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat
penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada resptor.
7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.

27
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Fokus Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan
ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
3) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
social ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit

28
termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang
biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa pelayanan
kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak
suami dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah
ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber
air, sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah
mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan
saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain,
menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan
(Friedman, 2010).
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan,
hukuman serta memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010).
3) Fungsi keperawatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai
yang dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang
dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yang
dirasa: keluarga mengkaji status kesehatan, masalah
kesehatan yang membuat kelurga rentan terkena sakit dan
jumlah kontrol kesehatan (Friedman, 2010).
c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber
makanan yang dikonsumsi, cara menyiapkan makanan,

29
banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan kudapan (Friedman, 2010).
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan
yang dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan,
pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan
keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah (Friedman,
2010).
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak,
kebersihan gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam
mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010).
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga
adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan
dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan
keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga
(Padila, 2012).
5) Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam
memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan
peningkatan status kesehatan.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode
yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.

B. Diagnosa
Fokus Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke
system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah
kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan

30
pendidikan dan pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa
keperawatan adalah:
a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan
suatu kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.

Diagnosa yang bisa didapat dari (Doengoes, 2010), (Nanda, 2014) dan
(Friedman, 1998 dalam muhlisin 2012) :
a. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi.
c. Resiko injury (jatuh) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal penyakit hipertensi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.

Skala Prioritas Masalah (Baylon & Maglaya, 1978 dalam Padila, 2012)
Kriteria Skor Bobot
6) Sifat masalah :
a) Aktual (tidak/kurang sehat) 3
1
b) Ancaman kesehatan 2
c) Keadaan sejahtera 1
7) Kemungkinan masalah dapat diubah
2
a) Mudah 2
b) Sebagian 1
c) Tidak dapat 0
8) Potensi masalah untuk dicegah :
a) Tinggi 3
1
b) Cukup 2
c) Rendah 1
9) Menonjolnya masalah: 1

31
a) Masalah dirasakan dan perlu segera 2
ditangani 1
b) Masalah dirasakan tapi tidak perlu 0
segera ditangani
c) Masalah tidak dirasakan
Total Skor

Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot = Nilai
Angka tertinggi dalam skor Cara melakukan Skoring adalah :
a. Tentukan skor untuk setiap criteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua criteria
d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga.

C. Intervensi
Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,
diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan
sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak,
atau
standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat
keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

a. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Tujuan umum : nyeri hilang.
Tujuan khusus: keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi
khususnya yang mempunyai nyeri.

32
2) Gunakan teknik dan peralatan yang diketahui atau yang ada
dirumah untuk membantu perawatan nyeri.
3) Ajarkan teknik relaksasi bagi keluarga yang menderita hipertensi.
4) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan nyeri.
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi.
Tujuan umum : keluarga mampu berpartisipasi dalam aktifitas yang
menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung.
Tujuan khusus : keluarga mampu mengenal hipertensi khususnya
untuk mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang
dapat diterima.
Intervensi :
1) Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi
aktifitas/keributan lingkungan.
2) Pertahankan pembatasan aktifitas, seperti istirahat ditempat
tidur/kursi.
3) Lakukan tindakan tindakan yang nyaman, seperti pijatan
punggung dan leher, meninggikan kepala di tempat tidur.
4) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktifitas pengalihan.
c. Resiko injury (jatuh) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal penyakit hipertensi.
Tujuan umum : keluarga mampu mencegah resiko injury (jatuh).
Tujuan khusus: keluarga mampu mengenal hipertensi khususnya pada
masalah resiko injury (jatuh).
Intervensi :
1) Beri informasi tentang pengertian, penyebab, tanda gejala dan
perawatan hipertensi.
2) Kaji ulang visus klien, tanyakan keluhan terhadap pandangan
kabur.
3) Dorong sikap emosi yang sehat dalam menghadapi penyakit
hipertensi.

33
4) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan dalam mengatasi
masalah hipertensi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.
Tujuan Umum : agar tidak terjadi intoleransi aktivitas.
Tujuan Khusus : keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
sakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi
khususnya yang mempunyai masalah intoleransi aktivitas.
2) Gunakan teknik dan peralatan yang ada dirumah untuk
membantu perawatan intoleransi aktivitas.
3) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan dalam mengatasi
masalah intoleransi aktivitas.
4) Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari
makanan dengan kejenuhan lemak tinggi, dan kolesterol.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi .
Tujuan Umum : volume cairan kembali normal.
Tujuan Khusus : keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
sakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan keluarga cara perawatan bagi penderita hipertensi
khususnya yang mempunyai masalah intoleransi aktivitas.
2) Gunakan teknik dan peralatan yang ada dirumah untuk membantu
perawatan intoleransi aktivitas.
3) Pantau keluarga dalam melakukan perawatan dalam mengatasi
masalah intoleransi aktivitas.

34
D. Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan
minat keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini:
a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi
kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi
yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat
dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara
menggunakan fasilitas tersebut.

E. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, dilakukan penilaian
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:

35
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga mengatakan
nyerinya berkurang.
O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : BB naik 1 kg dalam 1
bulan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis.
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahapan evaluasi.

36
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi ketika tekanan darah di
atas batas normal (130/80 mmHg atau lebih). Kondisi ini dapat menyebabkan
berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan.
Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit
jantung, stroke, hingga kematian.
Teori-teori keluarga memiliki gambaran yang jauh lebih lengkap dan
memiliki kekuatan lebih dalam menjelaskan tentang perilaku keluarga (teori
ilmu sosial keluarga) dan intervensi keluarga (teori terapi keluarga) tapiperlu
dirumuskan ulang atau diadaptasi ulang sehingga teori-teori tersebut cocok
dengan perspektif keperawatan. Salah satu teori keperawatan keluarga yang
sering digunakan adalah teori Friedman. Model pengkajian keluarga Friedman
merupakan integrasi dari teori sistem, teori perkembangan keluarga, dan teori
struktural fungsional sebagai teori-teori utama yang merupakan dasar dari
model dan alat pengkajian keluarga. Teori-teori lain ikut berperan kedalam
dimensi struktural dan fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress
keluarga. Proses keperawatan pada keperawatan keluarga meliputi: pengkajian
terhadap identitas dan keluarga klien, penegakan diagnosa, perencanaan
keperawatan keluarga, pelaksanaan keperawatan keluarga dan evaluasi
terhadap keperawatan keluarga

37
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC


Anonim. 2013. Penyakit Hipertensi Dan Cara Penanganannya. Diakses 5 Maret
2019 Dari
https://health.detik.com/berita-detikhealth.ac/3503396/penanganahipertensi678
9sebut-kasus-hipertensi-di-indonesia-terus-089/unfiles/sehat.html
Black & Hawk. 2014. Medikal Surgical Nursing Clinical Management for
Positive outcomes (Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier Saunders.
Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Bustan, M.N. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta:
Rineka Cipta
Doengoes. M. E, Et. Editor Monica, E. 2010. Nursing Care Plans Guidelines for
Planning and Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: Kariasa IM.
Jakarta: EGC
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori
& Praktik. Jakarta : EGC
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung: IKAPI
Nanda. 2014. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC
Muttaqin A. 2012. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes
RI
Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu

38

Anda mungkin juga menyukai